Oleh:
Anggun Fitria Putri, S. Ked*
G1A220029
Pembimbing:
Dr.dr. Fitriyanti, Sp.KK, FINSDV, FAADV **
Oleh:
Anggun Fitria Putri, S. Ked
G1A220029
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa sebab karena rahmatnya, tugas Bed Side Teaching (BST) yang berjudul
LICHEN SIMPLEKS KRONICUS ini dapat terselesaikan. Tugas ini
dibuat agar penulis dan teman teman sesama koas periode ini dapat
memahami tentang patogenesis, komplikasi, dan pengobatan dari kasus ini.
Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior
di Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi.
Penulis
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Honorer
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Kulit yang menebal dan kasar pada bagian punggung kaki kanan
dan kiri yang disertai rasa gatal sejak 1 bulan yang lalu.
B. Keluhan Tambahan :
Terasa gatal, perih dan panas dirasakan saat tidak beraktifitas
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Awalnya, keluhan yang dirasakan gatal pada kedua kakinya. Gatal
dirasakan semakin bertambah saat terkena air dan saat pasien
istirahat sehingga pasien merasa tidak tahan dan sering menggaruk
kulitnya sampai menimbulkan luka. Lama kelamaan, pasien
merasakan kulit bekas garukan menjadi tebal, bersisik dan
kehitaman. Sebelumnya pasien sudah pernah mengobati sendiri
menggunakan salep ketokonazol dan mikonazol tetapi tidak ada
perbaikan, kemudian pasien membeli kembali obat salep anti gatal
2
namun tidak ada perbaikan juga. Pasien mengatakan keluhan
berkurang saat berakivitas. Keluhan muncul saat berkeringat
disangkal, bercak merah berisikan sisik berwarna putih pada seluruh
tubuh disangkal.
3
d. Leher : pembesaran KGB (-)
4. Thoraks :
a. Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Paru : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
6. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, CRT <2 detik, lesi (-)
b. Inferior : akral hangat, CRT <2 detik, terdapat lesi (+)
pada kaki kanan dan kaki kiri
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
4
Ukuran : Plakat dan numular
Jumlah : multiple
Batas : sirkumkrip
Warna : hiperpigmentasi
Tepi : Tidak aktif
Distribusi : regional
Permukaan : kasar ditutupi oleh skuama
Sekitar : terdapat erosi, dan skuama.
5
Tepi : tidak aktif
Distribusi : regional
Permukaan : kasar, ditutupi oleh skuama
Sekitar : skuama
C. Status Venerologi
1. Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
6
IV. DIAGNOSIS KERJA
Lichen simpleks kronikus
V. TERAPI
Non Medikamentosa
1. Memberitahu pasien mengenai kondisi dan penanganannya
2. Pasien disarankan agar tidak terus menggaruk lesi saat gatal
3. Hindari stres psikologis
4. Menjaga kelembapan kulit agar tidak kering
5. Istirahat yang cukup
Medikamentosa
Topikal :
1. Klobetasol Propionate 0,05% berikan 2x/hari oles tipis
Sistemik :
1. Methylprednisolon tablet 4 mg 1x/hari
2. Cetirizin tablet 10 mg 1x/hari
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
VII.PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan histopatologi
7
TUGAS
1. Perbedaan plak dan likenifikasi ?
Jawab :
Plak Likenifikasi
- peninggian diatas permukaan - Penebalan dan penonjolan
kulit, permukaannya rata dan garis garis kulit
berisi zat padat (biasanya - Diakibatkan oleh gosokan atau
infiltrate), diameternya 2 cm garukan berulang ulang pada
atau lebih. kulit.
- Contohnya papul yang melebar - Ditemukan terutama pada
atau papul papul yang proses eczema kronis atau
berkonfluensi pada psoriasis. proses neurogenic.
- Plak terbentuk akibat pelebaran - Menyerupai kulit pohon
dan penyatuan papul papul.
Gambar 1. Plak
8
Gambar 2. plak pada psoriasis.
- Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas
Pada Fitzpatrick : penebalan dan penonjolan garis garis kulit yang
diakibatkan oleh gosokan atau garukan berulang ulang pada kulit.
Ditemukan terutama pada proses eczema kronis atau proses
neurogenik.
9
Gambar 4. Fisura
Gambar 5. Fisura
10
Gambar 7. Erosi
Gambar 8. Ekskoriasi
11
Gambar 9. Ulkus
3. Modalitas terapi apa saja yang bisa diberikan pada liken simpleks kronis
?
Jawab :
Penatalaksanaan pengobatan utama dari LSK adalah untuk
mengurangi pruritus dan memperkecil luka akibat garukan atau gosokan.
Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal.
Pemberian steroid topikal juga membantu mengurangi
hiperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan pada reaksi
radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang
digunakan steroid yang low-poten, pemakaian high-potent steroid hanya
dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal. Anti-depresan atau
anti-ansietas sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbangan untuk pemberiannya. Jika terdapat suatu infeksi sekunder
dapat diberikan antibiotik topical ataupun oral. Perlu diberikan nasehat
untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat mencegah gatal dan
garukan. Pilihan obat untuk LSK:
a. Kortikosteroid
Memiliki kegunaan sebagai anti-inflamasi, yang berguna
12
mengurangi pruritus, menipiskan liken, dan mengurangi reaksi
inflamasi.
a. Clobetasol (Temovate) Termasuk dalam superpotent steroid
topical suppresses mitosis dan meningkatkan sintesis protein
sehingga mengurangi inflamasi dan menyebabkan
vasokontriksi.
b. Fluocinolon 0,01% atau 0,025% cream (Synalar, Fluonid)
Merupakan topical steroid yang medium potent yang
menhambat proliferasi sel, juga sebagai imunosupresor, anti-
proliferasi, dan anti-inflamasi.
c. Hydrocortisone Valerate cream 0,02% (Westcort) Salah satu
derifat dari adreno kortikosteroid sesuai untuk penggunaan
pada kulit atau selaput lendir eksternal. Fluocinonide cream
0,1% atau 0,05% (Lidex) Merupakan topikal kortikosteroid
yang menghambat proliferasi sel b.
b. Anti-pruritus
Memberikan efek pengendalian terhadap pelepasan histamine secara
endogen. Sehingga dapat, mengurangi efek gatal, efek sedasi dan
menyebabkan kantuk. Obat ini bekerja menstabilkan membrane
saraf dan mencegah transmisi dan inisiasi dari impuls saraf, dan
menghasilkan anastesi lokal.
1. Diphenhydramine (Benadryl, Benylin, Diphen, Allermax)
sebagai anti histamin dapat mengurangi rasa gatal yang
disebabkan oleh pelepasan dari senyawa histamine.
2. Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton) Penghambat histamine atau
H1- Reseptor pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus
respiratori.
3. Hydroxyne (Atarax, Vistaril) Antagonis H1-Reseptor pada
bagian luar dan menekan aktifitas dari histamine.
4. Doxepin (Sinequan, Zonaton) Penghambat aktifitas
histamine dan asetilkolon. Penggunaannya dapat memberikan
13
efek sedasi, dan penyerapannya tinggi pada pemberian secara
topical.
c. Edukasi yang dilakukan terhadap pasien meliputi anjuran agar
pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan bertambah
berat jika terus digaruk oleh pasien. Mendiskusikan tentang
bagaimana merubah kebiasaan menggaruk, kemudian menyarankan
untuk memilih sabun yang lembut, dan menggunakan pakaian yang
berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi.
14