Cakupan :
Halaman
1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1966- 2
1983
2. Arah Kebijakan 1966-1983 5
3. Langkah-Langkah Strategis 1966-1983 6
4. Kebijakan Devisa di Indonesia 1966-1983 7
5. Kebijakan nilai tukar di Indonesia 1966-1983 8
6. Kebijakan hutang luar Negeri 1966-1983 9
1
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
Sampai dengan tahun 1967, Indonesia menerapkan sistem kontrol devisa yang
ketat. Hal ini sesuai dengan UU No. 32/1964 tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa
yang menetapkan bahwa devisa yang berasal dari kekayaan alam dan usaha
Indonesia dikuasai oleh negara. Konsekuensinya, eksportir wajib menjual devisa
hasil ekspor pada bank devisa yang selanjutnya dijual lagi ke BI. Selain itu, warga
negara atau badan hukum Indonesia juga wajib mendaftar dan menyimpan surat
berharga dalam valuta asing yang dimilikinya di bank devisa pemerintah.
2
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
pemerintah dan beberapa bank swasta. Pada 20 Agustus 1971, untuk merangsang
kegiatan menabung, BI memprakarsai gerakan tabungan nasional melalui Program
Tabanas dan Taska sebagai pengganti Program Deposito Berjangka (1968) dan
Program Tabungan Berhadiah pada 1969. Kedua program ini dinilai lebih baik dari
program sebelumnya, antara lain karena berskala gerakan nasional.
Tingginya harga minyak bumi di pasar internasional pada tahun 1973 mendatangkan
pendapatan yang cukup besar bagi pemerintah. Hal ini memungkinkan pemerintah
memacu kegiatan pembangunan ekonomi dan melaksanakan program pemerataan
pembangunan lewat penyediaan kredit likuiditas, termasuk pemberian kredit untuk
mendorong kegiatan ekonomi lemah. Tetapi, pengucuran deras kredit perbankan
tersebut mengakibatkan uang beredar meningkat dalam jumlah yang cukup besar.
Akibatnya, tingkat inflasi 1973/1974 melonjak tajam menembus angka 47%.
Program stabilisasi yang dilakukan oleh pemerintah pada 1974 tersebut sangat
berperan dalam menurunkan laju inflasi dari 47,40% pada 1973/1974 menjadi 21%
pada 1974/1975. Hal ini memberi peluang Pemerintah untuk menurunkan suku
bunga deposito dan kredit jangka pendek terutama ekspor dan perdagangan dalam
negeri pada Desember 1974 guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi
3
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
4
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
Pergantian Pemerintahan pada tahun 1966 dari orde lama ke orde baru,
berpengaruh secara signifikan terhadap arah pembangunan ekonomi di Indonesia.
Pergantian Pemerintahan pada tahun 1966 dari orde lama ke orde baru,
berpengaruh secara signifikan terhadap arah pembangunan ekonomi di Indonesia.
Secara garis besar arah pembangunan ekonomi pada periode ini tertuju pada dua
sasaran utama, yaitu perbaikan kondisi warisan periode sebelumnya dan stabiliasi
menuju peningkatan taraf hidup rakyat sebagaimana tertuang dalam GBHN.
5
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
6
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
Di awal periode ini, bidang devisa ditandai oleh deficit neraca pembayaran sebesar
USD364 juta dan tidak terbayarnya pinjaman luar negeri sebesar USD 2,4 milyar.
Di awal periode ini, bidang devisa ditandai oleh deficit neraca pembayaran sebesar
USD364 juta dan tidak terbayarnya pinjaman luar negeri sebesar USD2,4 milyar.
Oleh karena itu, melalui Peraturan Pemerintah No.64 tahun 1970 menggantikan UU
No.32 Tahun 1964, Pemerintah melonggarkan pengawasan devisa dan membuka
kesempatan bagi masuknya penerimaan modal asing. Kebijakan tersebut
dimaksudkan untuk melancarkan kegiatan ekspor dan lalu lintas devisa. Dalam
Peraturan pemerintah tersebut diperkenalkan dua macam devisa, yaitu Devisa
Umum (DU) dan Devisa Kredit (DK). DU berasal dari perdagangan barang dan jasa,
sedangan DK berasal dari bantuan luar negeri, yaitu berupa pinjaman luar negeri
dan hibah.
Bank Indonesia diberi tugas melakukan pengawasan lalu lintas devisa. Sementara
itu, Pemerintah juga membentuk Lembaga Pengembangan Ekspor nasional (LPEN)
guna meningkatkan ekspor. Tugas LPEN tersebut antara lain menyediakan dan
memberikan penerangan kepada jawatan Pemerintah, eksportir dan pembeli di luar
negeri.
Kebijakan devisa semi terkontrol tersebut berlaku hingga tahun 1982. Selanjutnya
Indonesia menganut kebijakan devisa bebas berdasarkan PP No.1 tahun 1982.
Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki
dan menggunakan devisa tanpa mengatur tentang kewajiban melapor, tidak seperti
di negara-negara lain.
7
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
Dengan Peraturan Pemerintah tanggal 28 Juli 1967, multiple exchange rate system
disederhanakan dengan cara mematok nilai tukar Rupiah terhadap USD berdasarkan
dua nilai tukar dasar, yaitu System Bonus Ekspor dan Devisa Pelengkap (DP).
Dengan Peraturan Pemerintah tanggal 28 Juli 1967, multiple exchange rate system
disederhanakan dengan cara mematok nilai tukar Rupiah terhadap USD berdasarkan
dua nilai tukar dasar, yaitu System Bonus Ekspor dan Devisa Pelengkap (DP). Dalam
hal ini, eksportir setiap menjual devisa hasil ekspor memperoleh bonus ekspor dan
devisa pelengkap. Bonus ekspor digunakan untuk impor atau pembelian barang yang
diprioritaskan, sedangkan DP digunakan untuk segala macam tujuan.
System nilai tukar ganda ini kemudian dicabut pada tanggal 17 April 1971 dan
diganti dengan nilai tukar tunggal sebesar Rp.378,- per USD1,-
Nilai tukar dimaksud kemudian didevaluasi menjadi Rp.415,- per USD pada tanggal
23 Agustus 1971. Selanjutnya, pada tanggal 15 November 1978 didevaluasi lagi
menjadi Rp.625,- per USD1,- dan sekaligus mengubah system nilai tukar dari
sebelumnya hanya dikaitkan dengan USD diganti dengan sekeranjang mata uang
mitra dagang utama.
Dengan perubahan ini maka nilai tukar Rupiah semakin didekatkan pada berbagai
pasar sehingga diharapkan dapat lebih mendorong ekspor. Di akhir periode ini,
tepatnya 30 Maret 1983 dilakukan devaluasi lagi sehingga menjadi Rp.970,- per
USD1,-
8
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Bank Indonesia
Pada awal periode ini, Pemerintah memulai pelaksanaan APBN yang berimbang
dengan utang luar negeri sebagai sumber dana penyeimbangnya.
Pada awal periode ini, Pemerintah memulai pelaksanaan APBN yang berimbang
dengan utang luar negeri sebagai sumber dana penyeimbangnya. Selain itu,
kebijakan Pemerintah adalah mengusahakan untuk memperoleh persetujuan
penjadwalan kembali utang-utang luar negeri (lama) yang diperoleh pemerintahan
sebelumnya dari negara-negara donor, baik blok barat maupun blok timur. Selain
itu, juga diusahakan memperoleh utang baru untuk membiayai program
pembangunan sehingga tidak lagi semata-mata mengandalkan pembiayaan dari
bank sentral.
Usaha penjadwalan kembali utang lama Pemerintah dilakukan melalui forum The
Paris Club, dengan Pemerintah Belanda sebagai tuan rumah. Pertemuan tersebut
dimaksudkan untuk memperoleh persetujuan penjadualan kembali utang-utang lama
Pemerintah. Setelah melalui beberapa pertemuan, dalam pertemuan Paris Club April
1970, disetujui cara-cara pembiayaan utang lama, yaitu utang pokok dibayar selama
30 tahun dari tahun 1970 hingga tahun 1999 dengan cara angsuran tahunan dan
pembayaran bunga pinjaman dilakukan dalam 15 kali angsuran mulai tahun 1981.
Utang pokok akan dibayar dalam jangka waktu 30 tahun dengan jumlah angsuran
tahunan yang sama. Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada tahun 1970,
sedangkan utang bunga akan dibayar dalam jangka waktu 15 tahun dengan jumlah
angsuran tahunan yang sama. Pembayaran angsuran bunga dilakukan mulai tahun
1985.