Anda di halaman 1dari 35

SISTEM ENDOKRIN

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN


KEPERAWATAN TUMOR TIROID

OLEH KELOMPOK IV KELAS B 10.B:

 I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)


 NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
 NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
 NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
 SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

NON REGULER

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya-
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Konsep Dasar Penyakit Dan
Konsep Asuhan Keperawatan Tumor Tiroid” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya selaku penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu baik bantuan secara fisik
maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Denpasar, 8 April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6
2.1 Konsep Penyakit ................................................................................................................... 6
2.2 Konsep Askep ..................................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 34
3.1 Simpulan ............................................................................................................................. 34
3.2 Saran ................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 35

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar tiroid terletak di dalam leher bagian bawah, di sebelah kanan-
kiri anterior trakea, melekat pada tulang laring dan pada dinding laring.Kelenjar
ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan sinistra yang saling berhubungan
oleh istmus. Masing-masing lobus tebalnya ±2 cm, panjangnya ±4cm dan
lebarnya ±2,5 cm. Struktur dari kelenjar tiroid terdiri dari banyak folikel-folikel
tertutup (100-300 mikrometer) yang dibatasi sel epitel kuboid.Saraf vasomotor
pada kelenjar tiroid sebagian besar tidak bermielin dan terdapat pada dinding
arteri tiroid, sedangkan saraf simpatis berakhir pada lamina basalfolikel yang
merangsang langsung pada sel folikel.

Sel folikel mengeluarkan cairan lekat yaitu koloida tiroid (materi


proteinaseosa berwarna merah muda) mengandung yodium yang dinamakan
hormon tiroxin (T4) dan triiodotironin (T3). T4 dan T3 meningkatkan kecepatan
metabolisme basal tubuh (BMR) dengan mempercepat reaksi kimia tubuh,
mengatur penggunaan oksidasi dan udara pernapasan. Sekresinya dipengaruhi
hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis yaitu tirotropik/TSH. T3
disekresikan oleh kelenjar tiroid hanya 7 % sehingga jumlahnya di dalam darah
jauh lebih sedikit dan lebih sebentar daripada T4 namun T3 empat kali lebih kuat
intensitas dan kecepatan kerjanya. T4 juga nantinya akan diubah

Kanker tiroid menempati 1% dari semua kanker yang ada, sering terjadi
pada anak-anak dan wanita berusia 40 tahun ke atas, rasio perbandingan antara
pria dan wanita adalah 1:2.4. Papiler adenokarsinoma pasca operasi memiliki
kelangsungan hidup hingga 5 tahun dengan persentase 90%.

Pemahaman konsep dasar penyakit Tumor Thyroid dan Thyroidektomi


sangat penting bagi perawat dalam melakukan pencegahan, perawatan dan
pengobatan bagi pasien.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan
diuraikan pada tugas kelompok ini yaitu :
1. Bagaimana Konsep Dasar penyakit Tumor Tiroid?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Tumor Tiroid?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa memahami mengenai konsep dasar penyakit tumor tiroid
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor tiroid.
2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan memahami tentang Definisi Tumor Tiroid.


2) Untuk mengetahui etiologi Tumor tiroid.
3) Untuk mengetahui WOC /pathway Tumor tiroid.
4) Untuk mengetahui gejala klinis Tumor tiroid.
5) Untuk mengetahui pemeriksaan Diagnostik Tumor tiroid.
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor tiroid.
7) Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan dengan
tumor tiroid

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan tugas kelompok ini yaitu
dengan penelusuran kepustakaan dari berbagai sumber.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Tumor/kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang
terbanyak dijumpai. Berdasarkan dari “Pathological Based Registration”
di Indonesia kanker tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi
urutan ke Sembilan. Karsinoma tiroid dapat berasal dari sel-sel epitel
folikular (papillary, follicular, insular, dan undifferentiated/anaplastic
thyroid carcinoma) penghasil tiroglobulin, tiroksin, dan triiodotironin;
sel-sel C penghasil calcitonin, somatostatin, calcitonin gene-related
peptide yang menjadi medullary thyroid carcinoma; sel-sel limfosit intra
tiroid yang menjadi limfoma (PERABOI, 2003).

Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki


empat tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler (Sudoyo,
2009). Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan
prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar
diramalkan. Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan
yang tinggi (Soeparman, 1998).

Kanker Thyroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang


memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker
tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa
disembuhkan (Sudoyo, 2009).

2.1.2 Etiologi

Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :

1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari


kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon
T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium.

6
Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian
atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Faktor genetic yakni adanya riwayat keturunan dari keluaraga
(Smeltzer & Bare, 2015)

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tumor epitel maligna tiroid dibagi
menjadi :
1. Karsinoma Folikuler
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang
ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang
pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan
paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan
kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila
tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien
menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit
pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak
pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul
bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika
tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular

7
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 %
dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang
berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan
menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan
merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe
II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi
yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik)
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar
biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur
yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal
kira-kira satu tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan
diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan
paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Stadium Cancer Thyroid :
Stadium kanker ini tidak saja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal,
regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:

Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun


Papiler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N1, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N1, M0
Stadium III Setiap T, N0, M0,
Stadium IV Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun

8
Folikuler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV - Setiap T, setiap N, M0
Meduler
Stadium I - T1, N0, M0
Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn - -
Stadium I - -
Stadium II - -
Stadium III setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N,
Stadium IV setiap M
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi

2.1.4 Manifestasi Klinis

1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh


atau keras) di dekat jakun.
2. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
3. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke
telinga.
4. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka
dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.

9
6. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan
atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor
kerongkongan.
7. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain (Price,
2006).

2.1.4 Patofisiologis

Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif


dibandingkan dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di
sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan scintiscan, nodula akan
tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang, suatu
lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat digunakan untuk
diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini
memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat dan
massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik
biasanya merupakan kista jinak (Price, 2006).

Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika


hanya ada satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada
dasarnya, dan berhubungan dengan limfadenopati satelit. Secara umum
telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan
menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan
tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan
fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan
biologiknya : papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastic (Price,
2006)

Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul


keras, tunggal, “dingin” pada scan isotop, dan “padat” pada
ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan bagian-bagian
kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa “nodul
dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian sekelilingnya.
Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai

10
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya
akan mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan
perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi
pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas
yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak
ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja
sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang
diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau
goiter multinodular (Price, 2006).

Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel


tiroid teratur pada “vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam
ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering
mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca.
Kira-kira 40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang
berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil disebut “psammoma
body”, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler. Kanker ini
biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan dengan invasi
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka
bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan
trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru.
Kematian biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam
pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang
luas. Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh
lambat akan mulai tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma
anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian
lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi
tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau
metastasis kanker (Price, 2006).

11
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel
kecil walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma
folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali
dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih
agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi
lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini
berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang
sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif
untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4.
Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor
ini lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap
pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati,
kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru,
dan visera (Price,2006)

Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle”


yang ditandai dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan
sitoplasma yang berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka
bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada
ambilan radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular lebih
seperti karsinoma papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh
karsinoma folikular dapat digunakan untuk mengikuti perjalanan
penyakit (Price, 2006).

Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular)


yang berasal dari badan brankial utama dan mampu mensekresi
kalsitonin, histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida

12
lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang
dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri
dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan
dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan
imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan suatu
pola fibri (Price, 2006).

Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar


atau folikular tetapi tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini
meluas secara lokal ke kelenjar getah bening dan ke dalam otot
sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah dan
metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen
karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi
oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up.
Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan
kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II,
sindroma sipple). MEN II ditandai dengan dengan karsinoma medular,
feokromositoma, dan neuroma multipel pada lidah, bibir, dan usus.
Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma
medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat
pembedahan, maka penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan
endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa untuk
adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin
serum setelah stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan
untuk skrining karsinoma medular. Pentagastrin diberikan per intravena
dalam bentuk bolus 0,5µg/kg, dan contoh darah vena diambil pada
menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal kalsitonin serum pada
menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk MEN
Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang memungkinkan
menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang

13
fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota
keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa
sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini (Price,
2006).

Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated


termasuk karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya
terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana
kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai
membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau
kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal yang biasanya
terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap
pengobatan (Price, 2006).

