Inflamasi akut adalah respon cepat terhadap perlukaan atau mikroba dan substansi
asing lainnya yang dirancang untuk menghantarkan leukosit dan protein plasma ke
aliran darah [vasodilatasi] dan perubahan struktural yang membantu protein plasma
dan aktivasi seluler]. Leukosit utama dalam inflamasi akut adalah netrofil [leukosit
polimorfonuklear].
Infeksi [bakteri, virus, jamur, parasit] adalah beberapa penyebab inflamasi yang
umum dan penting secara medis. Trauma [tumpul dan penetrasi] serta agen-agen
fisik dan kimia [perlukaan termal, seperti luka bakar atau frostbite; iradiasi; beberapa
jenis bahan kimia lingkungan] akan melukai sel-sel host dan memicu reaksi
1
inflamasi. Nekrosis jaringan [dari berbagai sebab], seperti iskemia [seperti dalam
infark miokardial] dan perlukaan fisik ataupun kimia. Benda asing [splinter, kotoran,
jahitan] reaksi imun [yang disebut juga reaksi hipersensitivitas] terhadap substansi-
substansi lingkungan atau jaringan sendiri. Karena stimuli respon inflamasi tersebut
tidak bisa dieliminasi, maka reaksi tersebut akan persisten, yang seringkali
inflamasi yang dimediasi oleh imun] terkadang digunakan untuk merujuk golongan
penyakit ini.
Setiap stimuli akan memicu reaksi dengan karakteristik yang khas, namun
semua reaksi inflamasi memiliki fitur dasar yang sama. Kami akan menguraikan
reaksi khas awal dari inflamasi akut dan fitur-fitur morfologisnya, kemudian
Perubahan Vaskuler
Perubahan pembuluh darah dimulai segera setelah terjadi infeksi atau perlukaan
inflamasi awalnya.
2
Setelah terjadi vasokonstriksi transien/sementara [yang hanya berlangsung
2]. Ekspansi vaskuler ini menyebabkan kemerahan [eritema] dan panas yang khas
sel-sel darah merah lebih terkonsentrasi, sehingga viskositas darah meningkat dan
oleh banyak pembuluh darah kecil yang dilatasi dan dipenuhi oleh eritrosit dan
perlambatan aliran darah, proses ini disebut stasis. Saat terjadi stasis, leukosit
disebut marginasi. Ini adalah tahap pertama dalam perjalanan leukosit melalui
Cairan ini, yang disebut transudat, merupakan ultrafiltrat plasma darah dan
dan sel-sel [yang disebut, eksudat] ke dalam interstisium. Hilangnya cairan kaya-
3
dan meningkatkan tekanan osmosis cairan interstisiel. Hasil akhirnya adalah air dan
berbagai kondisi non-inflamasi, yang disebutkan dalam Gambar 2-3 dan diuraikan
Kontraksi sel endotel yang membentuk celah interseluler dalam venule post-kapiler
merupakan proses reversibel yang dipicu oleh histamin, bradikinin, leukotrien, dan
mediator-mediator kimia lainnya. Kontraksi sel endotel terjadi dengan cepat pasca
pendek [15-30 menit], dan disebut immediate transient response. Retraksi sel-sel
endotel yang lambat dan lebih lama, akibat perubahan sitoskeleton, dapat dipicu oleh
beberapa sitokin, seperti tumor necrosis factor [TNF] dan interleukin-1 [IL-1]. Reaksi
ini membutuhkan waktu 4-6 jam pasca rangsangan awal dan bisa berlangsung selama
disebabkan oleh nekrosis dan pelepasan sel-sel endotel. Perlukaan langsung pada sel-
sel endotel umumnya terjadi pasca perlukaan parah [seperti, luka bakar dan beberapa
jenis infeksi]. Dalam sebagian besar kasus, kebocoran terjadi segera setelah perlukaan
4
dan bertahan selama beberapa jam [atau hari] sampai pembuluh darah yang rusak
diperbaiki atau dibekukan oleh trombosit. Oleh karena itu, reaksi ini dikenal sebagai
tergantung pada daerah perlukaannya. Perlukaan langsung pada sel-sel endotel juga
akan memicu kebocoran jangka panjang yang tertunda, yang dimulai 2-12 jam
menyerang venule dan kapiler. Beberapa contohnya adalah perlukaan termal ringan
sampai sedang, toksin bakteri tertentu dan iradiasi sinar-x atau ultraviolet [yaitu,
sunburn yang muncul pada malam hari setelah seharian terpapar matahari].
pembuluh tersebut akan tetap bocor sampai terjadi sel-sel endotel yang berproliferasi
cukup matang untuk membentuk intercellular junction. Sel-sel endotel baru juga
5
Meskipun mekanisme tersebut terpisah-pisah, semuanya berperan dalam
respon terhadap stimulus tertentu. Misalnya, dalam luka bakar, kebocoran yang
disebabkan oleh kontraksi endotel yang dimediasi oleh bahan kimiawi, serta
Pembahasan utama tentang inflamasi difokuskan pada reaksi pembuluh darah, namun
limfatik juga berperan dalam respon tersebut. Telah diketahui bahwa, normalnya,
sedikit cairan interstisiel yang terbentuk akan disingkirkan oleh drainase limfatik.
Dalam inflamasi, aliran limfe meningkat dan membantu mengeringkan cairan edema
dari ruang ekstravaskuler. Karena ikatan limfatik longgar, pada akhirnya cairan
limfatik akan mengimbangi cairan ekstravaskuler. Selain cairan, leukosit dan debris-
debris sel juga masuk ke dalam limfe. Dalam reaksi inflamasi parah, terutama
limfadenitis reaktif, atau inflamatori. [Bab 12]. Bagi klinisi, keberadaan garis-garis
merah di sekitar kulit yang luka menunjukkan tanda-tanda infeksi di dalam luka.
6
Garis-garis tersebut mengikuti arah saluran-saluran limfatik dan didiagnosis sebagai
mengindikasikan limfadenitis.
RINGKASAN
kimia, seperti histamin [akan diuraikan kemudian], dan menyebabkan eritema dan
stasis aliran darah. Peningkatan permeabilitas vaskuler dipicu oleh histamin, kinin,
dan mediator lain yang menciptakan celah diantara sel-sel endotel, melalui perlukaan
leukosit masuk ke daerah infeksi atau kerusakan sel, cairan yang keluar dari
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu fungsi penting respon inflamasi adalah
mengeliminasi jaringan nekrotik dan substansi asing. Harga yang harus dibayar untuk
7
potensi pertahanan leukosit adalah, setelah diaktivasi, mereka akan memicu
yang merusak mikroba juga bisa melukai jaringan host normal. Jadi, kunci bagi
fungsi normal leukosit dalam pertahanan host adalah memastikan bahwa mereka
hanya direkrut dan diaktivasi jika diperlukan saja [yaitu, sebagai respon terhadap
Perekrutan Leukosit
Urutan proses perekrutan leukosit dari lumen vaskuler ke ruang ekstravaskuler terdiri
dari (1) marginasi, melekat pada endotelium, dan bergulir di sepanjang dinidng
pembuluh darah; (2) melekat kuat pada endotelium; (3) transmigrasi antar sel-sel
endotel; dan (4) migrasi ke jaringan interstisiel ke arah stimulus kemotaktik [Gambar
proses tersebut dengan memodulasi ekspresi permukaan atau aviditas molekul adhesi
8
PEMBULUH DARAH NORMAL
umumnya sama. namun, ada kebutuhan fungsional yang berbeda-beda pada setiap
spesialisasi vaskuler. Misalnya, dinding arteri lebih tebal dibandingkan vena pada
cabang yang sama untuk mengakomodasi denyut aliran dan tekanan darah yang lebih
tinggi. Spesialisasi pembuluh semacam itu juga berarti lesi-lesi patologis di dalam
sebagian kecil arteri muskuler dan arteriol, dan beberapa tipe vaskulitis hanya terjadi
Sel-sel endotel [EC] dan sel otot polos [SMC] menyusun sebagian besar
dinding pembuluh tersusun menjadi tiga lapisan konsentris, yaitu: intima, media dan
adventitia [Gambar 10-1]; yang terdapat dalam semua pembuluh darah, namun paling
kentara di dalam arteri dan vena-vena yang berukuran besar. Pada arteri yang normal,
intima memiliki monolayer EC yang melapisi lembaran ECM tipis; bagian intima dan
media dibatasi oleh membran elastis yang padat disebut internal elastic lamina.
Lapisan media didominasi oleh SMC dan ECM, yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang relatif longgar, serat saraf, dan pembuluh-pembuluh darah kecil adventitia,
9
dalam beberapa arteri terdapat external elastic lamina, yang mendefinisikan transisi
membran elastis interna, SMC medial paling dalam bisa memperoleh oksigen dan
nutrien melalui difusi langsung dari lumen pembuluh. Namun, difusi dari lumen tidak
yang besar dan medium; oleh karena itu, arteriol-arteriol kecil di dalam adventitia
[yang disebut, vasa vasorium, atau pembuluh dari pembuluh] menyuplai 50%
-------------
EC memicu pembekuan [Bab 4] dan pada akhirnya proliferasi SMC [lihat nanti].
Namun, EC yang utuh secara struktural juga bisa memberikan respon terhadap
growth factor, dan produk-produk lainnya]. Disfungsi endotelial adalah istilah yang
Ia bisa dirangsang oleh tekanan hemodinamik dan metabolit lipid [yang berperan
dalam patogenesis atherosklerosis, lihat berikut ini] serta sitokin, dan produk-produk
bakteri [yang berperan dalam patogenesis syok sepsis, Bab 4]. Beberapa perubahan
10
pada sintesis protein baru [misalnya, kontraksi EC yang dipicu oleh histamin, yang
menimbulkan celah venular, Bab 2]. Perubahan lainnya membutuhkan ekspresi gen
baru dan sintesis protein, serta membutuhkan waktu berjam-jam atau berhari-hari
SMC berperan dalam perbaikan vaskuler normal dan proses-proses patologis, seperti
atherosklerosis. Sebagai sel yang stabil, SMC mampu berproliferasi jika dirangsang
dengan tepat; mereka juga bisa mensintesis kolagen ECM, elastin dan proteoglikan,
serta menguraikan growth factor dan sitokin. Sebagai elemen seluler predominan dari
media vaskuler, SMC juga berperan dalam vasokonstriksi dan dilatasi yang terjadi
Vaskuler
yang terluka sangat mirip dengan proses penyembuhan fisiologis yang terjadi dalam
11
perlukaan jaringan yang memiliki elemen-elemen sel stabil lainnya [Bab 3]. Pasca
perlukaan, SMC atau sel-sel prekursor SMC akan bermigrasi ke dalam intima,
berproliferasi, dan mensintesis ECM dengan cara yang sama seperti fibroblast yang
mengisi suatu luka dan membentuk neointima [Gambar 10-2]. Respon neointima ini
terjadi pada berbagai bentuk kerusakan atau disfungsi vaskuler, seperti infeksi,
inflamasi, perlukaan imun, trauma fisik [seperti, balloon catheter atau hipertensi],
atau paparan toksik [seperti, lipid yang teroksidasi atau rokok]. Jadi, penebalan intima
pada dasarnya adalah respon umum dinding pembuluh darah terhadap berbagai
perlukaan/serangan.
medial, SMC neointima tidak bisa berkontraksi seperti SMC medial, namun mereka
Seiring waktu dan restorasi dan/atau normalisasi lapisan endotel, SMC intima
akan kembali ke fase non-proliferasi. Namun, pada saat itu, respon penyembuhan
umum telah mengakibatkan penebalan intima yang mungkin bersifat permanen. Jika
12
SEL-SEL DINDING PEMBULUH DARAH DAN RESPONNYA TERHADAP
PERLUKAAN
Sebagai komponen utama dinding pembuluh darah, EC dan SMC berperan penting
dalam biologi dan patologi vaskuler. Fungsi terintegrasi sel-sel tersebut penting bagi
Sel-Sel Endotel
bound] untuk faktor von Willebrand. Antibodi faktor von Willebrand dan/atau
sintetik dan metabolik; awalnya, ia memiliki beberapa aktivitas utama yang penting
13
hormon, mengendalikan inflamasi, dan mempengaruhi perkembangan tipe sel
dan keluar dinding vaskuler. Di sebagian besar tempat, interendothelial junction pada
[Bab 2].
substansial, sesuai dengan daerah anatomi dan adaptasi dinamisnya terhadap kondisi
endotel rantai hepatosit atau dalam glomeruli ginjal, sedangkan endotelium [dan sel-
yang non-permeabel.
14