Anda di halaman 1dari 103

DEVISI BIOSTATIK, METODOLOGI

PENELITIAN, KESEHATAN LINGKUNGAN,


PROMKES & ILMU PERILAKU

Dr. Siti Thomas Zulaikhah, SKM.Mkes


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Devisi Kesehatan Lingkungan
FK-UNISSULA
MATERI DEVISI
KESEHATAN LINGKUNGAN & ILMU PERILAKU
1. Patomekanisme penyakit akibat lingkungan biologi,
fisika, dan kimia (teori simpul) dan Aspek-aspek sosial
dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan
kedokteran (Logiko Sosio Budaya) (1 jam)
2. Metodologi Penelitian dan Biostatik (2 jam)
3. Renstra, SDGs dan SKN (2jam)
4. Penyakit berbasis lingkungan pada kesehatan lapangan
(kesehatan matra) (1 jam)
Paradigma Pembangunan
Kesehatan PARADIGMA SEHAT

PROMOTIF
Mengutamakan
Mengutamakan
Promotif & Pre
MASYARAKAT Promotif & Pre
Ventif, Tanpa
PREVENTIF Mengabaikan
Sehat Ventif, Tanpa
Kuratif & Reha
REHABILITATIF Bilitatif
Mengabaikan
KURATIF
Kuratif & Reha
INDONESIA SEHAT
Bilitatif
PARADIGMA SAKIT
Mengutamakan
KuraMengutamakan
KURATIF Kuratif & Reha
Bilitatif, Tanpa
REHABILITATIF Mengabaikan
MASYARAKAT Promotif & Pre
Sakit PREVENTIF Ventif
tif & Reha
PROMOTIF Bilitatif, Tanpa
Mengabaikan
Promotif & Pre
Ventif
PENDAHULUAN
 Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya yaitu manusia
membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan
hidupnya.
 Masalah lingkungan hidup sudah ada sejak dahulu,
 masalah lingkungan adalah masalah dunia dan masalah kita
semua.
 Keadaan ini ternyata menyebabkan kita berpikir untuk dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan
tuntas.
 Daya dukung lingkungan yang terbatas.
LINGKUNGAN HIDUP
 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain (UU Kesehatan No. 39/2009)
KESEHATAN
 WHO menyatakan
“Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya
merupakan bebas dari penyakit”.
 Undang Undang No. 36 Tahun 2009
KESEHATAN adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup sehat
produktif secara sosial dan ekonomi
LINGKUNGAN
 Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
kita.
 Meliputi tanah, air, udara.
 Lingkungan merupakan tempat hidup manusia
ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN
 Ilmu kesehatan lingkunganadalah ilmu tentang
berbagai masalah kesehatan sebagai akibat dari
hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan,
zat yang memiliki potensi sebagai penyebab
sakit(agent)yang timbul akibat adanya perubahan-
perubahan lingkungan dengan masyarakat, serta
menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehatan
yang ditimbulkannya
FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI DERAJAD
KESEHATAN MASYARAKAT

DERAJAD
KESEHATAN

KUALITAS SDM
PRODUKTIVITAS
Kesehatan Lingkungan
 Peran Kesehatan Lingkungan dalam Kesehatan
Masyarakat
 Dalam diagram yang diusun oleh H.L Bloom Peran Kesehatan
Lingkungan murapakn faktor yang terbesar dalam
mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.
 Peran dari kesehatan lingkungan adalah mencegah :
 Water borne disease
 Air borne disease
 Field borne disease
 Vector born disease
Kesehatan Lingkungan
 Water borne diseases,
 adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di
mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga
menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit
yang tergolong water borne diseases adalah: kolera, typhus,
desentri , dll.
 Air Borne diseases,
 Merupakan penyakit yang berkaitan dengan kondisi udara yang
mengandung agent penyakit. Penyakit yang tergolong di sini
adalah: TBC, Flu, ISPA, SARS, dll.
 Field Borne diseases,
 merupakan penyakit yang disebabkan oleh agent penyakit yang
siklus kehidupannya berhubungan dengan tanah. Penyakit yang
tergolong di sini adalah diare, .
Kesehatan Lingkungan
 Water Related Vectors,
 Adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit
yang sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di
air. Penyakit yang tergolong di sini adalah malaria,
demam berdarah dengue, filariasis dsb.
Bahasan dalam Kesehatan lingkungan
 Penyediaan air bersih
 Pengolahan limbah
 Pengelolaan sampah
 Pengendalian vektor dan binatang
pengganggu
 Sanitasi tempat-tempat umum.
BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP

 adalah ukuran batas atau kadar makhluk


hidup, zat, energi, atau komponen yang ada
atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
Adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan kingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai peruntukannya
Ilmu Kesehatan Lingkungan
Didukung oleh :
1. Ekologi
2. Ekosistem
3. Pencemaran Lingkungan
4. Amdal
5. Dasar dasar pengelolaan Lingkungan.