(Pathway terlampir)

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4
kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker
tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan

14
tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi
halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada
karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan
untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat
adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini
aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya
tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan
murah.

c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau
jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot
nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor
ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy
aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana ,

15
biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat
pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan
sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler (Mansjoer, 2001).
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang
berada pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar
tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan
sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan
pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid
satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan
FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup
pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid
beserta jaringan tiroid disekitarnya pada kedua sisi, dengan
meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid

16
normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid
beserta seluruh jaringan tiroid pada satu sisi disertai
pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral
dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini
dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh
jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid
kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum
melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid
bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini
harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid
menggunakan yodium radioaktif.

f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta
seluruh jaringan tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma
tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik
yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe
anaplastik yang masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang
kedokteran sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan
mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi
juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang

17
menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah
penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau
merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.
Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya
sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan
dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa
dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya
penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol
pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker,
radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul
pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga
membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi
dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant
therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi
bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar
radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin
yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi
kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).

18
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat
juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi
melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG)
untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk
menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan
menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker
daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.
Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel
kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum
tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping. Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah,
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan,
dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan
risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain
bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau
dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin
dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.

19
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau
lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat
kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat).
Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika
thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler
tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi,
yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai
petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.

Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah


tiroidektomi total, kadar hormone tiroid diturunkan dengan
menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi
hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.

d. Terapi Supresi L-Tiroksin


Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade
sebelum dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada

20
kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L (Misbach et.al, 2009).

2.2 Konsep Askep


2.2.1 Pengkajian

1. Anamnesa
a. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status,
pendidikan, pekerjaan,alamat klien.
b. Status kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : kaji keluhan utama saat ini,
apakah klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri pada
tenggorokan atau leher.
2) Riwayat kesehatan lalu : kaji apakah klien mempunyai
riwayat kekurangan atau kelebihan hormone tiroid.
3) Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada keluarga
dengan riwayat penyakit yang sama.
c. Pengkajian pola Gordon
1) Pola persepsi
Pada pasien Pada pasien dengan tumor atau sudah
mengalami karsinoma tiroid mengalami perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak dari tumor maupun
karsinoma tiroid sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat gagguan yang terjadi di Triiodotironin (T3) dan
tiroksin (T4) yang mengatur metabolism tubuh, maka
pasien yang mengalami tumor maupun karsinoma tiroid

21
akan mengalami kesulitan mnelan sehingga
menyebabkan penurunan berat badan. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
3) Pola eliminasi
Pada pasien dengan tumor maupun karsinoma tiroid
akan mengalami gangguan pada eliminasi fekal. Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan akibat penurunan berat badan menyebabkan
pasien mengalami keterbatasan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif akiba adanya nyeri pada
tenggorokan atau leher.
6) Kognitif persepsi
Pasien dengan tumor maupun karsinoma tiroid
ditemukan sering mengalami nyeri pada leher dan
tenggorokan. Pengecapan mengalami penurunan,dan
terdapat beberapa gangguan pada penglihatan seperti
kemerahan dan rasa sakit, bengkak di sekitar mata, mata
melotot dan mata kering.
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien

22
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
8) Peran hubungan
Benjolan yang terdapat pada leher dapat menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Belum ditemukan adanya hubungan antara tumor atau
karsinoma tiroid dengan gangguan sexualitas.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
menimbulkan gejala seperti sakit tenggorokan, kesulitan
dalam menelan, perubahan suara menjadi serak, rasa sakit
pada bagian leher, atau sesak napas, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11) Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap
adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang
membesar disekitar leher.
b) Tampak benjolan bulat di regio colli anterior sinistra.
c) Benjolan tidak mengeluarkan darah atau pus

23
d) Warna kulit leher sama dengan kulit sekitarnya.
e) Kulit tidak meradang
f) Perbesaran jantung
g) Terlihat suatu nodul soliter atau multiple
2) Palpasi
Teraba massa di regio colli anterior sinistra dengan
ukuran 3 x 2 cm, bentuk bulat, batas tegas, konsistensi
kenyal, permukaan licin, tidak mobile, melekat pada dasar
jaringan sekitar
3) Perkusi
Parastesia dan reflek tendon menurun.
4) Auskultasi
Ketika klien berbicara suaranya parau /serak

