Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENDELEGASIAN DAN SUPERVISI

OLEH KELOMPOK IX KELAS B 10.B:

 I WAYAN SUWARNAYASA (17322)


 NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
 NI KADEK SUDARYANTI (1732228)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
NON REGULER
2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Manajemen
Keperawatan dengan materi Pendelegasian dan Supervisi” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri,


melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan


pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 20 Oktober 2018

Penulis

2
Daftar Isi

Halaman
Cover.............................................................................................................................1
Kata Pengantar...............................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
1.4 Metode.................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................7
2.1 Pengertian dan Tujuan Pendelegasian.................................................................7
2.2 Konsep Dasar Pendelegasian Yang Efektif..........................................................9
2.3 Syarat-Syarat Pendelegasian..............................................................................11
2.4 Hambatan Dalam Pendelegasian.......................................................................12
2.5 Supervisi (Klinis) Dalam Keperawatan.............................................................13
2.6 Tujuan Dan Manfaat Dari Supervisi..................................................................14
2.7 Tingkatan Supervisi...........................................................................................16
2.8 Ruang Lingkup Kegiatan Supervisor................................................................17
2.9 Kompetensi Supervisor Klinik..........................................................................18
2.10 Teknik Supervisi..............................................................................................19
2.11 Tahap-Tahap Pelaksanaan Supervisi Klinis.....................................................20
2.12 Laporan Supervisi Dan Tindak Lanjut.............................................................21
BAB III........................................................................................................................22
3.1 Simpulan............................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajerial

keperawatan yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam

menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas. Manajemen

keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumbersumber keperawatan

dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan

keperawatan.

Hal ini tentu perlu didukung oleh seorang manajer yang mempunyai

kemampuan manajerial yang handal untuk melaksanakan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian aktivitas-aktivitas keperawatan.

Pendelegasian dan supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan

untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah terprogram agar dapat

dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Supervisi dalam keperawatan bukan hanya sekedar kontrol,tetapi mencakup

penentuan kondisi-kondisi atau syaratsyarat personal maupun material yang

diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan

efisien. Kepala ruang sebagai seorang supervisor bertanggung jawab dalam supervisi

keperawatan kepada pasien.

Kepala ruang merupakan ujung tombak tercapai tidaknya tujuan pelayanan

keperawatan di rumah sakit. Kepala ruang bertanggungjawab mengawasi perawat

pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan. Peran kepala ruang sebagai

4
supervisor sangat penting. Peran supervisor dapat menentukan apakah pelayanan

keperawatan (nursing care delivery) mencapai standar mutu atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah yang kami
kemukakan dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian dan tujuan pendelegasian?
2. Bagaimanakah konsep dasar pendelegasian yang efektif?
3. Apa sajakah syarat-syarat pendelegasian?
4. Apa sajakah hambatan dalam pendelegasian?
5. Apakah yang dimaksud dengan supervisi (klinis) dalam keperawatan?
6. Apakah tujuan dan manfaat dari supervisi?
7. Apa sajakah tingkatan supervisi?
8. Dimana sajakah ruang lingkup kegiatan supervisor?
9. Kompetensi apa sajakah yang dimiliki supervisor klinik?
10. Bagaimanakah teknik supervisi?
11. Bagaimanakah tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis?
12. Bagaimanakah laporan supervisi dan tindak lanjut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen Keperawatan serta untuk menambah pengetahuan
tentang keperawatan khususnya manajemen dalam keperawatan dan yang
termasuk didalamnya adalah pendelegasian dan supervisi
1.3.2 Tujuan Khusus
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pendelegasian

5
2. Untuk mengetahui konsep dasar pendelegasian yang efektif
3. Untuk mengetahui syarat-syarat pendelegasian
4. Untuk mengetahui hambatan dalam pendelegasian
5. Untuk mengetahui supervisi (klinis) dalam keperawatan
6. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari supervisi
7. Untuk mengetahui tingkatan supervisi
8. Untuk mengetahui ruang lingkup kegiatan supervisor
9. Untuk mengetahui kompetensi supervisor klinik
10. Untuk mengetahui teknik supervisi
11. Untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan supervisi klinis
12. Untuk mengetahui laporan supervisi dan tindak lanjut

1.4 Metode
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode
kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan baik
melalui media internet maupun materi kuliah yang diberikan oleh dosen
pembimbing/pengajar.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Pendelegasian


2.1.1 Pengertian

Menurut Marquis dan Huston (1998) dalam Nursalam (2014) bahwa

pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Dapat juga

diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas kepada seseorang atau kelompok

dalam menyelesaikan tujuan organisasi.

Definisi pendelegasian secara sederhana adalah menyelesaikan tugas melalui

orang lain atau mengarahkan tugas kepada satu orang atau lebih untuk mencapai

tujuan organisasi. Namun, definisi yang lebih komplek dari pendelegasian, superfisi,

dan penugasan telah dibuat oleh American Nurses Association (ANA) dan National

Council of State Boards of Nursing (NCBSN) sebagai respon terhadap adanya

kompleksitas pendelegasian di area pelayanan kesehatan dewasa ini, yaitu

meningkatnya jumlah pekerja, yang relative tidak terlatih dan tidak memilik izin,

yang merawat pasien secara langsung.

ANA (2008) mendefinisikan pendelegasian sebagai pemindahan tanggung

jawab dalam melakukan tugas dari satu orang ke orang lain. NCBSN (2010)

mendefinisikan pendelegasian sebagai pemberian wewenang kepada individu yang

kompeten untuk melakukan aktivitas keperawatan tertentu pada situasi yang

ditentukan.

7
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik simpulan bahwa

pendelegasian adalah pemberian suatu wewenang kepada seseorang atau kelompok

orang yang berkompeten untuk melakukan aktivitas keperawatan tertentu pada situasi

yang ditentukan dalam menyelesaikan tujuan bersama.

2.1.2 Tujuan Pendelegasian

Beberapa hal yang melandasi dari tujuan pendelegasian, antara lain:

1. Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani

setiap tugas sendiri.

2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.

3. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih

diprioritaskan.

4. Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran

dari kesalahan.

5. Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam

pembuatan keputusan.

6. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang

lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.

7. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

8. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat dapat memusatkan perhatian

terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.

8
9. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan

berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk

belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

2.2 Konsep Dasar Pendelegasian Yang Efektif

Lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian. Lima konsep

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi

suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer

keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam

melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model

asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat primer (PP)

melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada perawat pendamping/associate (PA). Perawat primer memberikan

tanggung jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.

2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat

primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk

melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau

menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP memberikan wewenang

kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi:

a. Pengkajian kebutuhan pasien;

9
b. Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain;

c. Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan

dengan aman dan kompeten;

d. Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang;

e. Ketersediaan supervisi yang cukup oleh PP;

f. Proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang;

g. Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA.

3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,

mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan

kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan

ditentukan oleh:

a. Intervensi keperawatan yang diperlukan;

b. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut;

c. Bantuan apa yang diperlukan;

d. Hasil apa yang diharapkan.

4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan

yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA

melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukkan rasa

percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri.

Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita

lakukan?” Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang untuk

melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam

10
melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang

serasi.

5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi

yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah

komunikasi antara PP dan PA (Nursalam, 2014).

2.3 Syarat-Syarat Pendelegasian

Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.

Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan spesifik,

target waktu, dan pelaksanaan tindakan keperawatan.

1. Tujuan spesifik.

Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas

sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan.

2. Target waktu.

Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam memberikan

pendelegasian kepada PA. Pada perencanaan keperawatan kepada pasien, PP

harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai indikator keberhasilan

asuhan keperawatan.

3. Pelaksanaan tindakan keperawatan.

PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi keperawatan

yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian dan pengambilan

keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan dilaksanakan.

11
Gambar 1: Contoh Pendelegasian Askep pada MAKP

2.4 Hambatan Dalam Pendelegasian

Delegasi dalam praktek keperawatan profesional sering mengalami masalah,

dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini diarenakan tiga hal :

1. Under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang

yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.

2. Over-delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi

penyalahgunaan wewenang.

3. Unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang ditemukan

adalah, pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan delegasi hanya

karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena

kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur Subyektif.

Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung

jawab, kemampuan dan wewenang. Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rsa

12
tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas, kemampuan (accountability)

adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas limpah. Wewenang

(authorirty) adalah pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas limpah untuk

mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang di limpah.

2.5 Supervisi (Klinis) Dalam Keperawatan

Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses

pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-

tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dapat dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial. Hampir semua tugas teknis dapat

didelegasikan oleh supervisor kepada stafnya. Sementara, tidak semua tugas

manajerial dapat didelegasikan karena memerlukan supervisi dan pemberian

wewenang. Misalnya, staf dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian,

dan kegiatan yang lainnya tetapi tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi,

pelaksanaan masih merupakan hak dan wewenang seorang supervisor (Nursalam,

2014).

Supervisi klinik tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,

tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif, mendahulukan penghargaan terhadap

pencapaian hasil positif dan memberikan jalan keluar terhadap hal yang masih belum

dapat dilakukan. Perawat tidak sekedar merasa dinilai akan tetapi dibimbing untuk

melakukan pekerjaannya secara benar (Keliat, 2008).

13
2.6 Tujuan Dan Manfaat Dari Supervisi

2.6.1 Tujuan Supervisi

1. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan/khusus tenaga baru

2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan

3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari dan mengerti


terhadap peran, fungsi dan tugas sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan

4. Memberikan layanan dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan


apabila menghadapi kendala dalam pelaksanaan

5. Mengembangkan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan

2.6.2 Manfaat Supervisi

Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :

1. Manfaat bagi perawat pelaksana

a. Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya

diri.

b. Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan

mencerminkan pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat

meningkatkan kepuasan kerja perawat.

c. Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi

yang dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat

meningkatkan profesionalisme dan pengembangan pribadi

serta komitmen untuk belajar secara terus menerus.

d. Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab

atas pekerjaan mereka dan keputusan – keputusan yang diambil

14
2. Manfaat bagi manajer

Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam

mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga

kualitas pelayanan yang bermutu dapat tercapai.

3. Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien

Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan

kualitas dari pelayanan dan keamanan pasien. Supervisi memegang

peranan utama dalam mendukung pelayanan yang bermutu melalui

jaminan kualitas, manajemen resiko, dan manajemen kinerja.

Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada

perawatan pasien dan sebaliknya kurangnya supervisi memberi

dampak yang kurang baik bagi pasien. Supervisi dalam praktek profesi

kesehatan telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam

meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai

dijadikan sebagai pemicu kegagaan dan kesalahan yang terjadi dalam

layanan kesehatan.

4. Pembelajaran Supevisi memiliki manfaat memberikan efek pada

pembelajaran melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang

diberikan oleh supervisor.

b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan

asuhan keperawatan pada pasien.

c. Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja

15
d. Memantau kemajuan pembelajaran

2.7 Tingkatan Supervisi

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model atau tingkatan

supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

1. Model konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan

masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi

dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam

mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi

negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana

sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan

yang telah dilakukan.

2. Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga

tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi

yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut

yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur,

instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang

objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

3. Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam

mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya

16
dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan

secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang

diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar

keperawatan.

4. Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk

menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat

pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling

percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka

dam mempermudah proses supervisi.

2.8 Ruang Lingkup Kegiatan Supervisor

Di bawah ini merupakan ruang lingkup supervisi dapat dilaksanakan:

1. Tugas rutin.

Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab terhadap

masalah-masalah yang kecil, dan menyeleksi surat merupakan tugas biasa

dan dapat didelegasikan kepada staf.

2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya.

Supervisi dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena manajer tidak

mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas-tugas tersebut akan

dilaksanakan oleh manajer jika mempunyai waktu untuk menyelesaikannya.

3. Penyelesaian masalah.

17
Supervisi diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman/tantangan

kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan termotivasi apabila mereka

menerimanya sebagai suatu tantangan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan

bimbingan khusus dalam membantu staf untuk menyelesaikan tugas yang

dilimpahkan kepadanya.

4. Peningkatan kemampuan.

Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim.

Dengan pengelolaan yang sesuai, supervisi akan menjadikan suatu latihan

bagi staf untuk belajar (Nursalam, 2014).

2.9 Kompetensi Supervisor Klinik

Seorang supervisor harus memiliki kemampuan dalam :

1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti


oleh staf dan pelaksana keperawatan

2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana


keperawatan

3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana


keperawatan

4. Proses kelompok

5. Memberi latihan dan bimbingan yang diperlukan staf

6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat

7. Mengadakan pengawasan agar pelayanan keperawatan lebih baik

2.10 Teknik Supervisi

Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya

mencangkup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan

18
prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3)

melaksanakan jalan keluar; (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut

berikutnya.

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik :

1. Langsung

Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan

supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:

a. Sasaran pengamata Pengamatan langsung yang tidak jelas

sasarannya dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah

keadaan ini, maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu

yang bersifak pokok dan strategis.

b. Objektifitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak

berstandarisasi dapat menganggu objektifitas. Untuk mencegah

keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar isian atau check list

yang telah dipersiapkan.

c. Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan

berbagai dampak kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau

kesan menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan

dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau

otoriter.

Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung

dalam melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan

dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah,

19
selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat

ditemukan adanya penyimpangan.

2. Tidak langsung

Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan

sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.

2.11 Tahap-Tahap Pelaksanaan Supervisi Klinis

Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan supervisi klinis, antara lain:

1. Perencanaan : kesatu, membuat unit mengacu pada visi dan misi, kedua

membuat standar ketenagaan ruangan, ketiga membuat erncana

pegembangan staf, keempat meyususn SOP dan SAK, kelima mnetapkan

lama hari rawat di unit yang disupervisi, membuat jadwal sesuai area yang

disupervisi, dan membuat standar evaluasi staf.

2. Pengoragniasasiaan terdiri dari menetapkan sistem pemberian asuhan

keperawatan, mengatur pekerjaan personil, koordinasi sumber-sumber

untuk mencapai tujuan pelayanan.

3. Membimbing dan mengarahkan: menjadi role model dalam meberikan

asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, membina hubungan yang

baik dengan staf melalui komunikasi yang efektif, mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan staf, mengajar atau membimbing, mengarahkan,

melatih, mengembangkan staf untuk memberikan asuhan keperawatan,

memberi bimbingan untuk meningkatkan ketrampilan staf, melatih staf

unttuk mengambil keputusan kilinis, embantu =staf dalam pemecahan

20
masalah, memfasilitasi staf dalam penyelesaian pkerjaan, mendelegasi tugas

kepada staf sesuai kemampuan, memberikan bantuan atau hal-hal terkait

pelayanan sesuai kebutuhan.

4. Pengawasan dan evaluasi meliputi mengontrol jadwal kerja dan kehadiran

staf, menganalisa keseimbangan staf dan pekerjaan, mengontrol tersedianya

perlatan sarana untuk hari ini, mengontrol area ntuk supervisi, mengontrol

area supervisi, mengidentifikasi kendala, masalah yang muncul, mengontrol

dan mengevaluasi pekerrjaan staf, mengavasi dan evaluasi kualitas asuhan

keperawatan.

5. Pencatatan dan pelaporan: pencatatan permasalahan yang muncul, membuat

daftar masalah yang belum dapat diatasi dan berusaha untuk menyelesaikan

pada esok harinya, mencatat dan melapor fasilitas, sarana, alat sesuai

kondisi, selanjutnya mencatat dan melaporkan secara rutin proses dan hasil

supervisi, mengevaluasi tugas supervisi yang dilakukan setiap hari dan

melakukan tindak lanjut sesuai kebutuhan, membuat jadwal kerja untuk

keesokan harinya, memelihara administrasi keperawatan pasien.

2.12 Laporan Supervisi Dan Tindak Lanjut

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 20011. Manajemen Keperawatan: Penerapan dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Penerapan dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

23
24

Anda mungkin juga menyukai