Anda di halaman 1dari 18

By

Franky H. Sitepu
Pendahuluan
Semua organisme dalam bertahan hidup berusaha
untuk memusnahkan semua bentuk asing, seperti agen-
agen infeksi yang masuk ke dalam tubuhnya.
Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh
organisme tersebut adalah proses inflamasi.

Inflamasi merupakan suatu respon pertahanan yang


melibatkan sel inang, pembuluh darah, protein, dan
mediator-mediator lainnya yang ditujukan untuk
memusnahkan penyebab awal dari dari cedera sel, sama
halnya seperti sel-sel nekrotik dan jaringan yang berasal
dari kecacatan, serta memulai suatu proses perbaikan.
Tanpa inflamasi, infeksi tidak dapat dicegah dan luka
tidak mengalami penyembuhan.
Dalam konteks gejala infeksi, inflamasi merupakan
suatu komponen respon pertahanan yang mengarah
kepada bentuk kekebalan bawaan.
Sel-sel pada pertahanan tubuh inang, seperti leukosit
dan protein plasma, pada umumnya bersirkulasi dalam
darah, dan tujuan dari inflamasi adalah untuk membawa
leukosit dan protein plasma ke dalam infeksi dan
kerusakan jaringan tersebut.
Inflamasi dibagi menjadi 2 (dua) bentuk:
1. Inflamasi akut
2. Inflamasi kronik.

Feature Acute Chronic

Onset Fast: minute or hours Slow: days

Cellular infiltrate Mainly neutrophils Monocytes/macrophages


and lymphocytes
Tissue injury, fibrosis Usually mild and self Often severe and
limited progressive
Local and systemic signs Prominent Less prominent; maybe
subtle
Inflamasi dirangsang oleh mediator-mediator kimia
yang diproduksi oleh sel-sel inang dalam merespon
keadaan cedera pada jaringan. Ketika mikroba masuk ke
dalam jaringan atau jaringan yang cedera, kehadiran dari
suatu infeksi akan dirasakan oleh sel-sel spesifik seperti
makrofag, sel dendrit, sel mast, dan sel-sel lainnya. Sel-sel
ini akan mengeluarkan molekul-molekul (sitokin dan
mediator lainnya) yang merangsang dan mengantur
response inflamasi yang berikutnya.
Mediator-mediator inflamasi juga diproduksi dari
protein plasma yang bereaksi terhadap mikroba atau
jaringan yang cedera.
Manifestasi inflamasi eksternal (dapat terlihat) sering
disebut “tanda-tanda kardinal (cardinal signs)”, yaitu:
Panas (kalor)

Kemerahan (rubor)

Pembengakakan (tumor)

Nyeri (dolor)

Kehilangan fungsi (functio laesa).


Tahapan dari respon inflamasi dapat dibagi menjadi 5
(lima) tahapan, yaitu:
Pengenalan dari agen-agen yang menimbulkan
cedera
Rekrutmen leukosit
Pemindahan/pembuangan dari agen-agen yang
menimbulkan cedera
Regulasi (kontrol) dari respon
Resolusi (perbaikan/pemulihan).
Inflamasi Akut
Inflamasi akut berespon dengan cepat mengirimkan
leukosit dan protein plasma ke daerah yang mengalami
cedera.
Inflamasi akut memliki 2 (dua) komponen utama,
yaitu:
1. Perubahan pada pembuluh darah (vascular changes)
peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan
perubahan dinding pembuluh darah (peningkatan
permebialitas pembuluh darah)
2. Situasi yang berhubungan dengan sel (cellular events)
perpindahan leukosit dan akumulasi dari leukosit
pada daerah cedera, yang kemudian pengaktifan
leukosit.

Reaksi inflamasi akut dipicu oleh beberapa rangsangan


yang datangnya dari:
Infeksi (paling sering)
Trauma
Nekrosis jaringan
Benda-benda asing
Reaksi imunitas.
Perubahan pada pembuluh darah (vascular changes)
 Perubahan ukuran pembuluh darah dan aliran darah
perubahan ukuran pembuluh darah dengan cepat
terjadi setelah infeksi atau cedera, tetapi dengan tingkat
perkembangan yang berbeda, tergantung tingkat
keparahan dan sifat asli dari stimulus awal inflamasi.
Vasodilatasi dirangsang oleh mediator kimia, seperti
histamin, dan hal ini menimbukan eritema dan
melambatnya aliran darah.
 Peningkatan permebialitas pembuluh darah
peningkatan permebialitas pembuluh darah
menyebabkan pindahnya cairan kaya protein dan sel-sel
darah ke jaringan ekstravaskuler. Akumulasi
(penumpukan) cairan kaya protein disebut eksudat.
Eksudat harus dibedakan dengan transudat.
Transudat terjadi pada penumpukan cairan intersisial
yang disebabkan oleh peningkatan dari tekanan
hidrostatik, yang mengandung protein konsentrasi rendah
dan sedikit atau tidak ada sel-sel darah didalamnya.
Eksudat menunjukkan suatu gambaran inflamasi,
sedangkan transudat menunjukkan gambaran non
inflamasi.
Peningkatan permebialitas pembuluh darah dirangsang
oleh histamin, kinin, dan mediator-mediator lainnya.
Situasi yang berhubungan dengan sel (cellular events)
 Rekrutmen leukosit leukosit mengalir dengan cepat
dalam darah, dan pada kondisi inflamasi, leukosit
berhenti mengalir dan dibawa ke jaringan yang rusak.
Tahapan dari rekrutmen leukosit yang bergerak dari
lumen pembuluh darah menuju ekstravaskuler berupa:
(1) Marginasi dan pengelindingan (margination and
rolling) marginasi merupakan suatu proses
akumulasi (penumpukan) leukosit pada dinding sel epitel
pembuluh darah. Jika sel endotel teraktivasi oleh sitokin
dan mediator-mediator lainnya, mereka akan
memperlihatkan adhesi dimana ikatan leukosit akan
menjadi longgar. Sel-sel ini terikat dan terlepas hingga
jatuh di permukaan endotel, proses ini disebut dengan
pengelindingan (rolling). Proses ini melibatkan reseptor
selectin.
(2) Adhesi leukosit yang mengelinding mampu
merasakan perubahan di endotel yang akan memulai
reaksi selanjutnya dari leukosit, dimana eratnya adhesi
pada permukaan endotel. Proses ini melibatkan
glikoprotein integrins.
(3) Transmigrasi setelah ditahan pada permukaan sel
endotel, leukosit bermigrasi melalui dinding pembuluh
darah dengan cara mengecilkan diri diantara sel pada
persimpangan intersel. Proses ekstravasasi dari leukosit
ini disebut diapedesis. Proses ini dibantu oleh
chemokines.
(4) Kemotaksis setelah ekstravasasi dari darah,
leukosit bergerak menuju daerah yang mengalami infeksi
atau cedera, dimana proses itu disebut sebagai
kemotaksis. Molekul kemotaksis berikatan dengan
reseptor spesifik permukaan sel, yang akan memancing
pengumpulan dari elemen kontraksi sitoskeletal yang
diperlukan untuk pergerakan.
Pada kebanyakan bentuk dari inflamasi akut, neutrophil
dominan pada 6 – 24 jam pertama, yang kemudian akan
digantikan oleh monosit pada 24 – 48 jam kemudian.
 Aktivasi leukosit setelah leukosit direkrutmen ke
daerah yang mengalami infeksi ataupun nekrosis
jaringan, leukosit tersebut harus diaktifkan untuk
melakukan tugasnya. Stimulus yang merangsang aktivasi
tersebut dapat berupa mikroba, produk-produk dari sel
nekrotik, dan beberapa mediator.
Hasil peningkatan fungsi dari aktivasi leukosit terdapat
dalam hal-hal sebagai berikut:
(1) fagositosis partikel-partikel
(2) penghancuran intracel dari mikroba dan sel-sel mati
yang difagositosis
(3) pembebasan dari substansi yang menghancurkan
ekstrasel dari mikroba dan jaringan yang mati
(4) produksi dari mediator-mediator.
Hasil dari Inflamasi Akut
Hasil yang ditunjukkan oleh proses inflamasi akut:
 Resolusi regenerasi dan perbaikan, berupa
pembersihan stimulus cedera, pembersihan mediator-
mediator dan sel-sel inflamasi akut, penggantian dari sel-
sel yang cedera, dan mengembalikan ke kondisi yang
normal.
 Inflamasi kronik terjadi setelah inflamasi akut jika
agen-agen yang menganggu tidak dikeluarkan atau
keadaan ini terjadi pada keadaan yang menimbulkan
cedera (seperti infeksi virus atau respon imunitas
terhadap antigen).
 Parut (scarring) merupakan salah satu bentuk
perbaikan setelah pengerusakan dari jaringan yang
penting atau inflamasi yang muncul pada jaringan yang
tidak mengalami perbaikan (regenerasi), dimana jaringan
yang cedera dipenuhi oleh jaringan ikat.

Anda mungkin juga menyukai