Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RADANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

1.) Ivon liliantri Ida (711440120047)


2.) Ines Sintia Biki (711440120085)
3.) Glory Sampouw (711440120045
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Inflamasi atau reaksi radang merupakan reaksi terhadap jejas seluler
yang hanya berlangsung pada jaringan dari organisme multiseluler yang
mempunyai pembuluh darah. Respons radang dapat disebabkan oleh kuman,
bakteri, virus, trauma tajam atau tumpul, suhu sangat dingin atau panas atau
terbakar, bahan kimiawi, nutrisi, dan imunologik.
Hepar merupakan organ viscera abdominis yang terbesar di bagian
superior cavum abdominis, berperan pada berbagai fungsi metabolisme,
sistem immunologik, dan memiliki potensi untuk menghancurkan substansisubstansi asing, seperti senyawa-
senyawa yang dihasilkan bakteri, obat-obat, yang didistribusi melalui aliran porta atau mikroorganisme yang
beredar di sirkulasi. Hepar tersusun atas sel-sel epitelial (hepatosit) yang dikelilingi oleh
pembuluh darah dari vena porta dan arteria hepatika.
Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah penyebab utama
penyakit hati terbanyak di USA dengan estimasi prevalensi 6-14%. Prevalensi
NAFLD di populasi perkotaan di Indonesia diperkirakan mencapai 30%
dengan obesitas sebagai faktor resiko yang paling berpengaruh
(Trihatmowijoyo dan Nusi, 2009). NAFLD menggambarkan kisaran penyakit, dari steatosis simpleks sampai
steatohepatitis dengan fibrosis yang
dapat berkembang menjadi sirosis.
Asam lemak trans merupakan salah satu jenis asam lemak yang dalam
jumlah sedikit dijumpai secara alami, sebagian besar terbentuk dari hasil
pemrosesan asam lemak tak jenuh cis yang banyak terdapat di alam. Pengaruh
negatif asam lemak trans lebih buruk dibanding asam lemak jenuh. Asupan
asam lemak trans yang tinggi di atas 6% dari energi total secara terus-menerus
bisa berakibat buruk pada banyak hal.
Penduduk Amerika Serikat mengonsumsi sekitar 5,3 gram asam lemak
trans per hari (2,6% dari total asupan energi dan 7,4 % energi lemak) dan
rekomendasi WHO menyarankan asupan lemak trans harus lebih rendah dari
1% total energi perhari.
Sumber utama asam lemak trans di masyarakat Indonesia adalah
berbagai produk pangan dari minyak nabati yang dihidrogenasi seperti
margarin, shortening, hydrogenated vegetable oil (HVO) dan produk- produk
jadi industri (industrially hydrogenated fat) lainnya yang diolah menggunakan
minyak nabati yang terhidrogenasi (seperti produk roti, packaged snacks
seperti chips, sereal dan biskuit). serta makanan yg diproses dengan
menggoreng seperti kerupuk. Makanan tersebut secara komersial berlabel
hydrogenated oil, hardener, vegetable oil & fat, vegetable shortening.
Produk makanan jadi tersebut banyak disukai masyarakat karena mempunyai
citarasa tinggi, gurih, krispi, praktis, tidak mudah tengik, mudah dibawa karena berbentuk setengah padat.
Makanan tradisonal yg diproses dengan
menggoreng (deep frying) seperti kerupuk, merupakan kontributor tertinggi
asupan asam lemak trans.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Jelaskan Pengertian
b. Jelaskan Reaksi dan tanda peradangan
c. Sebutkan dan jelaskan Gambaran makroskopis peradangan akut
d. Jelaskan Aspek cairan peradangan
e. Sebutkan dan jelaskan Aspek selular peradangan
f. Sebutkan dan jelaskan Jenis dan fungsi leukosit
g. Sebutkan dan jelaskan Bentuk peradangan
h. Jelaskan Pemulihan jaringan

C. TUJUAN
a. Mengetahui Pengertian
b. Mengetahui Reaksi dan tanda peradangan
c. Mengetahui Gambaran makroskopis peradangan akut
d. Mengetahui Aspek cairan peradangan
e. Mengetahui Aspek selular peradangan
f. Mengetahui Jenis dan fungsi leukosit
g. Mengetahui Bentuk peradangan
h. Mengetahui Pemulihan jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Radang
Radang atau inflamasi adalah respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera jaringan, radang juga
menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan jaringan dan membantu mengembalikan homeostasis pada
tempat yang terinfeksi atau cedera. Jika respon antiinflamasi gagal beregulasi, dapat mengakibatkan cedera
kronis dan membantu perkembangan penyakit yang terkait (Calder et al., 2009). Inflamasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi akut mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut
terjadidengan durasi waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan eksudat protein
plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan. Inflamasi kronik memiliki durasi yang lebih lama
yaitu dalam hitungan hari hingga tahun. Menurut Kumar et al (2007) dalam Utami et al (2011) tipe inflamasi
kronik ditentukan oleh peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang berhubungan dengan proliferasi vaskular
dan fibrosis.
B. Reaksi dan Tanda Peradangan
Respons peradangan dapat dikenali dengan nyeri, bengkak, demam, panas, merah, yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi: pembesaran diameter pembuluh darah, disertai
peningkatan aliran darah di daerah infeksi.

C. Gambaran makroskopis peradangan akut

Peradangan akut adalah respon langsung dari tubuh terhadap cidera atau kematian sel. Gambaran
mikroskopis peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau dan masih dikenal sebagai tanda-tanda pokok
peradangan yang mencakup kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad sekarang ini, yaitu perubahan fungsi (function laesa).

1. Rubor (Kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah daerah tersebut melebar, dengan demikian
lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat
seperti histamine.

2. Kalor (Panas)

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Sebenarnya panas merupakan
sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari
370 C, yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab
darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih banyak dari pada yang
disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang
jauh didalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37 0 C dan hyperemia tidak
menimbulkan perubahan.

3. Dolor (Rasa Nyeri)


Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya, bahan pH lokal atau
kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu seperti
histamin atau zat kimia bioaktif lainnya juga dapat merangsang sel-sel saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan
yang meradang juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi juga dapat
menimbulkan nyeri.

4. Tumor (Pembengkakan)

Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan lokal (tumor).
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan
interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun pada daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan
dini reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan
oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun
sebagai bagian dari eksudat.

5. Function laesa (Perubahan fungsi)


Adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah dimengerti, mengapa bagian yang
bengkak, nyeri disertai denagn sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi yang abnormal, berfungsi juga secara
abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang
meradang itu terganggu.

D. Aspek cairan pada peradangan

Biasanya dinding saluran darah yang terkecil (kapiler dan venula) memungkinkan molekul-molekul
kecil lewat, tetapi akan menahan molekul-molekul yang besar seperti protein plasma untuk tetap didalam lumen
pembuluh. Sifat pembuluh yang semipermeabel ini menyebabkan gaya osmotik yang cenderung untuk menahan
cairan dalam pembuluh. Hal ini juga diimbangi oleh dorongan keluar dari tekanan hidrostatik didalam
pembuluh. Pergeseran cairan dalam reaksi peradangan sangat cepat. Eksudat dari peradangan luka bakar akibat
cidera termal mengandung protein plasma yang cukup berarti. Jadi, peristiwa penting dari peradangan akut
adalah perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang menyebabkan kebocoran protein
dan diikuti pergeseran keseimbangan osmotik dan air keluar bersama protein, sehingga menimbulkan
pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan juga
mengakibatkan kenaikan tekanan intravaskuler lokal, karena pembuluh darah penuh.
Dalam sistem limfatik, biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan bergabung kembali kedarah vena. Daerah
yang terkena radang biasanya terjadi kenaikan yang mencolok pada aliran limfe daerah tersebut. Selama
peradangan akut, tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe
juga bertambah dengan cara yang sama seperti pada sistem vaskuler darah.
Tetapi sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan, karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat.
Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar limfe yang terkena radang,
maka disebut dengan limfadenitis. Limfadenitis regional sering menyertai peradangan, salah satu contoh yang
terkenal adalah pembesaran kelenjar limfe servikal, yang nyeri terlihat pada tonsillitis.

E. Aspek seluler dari peradangan


1. Marginal dan Emigrasi
Pada awal peradangan akut, waktu arteriol berdilatasi, aliran darah radang bertambah, namun sifat aliran
darah segera berubah. Hal ini disebabkan karena cairan bocor keluar dari mikrosirkulasi yang permeabilitasnya
bertambah. Sejumlah besar dari eritrosit, trombosit dan leukosit ditinggalkan, dan viskositas naik, sirkulasi
didaerah yang terkena radang menjadi lambat. Hal ini menyebabkan leukosit akan mengalami marginasi, yaitu
bergerak kebagian arus perifer sepanjang aliran pembuluh darah, dan mulai melekat pada endotel. Akibatnya
pembuluh darah tampak seperti jalan berbatu, peristiwa ini disebut dengan emigrasi.

2. Kemotaksis

Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah beremigrasi,
merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan
kemotaksis.

3. Mediator peradangan
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen, yang dikenal dengan substansi dari peradangan.

Mediator dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok:

 Amina vasoaktif
 Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma
 Metabolit asam arakhidona
 Berbagai macam produk sel

4. Histamine
Amina vasoaktif yang terpenting adalah histamin, yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas vaskuler. Sebagian besar histamin disimpan dalam sel mast yang tersebar luas dalam
tubuh.

5. Faktor-faktor plasma

Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator penting. Agen utama yang mengatur
sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang berada dalam plasma, dalam bentuk tidak aktif dan dapat
diaktifkan oleh berbagai cidera.

6. Metabolit asam arakhidonat


Berasal dari banyak fosfolipid membrane sel, ketika fosfolipid diaktifkan oleh cidera atau mediator lain.
Asam arakhidonat dapat dimetabolisasikan dalam dua jalur yang berbeda, yaitu jalur siklooksigenase dan jalur
lipoksigenase, menghasilkan sejumlah prostaglandin, trombokson dan leukotrin.
F. Jenis dan fungsi leukosit
1. Granulosit
Granulosit terdiri dari netrofil, eosinofil dan basofil, masing-masing memiliki granula dalam sitoplasma.
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar didalam eksudat adalah netrofil. Netrofil mampu bergerak aktif
seperti amoeba dan mampu menelan berbagai zat (fagositosis).
Eosinofil memberikan respon terhadap rangsangan kemotaktik khas tertentu pada reaksi alergi dan mengandung
zat-zat yang toksik terhadap parasit-parasit tertentu dan zat-zat yang memperantarai peradangan.
Basofil berasal dari sumsum tulang seperti granulosit lainnya. Basofil darah dan sel mast jaringan dirangsang
untuk melepaskan kandungan granulanya kedalam lingkungan sekitarnya pada berbagai keadaan cidera, baik
reaksi imunologis maupun reaksi nonspesifik.

2. Monosit

Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan morfologi intinya dan sift
sitoplasmanya yang relatif agranular. Sel yang sama, yang terdapat dalam pembuluh darah disebut juga dengan
monosit, dan jika terdapat dalam eksudat, disebut dengan makrofag.
Makrofag mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi netrofil polimorfonuklear, dimana makrofag
adalah sel yang bergerak aktif yang memberi respon terhadap rangsang kemotaksis, fagosit aktif dan mampu
mematikan serta mencerna berbagai agen.

3. Limfosit

Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat kecil, dalam waktu yang cukup lama, yaitu
sampai reaksi peradangan menjadi kronik.
Leukosit yang telah dimobilisasi tidak hanya menangkap mikroba yang menyerbu, tetapi juga menghancurkan
sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat dimulai.

G. Bentuk peradangan
1. Eksudat nonseluler

 Eksudat serosa
Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa, yang pada dasarnya terdiri dari protein
yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah saat radang. Contoh eksudat serosa adalah cairan luka melepuh.
Pengumpulan yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik, bukan disebabkan oleh peradangan, disebut dengan
transudat.

 Eksudat fibrinosa

Terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen. Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang.

 Eksudat misinosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membrane mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi misin. Eksudat ini merupakan sekresi sel, bukan dari bahan yang keluar dari pembuluh darah.
Contoh eksudat ini adalah pilek yang disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.

2. Eksudat seluler

 Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering menyebabkan
konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya didalam jaringan, banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan
enzim-enzim hidrolisis yang kuat kesekitarnya.

 Eksudat campuran

Campuran eksudat seluler dan nonseluler, dinamakan sesuai dengan campurannya. Misalnya, eksudat
fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil polimorfonuklear.

3. Peradangan granulamatosa

Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan pengelompokannya menjadi
gumpalan nodular yang disebut granuloma.

H. Pemulihan Jaringan

Peradangan merupakan suatu keadaan struktur berfungsi anatomi kulit


yang dimana mukosa normal mengalami kerusakan akibat proses patalogis.
Peradangan infeksi terjadi disebabkan masuknya dan berkembangbiak mikroba
dalam mukosa. Proses penyembuhan peradangan adalah proses seluler bersifat
komplek yang berhubungan dengan keutuhan struktur . (Emilia et al, 2016).
Proses penyembuhan peradangan merupakan suatu keadaan pengganti
jaringan yang terifeksi dengan pemulihan jaringan. Ada beberapa tahapan yang
saling berhubungan satu dengan lainnya yaitu, (Nuraini, 2011). Menurut Palu et
al, (2010) kandungan kimia sari buah mengkudu untuk proses penyembuhan luka
seperti saponin, skopoletin, xeronin, anthraquinon yang mempunyai hubungan
langsung dengan fase -fase sembuh luka yaitu :
a. Peradangan Stomatitis
Tahapan peradangan dari stomatitis memiliki 4 tahapan yang berhubungan
dengan tahapan penyembuhan yaitu : Tahap Premonitori yang terjadi pada
24 jam pertama perkembangan stomatitis, keadaan mukosa mulut klien akan
merasakan sensasi terbakar pada tempat lesi akan muncul, secara mikroskopi
sel – sel mononuclear akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang. Tahap Pre-Ulcerasi
terjadi pada 18-72 hari pertama, tahap ini
macula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus, intensitas rasa
nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulcerasi. Tahap Ulceratif akan
berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu, pada tahap ini papula –
papula akan berulcerasi dan ulcer akan diselimuti oleh lapisan fibromembranous
yang akan diikuti oleh intesitas nyeri yang berkurang.
b. Peradangan Gingivitis
Tahap gingivitis mempunyai 3 tahapan untuk proses penyembuhan
peradangan gingiva. Tahap Initial Lesion akan terjadi pada 2-4 hari dengan
perubahan vaskuler yang terdiri dari pembuluh darah, peningktan aliran
darah, dan vaskulitis, akan terlihat perubahan bentuk pembuluh darah antara
lain pelebaran kapiler dan venula, terjadi infiltrasi PMNs. Tahap Early Lesion
ini pada 4-7 hari akan terjadi proliferasi vaskuler, terdapat infiltrasi leukosit
jaringan ikat dibawah epitel yang terdiri dari limfosit primer (75% sel T) dan
beberapa neutrophil yang migrasi menjadi makrofag, sel plasma dan sel mast
, epitel mulai menunjukkan ridge, gingiva mengalami eritema dan pendarahan pada probing.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit.Radang juga sebagai reaksi tubuh yang
menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga
akses, radang juga dapat mencegah penyebaran infeksi. Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah secara
seimbang radang juga memproduksi penyakit.Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori
Kesimpulan Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit.
Radang juga sebagai reaksi tubuh yang menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme
yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga dapat mencegah penyebaran
infeksi.Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah secara seimbang radang juga memproduksi
penyakit.Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori.
Kesimpulan Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit. Radang juga sebagai reaksi tubuh
yang menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada
rongga akses, radang juga dapat mencegah penyebaran infeksi.Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah
secara seimbang radang juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori
jaringan yang permanen dan menyebabkan gangguan fungsi.

Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu kita harus memahami penyakit radang
ini karena infeksi sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan
kita tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai