MORBUS HANSEN ”
OLEH
KELOMPOK 3
LISTANTI (841422145)
BERLIANA FEBRIYANINGSIH HASAN (841422166)
NURUL JANNAH BAHARUDDIN (841422186)
NUR LAILA TULEN (841422158)
MIFTAHUL JANNAH DAI (841422170)
MARVI FRANSWINATA ABAS (841422174)
SURYANTO SUWANDI (841422178)
KARMAN HEMUTO (841422162)
ZIHAN MADJHAM (841422182)
REYNALDI DUNGGIO (841422153)
REFLI HASAN DJAKATARA (841422149)
KASUS
BERCAK-BERCAK MERAH
Seorang Laki-laki berumur 40 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan timbul bercak-bercak merah kira-kira tiga bulan yang lalu.
Bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di
tempat baru. Bercak tidak terasa gatal dan sakit. Jari-jari tangan
pasien dirasa membengkak tidak diketahui sejak kapan. Pasien juga
merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan. Namun pasien
mengeluhkan sering merasa seperti tersetrum dan kesemutan pada
tangan sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum pasien baik dan kesadaran
komposmentis. Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi
pernapasan 18 x/m, frekuensi nadi 80 x/m, dan suhu aksila 36,5OC
KLARIFIKASI ISTILAH PENTING
Bercak-bercak
Dalam istilah medis, bercak merah pada kulit disebut sebagai plak kulit,
yakni perubahan warna kulit menjadi merah dengan tekstur permukaan
yang halus. Namun pada beberapa jenis bercak, permukaannya dapat
teraba kasar. Bercak merah pada kulit juga bisa disertai dengan keluhan
lain, seperti gatal, iritasi, dan perih ( Sienny Agustin 2022).
• Kesemutan
Kesemutan atau parestesia adalah rasa tidak normal pada kulit yang tidak
ada penyebab fisiknya. Parestesia termasuk rasa kebal dan geli, serta bisa
bersifat sementara atau permanen. Rasa kebal adalah berkurang atau
hilangnya rasa pada kulit. Geli (tingling) yang di maksud biasa disebut
kesemutan, atau seperti ditusuk-tusuk jarum (pins or needles).
( Putri,2019)
KATA KUNCI
a. Bercak-bercak merah
b. Bercak tidak terasa gatal dan sakit
c. Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak
d. Pasien merasakan agak sulit untuk
menggerakkan jari-jari tangan baik kanan
maupun kiri
e. pasien mengeluhkan sering merasa seperti
tersetrum dan kesemutan pada tangan sejak
kurang lebih tiga tahun yang lalu
MIND MAP BERCAK MERAH
1 Bercak merah
tangan
PERTANYAAN PENTING
1. Penyebab kemerahan dan gangguan saraf pada kasus diatas adalah basil kusta masuk ke tubuh
manusia melalui kontak langsung dengan kulit atau mukosa nasal yang berasal dari droplet. Basil
dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan yang kering, bahkan hingga 10
hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah infeksi terjadi, gejala klinis
pada saraf perifer atau kulit akan muncul.
2. Basil kusta masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan kulit yang berasal
dari droplet. Basil dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan kering,
bahkan bahkan hingga 10 hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah itu
menyerang saraf tepi yang berfungsi untuk mengirimkan sensasi fisik dari seluruh organ tubuh
dan otak.
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan integritas kulit b.d neuropati
perifer d.d klien mengeluh timbul bercak-bercak merah , gangguan mobilitas fisik b.d neuro
muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tanganbaik kanan maupun kiri
NEXT
Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA DAN
INFORMASI TAMBAHAN
Tujuan pembelajaran selanjutnya Informasi tambahan
• Di harapkan bisa mengerti dan • Penatalaksanaan Massage Pumpkin
mendalami masalah sistem Seed Oil, Hydrotherapy Dan Active
integument. Exercise Untuk Meningkatkan
• Diharapkan bisa menganalisa Elastisitas Kulit Pada Kasus Xerosis
penyakit yang terdapat pada kasus Akibat Morbus Hansen Multi Basiler
diatas. Reaksi Di Rsud Kelet Jawa Tengah
• Untuk mengetahui apa saja (Riskima,2019)
penatalaksanaan dan implementasi
keperawatan dari kasus diatas
KLARIFIKASI INFORMASI
Penyakit kusta dengan nama lain penyakit leprae disebabkan oleh bakteri
mycobacterium leprae dan mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-
3 minggu. Di luar tubuh manusia kuman kusta mampu hidup mencapai 9 hari
dan masa inkubasi 2-5 tahun bahkan memakan waktu lebih dari 5 tahun. Kusta
dapat menjadi progresif dampak dari penatalaksanaan yang buruk sehingga
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan dan
mata. Maka dari itu agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup penderitanya
harus diobati secara dini. RSUD Kelet Jawa Tengah selalu menangani kasus
xerosis karena hampir semua pasien rawat inap dengan diagnosis tersebut,
diberikan berupa terapi Massage, Hydrotherapy dan Active Exercise.
Diberikaannya hydrotherapy bertujuan untuk melembabkan kulit pasien dan
membersihkan kulit mati, begitu pula dengan terapi latihan diberikan active
exercise agar mencegah kontraktur pada sendi pasien.
ANALISA DAN SINTESA
Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan
pasien pada kasus diatas tanda dan gejala
yang dikeluhkan pasien lebih mengarah pada
penyakit Morbus Hansen (Kusta) sehingga
kelompok merumuskan diagnosa medis yang
diangkat pada kasus di atas adalahotitis
media dan diagnose keperawatan yang di
angkat adalah gangguan integritas kulit,
gangguan mobilitas fisik
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.
Kusta dikenal dengan “ The Great Imitator Disease” karena penyakit ini seringkali tidak
disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan penyakit kulit lainnya. Hal ini
juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri mengalami proses pembelahan yang cukup lama
yaitu 2–3 minggu dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan lebih. Ada dua sistem yang
digunakan untuk mengklasifikasikan penderita Morbus Hansen, yaitu klasifikasi Ridley
Jopling dan WHO. Sistem klasifikasi Ridley Jopling paling komprehensif dan akurat.
Klasifikasi ini menggunakan tanda klinis, histopatologi, dan indeks bakteriologis (BI) untuk
mengidentifikasi sesuai kategorinya. Klasifikasi Ridley- Jopling terdiri dari tuberculoid
leprosy (TL), borderline tuberculoid (BT), borderline (BB), borderline lepromatous (BL) dan
lepromatous leprosy (LL).
TUJUAN
• Dapat mengetahui Defenisi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Etiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Manifestasi Klinis Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Klasisfikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Patofisiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Komplikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Pemeriksaan Lab Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Penatalaksanaan Morbus Hansen
BAB II
KONSEP MEDIS
Morbus Hansen (kusta,lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan jaringan tubuh lainnya,
kecuali susunan saraf pusat. Awalnya kuman ini menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan,
system retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat dengan
masa inkubasi selama 3 tahun. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi penyakit kusta tidak
terdapat gejala, namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala seperticacat pada tangan dan
kaki (Muttaqin, 2011).
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran
nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan
saraf pusat (Amirudin, Hakim, & Darwis, 2003).
ETIOLOGI
Penyebab penyakitkusta adalah bakteri
Mycobacterium leprae yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5
mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar
satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam
(BTA).
Penyakit kusta dapat ditularkan kepada orang lain
melalui saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri
kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan, daun
teling, dan mukosa hidung (Widoyono, 2008).
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Menurut (Nic-Noc, 2015)
• Makula hipopigmnetasi
• Hiperpigmentasi
• Eritematosa
• Gejala kerusakan saraf (sensorik, motorik, autonom)
• Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiataoriusatsa, tulang tulang jari
dan wajah)
• Kulit kering dan alopesia
KLASIFIKASI
WHO pada tahun 1987 membuat klasifikasi kusta menjadi 2 tipe, yaitu tipe
Pausibasiler (PB) dengan sedikit atau tidak ditemukan bakteri dan tipe
Multibasiler (MB) dengan jumlah bakteri yang banyak. Tipe PB menurut WHO
adalah tipe TT dan BT menurut Ridley dan Jopling, sedangkan tipe MB adalah
tipe BB, BL dan LL, atau tipe apapun dengan BTA positif.
Klasifikasi kusta menurut WHO: Lesi kulit (makula, plak, papul, nodus),
(sensasi hilang/ kelemahan otot).
Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling dibuat berdasarkan gambaran
klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis menjadi 5 tipe. (TT :
Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil), (BT : Borderlinetuberculoid) , (BB :
Mid borderline), (BL: Borderline lepromatous)
(LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil)
PATOFISIOLOGI
Mycobacterium Leprae masuk ketubuh melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan
melalui mukosa nasal. Setelah M.Leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung
pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imun
intras seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunita sseluler tinggi. Penyakit berkembang
kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M.Leprae berpredileksi didaerah-
daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Mycobacterium
Leprae (Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior
pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan
macrofag (berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit. Tipe LL; terjadi kelumpuhan
system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan
bebas merusak jaringan. Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman
hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian
bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
KOMPLIKASI
• Menyerang ekstremitas, yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan mengakibatkan
jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan oleh kehilangan dari fungs
iotot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi maka akan menyebabkan kelumpuhan
padajari tangan.
• Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan menyebabkan perdarahan,dan
apabila tidak segera diobati akan merusak tulang rawan dan sampai kehilangan
hidungnya.
• Indera penglihatan, apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan penglihatan
seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga dapat menyerang bagian saraf
penglihatan dan dapat mengalami kebutaan.
• Testis, apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada
salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi kerusakan yang permanen
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Bakterioskopis
• Histopatologis
• Serologi
PENATALAKSANAAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Tidak Terkaji
Suku/bangsa : Tidak Terkaji
Pendidikan :Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama :Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Agama :Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Kesehatan sekarang
• Keluhan utama : Keluhan timbul bercak-bercak
merah kira-kira tiga bulan yang
lalu
• Keluhan menyertai : Jari-jari tangan pasien dirasa Membengkak tidak diketahui sejak
kapan, pasien juga merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan
maupun kiri tidak diketahui sejak kapan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak Terkaji
3. Pola aktivitas fisik sehari-hari
• Nutrisi : Tidak Terkaji
• Eliminasi : Tidak Terkaji
• Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
• Aktifitas Fisik :Tidak Terkaji
• Personal Hygiene : Tidak Terkaji
4. Data psikososial
Status Emosi : Tidak Terkaji
Konsep Diri : Tidak Terkaji
Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
5. Pengkajian fisik
• Keadaan Umum : Tidak Terkaji
• Kesadaran : Tidak Terkaji
• Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi :18x/mnt
SB : 36,5oC
• Kepala : Tidak Terkaji
• Neurosensori : Tidak Terkaji
• Leher : Tidak Terkaj
• Dada dan Thoraks :
Inpeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
• Abdomen : Tidak Terkaji
• Integument : Tampak bercak-bercak merah,
bercak merah tidak terasa gatal
• Ekstremitas : Jari-jari tangan pasien dirasa
membengkak, Pasien merasakan agak sulit untuk menggerakkan
jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
• Genetalia : Tidak Terkaji
6. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Terkaji
B. Web Of Caution Morbus Hansen
Mycobacterium leprae
System imunselulermeningkat
Fagositosis
Pembentukantuberkel
Pembentukantuberkel
Morbus Hansen (kusta)
Saraf otonom
Gangguan kelenjar minyak & aliran darah
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh
Gangguan fungsi barrier kulit
Saraf otoric
Kelemahan otot
THANK YOU