Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

Pembimbing:

dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :

dr. Rachmania Mayangsari Muchlis

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH-TANGERANG SELATAN

PERIODE 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan Presentasi Kasus “Neurodermatitis Sirkumskripta” di UPT

Puskesmas Kampung Sawah.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tugas ini terutama kepada yang terhormat dr. Ratu Wulandari yang

telah memberikan bimbingan serta bantuan kepada penulis.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada

pembaca umumnya. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam tugas ini

baik di segi isi maupun cara penulisan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak agar tugas ini dapat disempurnakan

menjadi lebih baik dimasa mendatang. Amiinn

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Tangerang Selatan, November 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………...…………………1


DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…2
BAB I. LAPORAN KASUS…………………………………………………...…3

1. Identitas Pasien ……………………………………………………………3


2. Anamnesa ……….………………………………………………………...3
3. Pemeriksaan Fisik ……………………………………..………………….5
4. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………….…….9
5. Diagnosa Kerja ………………………………………………..…………..9
6. Terapi …………………………………………………..…………………9
7. Prognosis ……………………………………………………………..….10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..…..….11

1. Definisi …………………………………………………………..…...….11
2. Epidemiology ……………….……………………………..…………….11
3. Etiopatogenesis …………….……………………………..…………..…11
4. Manifestasi Klinis……………………………………..………..….…….12
5. Predileksi …………….……………………………..……………………13
6. Pemeriksaan Penunjang …………….……….…………………..………14
7. Terapi ……………………………………………………………………14
8. Diagnosis Banding …………….…………….………………..…………18
9. Prognosis ……………………………………...…………………………19

BAB III. KESIMPULAN………..………………………………………...……20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….…………………….21

2
BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A H

Usia : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kampung sawah RT/RW 02/01

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai Swasta

2. ANAMNESA

Keluhan Utama

Bercak berwarna kehitaman terasa gatal di pergelangan kaki kiri depan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan yang lalu timbul bercak

berwarna kehitaman terasa gatal di pergelangan kaki kiri depan. Ukuran

diameter ± 4-5 cm. Gatal sering tidak tertahankan hingga penderita terus

ingin menggaruk. Sering kali penderita menggaruk hingga nampak keluar

darah. Penderita mulai merasakan daerah yang gatal lama-kelamaan

menjadi terasa tebal dan bersisik ± 2 minggu yang lalu akibat penderita

sering menggaruknya.

3
Gatal sering muncul ketika tidak sedang dalam aktivitas atau tidak

sibuk. Penderita merasakan gatal bertambah apabila penderita banyak

pikiran dan stress. Penderita juga mengaku sedang ada masalah dalam

keluarga dan sering merasa cemas berlebih dan mudah tersinggung ± 5 hari

ke belakang ini disertai kurang istirahat dan sering begadang untuk

menyelesaikan pekerjaan

Penderita menyangkal keluhan gatal menjadi semakin bertambah

apabila penderita sedang berkeringat ataupun bertambah berat apabila

penderita menggunakan detergen untuk mencuci. Penderita tidak memiliki

riwayat trauma dan riwayat alergi. Riwayat keluhan serupa di keluarga

disangkal oleh penderita

Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi

Penderita belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

Penderita tidak memilik riwayat atopi seperti asma, dermatitis atopik,

rhinitis, dll

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang atau pernah menderita hal sama

sebelumnya

Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis atopik,

rinitis dll

4
Riwayat Pengobatan

Belum pernah berobat dan tidak sedang menjalani pengobatan jangka

panjang

Riwayat Alergi

Makanan, cuaca, debu, obat, dll disangkal

Riwayat Psikososial

Kehidupan sehari-hari penderita bekerja sebagai pegawai swasta. Penderita

mengaku sering merasa stress dan penderita juga mengaku sedang ada

masalah dalam keluarga dan di pekerjaan. Penderita juga kurang istirahat

dan sering begadang serta melamun. Penderita juga jarang berolahraga,

mandi kadang 2 kali sehari, lebih sering satu kali sehari, karena tiba di

rumah sudah sangat lelah dan langsung tertidur. Penderita jarang

mengkonsumsi sayur dan buah-buahan

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital

o Suhu : 36,8 ℃

o Nadi : 96x/menit, regular, kuat angkat

o RR : 20 x/menit

5
o TD : tidak dilakukan

Status gizi dan Antropometri

BB : 60 kg

TB : 170 cm

IMT : 20,8

Kesan klinis : Gizi Baik

STATUS GENERALIS

Kepala : Normochepal, rambut hitam, pertumbuhan rambut merata, tidak

rontok

Wajah : Simetris, Luka (-), Pucat (-)

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Edema (-/-)

Hidung: Normosmia, Epistaksis (-/-)

Telinga: Normotia, Sekret (-/-), otorhea (-/-)

Mulut : Gusi Berdarah (-), bibir kering (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)

