Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS

Seorang Perempuan dengan Trigger Finger

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah R.A Kartini Jepara

Disusun oleh :
Pratiwi Novianita Zuhri
30101307040

Pembimbing:
dr.Teguh Wibowo, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A KARTINI JEPARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jepara
No RM : 000649xxx
Status Pasien : BPJS

II. DATA DASAR


1. Anamnesis
a. Keluhan Utama : nyeri pada jari ke-4 (jari manis)
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Saraf RSUD R.A Kartini Jepara dengan keluhan
nyeri pada jari ke-4 tangan kanan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan pasien
saat memegang obyek atau melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci
dan menyapu. Selain itu pasien juga mengaku jari ke-3 dan 4 terasa kaku saat
pagi setelah bangun tidur, sakit dan terdengar bunyi “klek” saat digerakkan.
Keluhan ini dirasakan terus-menerus dan mengganggu aktivitas. Keluhan
dirasakan berkurang saat jari-jari dipijat dan bertambah berat saat melakukan
pekerjaan rumah tangga. Gejala lain seperti kesemutan, mual, muntah, dan nyeri
kepala disangkal oleh pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (-)
DM (-)
Stroke (-)
d. Penyakit Keluarga :
Gejala serupa yang terjadi pada keluarga disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Cukup

1
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Vital sign : TD : 120/90 mmHg
N : 84x/menit
R : 22x/menit
S : 36,5

Status Interna
 Kepala : Normocephale
 Mata : konjungtiva anemis (-)
sclera ikterik (-)
 THT : Liang telinga lapang kanan dan kiri
Sekret AS (-) AD (-)
 Gigi : Pulpitis (-) gangrene pulpa (-), ginggivitis (-)
 Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Tidak ada pembesaran Tiroid
Deviasi trakea (-)
Kaku leher (-), Spasme (-)
 Thorax : Cor : Bunyi Jantung I-II regular Murmur(-) Gallop (-)
Pulmo : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
 Abdomen : datar, supel, bising usus dalam batas normal
NT(-), NL(-), NK(-)
 Ekstremitas : Kekuatan Motorik ekstremitas atas 5/5, kekuatan motorik
ekstremitas bawah 5/5

Status Neurologi
 Kesadaran : GCS E4V5M6 = 15
 Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-) Brudzinsky (-/-), Kernig (-)
 Pemeriksaan N.Cranialis
N I (N. Olfactorius) : normosmia
N II (N. Opticus) :
- Tes ketajaman penglihatan tidak dilakukan
2
- Refleks Cahaya langsung +/+
- Refleks Cahaya Tidak langsung/ konsensuil +/+
N III, IV, VI (N. Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen)
- Ptosis (-/-), Endophtalmus (-/-), Exophtalmus (-/-)
- Pupil bulat, isokor, tepat berada di tengah,
- Gerak bola mata ke segala arah (+)
N V (N. Trigeminus)
- Sensorik : sensibilitas wajah +/+
- Motorik : Gerakan membuka dan Menutup mulut dapat dilakukan
N VII (N.Fasialis) :
- Mengangkat alis (+/+)
- Kerutan dahi (+/+)
- Menyeringai (+/+)
- Lagoflatmus (+/+)
- Daya pengecap 2/3 depan tidak dilakukan
N VIII (N.Vestibulococlearis) : Tidak dilakukan
N IX( N.Glossopharingeus) : Uvula tepat berada di tengah
N X (N.Vagus) : Menelan (+), Nadi (+)
N XI (N. Accesorius) : mengangkat bahu (+), memalingkan wajah (+)
N XII (N. Hipoglossus) : menjulurkan lidah ( simetris), tremor (-), atrofi papil (-),
diasartria (-).