Kesehatan - Mencakup semua segi kehidupan dengan jangkauan yang sangat


luas.

Status Kesehatan

1. Angka Kesakitan
2. Ratio Penyakit di Masyarakat
3. Promotif, Preventif, kuratif dan Rehabilitatif
4. Bersifat menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan.
Faktor lingkungan/kimia, biologi ataupun Sosial budaya
Kultural yang bersifat dinamis dan kompleks.  Kondisi
fisiologis manusia/masyarakat.  Penyakit.

Ekspansi/ ulah manusia  ketimpangan ekologis


dan ketimpangan alam  pencemaran
lingkungan  gangguan fisiologis dan Psikologis
pada masyarakat.
HUBUNGAN SAKIT/SEHAT DAN
LINGKUNGAN HIDUP

Model Ekologi (Ecologic Models)


Hubungan faktor yang mencakup sektor lingkungan
yang terdiri dari fisik, biologi dan sosial selalu
berhubungan dengan sektor Host dan agent.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT

Host

Disease

Environment Agent
Agent Host Environment

1. Usia 1. Fisik
1. Biologi
2. Kelamin 2. Biologi
2. Nutrien
3. Ras 3. Sosial
3. Fisik
4. Kimia 4. Genetik
5. Mekanik 5. Pekerjaan
6. Nutrisi
7. Kekebalan
8. Adat
9. Gaya Hidup
10. Psikhis
AGENT
Penyebab Contoh

• Biologi • virus, bakteri, protozoa, fungi, riketsia dll

• Nutrient • protein, karbohidrat, lemak, vitamin, air,

• Kimiawi • pengawet, pewarna, logam berat, gas dll

• Fisik • suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi,panas


dll
• Mekanik • gesekan, benturan bacokan dll
LINGKUNGAN
Penyebab Contoh

• Fisik • Iklim (kemarau / hujan)


• Geografis (pantai/pegunungan)
• Demografi (Kota/desa)
• Biologik • Flora dan fauna ( virus, mikroba,
insekta, rodent, binatang,
tumbuhan )
• Sosial • migrasi/urbanisasi,kepadatan
penduduk, sistem pelayanan
kesehatan, lingkungan kerja,
perumahan, bencana alam, perang,
banjir dll
Konsep Terjadinya Penyakit

AGENT HOST

LINGKUNGAN
HOST

AGENT

LINGKUNGAN
Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika
terjadi ketidak seimbangan antara Host, Agent dan Lingkungan

Pada saat terjadi ketidak seimbangan antara Host, Agent dan


Lingkungan Akan menimbulkan penyakit pada individu atau
kesehatan masyarakat
DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN
Ada sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan

1. Kesenjangan sosial. Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat rentan
dan beresiko terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang rendah.
2. Stres. Merupakan keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan menanggulangi stres baik
dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di lingkungan kerja akan mempengaruhi kesehatan
seseorang.
3. Pengucilan sosial. Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan
perasaan tidak nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan mempengaruhi kesehatan
fisik maupaun mental.
4. Kehidupan dini. Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal
kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental, dan kemampuan
intelektual masa dewasa.
5. Pekerjaan. Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Syarat-
syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu meningkatkan derajat kesehatan.
6. Pengangguran. Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan
pekerjaan yang mantap akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi
diri dan keluarganya.
7. Dukungan sosial. Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah
persahabatan serta kekerabatan yang baik dalam keluarga dan juga di tempat
kerja
8. Penyalahgunaan napza. Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk
kondisi kesehatan, keselamat dan kesejahteraan. Napza atau pemakaian
narkoba, alkohol, dan merokok akan memberika dampak buruk terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
9. Pangan Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk
pangan, serta cara makan berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak terhadap
kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi. Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara,
meningkatkan aktivitas fisik yang memadai akan baik bagi kebugaran dan
kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu berkendara dan jumlah kendaraan
akan mengurangi polusi pada manusia.
1. Pencegahan Primer
 Tindakan yang meliputi segala kegiatan yang
dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau
gangguan sebelum hal itu terjadi
 Pada periode Pre-patogenesis
 Pada tahap ini terbagi menjadi 2, yaitu Health
Promotion dan Spesific Protection
 Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
1. Pendidikan kesehatan, penyebaran
2. Informasi kesehatan
3. Konsultasi Gizi
4. Penyediaan air bersih
5. Kebersihan lingkungan / sanitasi
6. Konsultasi genetik
 Pencegahan khusus (Spesific Protection)
1. Program immunisasi/imunisasi dasar
2. Pemberian vitamin A atau tablet zat besi
3. Pencegahan kecelakaan
2. Pencegahan Sekunder
 Tindakan yang lebih ditujukan pada kegiatan
skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan
status patogenik setiap individu di dalam populasi
 Tingkat pencegahan pada tahap ini adalah “diagnosis
dini” dan “pengobatan segera”
 Penemuan atau deteksi secara dini (Early diagnosis)
1. Screening (penyaringan)
2. Case finding (pejejakan kasus)
3. Pemeriksaan khusus/laboratorium
4. Pemberian obat yang rational dan efektif
 Pengobatan segera (Prompt treatment)
1. Pengobatan TBC
2. Pengobatan kusta
3. Pencegahan Tersier
 Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada
fase penyakit yang sudah lanjut atau fase
kecacatan
 Tahap ini terbagi menjadi 2, yaitu Disability
Limitation dan Rehabilitation

 Pembatasan Kecacatan (Disability


limitation)
1. Operasi plastik pada organ yang cacat
2. Pemasangan PIN pada tulang yang patah
• Rehabilitasi (Rehabilitation)
1. Rehabilitasi Fisik
Rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian
alat bantu
2. Rehabilitasi Sosial
Rumah perawatan orang tua/jompo
3. Rehabilitasi Kerja
Optimalisasi orang cacat
Tujuan Pencegahan
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah
membatasi atau menghalangi perkembangan
ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang
membutuhkan perawatan intensif

REHABILITASI
Setiap upaya yang dilakukan untuk memulihkan
seorang yang sakit sehingga menjadi manusia yang
lebih berdaya guna, produktif, mengikuti gaya
hidup yang memuaskan, dan untuk memberikan
kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai
tingkatan penyakit dan ketidakmampuannya
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

 Paradigma kesehatan lingkungan


 Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan,
maka perlu diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis
penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan
intervensisecara cepat dan tepat
PATOGNESIS PENYAKIT
(TEORI SIMPUL)
Simpul 1
Sumber Penyakit
• Agent Biologis:
Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
• Agent Kimia :
Logam berat (Pb, Hg, Cd, Arsen), air pollutants (Irritant: O3,
N2O, SO2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos,
silicon), Pestisida, dll
• Agent Fisika :
Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2:
Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,

• Udara
• Air
• Makanan/Minuman
• Binatang
• Manusia / secara langsung
Simpul 3
Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis
penyakit antara lain:
 Perilaku
 Status gizi
 Pengetahuan
 kepadatan
 Ekonomi
 Budaya
 kutural
Transmisi Penyakit melalui Tinja

