Anda di halaman 1dari 4

Resume Kuliah Umum Keperawatan Gawat Darurat Perkemihan

Riana Khairunnisa (1906400444), Keperawatan Gawat Darurat C

Kolik Renal
● Kolik renal merupakan kondisi dimana individu merasakan sakit yang menjalar dari
panggul ke kuadran bawah, pangkal paha dan pada kaki, akibat adanya batu ginjal
yang bermigrasi turun ke ureter
● Kolik lebih sering terjadi pada laki-laki, dan 75% nya terjadi pada pasien usia di atas
20 tahun
● Kolik renal → batu ginjal berukuran lebih dari 3 mm, dan bisa menyebabkan
sumbatan di ureter. 98% batu berukuran kurang dari 5 mm dan bisa melewati ureter
dalam 4 minggu tanpa intervensi. 60% batu 5-7 mm dan 39% batu >7 mm dapat
melewati ureter dalam 4 minggu
● Faktor risiko batu ginjal → obesitas, volume urin rendah, diet tinggi purin, diet tinggi
garam, resistensi insulin, riwayat keluarga, gout (dapat meningkatkan
hiperurikosuria), pembedahan kandung kemih, penyakit inflamasi kandung kemih,
hiperparatiroidisme primer, imobilisasi dalam waktu yang lama
● Pengkajian primer
Airway → apakah ada sumbatan jalan napas, wheezing, stridor, gurgling
Breathing → takipnea
Circulation → takikardia, peningkatan TD
Disability → gelisah
Exposure → nyeri berat secara tiba-tiba pada pinggang, nyeri di sudut kostovertebra,
diaforesis, demam ringan
● Pemeriksaan penunjang
Lab → hematuria gross atau mikroskopik, BUN dan kreatinin meningkat jika fungsi
ginjal menurun
USG dan radiologi → bisa menunjukkan adanya batu
Helical CT non kontras → perubahan kaliber ureter, kalsifikasi, lemak perinefrik dan
pelebaran collecting system
● Tanda gejala kolik renal → mual, muntah, diaforesis, tidak bisa berbaring di posisi
supine, nyeri tajam, nyeri di sudut costovertebra, 85% pasien mengalami hematuria,
demam jika ada ISK (infeksi saluran kemih)
● Diagnosa keperawatan → nyeri akut (b.d. agen pencedera fisik), risiko hipovolemia
● Manajemen nyeri
a) Pengkajian PQRST nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c) Beri kompres hangat di panggul untuk mengurangi spasme otot
d) Pertahankan kepatenan kateter urin untuk mencegah statis dan retensi urin,
serta mencegah risiko infeksi
e) Ajarkan teknik non farmakologis untuk menurunkan nyeri
f) Kolaborasi pemberian NSAID dan antibiotik fluoroquinolone
● Manajemen hipovolemia
a) Monitor tanda gejala hipovolemia
b) Monitor frekuensi dan karakteristik muntah
c) Pasang jalur IV dan kateter urine
d) Perbanyak intake cairan oral
e) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik (NaCL, RL)
f) Kolaborasi pemberian antiemetik (meredakan muntah)

Acute Kidney Injury


● Batu dibiarkan berada lama di ginjal → hidronefrosis → ginjal mengalami injury
(Acute Kidney Injury)
● Pada pasien AKI, terjadi oliguria (penurunan produksi urine) → dalam 24 jam, urine
kurang dari 400 cc (volume urine normal 0.5 cc/kg/jam)
● Jika AKI terus dibiarkan, dapat menyebabkan terjadinya CKD → nefronnya rusak
● Tidak seperti CKD, kerusakan ginjal pada AKI masih bisa diperbaiki (tidak
permanen)
● AKI disebabkan oleh 3 faktor, berdasarkan lokasinya
a) Prerenal → hipoperfusi ginjal. Contohnya karena ada CHF, syok, sepsis, blood
loss, dehidrasi, atau obstruksi vaskuler yang dekat dengan ginjal (cth: arteri
renalis)
b) Renal → sel ginjal mengalami masalah, bisa karena obat, infeksi, toksin
c) Post renal → penyebabnya setelah ginjal, mulai dari ureter sampai bladder.
Contohnya karena batu di ureter atau batu di ginjal, kanker serviks (mendesak
ureter/bladder sehingga urinnya refluks dan terjadi AKI), stenosis di bagian
setelah ginjal, striktur uretra
● AKI emergensi di fase akut
● Fungsi excretory pada ginjal bisa cepat terdampak saat terjadi AKI. Fungsi excretory
mencakup keseimbangan cairan & elektrolit, keseimbangan asam basa, ekskresi
sampah nitrogen → manifestasi klinis: edema, JVP meningkat, asidosis metabolik,
penumpukan BUN, sindrom uremik
● Fungsi non excretory juga dapat terdampak akibat AKI → akibatnya pasien
mengalami hipertensi, gangguan pada metabolisme vit D (hipokalsemia, osteodistrofi
tulang), risiko hipoglikemia
● Pada CKD pasien anemia, kalau di AKI tidak anemia. Oleh karena itu, biasanya untuk
membedakan AKI dan CKD bisa diperiksa Hb nya
● Pengkajian primer
Airway → kemungkinan tidak ada masalah. Kecuali kalau sudah ada koma
Breathing → respirasi kussmaul (kompensasi untuk mengeluarkan zat asam)
Circulation → hipertensi, peningkatan cairan vaskuler dan ekstravaskuler
Disability → tidak terlalu signifikan
Exposure → tergantung penyebab. Bisa edema, kejang, demam, nyeri pada pinggang
● Pemeriksaan penunjang
Laboratorium → DPL, BUN dan kreatinin, LFG, elektrolit, urinalisis, AGD, lab
terkait penyebab, koagulasi
USG dan radiologi → USG ginjal (untuk dilihat apakah AKI saja atau sudah sampai
CKD. Kalau di AKI, korteksnya masih bagus, tetapi terjadi hidronefrosis)
● AKI perjalanannya bertahap. Di fase oliguria, banyak masalah yang terjadi. Oliguria
bisa menyebabkan penurunan output urin, retensi cairan & elektrolit mengakibatkan
edema, asidosis metabolik, hipertensi, uremik, ensefalopati uremik
● Kalau fase oliguria sudah membaik, masuk ke fase poliuria (urinnya keluar terlalu
banyak) → bisa menyebabkan dehidrasi → intervensi: pantau terus jumlah urin yang
keluar, dan pastikan asupan cairan cukup
● Lama-lama produksi urin bisa kembali ke normal → masuk ke fase pemulihan
● Diagnosis AKI → hipervolemia (b.d. gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan, kelebihan asupan natrium), risiko penurunan curah jantung
● Manajemen hipervolemia
a) Monitor tanda gejala hipervolemia (ortopnea → ketika berbaring lebih sesak,
edema, dispnea, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
b) Batasi asupan cairan dan garam
c) Tinggikan kepala tempat tidur 30 - 40 derajat
d) Pasang kateter urin untuk mengukur output urin secara akurat untuk evaluasi
perbaikan perfusi dan fungsi ginjal
e) Anjurkan melapor jika haluaran urine kurang dari 0.5 cc/kg/jam
● Indikasi dialisis cito/absolut → oliguria (<400 cc/24 jam), anuria, asidosis metabolik
persisten, uremik (>200 mg/dL), overload, hiperkalemia, ensefalopati uremikum,
pericarditis uremikum
● Perawatan jantung
a) Monitor TD dan frekuensi jantung
b) Monitor saturasi oksigen
c) Monitor EKG 12 sadapan
d) Monitor aritmia
e) Berikan suplemen oksigen
● Perubahan EKG akibat hiperkalemia → gelombang T naik, gelombang P turun,
kompleks QRS melebar, gelombang sinus
● Tatalaksana hiperkalemia → berikan kalsium glukonat, setelah itu berikan insulin atau
bisa pakai albuterol atau natrium bikarbonat, setelah itu berikan furosemide. Kalau
tidak bisa juga, lakukan hemodialisis

Anda mungkin juga menyukai