KATARAK TRAUMATIK
Pembimbing :
Dr. Dian Mulyawarman, Sp. M
Penyusun :
Rilus Salawane
10.2011.208
LAPORAN KASUS
II
IDENTITAS
Nama
: Tn. H
Tanggal lahir
: 23 Agustus 1962
Umur
: 54 th
Status penikahan
: Menikah
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Tanggal pemeriksaan
ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 10 November 2016
Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat sejak 1
bulan yang lalu.
Satu bulan setelah kejadian tersebut pasien merasakan bahwa pandangannya agak
buram, namun pasien tidak memeriksakan keluhannya tersebut ke dokter. Satu bulan
yang lalu keluhan dirasakan memberat, pasien mulai merasa terganggu karena
penglihatannya memburuk, pasien mengatakan bahwa penglihatan mata kanannya yang
menjadi lebih buruk dibandingkan mata kiri. Satu minggu yang lalu pasien menyadari
bahwa timbul bercak putih di tengah bola mata kanannya, hal ini menyebabkan pasien
memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke rumah sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Kepala/Leher
Mulut
Abdomen
Ekstremitas
Status Ophtalmologi
KETERANGAN
OD
1. VISUS
- Visus
1/300
- Koreksi
- Addisi
- Distansia pupil
Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran
Normal
- Eksoftalmus
- Endoftalmus
- Deviasi
- Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna
Hitam
- Simetris
Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema
- Nyeri tekan
- Ekteropion
- Entropion
- Blefarospasme
- Trikiasis
- Sikatriks
- Punctum lakrimal
Normal
- Fissure palpebral
- Tes anel
Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatriks
- Hordeolum
- Kalazion
6. KONJUNGTIVA BULBI
OS
6/9
Tidak dilakukan
Normal
Baik ke segala arah
Hitam
Normal
Normal
Tidak dilakukan
-
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium
- Pinguekula
- Flikten
- Nevus Pigmentosus
- Kista Dermoid
7. SKLERA
- Warna
- Ikterik
- Nyeri Tekan
8. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Test Placido
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10. IRIS
- Warna
- Kripta
- Sinekia
- Kolobama
Putih
-
Putih
-
Jernih
Rata
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan
Jernih
Rata
Normal
Baik
+
Tidak dilakukan
Cukup
Jernih
-
Cukup
Jernih
-
Coklat
-
Coklat
-
11. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks Cahaya Langsung
- Refleks Cahaya Tidak Langsung
12. LENSA
Kejernihan
Letak
Test Shadow
13. BADAN KACA
Kejernihan
14. FUNDUS OCCULI
Batas
Warna
Ekskavasio
Rasio arteri : vena
C/D rasio
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. PALPASI
Nyeri tekan
Masa tumor
Tensi Occuli
Tonometry Schiotz
16. KAMPUS VISI
Tes Konfrontasi
IV
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+
Keruh
Tengah
-
Jernih
Tengah
-
Jernih
Jernih
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
RESUME
Pasien laki-laki berusia 54 tahun datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat
sejak sebulan yang lalu. Satu tahun yang lalu pasien pernah terjatuh saat berjalan dan mata
kanannya terbentur, tidak ada bengkak, tidak ada darah yang keluar, hanya keluar air mata
dan mata menjadi merah. Pandangan saat itu menjadi buram sejenak setelah terbentur. Satu
bulan setelah kejadian tersebut pasien merasakan bahwa pandangannya agak buram, namun
pasien tidak memeriksakan keluhannya tersebut ke dokter. Satu bulan yang lalu keluhan
dirasakan memberat, Satu minggu yang lalu pasien menyadari bahwa timbul bercak putih di
tengah bola mata kanannya.
Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis: tanda-tanda vital dalam batas normal,
status ophtalmologi:
OD
OS
Visus
1/300
6/9
TIO
Conj
Normal
Normal
Jernih
Jernih
CoA
Cukup
Cukup
Bulat, 3mm, RC +
Bulat , 3mm, RC +
Sinekia -
Sinekia -
Jernih
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Traumatik OD
VI
DIAGNOSIS BANDING
Katarak komplikata ODS
VII
PENATALAKSANAAN
-
VIII
Bonam
Ad sanationam
Bonam
Ad fungsionam
Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata
yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa
dari trauma mata. Katarak traumatik paling sering karena adanya cedera yang disebabkan oleh
benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul pada bola mata.1
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus siliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat humor aqueous; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membrane semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.1
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi
sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang terbentuk
dari penyambungan tepi-tepi serat lamellar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y
ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.1
Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan
lapisan epitel subkapsular.1
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula
(zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan
corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein (kandungan proteinnya
tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi.1
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di lensa.1
Lensa merupakan struktur transparan yang berperan penting dalam fungsi mekanisme
penglihatan. Fisiologi dari lensa mencakup transparansi lensa, aktivitas metabolik lensa, dan
akomodasi.3
Faktor yang memegang peran penting untuk mempertahankan kejernihan dan transparansi lensa
adalah3
Avaskularitas
Mekanisme pompa membrane serat lensa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air pada
lensa, mengatasi dehidrasi relative
Auto-oksidasi dan tingginya konsentrasi dari berkurangnya glutation pada lensa mengatur protein
lensa dalam kondisi mengurangi dan memastikan integritas pompa membrane sel
Dalam metabolisme lensa, lensa membutuhkan suplai energi terus menerus untuk
transport aktif ion dan asam amino, mengatasi dehidrasi lensa, dan untuk sintesis protein dan
GSH berkelanjutan. Kebanyakan energy yang diproduksi diutilisasi di epitel dimana tempat
utama proses transport aktif. Hanya sekitar 10-20% ATP yang dihasilkan digunakan untuk
sintesis protein.3
Lensa sebagai struktur avaskular sangat bergantung pada metabolisme pertukaran kima
dengan humor aqueous. Komposisi kimia dari lensa dengan humor aqueous dan pertukaran
kimia diantaranya digambarkan pada gambar 2.3
Glukosa merupakan sumber esensial untuk fungsi lensa yang normal. Aktivitas metabolik
lensa sangat terbatas pada epitel dan korteks, ketika nukleus lensa relative inert. Dalam lensa,
80% glukosa dimetabolisme secara anaerob dengan jalur glikolisis, 15% HMP shunt dan
proporsi kecil lewat siklus krebs. Jalur sorbitol tidak benar dalam lensa yang normal,
sementara jalur ini penting pada pasien katarak diabetikum dan katarak galaktosemia.3
Gambar 2. Komposisi kimia dari lensa berhadap-hadapan dengan humor aqueous dan
pertukaran kimia diantaranya.3
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris
adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian anterior. Badan
siliaris memiliki dua komponen utama: otot siliaris dan anyaman kapiler yang menghasilkan
humor akueus. Otot siliaris adalah suatu cincin melingkar otot polos yang melekat ke lensa
melalui ligamentum suspensorium.4
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini
menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium berkurang. Ketika
tarikan ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih bulat karena
lensa menjadi membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa
menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih konveks
dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom, dengan
stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis menyebabkannya
berkontraksi.4
Epidemiologi
Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap tahunnya. Kurang
lebih 4-5% dari pasien-pasien mata yang membutuhkan perawatan komperhensif merupakan
keadaan sekunder akibat trauma mata. Trauma merupakan penyebab tertinggi untuk buta
monokular pada orang kelompok usia di bawah 45 tahun. Setiap tahunnya diperkirakan 50.000
orang
tidak dapat membaca koran sebagai akibat trauma mata.5
Dilihat dari jenis kelamin perbandingan tejadian katarak traumatik laki-laki dan
perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study melaporkan ratarata usia penderita
katarak traumatik adalah 28 tahun dari 648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata.5
Etiologi dan Patofisiologi
Pada katarak traumatik, lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena
gangguan pada kapsul lensa memungkinkan humor aqueos dan kadang-kadang humor vitreous
dapat menembus ke dalam struktur lensa. Pasien biasanya adalah para pekerja industri yang
memiliki riwayat tercolok dengan baja. Misalnya, fragmen dari palu baja dapat melewati kornea
dan lensa pada tingkat kecepatan yang luar biasa yang bersarang pada vitreous atau retina.1
Trauma tumpul paling sering menyebabkan cedera ocular berupa benturan atau
tumbukan. Tumbukan adalah mekanisme yang memberikan dampak langsung, dan menyebabkan
terbentuknya cincin Vossius (pada pigmen iris) yang kadang-kadang ditemukan pada kapsul
lensa anterior akibat cedera tumpul. Ketika permukaan anterior mata mengalami tumbukan,
terjadi pemendekan anterior-posterior yang cepat disertai oleh peregangan dari garis equator.
Peregangan ini dapat mengganggu kapsul lensa, zonules, atau keduanya.
lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya
mada lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa
lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya yang dapat memberikan bentuk
endoftalmitis fakolitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat
korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering atau bila
epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang diperiksa dapat meliputi visus, lapangan pandang, dan pupil.
Diperiksa apakah adanya kerusakan ekstraokular, seperti fraktur tulang orbita, gangguan saraf
traumatik. Tekanan intraokular diperiksa apakah tinggi biasanya karena glaukoma sekunder dan
adanya perdarahan retrobulbar. Pada bilik anterior diperiksa adanya hifema, iritis, iridodonesis,
robekan sudut. Pada katarak yang paling penting diperiksa adalah lensa mata, diperiksa apakah
adanya kekeruhan, subluksasi, dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior). Pada vitreus
apakah ada atau tidak perdarahan dan perlepasan vitreus posterior. Pada fundus diperiksa adanya
Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan subretina, kondisi saraf optik.5
Gejala
klinis
pada
pasien
katarak
berupa
keluhan
pandangan
kabur, yang
biasanya bertambah buruk jika melihat objek yang jauh secara mendadak. Selain itu pasien
katarak seringkali mengeluhkan monocular diplopia. Silau juga menjadi gejala yangsering
muncul. Pasien mengeluhkan bahwa mereka tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan
terang. Mata menjadi merah lensa opak dan mungkin terjadi perdarahan intraocular. Apabila
humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata mata menjadi sangat lunak. Pasien juga
memiliki riwayat mengalami trauma.1,5,6
Dari pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop adalah adanya opasitasyang seringkali
terlihat sebagai black spoke pada refleks fundus. Penting untuk mendilatasikan pupil dan
memeriksanya pada ruangan yang gelap. Seringkali pada katarak traumatik yang disebabkan oleh
kontusio dapat terlihat opasifikasi berbentuk stellate atau rosette (katarak rosette), biasanya
terletak di aksial. Pada trauma tembus, cedera pada kapsul mata dapat sembuh, yang
menyebabkan katarak kortikal fokal yang stasioner.5,6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila terjadi pada
anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.
Untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis, maka dapat diberikan antibiotik
sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa hari. Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3
kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan
sinekia posterior.1,5
Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien
dapat terbentuk cincin soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan.
Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa. Jika terjadi
penyulit tersebut maka harus segera dilakukan ekstraksi lensa.1,5
Jika terjadi glaukoma karena katarak traumatik ini, maka tekanan intraokular dapat
dikontrol dengan pengobatan standar. Dapat diberikan kortikosteroid jika partikel lensa
merupakan penyebabnya atau jika terjadinya iritis. Untuk katarak fokal, observasi saja bisa
dilakukan jika katarak berada di luar sumbu penglihatan. Terapi miotik bisa bermanfaat jika
katarak terletak dekat dengan sumbu penglihatan. Dalam beberapa kasus subluksasi lensa, miotik
dapat memperbaiki diplopia monokuler. Midriatik dapat diberikan untuk memperbaiki
penglihatan pada sekitar lensa dengan koreksi aphakia.1,5
Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan
mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode follow up, bedah katarak jangan ditunda
walaupun masih terdapat peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya
digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak
kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.5
Penatalaksanaan bedah
Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus- kasus katarak
traumatik. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular harus diketahui/ diprediksi. Pada
kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma, inflamasi, atau hambatan visual, pembedahan mungkin
tidak diperlukan. Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus katarak
traumatik adalah sebagai berikut:5
-
Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik.
Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti phakolitik, phakomorpik, blok pupil,
glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, ruptur koroid, hipema, perdarahan
retrobulbar, neurophati optik traumatik.5
Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadinya
trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.5
KESIMPULAN
Katarak traumatik paling sering karena adanya cedera yang disebabkan oleh benda asing
yang mengenai lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Katarak traumatik merupakan katarak
yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun
tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat
muncul akut, subakut, atau pun gejala sisa dari trauma mata.
Peluru dari senapan angin dan kembang api adalah penyebab yang paling sering,
penyebab lainnya bisa karena anak panah, batu, memar, paparan panas dalam waktu yang lama
(katarak glassblower), dan radiasi ionisasi. Sebagian besar kejadian katarak traumatik dapat
dicegah. Dalam bidang industri, dapat dicegah dengan memakai sepasang kacamata pengaman.
Gejala
klinis
pada
pasien
katarak
berupa
keluhan
pandangan
kabur, yang
biasanya bertambah buruk jika melihat objek yang jauh secara mendadak. Selain itu pasien
katarak seringkali mengeluhkan monocular diplopia. Silau juga menjadi gejala yangsering
muncul. Pasien mengeluhkan bahwa mereka tidak dapat melihat dengan baik dalam keadaan
terang. Mata menjadi merah lensa opak dan mungkin terjadi perdarahan intraocular. Apabila
humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata mata menjadi sangat lunak. Pasien juga
memiliki riwayat mengalami trauma.
Ada tiga macam teknik pembedahan pada katarak, yaitu: Ekstraksi Katarak Intrakapsular,
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler, dan Fakoemulsifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1
Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC; 2010.
Yanoff M, Duker JS. Ophthalmology. 4th edition. New York: Elsevier Saunders; 2014.
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age
International; 2007.
Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont: Brooks/Cole;
2010.
Galloway, N. R, et al. Common eye diseases and their management. Third Edition. SpingerVerlag. London: 2006.
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia, Jakarta. 2008.