Kulit kepala : Tidak terdapat kelainan

Kulit wajah : Tidak terdapat kelainan

Kulit leher : Tidak terdapat kelainan

Thorax :

Kulit thorax : Tidak terdapat kelainan

Pulmo

Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi : Bagian dada tertinggal (-)

6
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)

Cor

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler murni (+)

Abdomen :

Inspeksi : Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor baik, hepar, lien, ginjal tidak teraba

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen

Kulit abdomen : Tidak terdapat kelainan

Ekstremitas atas

Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik (+/+), petekie (-/-), sianosis

(-/-)

Kulit : Tidak terdapat kelainan

Ekstremitas bawah

Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik (+/+), petekie (-/-), sianosis

(-/-)

7
Kulit : (lihat status dermatologikus)

STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi Lokalisata

Regio Dorsum Pedis Anterior Sinistra

Lesi Soliter. Ukuran diameter ± 3-4 cm. Sebagian difus.

Bentuk tidak teratur. Permukaan menimbul dari

permukaan kulit dan kering

Effloresensi Primer : Makula eritematosa, makula hiperpigmentasi

Sekunder : Erosi, Eskoriasi, Likenifikasi, Skuama

8
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak Dilakukan

5. DIAGNOSIS KERJA

Neurodermatitis Sirkumskripta (NS)

6. TERAPI

a. Medikamentosa

- Topikal

Kortikosteroid Topikal : Hidrocortisone cr 2x1 (obat luar

oleskan sehabis mandi)

- Sistemik

Antihistamin : Loratadine 2x1 (po bila gatal dan

alergi)

Dexametasone 2x1 (po untuk anti

radang kulit)

b. Non Medikamentosa

a. Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya

b. Mencegah garukan pada daerah yang gatal

c. Hindari stress psikologis

d. Anjuran untuk management stress

e. Istirahat yang cukup

f. Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit agar kulit tidak kering

9
7. PROGNOSIS

- Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam

- Quo ad Sanationam : Dubia

- Quo ad Functionam : Dubia

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Neurodermatitis Sirkumskripta (NS)

1. Definisi

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit

tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit

batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena

berbagai rangsangan pruritogenik

2. Epidemiologi

Neurodermatitis sirkumskripta jarang ditemukan pada anak-anak.

Biasanya terjadi pada usia dewasa-manula. Puncak insiden ditemukan antara

umur 30 hingga 50 tahun. Lebih banyak ditemukan pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa ras

Asia

3. Etiopatogenesis

Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit

berupa likenifikasi dan prurigo nudularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat

oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis,

obstruksi saluran empedu, lomfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit

11
seperti dermatitis atopic, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek

psikologik dengan tekanan emosi.

Etiologi tidak diketahui secara pasti. Biasanya pada orang yang

kurang istirahat, mudah gugup, cemas dan gampang tersinggung

Pada prurigo nudularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi

protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mast.

Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP

(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif,

jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada

neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel

mast yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan

saraf p75 pada membran sel schwan dan sel perineum meningkat, mungkin

ini menghasilkan hiperplasi neural

4. Manifestasi Klinis

Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat

mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada

waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita

merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk

sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada

awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan

eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan

ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.

12
Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.

Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada

perempuan, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke

scalp. Biasanya skuama menyerupai psoriasis

Variasi klinis NS dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan dan

korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa

nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan

skuama, lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap

(hiperpigmentasi). Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas,

berukuran mulai beberapa millimeter sampai 2 cm

 Sangat gatal, timbul ketika tidak sibuk. Penderita merasa lebih

nyaman bila digaruk

 Awalnya berupa eritema, edema, papul

 Karena digaruk  bagian tengah berskuama dan menebal,

likenifikasi, ekskoriasi, skuama, daerah sekitar hiperpigmentasi,

batas dengan kulit normal tidak jelas

 Ukuran lenticular  plakat, bentuk lonjong

5. Predileksi

Letak lesi dapat timbul di mana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah

di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva,

skrotum, perianal, medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah,

pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki

13
 Sirkumskripta : pergelangan kaki anterior, lengan ekstensor,

tengkuk, lateral leher

 Lokalisata : pada salah satu daerah tersebut diatas, misalnya

daerah skrotum, vulva

6. Peneriksaan Penunjang

Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa

ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang

teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah

dermis bagian atas, fibroblast bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo

nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari

permukaan, sel Schwann berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang

terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis

7. Terapi

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis,

biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu diperkirakan kemungkinan penyakit

kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken

amyloidosis, psoriasis dan dermatitis atopic. Secara umum perlu dijelaskan

kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya,

oleh karena itu harus dihindari. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan

antipruritus, kortikosteroid topical atau intralesi, produk ter.

14
Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedative

(contoh : hidroksizin, difenhidramin prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula

diberikan secara topical krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum

8 hari)

Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu

ditutup dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat

diberikan secara suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula

dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek antiinflamasi. Ada pula yang

mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit

yang mendasari, bila memang ada harus juga diobati. Pengobatan utama dari

neurodermatitis adalah untuk mengurangi pruritus dan memperkecil luka

akibat garukan atau gosokan. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral

bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.

Pemberian steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis

Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut,

tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla

dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang low-

poten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu

pada kulit yang tebal

FARMAKOLOGI

1. Kortikosteroid

Memiliki kegunaan sebagai anti-inflamasi, yang berguna mengurangi

pruritus, menipiskan liken, dan mengurangi reaksi inflamasi

15
a. Clobetasol (Temovate)

Termasuk dalam superpotent steroid topikal: suppresses mitosis dan

meningkatkan sintesis protein sehingga mengurangi inflamasi dan

menyebabkan vasokontriksi

b. Fluocinolon 0,01% atau 0,025% cream (Synalar, Fluonid)

Merupakan topical steroid yang medium potent yang menhambat

proliferasi sel, juga imunosuprosor, anti-proliferasi, dan anti-

inflamasi

c. Hydrocortisone Valerate cream 0,02% (Westcort)

Salah satu derifat dari adrenokortikosteroid sesuai untuk

penggunaan pada kulit atau selaput lendir eksternal

d. Fluocinonide cream 0,1% atau 0,05% (Lidex)

Merupakan topical corticosteroid yang menghambat proliferasi sel

2. Anti-Pruritus

Memberikan efek pengendalian terhadap pelepasan histamine

secara endogen. Sehingga dapat, mengurangi efek gatal, efek sedasi dan

menyebabkan kantuk. Obat ini bekerja menstabilkan membrane saraf

dan mencegah transmisi dan inisiasi dari impuls saraf, dan

menghasilkan anastesi lokal

a. Diphenhydramine (Benadryl, Benylin, Diphen, Allermax)

Mengurangi rasa gatal yang disebabkan oleh pelepasan histamine

16
b. Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton)

Penghambat histamine atau H1-Reseptor pada sel efektor di

pembuluh darah dan traktus respiratori

c. Hydroxyne (Atarax, Vistaril)

Antagonis H1-Reseptor pada bagian luar, dan menekan aktifitas dari

histamine

d. Doxepin (Sinequan, Zonaton)

Penghambat aktifitas histamine dan asetilkolon. Penggunaannya

dapat memberikan efek sedasi, dan penyerapannya tinggi pada

pemberian secara topical

NON FARMAKOLOGI

Edukasi

- Anjurkan agar pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan

bertambah berat jika terus digaruk oleh pasien.

- Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.

- Memilih sabun yang lembut.

- Menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi

iritasi.

- Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.

- Manajemen stress yang baik

17
8. Diagnosis Banding

Kasus-kasus primer yang menyebabkan likenifikasi :

a. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh

bahan kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas

spesifik pada kasus. Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit

tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut

dimulai dengan bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti

dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla

dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi

b. Plak Psoriasis

Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan

karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih

keperakan, skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai

fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Lokasi terbanyak ditemukan

didaerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi

beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat

autoimun, dan residif

c. Liken Planus

Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna

kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering

ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremital, genitalia dan

membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi imunologis

18
Liken planus ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan

konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama,

dan berbentuk siku-siku

d. Dermatitis Atopic

Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya

sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada

keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang

kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di

lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak

papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal

9. Prognosis

Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien,

apabila ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang

menyertai. Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien.

Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali.

Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini

19
BAB III

KESIMPULAN

Sinonim nama lain neurodermatitis sirkumskripta (NS) ialah liken simpleks

kronikus, istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut

liken Vidal. Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip,

ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)

menyerupai kulit batang kayu akibat garuka atau gosokan yang berulang-ulang

karena berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memainkan peran sentral dalam

timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis

mengenai pruritus dapat karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal

ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, diabetes mellitus, penyakit kulit yang

mendasari seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga dan

aspek psikologi dengan tekanan emosi. Etiologi dari neurodermatitis belum

diketahui, diduga karena ada hubungannya dengan ketegangan jiwa.

Neurodermatitis jarang terjadi pada anak, tetapi lebih sering terjadi pada dewasa

terutama pada usia 30-50 tahun. Dan lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-

laki

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Burgin, Susan. Nummular Eczema and Lichen Simplex Chronicus/Prurigo

Nodularis. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,

Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed.

New York: McGraw-Hill: 2008.p158-161

2. Wasitaatmadja, Syarif M. Neurodermatitis Sirkumskripta. In: Menaldi

SLSW, Kusmarinah B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.

Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015. p. 183-185.

3. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In:

Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6th

edition.McGraw-Hill’s.p.907-915

21

Anda mungkin juga menyukai