PemeriksaanMotorik
• Kekuatan otot : Superior 5/5, Inferior 5/5
• Tonus : Normotonus
PemeriksaanSensorik
• Raba :+
• Nyeri :+

• RefleksFisiologis
Biseps (+/+), Triseps (+/+)
• RefleksPatologis
Hoffman (-/-) Tromner (-/-)
Babinski (-/-), Chaddok (-/-)

3
• BAB : dalam batas normal
• BAK : dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


-
V. DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis Klinis : Nyeri jari tangan
- Diagnosis Topis : Stenosing tenosynovitis
- Diagnosis Etiologi : Trigger Finger

VI. TERAPI
- Na diklofenak
- Neurodek
- Injeksi kortikosteroid : - Deksametason
- Hidrokortison
- Metilprednisolon
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. EDUKASI
- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit yang diderita
- Menganjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas berat pada jari-jari tangan
- Konsul rehabilitasi medik (fisioterapi)

4
TINJAUAN PUSTAKA

TRIGGER FINGER
1. DEFINISI
Trigger finger adalah gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai dimana jari
yang dibengkokkan tiba-tiba tidak dapat diluruskan kembali serta berhubungan dengan
disfungsi dan nyeri yang disebabkan penebalan setempat pada suatu tendo fleksor,
dalam kombinasi dengan adanya penebalan atau penyempitan di dalam selubung tendon
pada tempat yang sama.

2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab trigger finger sudah pernah dilaporkan, diperkirakan etiologi
yang tepat belum jelas. Seperti yang dapat diketahui, gerakan jari yang berulang dan
trauma lokal, stress, dan penyakit degeneratif turut berpartisipasi dalam peningkatan
insidensi trigger finger pada tangan yang dominan. Etiologi trigger finger secara umum
disebabkan oleh pembentukan nodul pada tendon atau perubahan morfologi dari pulley
atau keduanya.

3. FAKTOR RISIKO
Kemungkinan disebabkan oleh trauma lokal dengan stres dan gaya degeneratif.
Ada yang menghubungkan penyebab trigger finger karena penggunaan fleksi tangan
yang terus-menerus dan pada tiap individu sering dengan penyebab multifaktor. Oleh
karena itu sering disebut dengan tenosinovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus
pada jari). Stenosing berarti penyempitan terowongan atau tabung-seperti struktur
(selubung tendon). Tenosynovitis berarti radang tendon.
Pasien dengan riwayat penyakit vascular kolagen seperti rheumatoid artritis,
diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis, hipotiroid, sarkoidosis, dan pigmented
vilonodular synovitis memiliki faktor resiko lebih besar terkena trigger finger
dibandingkan orang yang yang tidak memiliki riwayat tersebut.
Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah adanya aktifitas-aktifitas fisik yang berat
dan berulang-ulang pada orang yang mempunyai kecenderungan pengumpulan cairan
di sekitar tendon dan sendinya seperti pasien diabetes mellitus dan rheumatoid artritis.
Pengumpulan cairan disekitar tendon ini menyebabkan terjadinya penebalan nodul
tendon (biasanya pada tendon m.flexor digitorum profundus) sehingga tendon yang
bengkak ini bisa mengganggu gerakan normal pada tendon. Adanya pembengkakan ini
mudah sekali tendon terjepit sehingga jari susah untuk difleksikan (macet) atau terkunci
pada posisinya dan mengakibatkan jari terasa sakit dan mengeluarkan suara “klek”
apabila usaha lebih keras diberikan.

5
4. PATOFISIOLOGI
Trigger finger terjadi karena peradangan dan hipertrofi dari selubung tendon yang
semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini biasanya membentuk sistem
pulley yang terdiri dari serangkaian sistem yang berfungsi untuk memaksimal kekuatan
fleksi dari tendon dan efisiensi gerak di metakarpal. Nodul mungkin saja dapat
membesar pada tendon, yang menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal pulley
ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan kesulitan untuk
bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan jari, dengan menggunakan
kekuatan lebih dari ekstensor jari atau dengan menggunakan kekuatan eksternal
(dengan mengerahkan kekuatan pada jari dengan tangan lain), trigger finger yang
terkunci tadi terbuka dengan menimbulkan rasa sakit yang signifikan pada telapak distal
hingga ke dalam aspek proksimal digit. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul
tadi bergerak pada distal pulley, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan jari.
Sebuah nodul dapat meradang dan membatasi tendon dari bagian bawah jalur yang
melewati pulley. Jika nodul terdapat pada distal pulley, maka jari dapat macet dalam
posisi yang lurus. Sebaliknya, jika benjolan terdapat pada proksimal dari pulley, maka
jari pasien dapat macet dalam posisi tertekuk. Setelah ditemukan sonoelstografi, teknik
assesmen kuantitatif untuk kekakuan jaringan lunak, jari macet pada trigger finger
diakibatkan oleh bertambah kakunya dan tebalnya A1 pulley.

6
5. GAMBARAN KLINIS
Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari pada satu waktu, meskipun
biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari, tengah, atau jari manis. Trigger
finger biasanya ditandai dengan adanya bengkak dan kaku pada jari terutama pada pagi
hari, atau saat memegang obyek dengan kuat.Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa
adanya cedera. Gejala-gejala ini termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak
tangan, pembengkakan, rasa tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah
jika pasien tidak melakukan aktifitas, misalnya saat anda bangun pagi. Dan kadang
kekakuan akan berkurang saat melakukan aktifitas. Pasien juga sering mengeluhkan jari
terkunci pada saat melakukan gerakan volunter yang dipaksakan atau bahkan gerakan
pasif. Pada kasus yang berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan. Pasien
dengan diabetes biasanya akan terkena lebih parah.
Pada tingkat sendi palmaris distal, nodul bisa teraba lembut, biasanya di atas sendi
metakarpofalangealis (MCP). Jari yang terkena bisa macet dalam posisi menekuk atau
kurang biasa posisi diperpanjang. Pada beberapa studi ditemukan bahwa gejala
perioperative yang menonjol pada trigger thumb adalah rasa nyeri ketika jari
digerakkan, sedangkan pada trigger finger adalah berkurangnya ROM dan triggering
primer. Dalam kasus yang parah, pasien tidak mampu untuk menggerakkan jari
yang melampaui rentang gerak.

6. DIAGNOSIS TRIGGER FINGER


a. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien biasanya mengeluhkan terdapatnya keterbatasan
fungsional terutama kesulitan untuk menggenggam tangan dan memindahkan
objek yang disebabkan oleh jari yang terkunci, rasa nyeri, atau keduanya.
Gangguan motorik halus meliputi kesulitan untuk memasukkan kunci ke lubang
kunci, mengetik, atau mengancing baju. Gangguan pada motorik kasar dapat
berupa gangguan saat menyetir atau saat menggenggam barang-barang di rumah
atau tempat kerja.

b. Pemeriksaan Fisik
Elemen esensial dalam pemeriksaan fisik adalah lokalisasi dari gangguan
yang berada pada sendi metakarpophalangeal. Teraba tekstur yang lunak,
terkadang terdapat nodul yang lunak atau krepitasi pada bagian volar pada
metacarpal head. Membuka dan menutup tangan secara aktif dapat menyebabkan
rasa nyeri yang disebabkan inflamasi pada tendon yang melewati sarung yang
terkonstriksi. Pasien dengan triggering kronik dapat terjadi kontraktur pada sendi
fleksi interphalang. Penting untuk ditentukan apakah ada ROM pasif yang normal
pada sendi metakarpalphalangeal dan sendi interphalang.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kekuatan otot, sensasi, dan refleks
yang normal kecuali pada kasus yang parah dapat terjadi kelemahan atau atropi
karena jari jarang digunakan. Kormobiditas dapat mempengaruhi hasil

7
pemeriksaan neurologis, contohnya pasien diabetes mellitus atau CTS dapat
mengalami terganggunya sensasi.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pasien yang tidak memiliki riwayat trauma atau inflamasi tidak perlu
dilakukan pemeriksaan radiografi secara rutin. Dapat dilakukan MRI untuk
mengkonfirmasi adanya tenosynovitis pada sarung fleksor, tetapi tidak
berpengaruh besar terhadap diagnosis klinis. Pemeriksaan ultrasound dapat
menunjukkan nodul pada tendon, tenosynovitis, dan triggering aktif pada level A1.

7. DIAGNOSIS BANDING
1. Trigger Finger
2. Carpal tunnel syndrome
3. De Quervain syndrome (RA)

8. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Medikamentosa
- Pengobatan OAINS
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, atau ketoprofen.
- Injeksi Korstikosteroid
Lini pertama dari tatalaksana adalah injeksi steroid. Injeksi kortikosteroid
untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan sejak 1953. Tindakan Ini harus
dicoba sebelum intervensi bedah karena sangat efektif (hingga 93%), terutama
pada pasien non-diabetes dengan onset baru-baru ini terkena gejala dan satu digit
dengan nodul teraba.
Tatalaksana non-invasif ataupun tatalaksana injeksi steroid ditentukan oleh
tingkat keparahan gejalanya (semakin parah gejalanya maka akan semakin baik
responnya terhadap terapi injeksi), level aktivitas pasien (seberapa cepat pasien
harus kembali ke tempat kerja), atau berdasarkan pilihan pasien dan klinisi.
Bidai dapat digunakan setelah injeksi selama beberapa hari yang bertujuan
untuk melindungi area suntikan. Karena diperlukan waktu 3 sampai 5 hari bagi
obat untuk memberikan efek, dan pasien disarankan untuk menghindari aktivitas
tangan sebisa mungkin selama 1 minggu setelah injeksi.Prosedur ini tidak terlalu
efektif pada pasien dengan beberapa komplikasi seperti diabetes atau RA, atau
ketika kondisi tersebut terjadi lebih dari 4 bulan.

8
b. Terapi Nonfarmakologi
- Pembedahan
Intervensi berupa pembedahan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi
apabila terapi konservatif gagal atau direkomendasikan bagi pasien yang ingin
sembuh dengan cepat atau sembuh total dari disabilitas ini. Orang dengan
diabetes, RA, keterlibatan banyak sendi, dan onset pada usia muda lebih
cenderung membtuhkan terapi bedah. Fungsi operasi biasanya bertujuan
melonggarkan jalan bagi tendon yaitu dengan cara membuka selubungnya. Dalam
penyembuhannya, kedua ujung selubung yang digunting akan menyatu lagi,
tetapi akan memberikan ruang yang lebih longgar, sehingga tendon akan bisa
bebas keluar masuk.

c. Rehabilitasi Medik
Tujuan rehabilitasi medik pada pasien Trigger Finger adalah mengembalikan
fungsi yang terganggu akibat kekakuan sendi jari sehingga pasien dapat kembali
melakukan aktivitas kerja sehari-hari dan bersosialisasi dengan masyarakat.Terapi
difokuskan untuk meningkatkan fungsi serta mengurangi inflamasi dan nyeri. Terapi
dapat dilakukan dengan teknik seperti pijat es, mandi kontras, ultrasound, dan
iontophoresis dengan penggunaan steroid lokal.
a. Program Ortotik Prostetik
1. Splinting
Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang disebabkan
oleh pergerakan tendon fleksor melalui pulley A1 yang sakit sampai

9
hilangnya peradangan. Secara umum splinting merupakan pilihan
pengobatan yang tepat pada pasien yang menolak atau ingin menghindari
injeksi kortikosteroid. Dalam studi lain, teknik splint dilakukan dengan
cara membidai sendi metakarpalphalangeal pada sudut 10-15o pada posisi
fleksi dengan bagian proksimal dan distal interphalang yang bebas,
dilakukan hingga 6 minggu secara terus menerus. Cara ini cukup efektif,
meskipun lebih kurang efektifitasnya pada ibu jari. Untuk pasien yang
paling terganggu oleh gejala mengunci di pagi hari, splinting sendi PIP
pada malam hari dapat menjadi efektif. splinting menghasilkan tingkat
keberhasilan yang lebih rendah pada pasien dengan gejala trigger finger
yang berat atau lama.

b. Home Program
- Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah yang
bengkak dan nyeri.
- Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti
latihan jari yang berulang-ulang.

10

Anda mungkin juga menyukai