Anda di halaman 1dari 4

BAHAN MAKALAH Pemeriksaan penunjang tambahan: 1 Pemeriksaan mikroskopis sputum dengan pewarnaan Gram Pewarnaan gram dapat mengklasifikasi

bakteri menjadi gram positif dan gram negatif dan membantu menentukan diagnosis, pemilihan perbenihan untuk kultur serta pemilihan pemberian antibiotic yang tepat untuk pengobatan. Pengambilan sputum pada anak dengan cara bilas lambung.

Kultur sputum dan uji resistensi bakteri Kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit yang diderita pasien dan uji resistensi berguna dalam tahap pemberian antibiotik

Tatalaksana Tatalaksana pada pasien ini adalah: 2 Rawat inap oleh karena pasien adalah bayi dan mengalami sesak nafas. Pemberian cairan intravena dan oksigen. Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan intravena dan oksigen (1 2 l/mnt). Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus. Pemberian nutrisi yang adekuat. Pada pasien ini, berat badannya kurang dan untuk mencapai hasil pengobatan yang baik maka gizi pasien perlu diperbaiki. Pasien yang mengalami sesak yang berat dapat dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oral dapat segera diberikan. Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT (selang nasogastrik) drip susu atau makanan cait. Pemberian antibiotik kombinasi beta-laktam/ klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga. Terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan meningitis. Bila keadaan sudah stabil, antibiotic dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari. 3 Antipiretik

TINJAUAN PUSTAKA TATALAKSANA PNEUMONIA PADA ANAK 3 Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distress pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotic yang sesuai. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgesik/ antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi. Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Tetapi antibiotic harus segera diberikan pada anak dengan pneumoniayang diduga disebabkan oleh bakteri. Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotic dipilih berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotic empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis.

Pneumonoia rawat jalan Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini pertama secara oral misalnya amossisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotic tunggal oral dengan efektifitas yang mencapai 90%. Penelitian multi senter di Pakistan menemukan bahwa pada pneumonia rawat jalan, pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari mempunyai efektifitas yang sama. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mm/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4 mm/kgBB TMP 20mg/kgBB sulfametoksazol

Makrolid baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternative beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.pneumoniae dan bakteri atipik

Pneumonia rawat inap Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap beta-laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin, sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi antibiotic diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi, meskipun tidak ada studi control mengenai lama terapi antibiotic yang optimal. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotic intravena harus dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil sering terjadi sepsis dan meningitis, antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti kombinasi betalaktam/klavulanat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotic dapat diganti dengna antibiotic oral selama 10 hari. Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic beta-laktam dengan/atau tanpa klavulanat; pada kasus yang lebih berat diberikan betalaktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil, antibiotic diganti dengan antibiotic oral dan berobat jalan. Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan antibiotik betalaktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan kloramfenikol. Akan tetapi banyak peneliti melaporkan resistensi Streptococcus pneumonie dan Haemophilus influenzae mikroorganisme paling penting penyebab pneumonia pada anak terhadap kloramfenikol.

DAFPUS

1. Kumala W. Pewarnaan Gram. In: Kumala W, editor. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Kinik. Jakarta: Universitas Trisakti; 2009. p. 11. 2. Robinson MJ. Acute Respiratory Infections in Childhood. In: Robinson MJ, Lee EL, editors. Paediatric Problems in Tropical Countries. 2nd ed. Singapore: PG Publishing; 1991. p. 218-26. 3. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI; 2008. p. 363-4.

Anda mungkin juga menyukai