Faktor Transmisi :
1. Agen penyebab
2. Reservoir atau sumber infeksi dari agen
penyebab
3. Cara menghindar dari reservoir
4. Cara transmisi dari reservoir ke penjamu baru
yg potensial
5. Cara masuk ke penjamu baru
6. Penjamu yg rentan.
MANAJEMEN SIMPUL 1
PENGENDALIAN PADA SUMBER PENYAKIT
• Pengendalian penyakit atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis
wilayah, dimulai dari pengendalian sumber penyakit. Pengendalian pada
sumber penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber penyakit
menular dan penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan.
• Sumber penyakit menular yaitu penderita penyakit itu sendiri. Dengan
melakukan pencarian kasus secara aktif dan menetapkan kasus (melakukan
diagnosis secara cepat dan tepat terhadap kasus) serta pengobatan hingga
sembuh, maka sumber penularan dapat dieliminasi bahkan dihilangkan.
Manajemen kasus penyakit menular merupakan upaya promotif sekaligus
preventif, karena mencegah agar tidak timbul penularan lebih lanjut dalam
masyarakat. Untuk itu diperlukan petugas lapangan untuk membantu
mencari dan mengobati kasus dengan baik secara proaktif, misalnya juru
malaria desa dan juru kusta.
• Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agent penyakit
berupa bahan toksik, fisik seperti radiasi atau kebisingan.
Misalnya, knalpot kendaraan bermotor secara terus-menerus
mengeluarkan gas-gas toksik seperti Karbonmonoksida, SO2,
NOx. Contoh lain yaitu cerobong asap, titik buangan limbah
industry, titik buangan limbah rumah tangga, asap rokok dan
lain-lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber
tersebut maka beberapa teknik dapat ditempuh, misalnya
dengan mengganti bahan bakar bensin menjadi bahan bakar
gas. Memperbaiki proses mesin menjadi lebih efisien dan
efektif, atau diberi alat penyaring bahan pencemar
MANAJEMEN SIMPUL 2
Pengendalian pada media penularan/ wahana transmisi)
• Manajemen Simpul 2 dilakukan jika manajemen Simpul 1 mengalami
kegagalan. Manajemen simpul 2 dilakukan dengan mengendalikan agent
penyakit melalui media transmisi, misalnya saja:
a. Pengendalian vektor
• Pengendalian vektor merupakan salah satu cara mengendalikan penyakit
yang ditularkan vektor penyakit, seperti nyamuk penular malaria, penular
demam berdarah dan sebagainya.
b. Penyehatan makanan
• Penyehatan pangan merupakan upaya untuk melakukan pencegahan
penularan penyakit melalui pangan, misalnya sanitasi makanan, proses
pengolahan yang memenuhi standar kesehatan, penggunaan bahan-bahan
yang tidak berpotensi bahaya penyakit (misalnya daging yang mengandung
Bacillus anthracis).
c. Penyehatan air
• Penyehatan air identik dengan penyediaan air bersih bagi seluruh
penduduk. Misalnya, air yang tercemar bakteri harus dimasak.
d.Pembersihan udara dalam ruang
• Penyehatan udara dapat dilakukan denganc ara penyediaan air
filter di ruangan yang penuh dengan asap rokok. Untuk
membersihkan polusi udara di perkotaan dengan cara
menanam pephonan, memperbanyak air mancur, telaga dan
lain sebagainya.
e. Pada manusia pembawa penyakit (misalnya
pengobatan, atau containment penderita)
• Sedangkan penularan penyakit melalui manusia selain
pengobatan pada manusia itu sendiri, juga diminta
menggunakan alat pelindung diri, seperti masker pada
penderita penyakit TBC agar tidak menularkan pada orang
lain.
Manajemen Simpul 3
Pengendalian proses pajanan/ kontak pada masyarakat

• Emisi sumber agent penyakit yang telah berada pada


media transmisi (lingkungan) kemudian berinteraksi
dengan penduduk atau masyarakat setempat. Intensitas
hubungan interaktif antara media transmisi (lingkungan)
dengan masyarakat tergantung pola perilaku individu
atau kelompoknya, misalnya perilaku menghindar,
perilaku sselalu mengkonsumsi air yang telah dimasak,
hobi, pekerjaan, dan sebagainya
Simpul 4 :
Pengobatan penderita sakit/menejemen kasus
• Pengobatan terhadap penderita kasus tersebut dikenal
sebagai manajemen kasus atau penderita penyakit.
• Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan
menngalami proses yang amat kompleks di dalam tubuh
manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan sistem
pertahanannya tidak serta-merta menyerah begitu saja. Hal ini
dikenal sebagai sistem pertahanan seluler maupun humoral.
• Untuk kasus penyakit lingkungan yang menular, mikroba yang
masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai media
transmisi tentu akan dicoba di-contain, ditahan dan dibunuh
oleh sel-sel pertahanan tubuh manusia.
• Kondisi gangguan penyakit merupakan kegagalan
pengendalian faktor risiko pada simpul 1, 2, dan 3.
• Saat itulah diperlukan manajemen kasus penderita dengan
baik dan tuntas, terutama untuk kasus penyakit menular.
• Kasus penyakit menular memerlukan pengobatan yang baik
untuk mencegah timbulnya penularan.
• Sedangkan untuk penyakit yang tidak menular, upaya yang
dilakukan adalah dengan menggunakan dukungan teknik
diagnostik dan penentuan faktor risiko agar orang lain tidak
menderita penyakit serupa.
TEORI SIMPUL PENYAKIT DIARE
Jenis Bakteri S1 S2 S3 S4 Tindakan serta
(Sumber (Media (Perilaku (Tanda dan cara
Penyakit) Perantara) Pemajanan) gejala) pencegahan

Escherichia coli, Lalat, kecoa dll Makanan dan Manusia akan kontak Seseorang - Hindari makan
dengan makanan saat dikatakan sakit sembarangan
minuman dia memakan sumber diare jika terdapat yang tercemar
masuk ke penyakit (bisa berupa gejala umum bakteri
makanan ataupun seperti sakit perut - Mencuci
dalam mulut minuman). Kualitas mulas, mual dan Tangan menggunakan
manusia yang kontak manusia muntah, sabun sebelum
mengandung ditentukan oleh meningkatnya dan sesudah
frekuensi manusia frekuensi buang air makan,
mikroorganisme memasukkan sumber besar, dan sesudah buang
patogen akibat penyakit ke dalam konsentrasi tinja air besar.
perutnya lewat mulut yang encer dan - Menjaga kebersihan
terkontaminasi dan kuantitas berdarah, nafsu lingkungan
oleh mikroorganisme makan berkurang, terutama pada
penjamah (lalat) patogen yang demam tinggi, air
dikandung oleh asidosis, punggung
makanan dan pegal dan perut
minuman kejang
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG
KESEHATAN MATRA
1. Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media tempat seseorang
atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan
kegiatan.
2. Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang
serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan
tersebut.
3. Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental
guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah
secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.
4. Kesehatan Lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat temporer pada
lingkungan yang berubah.

5. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang


berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan
berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi
(hiperbarik).

6. Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan


dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan
lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik).
JENIS KESEHATAN MATRA
1. Kesehatan Lapangan;
2. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air; dan
3. Kesehatan Kedirgantaraan
KESEHATAN LAPANGAN
a. Kesehatan perpindahan penduduk;
b. kesehatan migran;
c. kesehatan haji dan umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik;
i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
KESEHATAN KELAUTAN DAN BAWAH AIR

a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di laut
KESEHATAN KEDIRGANTARAAN

a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa;


b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di udara.
• Kesehatan Matra diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
• Lingkup penyelenggaraan Kesehatan Matra
sebagaimana dimaksud meliputi :
a. pengurangan potensi Risiko Kesehatan;
b. peningkatan kemampuan adaptasi; dan
c. pengendalian Risiko Kesehatan
KESEHATAN PERPINDAHAN PENDUDUK
Kesehatan perpindahan penduduk merupakan Kesehatan Matra yang
dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan perpindahan ke
tempat baru yang bersifat menetap, yang diselenggarakan pada saat:
a. sebelum perpindahan dilakukan;
b. selama proses perpindahan mulai dari tempat keberangkatan sampai di pelabuhan
dan/atau bandar udara pemberangkatan; dan
c. setelah menempati tempat baru sampai dengan adanya pelayanan kesehatan permanen.
• Kegiatan sebelum perpindahan dilakukan
sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas:
a. pendataan demografi;
b. Surveilans Kesehatan;
c. penyuluhan kesehatan;
d. pemberian informasi lokasi tujuan;
e. pemeriksaan kesehatan; dan
f. pelayanan kesehatan primer
• Kegiatan selama proses perpindahan paling sedikit terdiri atas:
a. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
b. pelayanan kesehatan primer;
c. Surveilans Kesehatan; dan
d. penyediaan dukungan logistik

• Kegiatan setelah menempati tempat baru paling sedikit


terdiri atas:
a. peningkatan kualitas media lingkungan;
b. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
c. pelayanan kesehatan primer;
d. Surveilans Kesehatan;
e. pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
f. pelayanan kesehatan jiwa; dan
g. penyediaan dukungan logistik.
KESEHATAN MIGRAN
Kesehatan migran merupakan Kesehatan Matra
yang dilakukan terhadap migran, yang
diselenggarakan pada saat:
a. sebelum keberangkatan;
b. selama proses perjalanan keberangkatan mulai dari
tempat keberangkatan sampai di pelabuhan dan/atau
bandar udara pemberangkatan; dan
c. kembali ke tanah air.
• Kegiatan sebelum keberangkatan paling sedikit terdiri
atas:
– a. pendataan demografi;
– b. Surveilans Kesehatan;
– c. penyuluhan kesehatan;
– d. pemberian informasi kondisi tempat tujuan;
– e. pemeriksaan kesehatan; dan
– f. pelayanan kesehatan primer.

• Kegiatan selama proses perpindahan paling sedikit terdiri


atas:
– a. penyuluhan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
– b. pelayanan kesehatan primer;
– c. Surveilans Kesehatan; dan
– d. penyediaan dukungan logistik.
• Kegiatan setelah kembali ke tanah air paling sedikit terdiri
atas:
a. penyuluhan kesehatan;
b. pemeriksaan kesehatan;
c. Surveilans Kesehatan; dan
d. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi
pada instalasi penampungan sementara.
KESEHATAN HAJI DAN UMROH

• Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan


Matra yang dilakukan terhadap jemaah haji dan
umrah serta pihak petugas yang terkait, mulai
dari perjalanan pergi, selama di Arab Saudi,
pulang dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua)
minggu setelah tiba kembali ke tanah air.
• Penyelenggaraan kesehatan haji dan umrah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
KESEHATAN PENANGGULANGAN BENCANA
• Kesehatan penanggulangan bencana merupakan Kesehatan
Matra yang dilakukan untuk mengurangi Risiko Kesehatan
pada tahap tanggap darurat.
• Penyelenggaraan kesehatan penanggulangan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KESEHATAN BAWAH TANAH

• Kesehatan bawah tanah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan


terhadap pekerja bawah tanah, yang diselenggarakan pada saat:
a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan;
b. kegiatan operasional; dan
c. setelah kegiatan operasional sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam.

• Kegiatan selama persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan meliputi:


a. kesiapan bagi pekerja bawah tanah;
b. kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan; dan
c. kesiapan pelayanan kesehatan.
• Kesiapan bagi pekerja bawah tanah paling sedikit terdiri atas:
a. kesehatan fisik dan mental;
b. pemahaman situasi dan kondisi lingkungan tempat kerja;
c. keterampilan dan kemampuan antisipasi perubahan situasi di bawah tanah; dan
d. kesiapan perbekalan.
• Kesiapan pemberi kerja dan/atau penyelenggara kegiatan paling sedikit
terdiri atas:
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan;
b. penyediaan peralatan keselamatan;
c. petugas pengawas dan/atau pendamping;
d. sistem rujukan kesehatan;
e. jejaring keselamatan dan kesehatan;
f. komunikasi dan informasi; dan
g. penyediaan sarana pelayanan kesehatan
• Kesiapan pelayanan kesehatan paling sedikit terdiri
atas:
a. penyuluhan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b. pendataan demografis pekerja;
c. pemeriksaan kesehatan pekerja;
d. pelatihan kesehatan menghadapi situasi kerja di bawah tanah;
e. kesiapan pelayanan kesehatan di sekitar tempat kerja bawah tanah;
f. jejaring pelayanan kesehatan dan rujukan

• Kegiatan selama kegiatan operasional paling sedikit


terdiri atas:
a. pemberian informasi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja;
b. penemuan kasus;
c. pelayanan kesehatan bagi pekerja; dan
d. Surveilans Kesehatan.
• Kegiatan setelah kegiatan operasional sampai dengan 24
(dua puluh empat) jam paling sedikit terdiri atas:
a. penemuan kasus;
b. pelayanan kesehatan bagi pekerja;
c. Surveilans Kesehatan; dan
d. pemulihan kesehatan

• Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau


kejiwaan pada kegiatan kesehatan dapat dilakukan:
a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan; dan
b. pelayanan kesehatan jiwa.
KESEHATAN SITUASI GANGGUAN KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASYARAKAT

• Kesehatan situasi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat


merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap masyarakat dan
petugas yang terpajan pada situasi gangguan keamanan dan ketertiban,
meliputi:
a. kegiatan kesiapan antisipasi terhadap kemungkinan adanya Risiko Kesehatan situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat; dan
b. kegiatan operasional kesehatan penanggulangan Risiko Kesehatan akibat situasi keamanan
dan ketertiban masyarakat.
• Kegiatan kesiapan antisipasi terhadap kemungkinan adanya Risiko
Kesehatan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat paling sedikit
terdiri atas:
a. analisis situasi wilayah dan potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. pemetaan wilayah rawan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
c. sistem kewaspadaan dini;
d. pemetaan sumber daya kesehatan;
e. sistem rujukan kesehatan;
f. mobilisasi sumber daya kesehatan;
g. unit identifikasi korban;
h. koordinasi dan jejaring kerja;
i. komunikasi dan informasi; dan
j. rencana penanggulangan kedaruratan kesehatan
• Kegiatan operasional kesehatan penanggulangan Risiko Kesehatan
akibat situasi keamanan dan ketertiban masyarakat paling sedikit terdiri
atas:
a. mobilisasi bantuan kesehatan;
b. penemuan dan pertolongan korban dan musibah massal;
c. pelayanan korban di pos depan pelayanan kesehatan lapangan dan
pelayanan rujukan;
d. pelayanan medis korban di unit pelayanan kesehatan terdekat;
e. pengamanan terhadap pos kesehatan lapangan dan unit pelayanan
kesehatan rujukan;
f. pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang harus mengungsi dari wilayah yang
terdampak gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. Surveilans Kesehatan;
h. inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi di wilayah yang
terdampak; dan
i. pemulihan pasca gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
• Koordinator kegiatan terdiri atas:
a. kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk koordinator kegiatan dalam situasi tertib
sipil;
b. kepala kedokteran dan kesehatan kepolisian setempat, untuk koordinator kegiatan dalam
situasi darurat sipil; dan
c. kepala kesehatan TNI setempat, untuk koordinator kegiatan dalam situasi darurat militer.
Peraturan Menteri Kesehatan RI
nomor 1077/menkes/per/v/2011
tentang
Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
• Pencemaran Udara dalam Ruang Rumah adalah, suatu
keadaan adanya satu atau lebih polutan dalam ruangan
rumah yang karena konsentrasinya dapat berisiko
menimbulkan gangguan kesehatan penghuni rumah.
• Di negara maju diperkirakan angka kematian pertahun karena
pencemaran udara dalam ruang rumah sebesar 67% di
perdesaan dan sebesar 23% di perkotaan, sedangkan di
negara berkembang angka kematian terkait dengan
pencemaran udara dalam ruang rumah daerah perkotaan
sebesar 9% dan di daerah pedesaan sebesar 1%, dari total
kematian (Buletin WHO 2000).
• Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak
dibawah 5 tahun dengan jumlah kematian lebih dari 2 juta
jiwa setiap tahunnya.
• Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh
berbagai faktor al:
– bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi),
– bahan pelapis untuk furniture serta interior (pada pelarut organiknya),
– kepadatan hunian,
– kualitas udara luar rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon
(Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan.
• Penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan
sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan
biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu
pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan
pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan
kosmetika.
• Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan
yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang
cukup lama.
• Kualitas Fisik Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban,
pencahayaan, suhu, dan partikulat.
• Kualitas Kimiawi Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi kimiawi udara dalam rumah seperti Sulfur
dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon, Karbon dioksida (CO2),
Karbon monoksida (CO), Timbal (Plumbum=Pb), dan Asbes.
• Kualitas Biologi Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi biologi udara dalam rumah seperti bakteri dan
jamur.
• Asap Rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS) adalah gas beracun yang
dikeluarkan dari pembakaran produk tembakau yang biasanya
mengandung Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) yang berbahaya
bagi kesehatan manusia.
Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah meliputi :

a. Kualitas fisik, terdiri dari parameter: partikulat (Particulate


Matter/PM2,5 dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembaban, serta
pengaturan dan pertukaran udara (laju ventilasi);

b. Kualitas kimia, terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen


dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Timbal
(Plumbum=Pb), asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS), Asbes,
Formaldehid (HCHO), Volatile Organic Compound (VOC); dan

c. Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.


SUHU
a. Dampak
Suhu dalam ruang rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan
gangguan kesehatan hingga hypotermia, sedangkan suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat stroke.
b. Faktor risiko
Perubahan suhu udara dalam rumah dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1) Penggunaan bahan bakar biomassa
2) Ventilasi yang tidak memenuhi syarat
3) Kepadatan hunian
4) Bahan dan struktur bangunan
5) Kondisi Geografis
6) Kondisi Topografi
PENCAHAYAAN
a. Dampak
Nilai pencahayaan (Lux) yang terlalu rendah akan berpengaruh
terhadap proses akomodasi mata yang terlalu tinggi, sehingga akan
berakibat terhadap kerusakan retina pada mata.
Cahaya yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kenaikan suhu pada
ruangan.
b. Faktor Risiko
Intensitas cahaya yang terlalu rendah, baik cahaya yang bersumber
dari alamiah maupun buatan.
c. Upaya Penyehatan
Pencahayaan dalam ruang rumah diusahakan agar sesuai dengan
kebutuhan untuk melihat benda sekitar dan membaca berdasarkan
persyaratan minimal 60 Lux.
KELEMBABAN
a.Dampak
Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan
suburnya pertumbuhan mikroorganisme.
b. Faktor risiko
Konstruksi rumah yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai,
dan dinding rumah yang tidak kedap air, serta kurangnya
pencahayaan baik buatan maupun alami.
c. Upaya Penyehatan
1) Bila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan upaya penyehatan antara lain :
a) Menggunakan alat untuk meningkatkan kelembaban seperti humidifier (alat pengatur kelembaban
udara)
b) Membuka jendela rumah
c) Menambah jumlah dan luas jendela rumah
d) Memodifikasi fisik bangunan (meningkatkan pencahayaan, sirkulasi udara)
• Bila kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya
penyehatan antara lain :
a) Memasang genteng kaca
b) Menggunakan alat untuk menurunkan kelembaban seperti
humidifier (alat pengatur kelembaban udara)
LAJU VENTILASI
a. Dampak
Pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan
suburnya pertumbuhan mikroorganisme, yang mengakibatkan
gangguan terhadap kesehatan manusia.
b. Faktor Risiko
1) Kurangnya ventilasi (jumlah dan luas ventilasi tidak cukup, sesuai persyaratan kesehatan).
2) Tidak ada pemeliharaan AC secara berkala.
c. Upaya Penyehatan
Upaya penyehatan dapat dilakukan dengan mengatur pertukaran
udara, antara lain yaitu :
1) Rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10% luas
lantai dengan sistem ventilasi silang
2) Rumah ber-AC (Air Condition) pemeliharaan AC dilakukan secara
berkala sesuai dengan buku petunjuk, serta harus melakukan
pergantian udara dengan membuka jendela minimal pada pagi
hari secara rutin
3) Menggunakan exhaust fan
4) Mengatur tata letak ruang
Partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel
debu diameter 10μ (PM10)
a. Dampak
PM2,5 dan PM10 dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem
pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis khronis.
PM2,5 dapat masuk kedalam paru yang berakibat timbulnya emfisema
paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan
kardiovaskular atau kardiovascular (KVS).
b. Faktor Risiko
Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar
(kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktifitas industri).
Sumber dari dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku
merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar biomasa, dan
penggunaan obat nyamuk bakar.
Sumber Pencemar Kimia
Upaya penyehatan terhadap sumber pencemar kimia terdiri dari Sulfur
dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon
dioksida (CO2), Timbal (Plumbum = Pb), Asbes, Formaldehid (HCHO),
Volatile Organic Compounds/VOCs (senyawa organik yang mudah
menguap), Asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS). Kualitas
udara yang tidak memenuhi persyaratan kimia akibat faktor risiko dapat
menimbulkan dampak kesehatan dan perlu dilakukan upaya
penyehatannya.
Sulfur dioksida (SO2)
a. Dampak
Sulfur dioksida (SO2) dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan
gangguan fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi
pada saluran pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir,
memicu asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi
cepat, dan sakit kepala.
b. Faktor Risiko
1) Penggunaan bahan bakar seperti arang, kayu, minyak bumi dan
batu bara.
2) Merokok di dalam rumah.
Nitrogen dioksida (NO2)
a. Dampak
Nitrogen dioksida (NO2) dapat menimbulkan gangguan sistem
pernapasan seperti lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia,
edema paru, dan cyanosis serta methemoglobinemia.
b. Faktor Risiko
1) Penggunaan bahan bakar seperti arang, kayu, minyak bumi dan
batu bara.
2) Merokok di dalam rumah

Anda mungkin juga menyukai