Radang
Secara sederhana, radang merupakan respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera
jaringan. Radang juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh tubuh
untuk menginaktivasi organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, serta
mengatur pemulihan jaringan. Secara lebih rinci, proses peradangan memiliki beberapa
tujuan, yakni (1) menetralisir serta menghancurkan agen asing berbahaya, (2) membatasi
penyebaran agen asing ke daerah/jaringan lain, (3) mempersiapkan pemulihan jaringan.
Proses peradangan dapat terindikasi melalui beberapa pemeriksaan, yakni :
Berdasarkan gejala klinisnya, terdapat dua macam radang, yakni radang akut dan
radang kronis. Salah satu hal yang membedakan radang akut dengan radang kronis adalah
waktu berlangsungnya. Radang akut memiliki durasi yang lebih sebentar dari radang
kronis, yakni selama beberapa jam hingga hari. Pada peradangan akut, terdapat
mekanisme aksi neutrofil (salah satu jenis leukosit) yang terdiri dari :
1. Marginasi. Pada proses ini, leukosit (terutama neutrofil dan monosit) melekat
pada jaringan yang mengalami cedera, dibantu dengan peningkatan permeabilitas
vaskular. Peningkatan permeabilitas tersebut menyebabkan cairan ke luar dari
pembuluh darah, lalu memperlambat sirkulasi darah.
2. Rolling. Ketika leukosit melekat pada jaringan endotel, baik leukosit maupun
endotel mensekresikan reseptor selektin. Hal ini ditandai dengan adanya daerah
ekstraseluler yang mengikat gula tertentu.
3. Adhesi. Setelah itu, pelekatan leukosit dan jaringan endotel pun semakin kuat
(adhesi). Adhesi ini diperantarai oleh interaksi antara molekul immunoglobin yang
ada pada sel endotel dengan integrin yang ada pada permukaan leukosit.
4. Diapedesis. Leukosit yang semula melekat dengan kuat pada jaringan endotel
pun merembes keluar melalui endhotelial junction. Proses ini diperantarai oleh
molekul adhesi CD31. Setelah itu, leukosit menembus membran basalis dengan
cara mendegradasinya.
5. Kemotaksis. Setelah itu, leukosit menuju ke tempat jejas mendekati gradien
kimiawi. Leukosit pun berikatan dengan reseptor protein di membran plasma sel
fagositik. Hal ini menyebabkan meningkatnya pemasukan ion kalsium (Ca2+) ke
dalam sel. Ion kalsium meningkatkan pergerakan sel dengan cara mengaktifkan
perangkat kontraktil sel.
6. Fagositosis. Sel-sel yang melakukan fagositosis disebut dengan sel fagositik. Di
dalam sel fagositik, terdapat banyak lisosom yang mengandung enzim hidrolitik.
Ketika sel fagositik telah berhasil menangkap benda sasaran, akan terjadi fusi antara
lisosom dalam sel fagositik dengan membran benda sasaran. Pada fusi tersebut,
lisosom dari sel fagositik akan mensekresikan enzim hidrolitik ke dalam vesikel
benda sasaran yang terbungkus membran, sehingga benda tersebut akan terurai
atau terdegradasi.
7. Killing. Proses ini didahului dengan oksidasi. Oksidasi ini akan membuat lisozim
dari granul neutrofil mampu membentuk lubang di dalam membran mikroba.
Eksudat
Abses
Abses merupakan suatu penimbunan nanah (eksudat purulen) pada suatu rongga,
diakibatkan adanya respons infeksi dalam tubuh. Secara harfiah, abses merupakan lubang
berisi nanah yang terdapat di jaringan yang terinfeksi oleh bakteri. Menurut fisiologis,
abses merupakan lesi yang sulit diatasi oleh tubuh, karena memiliki kecenderungan untuk
membesar dengan pencairan yang lebih luas, serta kecenderungan untuk membuat lubang
dan resistensinya terhadap penyembuhan.
Ulkus
Jaringan Skar
Jaringan skar atau parut adalah suatu tanda yang tersisa setelah penyembuhan
luka/proses penyakit lain yang biasa terjadi pada radang kronis. Jaringan skar terbentuk
setelah jaringan granulasi, dan berfungsi untuk mengutuhkan kembali bentuk organ
dengan menutup lubang yang ada. Meski begitu, fungsi daerah parut akan berkurang,
bahkan hilang.
Komposisi protein yang dimiliki jaringan parut sama dengan jaringan kulit yang
digantikan. Akan tetapi, komposisi serat dari protein tersebut berbeda. Dalam rangka
menggantikan jaringan yang terluka, jaringan parut akan membentuk suatu formasi
menyerupai anyaman keranjang dari serat protein.