2.2.2 Diagnosa

1. Pola Nafas Tidak Efektif


2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri Akut
5. Gangguan Citra Tubuh
6. Kerusakan Komunikasi Verbal
7. Ansietas
8. Risiko Perdarahan

24
2.2.3 Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN HASIL (NOC)
Pola Nafas Tidak NOC 1. Airway Management
Efektif  Respiratory status : a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
Ventilation atau jaw thrust bila perlu
 Respiratory status : b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Airway patency ventilasi
 Vital sign Status c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Kriteria Hasil : alat jalan nafas buatan
1. Mendemonstrasikan d. Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak f. Keluarkari sekret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan dyspneu g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
(mampu mengeluarkan tambahan
sputum, mampu bernafas h. Lakukan suction pada mayo
dengan mudah, tidak ada i. Berikan bronkodilator bila perlu
pursed lips) j. Berikan pelembab udara Kassa basah
2. Menunjukkan jalan nafas k. NaCl Lembab
yang paten (klien tidak l. Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan
merasa tercekik, irama keseimbangan.
nafas frekuensi m. Monitor respirasi dan status O2
pernafasan dalam 2. Oxygen Therapy
rentang normal, tidak a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
ada suara nafas b. Pertahankan jalan nafas yang paten
abnormal) c. Atur peralatan oksigenasi
3. Tanda Tanda vital dalam d. Monitor aliran oksigen
rentang normal (tekanan e. Pertahankan posisi pasien
darah, nadi, pernafasan) f. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
3. Vital sign Monitoring
a. Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor Vital Sign saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi Tekanan Darah pada kedua
lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

25
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign

Bersihan Jalan NOC 1. Airway suction


Nafas Tidak Efektif  Respiratory status : a. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
Ventilation b. Auskultasi suara nafas sebelum dan
 Respiratory status : sesudah suctioning.
Airway patency c. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
Kriteria Hasil : d. Minta klien nafas dalam sebelum suction
1. Mendemonstrasikan dilakukan.
batuk efektif dan suara e. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
nafas yang bersih, tidak untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
ada sianosis dan dyspneu f. Gunakan alat yang steril setiap melakukan
(mampu mengeluarkan tindakan
sputum, mampu bernafas g. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dengan mudah, tidak ada dalam setelah kateter dikeluarkan dan
pursed lips) nasotrakeal
2. Menunjukkan jalan nafas h. Monitor status oksigen pasien
yang paten (klien tidak i. Ajarkan keluarga bagaimana cara
merasa tercekik, irama melakukan suksion
nafas, frekuensi j. Hentikan suksion dan berikan oksigen
pernafasan dalam rentang apabila pasien menunjukkan bradikardi,
normal, tidak ada suara peningkatan saturasi O2, dll
nafas abnormal) 2. Airway Management
3. Mampu a. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
mengidentifikasikan dan b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
mencegah faktor yang ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
dapat menghambat jalan alat jalan nafas buatan
nafas d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
h. Lakukan suction pada mayo

26
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCI
Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2
Nutrisi kurang dari NOC 1. Nutrition Management
kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status : a. Kaji adanya alergi makanan
2. Nutritional Status : food b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
and Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
3. Nutritional Status: dibutuhkan pasien.
nutrient Intake c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
4. Weight control intake Fe
Setelah diberikan asuhan d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
keperawatan selama … X …., protein dan vitamin C
diharapakan pasien pasien e. Berikan substansi gula
tidak mengalami kekurangan f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
nutrisi, dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Kriteria Hasil : g. Berikan makanan yang terpilih (sudah
1. Adanya peningkatan berat dikonsultasikan dengan ahli gizi)
badan sesuai dengan h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
tujuan makanan harian.
2. Berat badan ideal sesuai i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
dengan tinggi badan kalori
3. Mampu mengidentifikasi j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi k. Kaji kemampuan pasien untuk
4. Tidak ada tanda-tanda mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi 2. Nutrition Monitoring
5. Menunjukkan a. BB pasien dalam batas normal
peningkatan fungsi b. Monitor adanya penurunan berat badan
pengecapan dan menelan c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
6. Tidak terjadi penurunan biasa dilakukan
berat badan yang berarti d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

27
l. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
m. Monitor kalori dan intake nutrisi
n. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
o. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Nyeri Akut NOC 1. Pain Management


1. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
3. Comfort level karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
Setelah diberikan asuhan dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. X…., b. Observasi reaksi nonverbal dan
diharapkan pasien tidak ketidaknyamanan
mengalami nyeri dengan c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Kriteria Hasil : untuk mengetahui pengalaman nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mampu menggunakan nyeri
tehnik nonfarmakologi e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk mengurangi nyeri, f. Evaluasi bersama pasien dan tim
mencari bantuan) kesehatan lain tentang ketidakefektifan
2. Melaporkan bahwa nyeri kontrol nyeri masa Iampau
berkurang dengan g. Bantu pasierl dan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan dukungan
nyeri h. Kontrol lingkungan yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, pencahayaan dan kebisingan
frekuensi dan tanda nyeri) i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
setelah nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2. Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,

28
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala

Gangguan Citra NOC 1. Body image enhancement


Tubuh  Body image a. Kaji secara verbal dan non verbal respon
 Self esteem klien terhadap tubuhnya
Kriteria Hasil : b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
1. Body image positif c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
2. Mampu mengidentifikasi kemajuan dan prognosis penyakit
kekuatan personal d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
3. Mendiskripsikan secara e. Identifikasi arti pengurangan melalui
faktual perubahan fungsi pemakaian alat bantu
tubuh f. Fasilitasi kontak dengan individu lain
4. Mempertahankan dalam kelompok kecil
interaksi sosial
Kerusakan NOC 1. Communication Enhancement : Speech
Komunikasi Verbal  Anxiety self control Deficit
 Coping a. Gunakan penerjemah , jika diperlukan
 Sensory function: hearing b. Beri satu kalimat simple setiap bertemu,
& vision jika diperlukan
 Fear sef control c. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan
terapi bicara
Kriteria Hasil : d. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
1. Komunikasi: penerimaan, perlahan dan untuk mengulangi permintaan
intrepretasi dan ekspresi e. Dengarkan dengan penuh perhatian
pesan lisan, tulisan, dan f. Berdiri didepan pasien ketika berbicara
non verbal meningkat g. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa

29
2. Komunikasi ekspresif tubuh, gambar, daftar kosakata bahasa
(kesulitan berbicara) : asing, computer, dan lain-lain untuk
ekspresi pesan verbal dan memfasilitasi komunikasi dua arah yang
atau non verbal yang optimal
bermakna h. Ajarkan bicara dari esophagus, jika
3. Komunikasi reseptif diperlukan
(kesutitan mendengar) : i. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga
penerimaan komunikasi tentang penggunaan alat bantu bicara
dan intrepretasi pesan (misalnya, prostesi trakeoesofagus dan
verbal dan/atau non laring buatan
verbal j. Berikan pujian positive jika diperlukan
4. Gerakan Terkoordinasi : k. Anjurkan pada pertemuan kelompok
mampu mengkoordinasi l. Anjurkan kunjungan keluarga secara
gerakan dalam teratur untuk memberi stimulus komunikasi
menggunakan isyarat 2. · Anjurkan ekspresi diri dengan cara
5. Pengolahan informasi : lain dalam menyampaikan informasi
klien mampu untuk (bahasa isyarat)
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmampuan
berbicara
7. Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang di
miliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
Ansietas NOC 1. Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety self-control kecemasan)
 Anxiety level a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Coping b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku pasien
1. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
cemas. stres
2. Mengidentifikasi, e. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik f. Dorong keluarga untuk menemani anak

30
untuk mengontol cemas. g. Lakukan back / neck rub
3. Vital sign dalam batas h. Dengarkan dengan penuh perhatian
normal. i. Identifikasi tingkat kecemasan
4. Postur tubuh, ekspresi j. Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah, bahasa tubuh dan menimbulkan kecemasan
tingkat aktivfitas k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
berkurangnya kecemasan. l. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
m. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Risiko Perdarahan NOC 1. Bleeding precautions


 Blood lose severity a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
 Blood koagulation b. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil : terjadìnya perdarahan
1. Tidak ada hematuria dan c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi
hematemesis PT, PTT, trombosit
2. Kehilangan darah yang d. Monitor TTV ortostatik
terlihat e. Pertahankan bed rest selama perdarahan
3. Tekanan darah dalam aktif
batas normal sistol dan f. Kolaborasi dalam pemberian produk darah
diastole (platelet atau fresh frozen plasma)
4. Tidak ada perdarahan g. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
pervagina menyebabkan perdarahan
5. Tidak ada distensi h. Hindari mengukur suhu lewat rectal
abdominal i. Hindari pemberian aspirin dan
6. Hemoglobin dan anticoagulant
hematrokrit dalam batas j. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
normal intake makanan yang banyak mengandung
7. Plasma, PT, PTT dalam vitamin K
batas normal k. Hindari terjadinya konstipasi dengan
menganjurkan untuk mempertahankan
intake cairan yang adekuat dan pelembut
feses
2. Bleeding reduction
a. Identifikasi penyebab perdarahan
b. Monitor trend tekanan darah dan parameter
hemodinamik (CVP,pulmonary capillary /
artery wedge pressure
c. Monitor status cairan yang meliputi intake
dan output
d. Monitor penentu pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2 dan level Hb dan
cardiac output)

31
e. Pertahankan patensi IV line
3. Bleeding reduction: wound/luka
a. Lakukan manual pressure (tekanan) pada
area perdarahan
b. Gunakan ice pack pada area perdarahan
c. Lakukan pressure dressing (perban yang
menekan) pada area luka
d. Tinggikan ekstremitas yarg perdarahan
e. Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
f. Monitor nadi distal dari area yang luka atau
perdarahan
g. Instruksikan pasien untuk menekan area
luka pada saat bersin atau batuk
h. Instruksikan pasien untuk membatasi
aktivitas
4. Bleeding reduction : gastrointestinal
a. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh: emesis, feces, urine, residu
lambung, dan drainase luka
b. Monitor complete blood count dan leukosit
c. Kolaborasi dalam pemberian terapi :
lactulose atau vasopressin
d. Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan lambung
e. Lakukan bilas lambung dengan NaCI
dingin
f. Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
g. Hindari pH lambung yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian antacids atau
histamine blocking agent
h. Kurangi faktor stress
i. Pertahankan jalan nafas
j. Hindari penggunaan anticoagulant
k. Monitor status nutrisi pasien
l. Berikan cairan Intravena
m. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen

2.2.4 Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

32
2.25 Evaluasi

Pada evaluasi digunakan format SOAP, adapun yang dievaluasi adalah


sebaga berikut:
S (subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung
O (objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik
A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera.
P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau
labolatorium, serta konseling untuk tindak lanjut.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tumor maupun karsinoma Thyroid adalah sutu keganasan pada tiroid
yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker
tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat
jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Penderita kanker tiroid tidak mempunyai keluhan khusus terutama pada


keadaan tumor berdiferensia baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap
struma yang kemudian dalam waktu singkat membesar, boleh dicurigai adanya
malignasi. Pada kasus demikian, palpasi tiroid merupakan hal yang penting untuk
melihat adanya nodul kecil.

Asuhan yang baik dapat diberikan, dimulai dengan pengkajian fisik,


menentukan diaknosa yang cepat dan tepat. Langkah selanjutnya adalah
menentukan tujuan dan intervensi yang mestinya diberikan. Terakhir adalah
mengevaluasi apakah kondisi klien baik dan apakah tindakan telah berhasil.

3.2 Saran
Pemahaman tentang konsep dasar penyakit Tumor thyroid dan
thyroidektomi agar dapat diaplikasikan dilapangan, sehingga membantu
melakukan pencegahan, pengobatan terkait Tumor thyroid.

34
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th


Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media


Aesculapius.

Misbach, Yusuf, et.al. 2009. Compendium of Indonesian Medicine 1st Edition.


Jakarta : PT Medinfocomm Indonesia.

Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier

NANDA. 2015. Klasifikasi Diagnosis Nanda 2015-2017. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. & Lorraine Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. .
Brunner & Suddarth , Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai