Anda di halaman 1dari 38

“ PBL KASUS SISTEM INTEGUMEN

MORBUS HANSEN ”
OLEH
KELOMPOK 3
 
LISTANTI (841422145)
BERLIANA FEBRIYANINGSIH HASAN (841422166)
NURUL JANNAH BAHARUDDIN (841422186)
NUR LAILA TULEN (841422158)
MIFTAHUL JANNAH DAI (841422170)
MARVI FRANSWINATA ABAS (841422174)
SURYANTO SUWANDI (841422178)
KARMAN HEMUTO (841422162)
ZIHAN MADJHAM (841422182)
REYNALDI DUNGGIO (841422153)
REFLI HASAN DJAKATARA (841422149)
KASUS
BERCAK-BERCAK MERAH
Seorang Laki-laki berumur 40 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan timbul bercak-bercak merah kira-kira tiga bulan yang lalu.
Bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di
tempat baru. Bercak tidak terasa gatal dan sakit. Jari-jari tangan
pasien dirasa membengkak tidak diketahui sejak kapan. Pasien juga
merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan. Namun pasien
mengeluhkan sering merasa seperti tersetrum dan kesemutan pada
tangan sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum pasien baik dan kesadaran
komposmentis. Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi
pernapasan 18 x/m, frekuensi nadi 80 x/m, dan suhu aksila 36,5OC
KLARIFIKASI ISTILAH PENTING

 Bercak-bercak
Dalam istilah medis, bercak merah pada kulit disebut sebagai plak kulit,
yakni perubahan warna kulit menjadi merah dengan tekstur permukaan
yang halus. Namun pada beberapa jenis bercak, permukaannya dapat
teraba kasar. Bercak merah pada kulit juga bisa disertai dengan keluhan
lain, seperti gatal, iritasi, dan perih (  Sienny Agustin 2022).
• Kesemutan
Kesemutan atau parestesia adalah rasa tidak normal pada kulit yang tidak
ada penyebab fisiknya. Parestesia termasuk rasa kebal dan geli, serta bisa
bersifat sementara atau permanen. Rasa kebal adalah berkurang atau
hilangnya rasa pada kulit. Geli (tingling) yang di maksud biasa disebut
kesemutan, atau seperti ditusuk-tusuk jarum (pins or needles).
( Putri,2019)
KATA KUNCI
a. Bercak-bercak merah
b. Bercak tidak terasa gatal dan sakit
c. Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak
d. Pasien merasakan agak sulit untuk
menggerakkan jari-jari tangan baik kanan
maupun kiri
e. pasien mengeluhkan sering merasa seperti
tersetrum dan kesemutan pada tangan sejak
kurang lebih tiga tahun yang lalu
MIND MAP BERCAK MERAH

Morbus Hansen / Kusta Eksim Dermatis adalah penyakit Pityriasis rosea


adalah penyakit infeksi pada kulit atau kelainan kulit yang merupakan kelainan
kronis yang disebabkan terlihat iritasi. Iritasi ini dapat papuloskuamosa,
oleh kuman terjadi pada area mana saja namun gejala yang sering
Mycobacterium leprae. sering teridentifikasi pada bagian muncul adalah plak
Penyakit ini mempunyai lengan dan kaki. Gejala eksim bersisik besar,
afinitas utama pada saraf muncul pada saat masa anakanak berukuran sekitar 2-10
tepi/perifer, kemudian umur di atas dua tahun. Pada cm pada batang tubuh
kulit, dan dapat mengenai beberapa penelitian, penyakit ini atau leher yang sering
organ tubuh lain seperti akan menghilang saat dewasa, muncul 1-2 minggu.
mata, mukosa saluran namun juga terdapat penderita (Hanardi 2022)
napas atas, otottulang dan seumur hidupnya. ( Ramadhan,
testis. (Novita, 2019) 2018)
TABEL CEKLIST
NO Manifestasi Klinis Diagnosa Medis

1 Bercak merah   

2 Mengeluh seperti tersetrum  - -


dan kesemutan

3 Jari-jari tangan dirasa  - -


membengkak

4 Sulit Menggerakan jari-jari  - -

tangan
PERTANYAAN PENTING

a. Apa penyebab bercak merah dan gangguan


saraf pada kasus diatas ?
b. Mengapa pada kasus diatas klien sulit
menggerakan jari-jari tangan ?
c. Apa saja diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul berdasarkan kasus diatas ?
d. Apa intervensi keperawatan utama yang
dapat dilakukan berdasarkan kasus di atas ?
JAWABAN PERTANYAAN

1. Penyebab kemerahan dan gangguan saraf pada kasus diatas adalah basil kusta masuk ke tubuh
manusia melalui kontak langsung dengan kulit atau mukosa nasal yang berasal dari droplet. Basil
dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan yang kering, bahkan hingga 10
hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah infeksi terjadi, gejala klinis
pada saraf perifer atau kulit akan muncul.
2. Basil kusta masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan kulit yang berasal
dari droplet. Basil dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan kering,
bahkan bahkan hingga 10 hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah itu
menyerang saraf tepi yang berfungsi untuk mengirimkan sensasi fisik dari seluruh organ tubuh
dan otak.
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan integritas kulit b.d neuropati
perifer d.d klien mengeluh timbul bercak-bercak merah , gangguan mobilitas fisik b.d neuro
muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tanganbaik kanan maupun kiri
NEXT

4. Perawatan Integritas Kulit • Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur


Observasi • Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit• Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30
(mis.perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, saat berada di luar rumah
penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrem,• Anjurkan mandi dan sabun secukupnya
penurunan mobilitas) Kolaborasi
Terapeutik • -
• Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering.
• Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
• Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering

Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA DAN
INFORMASI TAMBAHAN
Tujuan pembelajaran selanjutnya Informasi tambahan
• Di harapkan bisa mengerti dan • Penatalaksanaan Massage Pumpkin
mendalami masalah sistem Seed Oil, Hydrotherapy Dan Active
integument. Exercise Untuk Meningkatkan
• Diharapkan bisa menganalisa Elastisitas Kulit Pada Kasus Xerosis
penyakit yang terdapat pada kasus Akibat Morbus Hansen Multi Basiler
diatas. Reaksi Di Rsud Kelet Jawa Tengah
• Untuk mengetahui apa saja (Riskima,2019)
penatalaksanaan dan implementasi
keperawatan dari kasus diatas
KLARIFIKASI INFORMASI

Penyakit kusta dengan nama lain penyakit leprae disebabkan oleh bakteri
mycobacterium leprae dan mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-
3 minggu. Di luar tubuh manusia kuman kusta mampu hidup mencapai 9 hari
dan masa inkubasi 2-5 tahun bahkan memakan waktu lebih dari 5 tahun. Kusta
dapat menjadi progresif dampak dari penatalaksanaan yang buruk sehingga
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan dan
mata. Maka dari itu agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup penderitanya
harus diobati secara dini. RSUD Kelet Jawa Tengah selalu menangani kasus
xerosis karena hampir semua pasien rawat inap dengan diagnosis tersebut,
diberikan berupa terapi Massage, Hydrotherapy dan Active Exercise.
Diberikaannya hydrotherapy bertujuan untuk melembabkan kulit pasien dan
membersihkan kulit mati, begitu pula dengan terapi latihan diberikan active
exercise agar mencegah kontraktur pada sendi pasien.
ANALISA DAN SINTESA
Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan
pasien pada kasus diatas tanda dan gejala
yang dikeluhkan pasien lebih mengarah pada
penyakit Morbus Hansen (Kusta) sehingga
kelompok merumuskan diagnosa medis yang
diangkat pada kasus di atas adalahotitis
media dan diagnose keperawatan yang di
angkat adalah gangguan integritas kulit,
gangguan mobilitas fisik
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.
Kusta dikenal dengan “ The Great Imitator Disease” karena penyakit ini seringkali tidak
disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan penyakit kulit lainnya. Hal ini
juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri mengalami proses pembelahan yang cukup lama
yaitu 2–3 minggu dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan lebih. Ada dua sistem yang
digunakan untuk mengklasifikasikan penderita Morbus Hansen, yaitu klasifikasi Ridley
Jopling dan WHO. Sistem klasifikasi Ridley Jopling paling komprehensif dan akurat.
Klasifikasi ini menggunakan tanda klinis, histopatologi, dan indeks bakteriologis (BI) untuk
mengidentifikasi sesuai kategorinya. Klasifikasi Ridley- Jopling terdiri dari tuberculoid
leprosy (TL), borderline tuberculoid (BT), borderline (BB), borderline lepromatous (BL) dan
lepromatous leprosy (LL).
TUJUAN
• Dapat mengetahui Defenisi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Etiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Manifestasi Klinis Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Klasisfikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Patofisiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Komplikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Pemeriksaan Lab Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Penatalaksanaan Morbus Hansen
BAB II
KONSEP MEDIS
Morbus Hansen (kusta,lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan jaringan tubuh lainnya,
kecuali susunan saraf pusat. Awalnya kuman ini menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan,
system retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat dengan
masa inkubasi selama 3 tahun. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi penyakit kusta tidak
terdapat gejala, namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala seperticacat pada tangan dan
kaki (Muttaqin, 2011).
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran
nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan
saraf pusat (Amirudin, Hakim, & Darwis, 2003).
ETIOLOGI
Penyebab penyakitkusta adalah bakteri
Mycobacterium leprae yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5
mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar
satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam
(BTA).
Penyakit kusta dapat ditularkan kepada orang lain
melalui saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri
kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan, daun
teling, dan mukosa hidung (Widoyono, 2008).
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Menurut (Nic-Noc, 2015)
• Makula hipopigmnetasi
• Hiperpigmentasi
• Eritematosa
• Gejala kerusakan saraf (sensorik, motorik, autonom)
• Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiataoriusatsa, tulang tulang jari
dan wajah)
• Kulit kering dan alopesia
KLASIFIKASI
WHO pada tahun 1987 membuat klasifikasi kusta menjadi 2 tipe, yaitu tipe
Pausibasiler (PB) dengan sedikit atau tidak ditemukan bakteri dan tipe
Multibasiler (MB) dengan jumlah bakteri yang banyak. Tipe PB menurut WHO
adalah tipe TT dan BT menurut Ridley dan Jopling, sedangkan tipe MB adalah
tipe BB, BL dan LL, atau tipe apapun dengan BTA positif.
Klasifikasi kusta menurut WHO: Lesi kulit (makula, plak, papul, nodus),
(sensasi hilang/ kelemahan otot).
Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling dibuat berdasarkan gambaran
klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis menjadi 5 tipe. (TT :
Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil), (BT : Borderlinetuberculoid) , (BB :
Mid borderline), (BL: Borderline lepromatous)
(LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil)
PATOFISIOLOGI
Mycobacterium Leprae masuk ketubuh melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan
melalui mukosa nasal. Setelah M.Leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung
pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imun
intras seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunita sseluler tinggi. Penyakit berkembang
kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M.Leprae berpredileksi didaerah-
daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Mycobacterium
Leprae (Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior
pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan
macrofag (berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit. Tipe LL; terjadi kelumpuhan
system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan
bebas merusak jaringan. Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman
hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian
bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
KOMPLIKASI

• Menyerang ekstremitas, yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan mengakibatkan
jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan oleh kehilangan dari fungs
iotot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi maka akan menyebabkan kelumpuhan
padajari tangan.
• Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan menyebabkan perdarahan,dan
apabila tidak segera diobati akan merusak tulang rawan dan sampai kehilangan
hidungnya.
• Indera penglihatan, apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan penglihatan
seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga dapat menyerang bagian saraf
penglihatan dan dapat mengalami kebutaan.
• Testis, apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada
salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi kerusakan yang permanen
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Bakterioskopis
• Histopatologis
• Serologi
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien


kusta (lepra) dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai
penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insident penyakit. Regimen pengobatan kusta diindonesia
disesuaikan dengan rekomendasi WHO (1995), yaitu program multi drug
therapy (MDT) dengan kombinasi obat medika mentosa utama yang berdiri dari
rifampisin, khofazimin, (lamprene). Dan DDS (dapson /4,4- diamino-difenil-
sulfon) yang telah diterapkan sejak tahun 1981. Program MDT ini bertujuan
untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi
ketidak taatan pasien, menurunkan angka putus obat, mengefektifkan waktu
pengobatan dan mengeliminasi persistensi kuman dalam jaringan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin            : Laki-laki            
Umur                         : 40 Tahun
Agama                       : Tidak Terkaji
Suku/bangsa              : Tidak Terkaji
Pendidikan                :Tidak Terkaji
Pekerjaan                   : Tidak Terkaji
Alamat                       : Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama                            :Tidak Terkaji
Umur                            : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin               : Tidak Terkaji
Agama                          :Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Kesehatan sekarang
• Keluhan utama : Keluhan timbul bercak-bercak
merah kira-kira tiga bulan yang
lalu
• Keluhan menyertai : Jari-jari tangan pasien dirasa Membengkak tidak diketahui sejak
kapan, pasien juga merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan
maupun kiri tidak diketahui sejak kapan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak Terkaji
3. Pola aktivitas fisik sehari-hari
• Nutrisi : Tidak Terkaji
• Eliminasi : Tidak Terkaji
• Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
• Aktifitas Fisik :Tidak Terkaji
• Personal Hygiene : Tidak Terkaji
4. Data psikososial
Status Emosi : Tidak Terkaji
Konsep Diri : Tidak Terkaji
Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
5. Pengkajian fisik
• Keadaan Umum : Tidak Terkaji
• Kesadaran : Tidak Terkaji
• Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi :18x/mnt
SB : 36,5oC
 
• Kepala : Tidak Terkaji
• Neurosensori : Tidak Terkaji
• Leher : Tidak Terkaj
• Dada dan Thoraks :
 Inpeksi : Tidak Terkaji
 Palpasi : Tidak Terkaji
 Perkusi : Tidak Terkaji
 Auskultasi : Tidak Terkaji
• Abdomen : Tidak Terkaji
• Integument : Tampak bercak-bercak merah,
bercak merah tidak terasa gatal
• Ekstremitas : Jari-jari tangan pasien dirasa
membengkak, Pasien merasakan agak sulit untuk menggerakkan
jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
• Genetalia : Tidak Terkaji
6. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Terkaji
B. Web Of Caution Morbus Hansen
Mycobacterium leprae

Droplet infection ataukontakdengankulit

Masuk ke dalam pembuluh darah dermis dan sel saraf schwan

System imunselulermeningkat

Fagositosis

Pembentukantuberkel

Morbus Hansen (Kusta)

Gangguan saraf tepi

Saraf otonom Saraf-saraf otorik

Gangguan kelenjar minyak & aliran darah Kelemahan otot

Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh


Gangguan Mobilitas Fisik
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh

Gangguan fungsi barrier kulit

Gangguan Integritas Kulit/jaringan


C. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI Diagnosa
Keperawatan
Ds: Mycobacterium leprae Gangguan integritas
1 • Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan kulit/jaringan
yang lalu Droplet infection atau kontak dengan kulit
• Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh  
dan sebagian di tempat baru Masuk dalam pembuluh darah dermis & sel saraf
• Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit schwan
 
Do: System imun seluler meningkat
• Timbul bercak-bercakmerah  
Fagositosis

Pembentukantuberkel
 
Morbus Hansen (kusta)

Gangguan saraf tepi

Saraf otonom
 
Gangguan kelenjar minyak & aliran darah
 
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh
Gangguan fungsi barrier kulit

Gangguan integritas kulit/jaringan


NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
2. Ds: Mycobacterium leprae Gangguan mobilitas fisik
• Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari  
tangan baik kanan maupun kiri Droplet infection atau kontak dengan
• Klien merasa sering terasa tersetrum dan kulit
kesemutan  
  Masuk dalam pembuluh darah dermis
Do: & sel saraf schwan
-  
System imun seluler meningkat
 
Fagositosis
 
Pembentukan tuberkel
 
Morbus Hansen (kusta)
 
