NON REGULER
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya-
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Konsep Dasar Penyakit Dan
Konsep Asuhan Keperawatan Tumor Tiroid” tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya selaku penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu baik bantuan secara fisik
maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6
2.1 Konsep Penyakit ................................................................................................................... 6
2.2 Konsep Askep ..................................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 34
3.1 Simpulan ............................................................................................................................. 34
3.2 Saran ................................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 35
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker tiroid menempati 1% dari semua kanker yang ada, sering terjadi
pada anak-anak dan wanita berusia 40 tahun ke atas, rasio perbandingan antara
pria dan wanita adalah 1:2.4. Papiler adenokarsinoma pasca operasi memiliki
kelangsungan hidup hingga 5 tahun dengan persentase 90%.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan
diuraikan pada tugas kelompok ini yaitu :
1. Bagaimana Konsep Dasar penyakit Tumor Tiroid?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Tumor Tiroid?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa memahami mengenai konsep dasar penyakit tumor tiroid
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor tiroid.
2. Tujuan Khusus
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
6
Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian
atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Faktor genetic yakni adanya riwayat keturunan dari keluaraga
(Smeltzer & Bare, 2015)
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tumor epitel maligna tiroid dibagi
menjadi :
1. Karsinoma Folikuler
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang
ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang
pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan
paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan
kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila
tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien
menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit
pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak
pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul
bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika
tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular
7
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 %
dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang
berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan
menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan
merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe
II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi
yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik)
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar
biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur
yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal
kira-kira satu tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan
diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan
paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Stadium Cancer Thyroid :
Stadium kanker ini tidak saja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal,
regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:
8
Folikuler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV - Setiap T, setiap N, M0
Meduler
Stadium I - T1, N0, M0
Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn - -
Stadium I - -
Stadium II - -
Stadium III setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N,
Stadium IV setiap M
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
9
6. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan
atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor
kerongkongan.
7. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain (Price,
2006).
2.1.4 Patofisiologis
10
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya
akan mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan
perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi
pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas
yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak
ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja
sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang
diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau
goiter multinodular (Price, 2006).
11
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel
kecil walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma
folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali
dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih
agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi
lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini
berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang
sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif
untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4.
Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor
ini lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap
pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati,
kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru,
dan visera (Price,2006)
12
lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang
dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri
dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan
dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan
imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan suatu
pola fibri (Price, 2006).
13
fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota
keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa
sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini (Price,
2006).
(Pathway terlampir)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4
kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker
tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan
14
tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi
halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada
karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan
untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat
adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini
aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya
tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan
murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau
jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot
nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor
ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy
aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana ,
15
biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat
pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan
sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler (Mansjoer, 2001).
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang
berada pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar
tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan
sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan
pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid
satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan
FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup
pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid
beserta jaringan tiroid disekitarnya pada kedua sisi, dengan
meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid
16
normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid
beserta seluruh jaringan tiroid pada satu sisi disertai
pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral
dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini
dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh
jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid
kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum
melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid
bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini
harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid
menggunakan yodium radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta
seluruh jaringan tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma
tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik
yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe
anaplastik yang masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang
kedokteran sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan
mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi
juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang
17
menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah
penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau
merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.
Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya
sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan
dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa
dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya
penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol
pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker,
radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul
pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga
membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi
dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant
therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi
bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar
radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin
yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi
kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
18
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat
juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi
melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG)
untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk
menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan
menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker
daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.
Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel
kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum
tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping. Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah,
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan,
dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan
risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain
bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau
dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin
dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.
19
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau
lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat
kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat).
Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika
thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler
tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi,
yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai
petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
20
kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L (Misbach et.al, 2009).
1. Anamnesa
a. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status,
pendidikan, pekerjaan,alamat klien.
b. Status kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : kaji keluhan utama saat ini,
apakah klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri pada
tenggorokan atau leher.
2) Riwayat kesehatan lalu : kaji apakah klien mempunyai
riwayat kekurangan atau kelebihan hormone tiroid.
3) Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada keluarga
dengan riwayat penyakit yang sama.
c. Pengkajian pola Gordon
1) Pola persepsi
Pada pasien Pada pasien dengan tumor atau sudah
mengalami karsinoma tiroid mengalami perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak dari tumor maupun
karsinoma tiroid sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat gagguan yang terjadi di Triiodotironin (T3) dan
tiroksin (T4) yang mengatur metabolism tubuh, maka
pasien yang mengalami tumor maupun karsinoma tiroid
21
akan mengalami kesulitan mnelan sehingga
menyebabkan penurunan berat badan. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
penderita.
3) Pola eliminasi
Pada pasien dengan tumor maupun karsinoma tiroid
akan mengalami gangguan pada eliminasi fekal. Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan akibat penurunan berat badan menyebabkan
pasien mengalami keterbatasan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif akiba adanya nyeri pada
tenggorokan atau leher.
6) Kognitif persepsi
Pasien dengan tumor maupun karsinoma tiroid
ditemukan sering mengalami nyeri pada leher dan
tenggorokan. Pengecapan mengalami penurunan,dan
terdapat beberapa gangguan pada penglihatan seperti
kemerahan dan rasa sakit, bengkak di sekitar mata, mata
melotot dan mata kering.
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
22
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
8) Peran hubungan
Benjolan yang terdapat pada leher dapat menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
9) Seksualitas
Belum ditemukan adanya hubungan antara tumor atau
karsinoma tiroid dengan gangguan sexualitas.
10) Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
menimbulkan gejala seperti sakit tenggorokan, kesulitan
dalam menelan, perubahan suara menjadi serak, rasa sakit
pada bagian leher, atau sesak napas, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11) Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap
adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang
membesar disekitar leher.
b) Tampak benjolan bulat di regio colli anterior sinistra.
c) Benjolan tidak mengeluarkan darah atau pus
23
d) Warna kulit leher sama dengan kulit sekitarnya.
e) Kulit tidak meradang
f) Perbesaran jantung
g) Terlihat suatu nodul soliter atau multiple
2) Palpasi
Teraba massa di regio colli anterior sinistra dengan
ukuran 3 x 2 cm, bentuk bulat, batas tegas, konsistensi
kenyal, permukaan licin, tidak mobile, melekat pada dasar
jaringan sekitar
3) Perkusi
Parastesia dan reflek tendon menurun.
4) Auskultasi
Ketika klien berbicara suaranya parau /serak
2.2.2 Diagnosa
24
2.2.3 Intervensi
25
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign
26
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCI
Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2
Nutrisi kurang dari NOC 1. Nutrition Management
kebutuhan tubuh 1. Nutritional Status : a. Kaji adanya alergi makanan
2. Nutritional Status : food b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
and Fluid Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
3. Nutritional Status: dibutuhkan pasien.
nutrient Intake c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
4. Weight control intake Fe
Setelah diberikan asuhan d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
keperawatan selama … X …., protein dan vitamin C
diharapakan pasien pasien e. Berikan substansi gula
tidak mengalami kekurangan f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
nutrisi, dengan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Kriteria Hasil : g. Berikan makanan yang terpilih (sudah
1. Adanya peningkatan berat dikonsultasikan dengan ahli gizi)
badan sesuai dengan h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
tujuan makanan harian.
2. Berat badan ideal sesuai i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
dengan tinggi badan kalori
3. Mampu mengidentifikasi j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi k. Kaji kemampuan pasien untuk
4. Tidak ada tanda-tanda mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi 2. Nutrition Monitoring
5. Menunjukkan a. BB pasien dalam batas normal
peningkatan fungsi b. Monitor adanya penurunan berat badan
pengecapan dan menelan c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
6. Tidak terjadi penurunan biasa dilakukan
berat badan yang berarti d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
27
l. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
m. Monitor kalori dan intake nutrisi
n. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
o. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
28
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala
29
2. Komunikasi ekspresif tubuh, gambar, daftar kosakata bahasa
(kesulitan berbicara) : asing, computer, dan lain-lain untuk
ekspresi pesan verbal dan memfasilitasi komunikasi dua arah yang
atau non verbal yang optimal
bermakna h. Ajarkan bicara dari esophagus, jika
3. Komunikasi reseptif diperlukan
(kesutitan mendengar) : i. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga
penerimaan komunikasi tentang penggunaan alat bantu bicara
dan intrepretasi pesan (misalnya, prostesi trakeoesofagus dan
verbal dan/atau non laring buatan
verbal j. Berikan pujian positive jika diperlukan
4. Gerakan Terkoordinasi : k. Anjurkan pada pertemuan kelompok
mampu mengkoordinasi l. Anjurkan kunjungan keluarga secara
gerakan dalam teratur untuk memberi stimulus komunikasi
menggunakan isyarat 2. · Anjurkan ekspresi diri dengan cara
5. Pengolahan informasi : lain dalam menyampaikan informasi
klien mampu untuk (bahasa isyarat)
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmampuan
berbicara
7. Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang di
miliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
Ansietas NOC 1. Anxiety Reduction (penurunan
Anxiety self-control kecemasan)
Anxiety level a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku pasien
1. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
cemas. stres
2. Mengidentifikasi, e. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik f. Dorong keluarga untuk menemani anak
30
untuk mengontol cemas. g. Lakukan back / neck rub
3. Vital sign dalam batas h. Dengarkan dengan penuh perhatian
normal. i. Identifikasi tingkat kecemasan
4. Postur tubuh, ekspresi j. Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah, bahasa tubuh dan menimbulkan kecemasan
tingkat aktivfitas k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
berkurangnya kecemasan. l. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
m. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
31
e. Pertahankan patensi IV line
3. Bleeding reduction: wound/luka
a. Lakukan manual pressure (tekanan) pada
area perdarahan
b. Gunakan ice pack pada area perdarahan
c. Lakukan pressure dressing (perban yang
menekan) pada area luka
d. Tinggikan ekstremitas yarg perdarahan
e. Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
f. Monitor nadi distal dari area yang luka atau
perdarahan
g. Instruksikan pasien untuk menekan area
luka pada saat bersin atau batuk
h. Instruksikan pasien untuk membatasi
aktivitas
4. Bleeding reduction : gastrointestinal
a. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh: emesis, feces, urine, residu
lambung, dan drainase luka
b. Monitor complete blood count dan leukosit
c. Kolaborasi dalam pemberian terapi :
lactulose atau vasopressin
d. Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan lambung
e. Lakukan bilas lambung dengan NaCI
dingin
f. Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
g. Hindari pH lambung yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian antacids atau
histamine blocking agent
h. Kurangi faktor stress
i. Pertahankan jalan nafas
j. Hindari penggunaan anticoagulant
k. Monitor status nutrisi pasien
l. Berikan cairan Intravena
m. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen
2.2.4 Implementasi
32
2.25 Evaluasi
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tumor maupun karsinoma Thyroid adalah sutu keganasan pada tiroid
yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker
tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat
jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
3.2 Saran
Pemahaman tentang konsep dasar penyakit Tumor thyroid dan
thyroidektomi agar dapat diaplikasikan dilapangan, sehingga membantu
melakukan pencegahan, pengobatan terkait Tumor thyroid.
34
DAFTAR PUSTAKA
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Price, Sylvia A. & Lorraine Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. .
Brunner & Suddarth , Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
35