Disusun Oleh:
Pembimbing:
Tangerang
1
DAFTAR ISI
1.9 PROGNOSIS........................................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................... 14
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2018,
Pukul 08.15 WIB, di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Siloam.
Keluhan Utama
:
Bercak putih menebal pada punggung kaki kanan
3
Riwayat Penyakit Dahulu :
Dua tahun yang lalu, pasien pernah mengalami gejala yang sama kemudian sudah pergi
ke dokter dan disuntik, tetapi pasien tidak mengetahui nama obatnya. Namun hasilnya
membaik.
Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak tahun 2017. Riwayat darah tinggi dan
kolestrol disangkal oleh pasien.
Riwayat Keluarga :
Pada keluarga tidak ditemukan gejala serupa.
Riwayat Alergi
:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, benda asing (debu, dll),
maupun makanan (makanan laut, dll).
Riwayat Pengobatan
:
Pasien saat ini mengkonsumsi Glimepiride 1mg dengan dosis 1 x 1 tab sebelum
makan pagi dengan Insulin 15 IU pada malam hari.
Suhu : 36,8oC
4
Status Generalis
• Kepala :
Normocephali, rambut berwarna putih, tipis, terdistribusi merata, rambut tidak
mudah tercabut, tidak ada kelainan kulit
• Wajah :
Raut wajah normal, gerak otot wajah simetris dan tidak ada paralisis otot wajah.
• Mata :
Konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung
• Telinga :
Posisi daun telinga normal
• Hidung :
Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada nafas cuping hidung
• Mulut :
Mukosa bibir lembab, hiperemis pada dinding faring (-)
• Thorax :
Bentuk normal, tidak terdapat deformitas, penonjolan, pembengkakan.
S1/S2 normal, mur-mur(-), gallop (-), SV+/+, Rh-/-, Wh-/-
• Abdomen :
Bentuk datar, tidak terlihat adanya deformitas, penonjolan, pembengkakan.
• Ekstremitas :
Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis.
5
Status Dermatologis
Pada regio dorsum pedis dextra, terdapat plak eritematosa disertai dengan likenifikasi,
skuama dan erosi.
1.5 RESUME
Pasien, laki-laki, 58 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan bercak putih
menebal sejak tiga bulan yang lalu. Bercak putih disertai dengan rasa gatal. Gatal lebih
dirasakan terutama saat tidak beraktivitas dan lebih membaik jika digaruk. Faktor
kelelahan, stress (-). Alergi dan kontak iritant (-). Adanya penebalan kulit (+).
Pasien memiliki gejala serupa dua tahun lalu kemudian sudah membaik. DM (+)
mengkonsumsi glimepiride 1x 1 gr pada pagi hari dan insulin 15 IU pada malam hari.
Berdasarkan pemeriksaan fisik status lokalis, dalam batas normal. Berdasarkan status
dermatologis, pada regio dorsum pedis dextra, tampak plak eritematosa disertai dengan
likenifikasi, skuama dan erosi.
6
1.7 DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Iritan
1.8 TATALAKSANA
Non-medikamentosa
1. Menjelaskan kepada pasien agar jangan mengaruk agar tidak terjadi luka.
2. Hindari faktor pencetus terutama stress agar tidak terjadi gejala berulang.
Medikamentosa
1. Topikal
Ikaderm 10 gr ointment 15 gr
Vaselin alba 15 gr
mf la cream da in pot I
2. Sistemik
Anti histamin
R/ Cetirizine tab 10 mg No X
S 1 dd tab
1.9 PROGNOSIS
• Ad vitam : ad bonam
• Ad functionam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam
• Ad kosmetikam : Dubia ad bonam
7
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Nerurodermatitis sirkumskripta atau dengan nama lainnya adalah liken simpleks kronik
adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta, dan ditandai dengan
likenifikasi yang terjadi karena akibat adanya garukan pada kulit.1 Secara epidemiologi
Liken simpleks kronik biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak insidennya antara
30 sampai 50 tahun. Wanita lebih sering menderita dari pada pria dan penyakit ini
jarang dijumpai pada anak-anak. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa,
terutama usia 30 hingga 50 tahun. 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan
kulit gatal menderita liken simplek kronik. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi
cenderung memiliki onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan
dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48 tahun).2 Etiologi dari liken simpleks kronik ini
sendiri belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menimbulkan
rasa gatal pada liken simpleks kronik, faktor penyebab ini dibagi menjadi dua yaitu
faktor eksterna (lingkungan dan gigitan serangga) dan faktor interna (dermatitis atopik
dan psikologis). Pada pasien ini berdasarkan anamnesis untuk mengetahui faktor
pencetusnya tidak ditemukan dari faktor eksterna dan hal ini dapat memungkinkan
terjadi nya gatal akibat faktor interna salah satunya faktor psikologis atau dermatitis
atopi yang belum diketahui.3
Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronik sirkumskripta adalah pruritus.
Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan
kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan
penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus
dengan lesi. Pasien dengan liken simpleks kronik mempunyai gangguan metabolik atau
gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada penyakit
sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins lymphoma,
polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan infeksi
imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dan gigitan serangga.
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan
penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan,
maka disebut liken simpleks kronik sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus
8
diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun
sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari
adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin
Gene-Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini
ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada liken simpleks kronik
sirkumskripta.4
9
membaik bila digaruk, setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara
(karena diganti dengan rasa nyeri). Keparahan gatal dapat diperburuk dengan
berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah pada
saat terjadi stress psikologis.1
Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang
menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit
semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa,
lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian tengah berskuama dan
menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih dari satu
tempat.1,2
Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah di skalp, tengkuk, samping
leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial,
lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian bagian depan, dan punggung
kaki. Liken simpleks kronik di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya
pada wanita, berupa plak kecil, di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke
skalp. Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis dapat
berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita yang
berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan
mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan
berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering
di ekstremitas.1,2 Pada pasien ini ditemukan gejala yang sama sesuai dengan diatas
10
yaitu rasa gatal yang terjadi pada saat waktu tidak beraktivitas, lebih membaik jika
digaruk, adanya plak likenifikasi dan predileksi tempatnya yaitu pada punggung
kaki.
11
Diagnosis liken simpleks kronik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada liken simpleks kronik adalah melakukan tes laboratorium dan histopatologi.
Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan pemeriksaan spesifik untuk
menunjang liken simpleks kronik. Pada pemeriksaan histopatologi liken simpleks
kronik didapatkan hasil berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rate
ridges memanjang teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit disekitar
pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah dan kolagen menebal.5
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan histopatologis.
12
kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi
yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga membantu
mengurangi hiperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva,
scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid
yang low-poten, pemakaian High-Potent Steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit yang tebal.1,3,4
Menurut literature lain tatalaksana liken simpleks kronik adalah dengan pemberian
Steroid Topical Potent, kortikosteroid intralesi dan keratolitik seperti As.Salisil,
Capcaisin, Tacrolimus, Pimecrolimus, dan Cryotherapy.5 Pada pasien ini diberikan
Ikaderm 10 gr ointment 15 gr, Vaselin alba 15 gr dan obat sistemik Cetirizine 1 x
10 gr. Ikaderm merupakan 0,05% Clobetasol propionate yang merupakan
kortikosteroid golongan I yaitu super poten. Penggunaan kortikosteroid ini
berfungsi sebagai untuk mengurangi reaksi inflamasi, mengurangi pruritus dan
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pada tatalaksana ini pemberian
kortikosteroid topikal sudah sesuai dengan teori. Antipruritus pada neuroderamtitis
bertujuan untuk pengendalian terhadap pelepasan histamine secara endogen
sehingga mengurangi efek pruritus. Pada pasien ini digunakan Cetirizine yaitu
antihistamin dengan sedasi rendah / merupakan generasi II.
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronik bergantung dari kondisi pasien,
apabila ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai.
Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari
gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. Pencegahan pada tahap awal dapat
menghambat proses penyakit ini. Jika rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang
ringan dan perubahan pigmentasi dapat diatasi setelah dilakukan pengobatan. Pada
liken simpleks kronik relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan
emosional yang meningkat. Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium
awal dapat membantu untuk mengurangi proses likenifikasi.6
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularsito, SA. Liken simpleks kronik Sirkumskripta. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah
B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ;
2015.p. 183-85.
2. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In: Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition.McGraw-Hill’s.p.907-15
3. Burgin, Susan. Nummular Eczema and Lichen Simplex Chronicus/Prurigo
Nodularis. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill: 2008.p158-61
4. Thorstensen K, Birenbaum D. Recognition and Management of Vulvar
Dermatologic Conditions: Lichen Sclerosus, Lichen Planus, and Lichen Simplex
Chronicus. Journal of Midwifery & Women's Health. 2012;57:260-75.
5. Pleimes M, Wiedemeyer K, Hartschuh W. Lichen simplex chronicus of the anal
region and its differential diagnoses. A case series. Der Hautarzt 2009;60:907- 12.
6. Gunasti S, Marakli SS, Tuncer I, etal: Clinical and histopathological findings of
‘psoriatic neurodermatitis’ and of typical lichen simplex chronicus. J Eur Acad
Dermatol Venereol 2007; 21:811-17.
14