Gangguan saraf tepi

Saraf otoric

Kelemahan otot

Gangguan mobilitas fisik


D. Diagnosa Keperawatan
• Gangguan Integritas Kulit/jaringan b.d neuropati perifer (Prioritas) d.d :
Ds:
 Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan yang lalu
 Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru
 Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit
Do: -
 Timbul bercak-bercak merah
•  Gangguan Mobilitas Fisik b.d neuro muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
Ds:
 Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
 Klien merasa sering terasa tersetrum dan kesemutan
Do: -
Prioritas Masalah Keperawatan
• Gangguan Integritas Kulit/jaringan
• Gangguan Mobilitas Fisik
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan (D.0129) (L.14125)  
Penyebab :   • Observasi
Neuropati perifer Setelah dilakukan tindakank  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan
  eperawatan selama 3x24 jam sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu
Ditandai dengan : diharapkan integritas kulit dan lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Ds: jaringan meningkat dengan kriteria • Terapeutik
• Klien mengeluh hasil :  Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
timbul bercak-bercak • Krusakan jaringan menurun kering.
merah kira-kira • Kemerahan menurun  Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada
tigabulan yang lalu • Pigmentasi abnormal menurun kulit sensitif
• Klien mengeluh  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
bercak timbul pada • Edukasi
bercak yang sudah  Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
sembuh dan sebagian  Anjurkan minum air yang cukup
di tempat baru  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Klien mengatakan  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
bercak tidak terasa  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
gatal dan sakit  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
  berada di luar rumah
Do:  Anjurkan mandi dan sabun secukupnya
• Timbul bercak-bercak  
merah Kolaborasi
-
Next
PemberianObat
 
• Observasi
  Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
 Verifikasi order obat sesuai indikasi
 Periksa tanggal kadaluwarsa obat
 Monitor tanda-tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian obat, jika
perlu
 Monitor efek terapeutik obat
 Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksiobat
• Terapeutik
 Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat
 Hindari interupsi saat mempersiapkan, memverifikasi, atau mengelola obat
 Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
 Perhatikan jadwal pemberian obat jenis hipnotik, narkotika, dan antibiotik
 Hindari pemberian obat yang tidakdiberi label dengan benar
 Buangobat yang tidak terpakai atau kadaluwarsa
 Fasilitasi minum obat
 Tandatangani pemberian narkotika, sesuai protokol
 Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat
• Edukasi
 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
 Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat
Kolaborasi
-
NO SDKI SLKI SIKI
Gangguan Mobilitas fisik Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
2 mobilitas fisik (L.05042) • Observasi
(D.0054) Setelah dilakukan  Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Penyebab : tindakan keperawatan  Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan
Gangguan selama 3x24 jam  Monitor pelaksanaan tanggung jawab
neuromuscular diharapkan mobilitas  Identifikasi keadaan emosional saat ini
  fisik meningkat  Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagaisituasi
Ditandai dengan: dengan kriteria hasil :  Identifikasi pemahaman proses penyakit.
Ds: • Pergerakan  Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
• Klien merasa ekskremitas • Terapeutik
agak sulit meningkat  Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
menggerakkan  Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau
jari-jari tangan merubah perilaku
baik kanan  Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalani
maupun kiri program pengobatan
• Klien merasa  Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
sering terasa  Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
tersetrum dan  Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
kesemutan •  Edukasi
   Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
Do:  Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan
-  Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan
 Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab
 Latih kemampuan positif diri yang dimilki
 Latih penggunaan tehnik relaksasi
Kolaborasi
-
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan
(implementasi keperawatan) adalah
pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan,
dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah implementasi keperawatan
terhadap pasien secara urut sesuai prioritas
masalah yang sudah dibuat dalam rencana
asuhan keperawatan termasuk di dalamnya
nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu
pelaksanaan asuhan keperawatan (Basri, Utami,
& Mulyadi, 2020).
EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil.Evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planing) (Warsiki. 2020).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi dan diskusi kelompok kami menyimpulkan bahwa
diagnose medis berdasarkan kasus 1 diatas adalah Morbus Hansen. Dan
diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan kasus diatas adalah gangguan
integritas kulit dan gangguan mobilitas fisik.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran agar tugas PBL ini menjadi lebih baik.
38

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai