RADANG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
B. RUMUSAN MASALAH
a. Jelaskan Pengertian
b. Jelaskan Reaksi dan tanda peradangan
c. Sebutkan dan jelaskan Gambaran makroskopis peradangan akut
d. Jelaskan Aspek cairan peradangan
e. Sebutkan dan jelaskan Aspek selular peradangan
f. Sebutkan dan jelaskan Jenis dan fungsi leukosit
g. Sebutkan dan jelaskan Bentuk peradangan
h. Jelaskan Pemulihan jaringan
C. TUJUAN
a. Mengetahui Pengertian
b. Mengetahui Reaksi dan tanda peradangan
c. Mengetahui Gambaran makroskopis peradangan akut
d. Mengetahui Aspek cairan peradangan
e. Mengetahui Aspek selular peradangan
f. Mengetahui Jenis dan fungsi leukosit
g. Mengetahui Bentuk peradangan
h. Mengetahui Pemulihan jaringan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Radang
Radang atau inflamasi adalah respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera jaringan, radang juga
menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan jaringan dan membantu mengembalikan homeostasis pada
tempat yang terinfeksi atau cedera. Jika respon antiinflamasi gagal beregulasi, dapat mengakibatkan cedera
kronis dan membantu perkembangan penyakit yang terkait (Calder et al., 2009). Inflamasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi akut mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut
terjadidengan durasi waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan eksudat protein
plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan. Inflamasi kronik memiliki durasi yang lebih lama
yaitu dalam hitungan hari hingga tahun. Menurut Kumar et al (2007) dalam Utami et al (2011) tipe inflamasi
kronik ditentukan oleh peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang berhubungan dengan proliferasi vaskular
dan fibrosis.
B. Reaksi dan Tanda Peradangan
Respons peradangan dapat dikenali dengan nyeri, bengkak, demam, panas, merah, yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi: pembesaran diameter pembuluh darah, disertai
peningkatan aliran darah di daerah infeksi.
Peradangan akut adalah respon langsung dari tubuh terhadap cidera atau kematian sel. Gambaran
mikroskopis peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau dan masih dikenal sebagai tanda-tanda pokok
peradangan yang mencakup kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad sekarang ini, yaitu perubahan fungsi (function laesa).
1. Rubor (Kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan. Waktu
reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah daerah tersebut melebar, dengan demikian
lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat
seperti histamine.
2. Kalor (Panas)
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Sebenarnya panas merupakan
sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari
370 C, yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab
darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih banyak dari pada yang
disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang
jauh didalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37 0 C dan hyperemia tidak
menimbulkan perubahan.
4. Tumor (Pembengkakan)
Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan lokal (tumor).
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan
interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun pada daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan
dini reaksi peradangan, sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan
oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun
sebagai bagian dari eksudat.
Biasanya dinding saluran darah yang terkecil (kapiler dan venula) memungkinkan molekul-molekul
kecil lewat, tetapi akan menahan molekul-molekul yang besar seperti protein plasma untuk tetap didalam lumen
pembuluh. Sifat pembuluh yang semipermeabel ini menyebabkan gaya osmotik yang cenderung untuk menahan
cairan dalam pembuluh. Hal ini juga diimbangi oleh dorongan keluar dari tekanan hidrostatik didalam
pembuluh. Pergeseran cairan dalam reaksi peradangan sangat cepat. Eksudat dari peradangan luka bakar akibat
cidera termal mengandung protein plasma yang cukup berarti. Jadi, peristiwa penting dari peradangan akut
adalah perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang sangat kecil yang menyebabkan kebocoran protein
dan diikuti pergeseran keseimbangan osmotik dan air keluar bersama protein, sehingga menimbulkan
pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol yang menimbulkan hiperemia lokal dan kemerahan juga
mengakibatkan kenaikan tekanan intravaskuler lokal, karena pembuluh darah penuh.
Dalam sistem limfatik, biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan bergabung kembali kedarah vena. Daerah
yang terkena radang biasanya terjadi kenaikan yang mencolok pada aliran limfe daerah tersebut. Selama
peradangan akut, tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe
juga bertambah dengan cara yang sama seperti pada sistem vaskuler darah.
Tetapi sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan, karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat.
Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar limfe yang terkena radang,
maka disebut dengan limfadenitis. Limfadenitis regional sering menyertai peradangan, salah satu contoh yang
terkenal adalah pembesaran kelenjar limfe servikal, yang nyeri terlihat pada tonsillitis.
2. Kemotaksis
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah beremigrasi,
merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan
kemotaksis.
3. Mediator peradangan
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen, yang dikenal dengan substansi dari peradangan.
Amina vasoaktif
Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma
Metabolit asam arakhidona
Berbagai macam produk sel
4. Histamine
Amina vasoaktif yang terpenting adalah histamin, yang mampu menghasilkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas vaskuler. Sebagian besar histamin disimpan dalam sel mast yang tersebar luas dalam
tubuh.
5. Faktor-faktor plasma
Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator penting. Agen utama yang mengatur
sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang berada dalam plasma, dalam bentuk tidak aktif dan dapat
diaktifkan oleh berbagai cidera.
2. Monosit
Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan morfologi intinya dan sift
sitoplasmanya yang relatif agranular. Sel yang sama, yang terdapat dalam pembuluh darah disebut juga dengan
monosit, dan jika terdapat dalam eksudat, disebut dengan makrofag.
Makrofag mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi netrofil polimorfonuklear, dimana makrofag
adalah sel yang bergerak aktif yang memberi respon terhadap rangsang kemotaksis, fagosit aktif dan mampu
mematikan serta mencerna berbagai agen.
3. Limfosit
Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat kecil, dalam waktu yang cukup lama, yaitu
sampai reaksi peradangan menjadi kronik.
Leukosit yang telah dimobilisasi tidak hanya menangkap mikroba yang menyerbu, tetapi juga menghancurkan
sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat dimulai.
G. Bentuk peradangan
1. Eksudat nonseluler
Eksudat serosa
Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa, yang pada dasarnya terdiri dari protein
yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah saat radang. Contoh eksudat serosa adalah cairan luka melepuh.
Pengumpulan yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik, bukan disebabkan oleh peradangan, disebut dengan
transudat.
Eksudat fibrinosa
Terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen. Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang.
Eksudat misinosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membrane mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi misin. Eksudat ini merupakan sekresi sel, bukan dari bahan yang keluar dari pembuluh darah.
Contoh eksudat ini adalah pilek yang disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.
2. Eksudat seluler
Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering menyebabkan
konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya didalam jaringan, banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan
enzim-enzim hidrolisis yang kuat kesekitarnya.
Eksudat campuran
Campuran eksudat seluler dan nonseluler, dinamakan sesuai dengan campurannya. Misalnya, eksudat
fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil polimorfonuklear.
3. Peradangan granulamatosa
Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan pengelompokannya menjadi
gumpalan nodular yang disebut granuloma.
H. Pemulihan Jaringan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit.Radang juga sebagai reaksi tubuh yang
menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga
akses, radang juga dapat mencegah penyebaran infeksi. Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah secara
seimbang radang juga memproduksi penyakit.Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori
Kesimpulan Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit.
Radang juga sebagai reaksi tubuh yang menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme
yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga dapat mencegah penyebaran
infeksi.Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah secara seimbang radang juga memproduksi
penyakit.Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori.
Kesimpulan Radang merupakan suatu manifestasi dari suatu penyakit. Radang juga sebagai reaksi tubuh
yang menguntungkan karena sebagai penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada
rongga akses, radang juga dapat mencegah penyebaran infeksi.Sedangkan reaksi merugikannya bagi tubuh ialah
secara seimbang radang juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan mengakibatkan terjadinya distori
jaringan yang permanen dan menyebabkan gangguan fungsi.
Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu kita harus memahami penyakit radang
ini karena infeksi sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan
kita tetap terjaga.