Anda di halaman 1dari 26

Trauma Ginjal

Pendahuluan
 10-15 % dari semua pasien dengan
trauma abdomen selalu berkaitan dengan
cedera pada saluran urogenital terutama
trauma ginjal yang paling sering terjadi.
 Trauma ginjal bisa terjadi karena trauma
benda tumpul maupun benda tajam,
namun 80-90% dari trauma ginjal
disebabkan karena trauma tumpul dan
40% diantaranya berhubungan dengan
trauma abdomen lainnya.
Anatomi GINJAL
Vaskularisasi GINJAL
Persarafan GINJAL yang masuk ke
ginjal
 Berasal dari nervus
renalis
 Saraf ini berfungsi
untuk mengatur
jumlah darah yang
masuk ke dalam
ginjal
 Saraf ini berjalan
bersamaan dengan
pembuluh darah
Fungsi GINJAL :
 Memegang peranan
penting dalam
pengeluaran zat-zat
toksis atau racun.
 Mempertahankan
keseimbangan
cairan tubuh
 Mempertahankan
keseimbangan
kadar asam dan
basa dari cairan
tubuh
 Mengeluarkan sisa-  Produksi Hormon
sisa metabolisme Erythropoietin yang
akhir dari protein membantu
ureum, kreatinin pembuatan sel
dan amoniak darah merah
 Mengaktifkan
vitamin D untuk
memelihara
kesehatan tulang
 Produksi hormon
yang
mengontrol tekanan
darah
Epidemiologi
Trauma Ginjal

Kejadian penyakit ini sekitar 8-10%


dengan trauma tumpul atau trauma
abdominal. Pada banyak kasus, trauma
ginjal selalu dibarengi dengan trauma
organ penting lainnya. Pada trauma ginjal
akan menimbulkan ruptur berupa
perubahan organik pada jaringannya.
Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi
akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas.
Etiologi Trauma Ginjal
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal
terjadi akibat trauma tumpul. Secara
umum, trauma ginjal dibagi dalam tiga
kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan
trauma pembuluh darah ginjal.
Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal,
yaitu :
 Trauma tajam
 Trauma iatrogenik
 Trauma tumpul
Patofisiologi Trauma Ginjal
 Trauma ginjal dapat terjadi oleh karena
beragam mekanisme. Kecelakaan motor
merupakan penyebab terbanyak dari
trauma tumpul abdominal yang
menyebabkan trauma ginjal. Selain itu,
jatuh dari ketinggian, merupakan
penyebab lainnnya.
 Trauma penetrasi yang sering kali
disebabkan oleh luka tusuk atau luka
tembak sering ditemukan juga. Walaupun
sering ditemukan hematoma peri-renal,
pasien mungkin tidak menunjukkan
hematuria kecuali luka mencapai calyx
atau pelvis.
Klasifikasi Trauma Ginjal
Diagnosis
Patutu dicurigai adanya cedera pada ginjal
jika terdapat :
• Trauma di daerah pinggang, punggung,
dada sebelah bawah, dan perut bagian
atas dengan disertai nyeri atau
didapatkan adanya jejas pada daerah itu
• Hematuria
• Fraktur costa sebelah bawah (T8-T12)
atau fraktur prosesus spinosus vetebra
• Trauma tembus pada daerah abdomen
atau pinggang
• Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh
dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas
 Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh
pasien trauma ginjal sangat bervariasi
tergantung pada derajat trauma dan ada
atau tidaknya trauma pada organ lain yang
menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme
cedera untuk memperkirakan luas kerusakan
yang terjadi
 Pada trauma derajat ringan mungkin hanya
didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat
jejas berupa ekimosis, dan terdapat
hematuria makroskopik atau mikroskopisk
 Pada trauma major atau ruptur pedikel
seringkali pasien datang dalam keadaan syok
berat dan terdapat hematoma di daerah
pinggang yang makin lama makin besar
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Laboratorium
 Pemeriksan urinalisis
diperhatikan
kekeruhan, warna, pH
urin, protein, glukosa
dan sel-sel.
 Jika hematuria tidak
ada, maka dapat
disarankan
pemeriksaan
mikroskopik.
2. Radiologi
Ada beberapa tujuan pemeriksaan
radiologis pada pasien yang dicurigai
menderita trauma ginjal, yaitu:
 Klasifikasi beratnya trauma sehingga
dapat dilakukan penanganan yang tepat
dan menentukan prognosisnya
 Menyingkirkan keadaan ginjal patologis
pre trauma
 Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
 Mengevaluasi keadaan organ intra
abdomen lainnya
Intravenous Pyelography (IVP)
Ultrasonografi (USG)
Computed Tomography (CT)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

 MRI digunakan untuk membantu


penanganan trauma ginjal ketika terdapat
kontraindikasi untuk penggunaan kontras
iodinated atau ketika pemeriksaan CT-
Scan tidak tersedia.
 Seperti pada pemeriksaan CT, MRI
menggunakan kontas Gadolinium
intravena yang dapat membantu
penanganan ekstravasasi sistem
urinarius.
 Pemeriksaan ini merupakan pemeriksan
terbaik dengan sistem lapangan pandang
yang luas.
Manajemen Trauma ginjal
 Pasien stabil, trauma tumpul, grade 1-4,
ditangani secara konservatif ; bed rest,
antibiotic, dan monitoring vital sign
 Pasien stabil, trauma tajam, grade 1-3,
ditangani secara elektif
 Indikasi operasi :
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Eksplorasi trauma penyerta
3. Hematome yang meluas atau
pulsatif yang ditemukan pada saat
eksplorasi
4. Trauma grade V
5. Keadaan ginjal pre-trauma yang
memerlukan tindakan bedah

 Rekonstruksi ginjal perlu dilakukan


apabila bertujuan untuk mengontrol
perdarahan dan jumlah parenkim yang
viable mencukupi
Tatalaksana
 Konservatif : pada cedera minor seperti
kontusio ginjal dan laserasi parenkim
ginjal superfisial. Tindakan konservatif
berupa istirahat, analgetik, observasi
status ginjal
 Operasi : pada cedera major dengan
tujuan untuk segera menghentikan
perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu
dilakukan debridemen, reparasi ginjal
(berupa renorafi atau penyambungan
vaskuler) atau tidak jarang harus
dilakukan nefrektomi parsial bahkan
nefrektomi total karena kerusakan ginjal
yang sangat berat
Prognosis
 Hasil yang didapatkan dari pengobatan
bervariasi tergantung pada penyebab dan
luasnya trauma (ruptur). Kerusakan
kemungkinan ringan dan reversible,
kemungkinan membutuhkan penanganan
yang sesegera mungkin dan mungkin juga
menghasilkan komplikasi.
 Dengan pengawasan yang baik biasanya
cedera ginjal memiliki prognosis baik.
Pengawasan ketat tekanan darah, follow
up ekskresi urografi dapat mendeteksi
adanya hidronefrosis atau hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai