Anda di halaman 1dari 61

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Ny. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS ARTHRITIS
REUMATOID DI WILAYAH KOTA
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Ita
(2020.01.14901.022)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI PROFESI NERS
TA 2020/2021
1
LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ita
NIM : 2020.01.149011.022
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. N Dengan Diagnosa Medis Arthritis
Rheumatoid Di Wilayah Kota Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik pada Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Prinawatie, S. Kep., M. Kes


LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ita
NIM : 2020.01.149011.022
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. N Dengan Diagnosa Medis Arthritis
Rheumatoid Di Wilayah Kota Palangka Raya..

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik pada Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Prinawatie, S. Kep., M. Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M. Kep


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Diagnosa Medis Arthritis Rheumatoid
Di Wilayah Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini merupakan salah satu
syarat untuk lulus stase keperawatan gerontik di STIKes Eka Harap Palangka
Raya. Penulis meyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
kiranya laporan pendahuluan ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan terkhususnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S. Pd., M. Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Stase Keperawatan Gerontik.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M. Kep selaku Ketua Program Studi Ners yang
memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Ibu Prinawatie, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing akademik di sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang memberikan
dukungan dalam penyelesaian laporan ini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Mahsa Esa menyertai dan membalas
kebaikan mereka terhadap penulis, semoga asuhan keperawatan yang telah dibuat
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

Palangka Raya, Mei 2021

Ita
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang


dapat mempengaruhi banyak jaringan dan sistem organ, terutama menyerang
fleksibel (sinovial) sendi, dan dapat menyerang siapa saja yang rentan terkena
penyakit rematik (Roach, 2010).
Masalah utama yang sering dialami lansia dengan Rematik adalah keluhan
nyeri sendi, nyeri bertambah ketika melakukan aktivitas, gangguan fungsi dan
struktur tubuh ini membuat aktivitas seseorang menjadi terbatas. Penyakit rematik
sering mengalami kekambuhan pada lansia yang dapat disebabkan beberapa hal
diantaranya ialah Pola makan, Pola aktivitas, Mandi pada malam hari, mengkonsumsi
alkohol, luka berat, infeksi, dan keturunan/ genetik (Syam, 2010).
Dampak kekambuhan penyakit rematik dapat mengakibatkan penurunan
produktifitas pada manusia (Purnomo, 2010). Rematik mengancam jiwa
penderitanya dan rematik menimbulkan gangguan kenyamanan, masalah yang
disebabkan oleh penyakit rematik yang tampak jelas pada mobilitas hal yang
diketahui ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas dan dapat
menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti
rasa nyeri, mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera pada
lansia (Adamiar, 2010).
Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka kejadian rematik
pada tahun 2015 lansia (usia 55 tahun keatas ) di dunia tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya.
Penderita Arthritis Rheumatoid pada lansia di seluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia di dunia ini menderita Rematik.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih
dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit Rheumatoid Arthritis
dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang
berusia 55 tahun (WHO, 2015).

Indonesia mengalami peningkatan kejadian Rematik, pada tahun 2015


prevalensinya mencapai 21,35%. dan tahun 2016 sebesar 33,39%. Berdasarkan data
Riskesdas (Riset Kesehatan Daerah) Tahun 2016 Jawa Timur mengalami
peningkatan kekambuhan penyakit Rematik pada tahun 2017 sebesar 45,7.%.
Surabaya mengalami peningkatan kekambuhan penyakit Rematik pada tahun 2015
menjadi 32,1 % yang merupakan prevalensi dengan angka kejadian rematik kedua
terbanyak pada tahun 2016 sebesar 45,7 %. Dan terjadi peningkatan kasus rematik
tahun 2017 dengan jumlah kasus rematik sebesar 76,07% tahun 2017.
Menurut data yang terdapat di Puskesmas Kebonsari jumlah kejadian rematik
pada tahun 2015 sebesar 1.831. Pada tahun 2016, Penyakit rematik mengalami
peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kebonsari dengan angka
terbanyak 2.391. Pada tahun 2017 rematik menduduki peringkat kelima dari 10
penyakit terbanyak di Puskesmas Kebonsari dengan prevalensi kejadian rematik
sebanyak 3.277 angka. Pada bulan Januari 2018 angka. rematik sebanyak 123, pada
bulan Februari tahun 2018 Rematik mengalami peningkatan menjadi, 124 dan pada
bulan Maret tahun 2018 Rematik mengalami peningkatan menjadi 218, sedangkan
pada bulan April minggu kedua terdapat sebanyak 33 orang lansia.
Rematik merupakan jenis penyakit menahun serta sistemik. Namun gejala
serangannya datang dan juga pergi (Mansjoer. 2011). Lansia yang terserang
Rematik akan mengalami rasa sakit, depresi, nyeri yang menyebabkan adanya
keterbatasan fungsional dan dapat mengurangi kualitas hidup pada lansia. Pada
setiap jenis rematik dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat mengganggu,
menghambat segala aktivitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sebagian besar
kasus perjalanan kronik fluktuatif yang mengakibatkan kerusakan sendi yang
progresif, kecacatan bahkan juga dapat memberikan dampak bagi sosial dan
ekonomi pada setiap orang yang mengalami suatu penyakit rematik tersebut.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan masalah
“Bagaimana laporan pendahuluan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Reumathoid Arthritis?

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umun penyusunan dan penulisan laporan adalah untuk menjelaskan
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis.
1.2.2Tujuan khusus
1.2.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.2.2.2 Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.2.2.3 Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.2.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.
1.2.2.5 Melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis.
1.2.2.6 Mampu membuat dokumentasi tindakan pada klien dengan diagnosa medis
Reumathoid Arthritis.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pemikiran mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis.
1.3.2 Praktis
1.3.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan
keperawatan dasar manusia pada klien dengan diagnosa medis Reumathoid
Arthritis. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien.
2

1.3.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.3.2.3 Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Reumathoid Arthritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Definisi
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis (Supraba, 2015).
Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan
manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak
dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Juwita, 2013).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016)
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017). Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami penurunan
kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari seorang diri.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016)

2.1.2 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
2.1.3 Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu:
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2016), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan (Ratnawati, 2017).
3) Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik
dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai
mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai
mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki,
sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017).
4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageingWHO, lanjut usia sehat berkualitas adalah
proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat
tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian
besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan,
saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).
5) Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang
bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan
akan menjadi lebih baik.
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat
kesehatan penduduk yang semakin baik.
Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi,
artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).

2.1.4 Perubahan pada Lanjut Usia


Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual
(Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
2.1.4.1 Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi
pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian
atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki
gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap
dirinya sakit.
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,
penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran
lender, penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat
patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
8

2.1.4.2 Perubahan Fungsional


Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial.
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan
tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia.
Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam
aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan kemandirian lansia.
Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan
masalah kesehatan.
2.1.4.3 Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif.
Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan
berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang normal.
2.1.4.4 Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.
Menurut Ratnawati (2017), perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa
pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut:
9

a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup (memasuki
rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri).
2.1.4.5 Perubahan Psikologis
Gejala psikologis pada lansia dapat berupa rasa takut, cemas, tegang, stress,
depresi, mudah sedih, cepat merasa marah, mudah tersinggung, gugup dan keadaan
mental yang tidak stabil. Adapun perubahan yang terjadi terhadap mental/psikologis
lansia:
2.1.4.6 Kecemasan
Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan juga merupakan
keadaan emosional yang tidak menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis
yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya
disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung.
Kecemasan jua merupakam perasaan takut atau khawatir yang tidak rasional akan
kejadian yang akan datang, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah,
sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut terhadap penyakit yang berat, sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan
(Riksavianti, 2014).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan
adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan,
kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
10

2.1.4.7 Depresi
Pada lansia, depresi merupakan salah satu penyakit mental yang sering terjadi.
Kerentanan seorang lansia terhadap kejadian depresi tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor tunggal, namun multifaktorial, yaitu faktor biologis, fisis, psikologis, dan sosial
(Irawan, 2013).
Depresi juga dikatakan sebagai gangguan emosional atau suasana hati yang buruk
ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan
tidak berarti sehingga dapat mempengaruhi motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari (Dirgayunita, 2016).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia
adalah suatu bentuk gangguan alam perasaan yang bersifat patologis yang ditandai
dengan perasaan sedih, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong,
perasaan tertekan, menderita, mudah marah, gangguan makan, sulit tidur dan
kecemasan.
2.1.4.8 Stress
Stres menurut Priyoto (2014) adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap suatu
tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-
hari.
Hal ini juga disampaikan oleh Rasmun (dalam Izati & nirmala, 2015) stres
adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu,
suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada
seseorang yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres juga
dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi
yang tidak seimbang antara sumber stres seseorang dengan tuntutan yang dibebankan
yang timbul dari interaksi dengan lingkungannya sehingga dirasa mengancam dirinya
yang pada akhirnya direspon oleh fisik, perilaku, pikiran dan psikologis.
2.1.1 Status Kognitif/Afektif/Sosial
1. Penilaian Aktivitas Sehari-Hari/ADL
Menurut Maryam (2008), Activity of daily living skills (ADL)
merupakan suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan
Aktivity of daily living secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Padila, 2013). Instrumen yang biasa digunakan
dalam mengkaji status fungsional adalah indeks katz. Alat ini digunakan untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis
(Sunaryo et al, 2016).
1) Indeks katz
Indeks katz adalah istrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidenfikasikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat (Padila, 2013).
Menurut Padila pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian katz untuk
untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi
mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB/BAK),
3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian. Penilaian dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai berikut: Tabel Katz Indek

Skor Kriteria

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),


berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian.
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu fungsi tersebut.

C. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi


tambahan.
D. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,berpakaian, dan satu
fungsi tambahan.
E. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan.
F. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F

Keterangan:

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari


orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.
a) Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
b) Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancing / mengikat pakaian.
Bergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
c) Ke kamar kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri.
Bergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
d) Berpindah
Mandiri: berpindah dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri.
Bergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebih perpindahan
e) Kontinen
Mandiri: BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung: inkontinesia persial atau total, penggunaan kateter,
pispot, enema, dan pembalut (pampers).
f) Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT).
2. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat keusakan
intelektual instrumen SPMSQ terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi, riwayat
pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemmapuan perawatan diri, memori
jauh dan pengetahuan maternitas. Penilaian dalam pengkajian SPMSQ adalah
nilai 1 jika rusak atau salah dan nilai 0 tidak rusak atau benar. (Aspiani, 2014)
Tabel Short Portable Mental Status Qustionnaire
SKORE
NO PERTANYAAN JAWABAN
Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor rumah anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
penggurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun?
Jumlah kesalahan total :
3. Mini Mental State Examination (MMSE)
Mini mental state axamination digunakan untuk menguji aspek kognitif dari
fungsi mental: orientasi, resgistrasi, perhatian, kalkulasi, ,emgingat kembali, dan
bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi tidak
dapat digunakan untuk tujuan digunakan untuk tujuan diagnostik, namun berguna
untuk mengkaji kemajuan pasien.
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-masing)
tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar, kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ke 3 nya jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban, berganti
eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari belakang).
MENGINGAT
3 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk
kebenaran.
BAHASA
9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1 point.
Nilai total:
Skor
24-30 : Normal
17-33 : Probable gangguan kognitif
0-16 : Definitif gangguan kognitif
4. Inventaris Depresi Beck
Inventaris depresi beck (IDB) merupakan alat pengukuran status afektif
yang digunakan untuk membedakan jenis depresi yang mempengaruhi
suasana hati. Instrumen ini berisikan 21 karakteristis: alam perasaan,
pesemisme, rasa kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kecewa
terhadap seseorang, kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan untuk
menghukum diri sendiri, keinginan untuk menangis, mudah tersinggung,
menarik diri, ketidak mampuan membuat keputusan, gambaran tubuh,
gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan.
Selain itu berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang berhubungandengan
depresi
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
Menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat
2.2 Konsep Dasar Rematik
2.2.2 Pengertian
Rematik adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi rematik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 2015).
Rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh (Hidayat, 2016). Rematik dapat terjadi pada semua jenjang umur
dari kanak-kanak sampai usia lanjut. namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur.
Rematik adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dan
persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2014).

2.2.2 Etiologi
Etiologi penyakit rematik ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada
osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi osteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Faktor genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik.
2.2.3 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian
ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk
ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya rematik berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan
dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
2.2.4 WOC 26
Inflamasi non bacterial disebabkan oleh infesi
endokrin,autoimun,metabolic dan faktor genetik,serta
faktor lingkungan

ARTRITIS REUMATOID

B1
B3 B4 B5

Inflamasi Lesi inflamasi pada Penekanan pada saraf Proteinuria Iritasi


miokard dan katub nervus Tenosinovitis
S
i
n
Nyeri dada
o
v
i
l
i Kelainan pd
Nyeri tulang
Nekrosis Papilar
(Tenggorokan Menelan) Neuropati ginjal Invasi
Erosi mukosa Hiperemia dan
pembengkakan kolagen

MK.Risiko Defisit Gangguan faal jantung Kelemahan Gangguan lambung


MK.Gangguan Nekrosis dan kerusakanRuptur
dalam tendon
ruang sendi
secara persial atau lokal
Nurisi otot
Eliminasi
MK.Intoleransi Urine
Aktivitas Parastesia Instabilitas
MK.Risiko Defisit Nurisi MK.Nyeri Akut
dan
deformitas
Iskemia sendi
MK.Nyeri Akut & Gangguan mobilitas fisik
MK.Gangguan Perubahan
Mobilitas Fisik bentuk
tubuh pada
tulang dan
sendi

MK.Gangguan
Identitas Diri &
Gangguan Citra
Tubuh
2.2.5 Manifestasi Klinis
Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

2.2.6 Komplikasi
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

34
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes serologi
1) Sedimentasi eritrosit meningkat
2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
3) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
1) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur
dan bisa diperiksa secara makroskopik.
4. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
5. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
6. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
7. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
8. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.

35
9. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

2.2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
9. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin.
Ada beberapa tujuan utama dari program penataksanaan perawatan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang yang terjadi pada sendi.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal).

36
2. Riwayat Kesehatan
1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
3) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
4) Catat bila ada krepitasi
5) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
6) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
7) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
8) Ukur kekuatan otot
9) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
10) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
4. Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur,
kelaianan pada sendi.
5. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
6. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan

37
( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
7. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ)
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
8. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
Ketergantungan
9. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kekeringan pada meta dan membran mukosa.
12. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, ketidak seimbangan mobilitas.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

38
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1. Menyebutkan nyeri mereda
2. Skala nyeri rendah
3. Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi ekstremitas.
4. Klien dapat beristirahat
Intervensi dan Rasional:
1. Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat factor faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
ketidakefektifan program.
2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan.
Rasional : Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi atau nyeri.
3. Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter,
bebat, brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya.

39
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.


Tujuan : Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya
Kriteria hasil :
1. Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk meningkatkan mobilitas
2. Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan peningkatam mobilitas
3. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
4. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
5. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
1. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi
Rasional : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau
resolusi dari peoses inflamasi
2. Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan
3. Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan
Rasional : Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan atau
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.

40
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan
yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
Rasional : Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
6. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Rasional : Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan muskuloskeletal; penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Tujuan : Individu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk makan sendiri
atau melaporkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam ADL.
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat mendemonstrasikan kemampuan menggunakan alat bantu makan
2. Klien dapat melakukan ADLnya sendiri sedikit demi sedikit
3. Klien terlihat bersih , rapi dan segar
Intervensi dan Rasional:
1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan atau eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progra latihan
Rasional : Mendukung kemandirian fisik atau emosional
3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri
4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran

41
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas
Tujuan : Individu dapat mendemonstrasikan penerimaan penampilan
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan puas akan penampilan dirinya yang sekarang
2. Klien terlihat percaya diri dengan kondisi atau penampilannya
Intervensi dan Rasional:
1. Motivasi klien untuk pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri
dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi
atau konseling lebih lanjut
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
Rasional : Isyarat verbal atau non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
4. Terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi
5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut

42
6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri

2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawatan menerapkan/ melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal (Nursalam, 2018).

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai
evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2018).

43
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Biografi
Nama : Ny. N
Tempat & Tanggal Lahir : Palangka Raya, 09 April 1961 (60 Tahun)
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
TB/BB : 145 cm / 48 kg
Penampilan : Tampak rapi, bersih, rambut beruban.
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C
Orang Dekat Yang Dihubungi : Tn. K (Suami klien)
Hubungan dengan Lansia : Suami klien
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C

3.1.2 Riwayat Keluarga


1. Susunan Anggota Keluarga
No Nama Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin Keluarga

1. Tn. K L Suami SMA Swasta -

2. Ny. N P Istri SMA Swasta -

3. Nn. T P Anak S1 PNS -

4. Nn. P P Anak DIII PNS -

2. Genogram

44
Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: Klien (Ny. N) : meninggal

Ny. N mengatakan bahwa dirinya memiliki 5 saudara dari orang tuanya, dia anak
kedua yang memiliki 2 saudara perempuan dan 2 saudara laki- laki, Tn. K sudah
menikah, Ny. N memiliki 2 orang anak kandung, yaitu 2 anak perempuan.
3. Tipe/Bentuk Keluarga : Older Family

3.1.3 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan saat ini : Wiraswasta
Alamat Pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah :-
Alat Transportasi : Motor
Pekerjaan Sebelumnya :-
Sumber Pendapatan dan Kecukupan : Pendapatan Cukup

3.1.4 Riwayat Lingkungan Hidup (Denah)


Ny. N tinggal di rumah bersama suami dan anak. Tipe tempat tinggal Ny. N
permanen dan berjumlah 2 kamar. Kondisi tempat tinggal klien cukup bersih,
pencahayaan baik, ventilasi cukup dan tidak pengap. Jumlah orang yang tinggal 4 orang
yang terdiri dari Ny. N, suami, dan anak. Tetangga terdekat klien adalah saudaranya dan
anak-anaknya.

45
3.1.5 Riwayat Rekreasi
Klien sering berada di rumah, hobby menonton, kegiatan Ny. N dirumah adalah
bersih-bersih disekitar rumah. Ny. N sering mengikuti liburan perjalanan setiap hari
libur.

3.1.6 Sistem Pendukung


Jarak dari RS Doris Sylavanus ke rumah Ny. N ± 40 km, Puskesmas terdekat
adalah Puskesmas Kayon ± 50 km.

3.1.7 Diskripsi Kekhususan


Kebiasaan dirumah selalu berdoa sebelum memulai kegiatan. Sebelum dan
sesudah makan selalu berdoa. Ny. N mengatakan bahwa dia aktif mengikuti kegiatan –
kegiatan masjid di lingkungan tempat tinggal klien.

3.1.8 Status kesehatan


1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan tidak pernah
berobat ke puskemas
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Tidak pernah dirawat dirumah sakit atau ada penyakit sebelumnya yang
mengakibatkan rutin berobat.
Keluhan Utama : Ny. N mengatakan nyeri pada persendian pada lutut sebelah
kanan
Provokative/ Paliative : Nyeri pada saat berbaring
Quality/ Quantity : Seperti nyut-nyutan
Region : Kaku pada daerah persendian
Severity Scale : Skala nyeri 5 (sedang)
Timming : Hilang timbul

Pemahaman dan Penatalaksaanan masalah kesehatan :

46
Ny. N mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya

Status Imunisasi : (catat tanggal terbaru)


Tetanus, difteri : tidak ada
Influenza : tidak ada,
Pneumothoraks : tidak ada.
Alergi : (catat agen dan reaksi spesifik)
1. Obat-obatan : Tidak ada alergi
2. Makanan : Tidak ada
3. Faktor lingkungan : Tidak ada

Penyakit yang diderita :


Rematik

3.1.9 Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL)


Indeks Katz : A (kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan
mandi).
Oksigenasi : Dada simetris , tidak ada sianosis, tidak ada
sesak nafas dan nyeri dada RR : 20x/ menit

Cairan & Elektrolit : Pasien minum 1500 cc/24 jam (air putih)

Nutrisi : Nutrisi klien cukup klien dan mampu


menghabiskan 1 porsi makan dari porsi makanan
yang di berikan

Eliminasi : Klien BAK > 3 kali/ hari warna kuning jernih


bau khas amoniak, BAB 1 kali/ hari warna
kuning kecoklatan dengan konsistensi lunak

Istirahat dan Tidur : Klien tidur pada siang hari 3 menit – 5 jam

47
Sedangkan pada malam hari 6-8 jam
Personal hygiene : Baik ( klien mandi 2 kali sehari)

Seksual : Klien mengatakan sudah tidak lagi memikirkan


masalah seksual lagi karena merasa dirinya
sudah tua

Rekreasi : Klien mengatakan jarang melakukan rekreasi


bersama keluarga karena sibuk bekerja.

3.1.10 Data penunjang


Ny. N memiliki obat yang diberikan oleh dokter yaitu Allopurinol
Keadaan Umum :
Keadaan umum baik, kesadaran compos menthis, pupil isokor, TTV : TD :
120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,8 ºC, RR 20 x/mnt. Akral: hangat, merah,
lembab. CRT : < 2 detik, konjungtiva: normal, sclera: normal. Kulit normal, turgor kulit
elastis.
Tingkat Kesadaran : Compos Menthis
GCS : Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6.
Tanda-Tanda Vital : Nadi : 98x/menit, RR : 20x/menit, TD : 120/80 mmHg.
S : 36,8 0C
Sistem : Tekanan darah klien 140/90 mmHg, tidak ada nyeri
Kardiovaskuler dada, ictus cordis tidak terlihat CRT > 2 detik
Sistem Pernafasan : RR : 20x/menit, bentuk thorax simetris, tidak ada
bunyi nafas tambahan.
Sistem Integumen : Kulit tampak keriput, elastisitas kulit berkurang,
warna kulit sawo matang.
Sistem Perkemihan : BAK > 3 x sehari, warna kuning jernih, bau khas
amoniak.
Sistem : Tidak ada gangguan pada otot tangan dan kaki,
Muskuluskeletal karena klien dapat beraktivitas secara mandiri,
ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 3/5
Sistem Endokrin : Klien tidak ada menderita penyakit diabetes melitus

48
Sistem : Klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi
Gastrointestinal
Sistem reproduksi : Baik
Sistem Persyarafan : Tidak ada cedera kepala, tidak ada riwayat kejang.
Sistem Penglihatan : Klien menggunakan kacamata saat membaca
Sistem : Dapat mendengar dengan baik, tidak ada keluaran
Pendengaran cairan.
Sistem Pengecapan : Dapat mengecap dengan baik yaitu asam, asin,
manis dan pahit
Sistem Penciuman : Klien masih mampu mencium bau dengan baik

Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Ny. A yaitu: 2 (fungsi
intelektual utuh). Mini Mental State Exam (MMSE): 23, Inventaris Depresi Beck : 3
(Depresi tidak ada/Minimal), APGAR keluarga : 9.

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari-hari

Nama klien : Ny. N Tanggal : 25 Mei 2021


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 145/48 Kg
Agama : Kristen Protestan Gol darah : O
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C.
Skor Kriteria

49
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di
lain klasifikasikan sebagai C, D, E Atau F

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Nama klien : Ny. N Tanggal : 25 Mei 2021


Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 145/48 Kg
Agama : Kristen Protestan Gol darah : O
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C.
SKORE NO PERTANYAAN JAWABAN
+ -
 a 1 Tanggal berapa hari ini? 25 Mei 2021

50
 a 2 Hari apa sekarang ini? Hari Selasa
 3 Apa nama tempat ini? Rumah Saya
- 4 Berapa nomor telepon anda? 081317223881
 5 Berapa umur anda? 61 tahun
 6 Kapan anda lahir? 1961
7 Siapa presiden Indonesia Joko Widodo

sekarang?
 8 Siapa presiden sebelumnya? Susilo Bambang Yudyono
- 9 Siapa nama kecil ibu anda? Tidak tahu
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
penggurangan 3 dari setiap
- Tidak tahu
angka baru, semua secara
menurun?
 Jumlah kesalahan total : 3 Ringan

Keterangan:
Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji Aspek – Kognitif Dari Fungsi Mental
NILAI
KLIEN PERTANYAAN
Maks
ORIENTASI
5 5 (Tahun, musim, Tgl, Hari, Bulan, apa sekarang?
5 5 Dimana kita : (Negara, bagian, Wilayah, Kota).
REGISTRASI
3 3 Nama 3 objek (1 detik untuk mengatakan masing-
masing) tanyakan klien ke 3 obyek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 point untuk tiap jawaban yang
benar, kemudian ulangi sampai ia mempelajari ke 3 nya
jumlahkan percobaan dan catat.
PERHATIAN & KALKULASI
5 4 Seri 7’s (1 point tiap benar, berhenti setelah 5 jawaban,
berganti eja kata belakang) (7 kata dipilih eja dari

51
belakang).
MENGINGAT
3 2 Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point
untuk kebenaran.
BAHASA
9 9 Nama pensil & melihat (2 point)
Mengulang hal berikut tak ada jika (dan atau tetapi) 1
point.
30 28 Nilai total 29

KETERANGAN:
Mengkaji tingkat kesadaran klien sepanjang kontinum: Compos mentis.
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif perlu tindak
lanjut)
Nilai maksimum 30 (nilai 22/ kurang indikasi ada kerusakan kognitif)
Ny. N mampu berorientasi terhadap tahun, musim, tanggal, hari, dan bulan
sekarang, tetapi Ny. N mampu beregistrasi terhadap nama objek, mampu berhitung, dan
mampu mengingat nama-nama benda.

52
INVENTARIS DEPRESI BECK
(Penilaian Tingkat Depresi Lansia Dari Beck Dan Decle, 1972)
Nama klien : Ny. N Tanggal : 25 Mei 2021
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 145/48 Kg
Agama : Kristen Protestan Gol darah : O
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C.

URAIAN
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan

53
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN

54
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek/tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik dan ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan:
0-4 : depresi tidak ada/ minimal
5-7 : depresi ringan
8-15 : depresi sedang
16+ : depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


(Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia)
Nama klien : Ny. N Tanggal : 25 Mei 2021

55
Jenis kelamin : Perempuan TB/BB : 145/48 Kg
Agama : Kristen Protestan Gol darah : O
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Yosudarso XIV Gg. Berlian III Blok C.

No Uraian Fungsi Skore


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali ADAPTATION 2
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman) saya mebicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas dengan cara keluarga (teman- GROWTH 2
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas/ arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman- AFFECTION 2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/ mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman RESOLVE 1
saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 9
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
 Selalu: skore 2
 Kadang-kadang: skore 1
 Hampir tidak pernah: skore 0

56
ANALISA DATA

OBYEKTIF DAN DATA INTERPRESTASI MASALAH


No. SUBYEKTIF
(Etiologi) (Problem)
(sign/symptom)

1 DS : Sinovili Nyeri akut

Klien mengatakan nyeri pada persendian


pada lutut sebelah kanan,
P: Nyeri pada saat berbaring
Hiperemia dan
Q: Seperti nyut-nyutan pembengkakan
R: Kaku pada daerah persendian
S: Skala nyeri 5 (sedang)
T: Hilang timbul
Nekrosis dan kerusakan

57
dalam ruang sendi

DO :
- Lutut kanan pasien tampak bengkak Nyeri akut
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang lutut
bagian kanan

TTV
- TD :120/80 mmHg
- N : 80x/menit
- R : 20x/menit
- S :36,5◦C

2 DS : Penekanan pada saraf Gangguan


nervus Mobilitas Fisik
Klien mengatakan nyeri pada persendian
pada lutut sebelah kanan
DO : Neuropati

- Lutut kanan pasien tampak bengkak


Kelemahan otot
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegang lutut Parastesia
bagian kanan
Iskemia
- Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas
bawah 3/5 Gangguan Mobilitas Fisik

Defisit
3 Pengetahuan
DS :
Kurang terpaparnya
Klien mengatakan tidak tau penyakit informasi
apa yang dideritanya dan baru
pertamakali ini terkena penyakit
rematik. Ketidaktahuan
menentukan sumber
DO : informasi

58
- Klien tampak bingung saat ditanya
Defisit Pengetahuan
- Klien Pasien tampak kurang
tepapar informasi
- Ketidakmampuan menemukan
sumber informasi

59
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin) ditandai


dengan lutut kanan pasien tampak bengkak,pasien tampak meringis,pasien tampak
memegang lutut bagian kanan,TD : 120/80 mmHg,N : 90 x/menit,R :20x/menit,
S:36,8◦c
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan lutut kanan pasien tampak bengkak,pasien tampak meringis,pasien tampak
memegang lutut bagian kanan,ekstrimitas atas 5/5 ekstrimitas bawah 3/5
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit rematik ditandai dengan dengan klien tampak bingung saat ditanya,klien
Pasien tampak kurang tepapar informasi,ketidakmampuan
RENCANA menemukan
TINDAKAN/INTERVENSI sumber
KEPERAWATAN
informasi.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 x 1. Observasi tanda-tanda vital
dengan pelepasan kunjungan rumah di harapkan nyeri 2. Kaji skala nyeri
mediator kimia berkurang dengan kriteria hasil : 3. Berikan latihan distraksi dan
(bradikinin)
1. Nyeri berkurang 0-1 relaksasi
2. Klien dapat beristirahat 4. Ajarkan klien teknik relaksasi
3. Klien tampak rileks nafas dalam
4. Klien tampak tenang dan 5. Anjurkan untuk tidak
tidak meringis kesakitan beraktivitas berat dan banyak
5. Tanda – tanda vital dalam istirahat
batas normal 6. Kolaborasi dalam pemberian
S : 36,5 – 37,5 0C obat dengan dokter sesuai
N : 60-100 x/menit indikasi
RR : 18-20 x/menit
TD : 120/80 mmHg

60
RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Gangguan mobilitas fisikSetelah dilakukan tindakan 2 x 1. Evaluasi pemantauan
berhubungan dengan kunjungan rumah di harapkan tidak tingkat inflamasi/rasa
penurunan kekuatan otot terjadi gangguan mobilitas fisik
sakit pada sendi.
dengan kriteria hasil : 2. Pertahankan tirah baring/duduk.
1) Mempertahankan fungsi Jadwal aktivitas untuk
posisi dengan pembatasan memberikan periode Anjurkan
kontraktur. klien untuk mengurangi asupan
2) Mempertahankan atau cairan pada malam hari dan
meningkatkan kekuatan dan berkemih sebelum tidur istirahat
fungsi dari dan/atau terus-menerus dan tidur malam
kompensasi bagian tubuh. hari.
3) Mendemostrasikan 3. Bantu rentang gerak aktif/pasif
teknik/perilaku yang 4. Dorong klien mempertahankan
memungkinkan postur tegak dan duduk tinggi,
melakukan aktivitas
berdiri serta berjalan.

RENCANA TINDAKAN/INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1
berhubungan dengan kunjungan rumah di harapkan klien tentang penyakitnya.
kurang terpaparnya mengetahui tentang penyakit 2. Berikan pendidikan kesehatan
informasi tentang penyakit
rematik dengan kriteria hasil : tentang rematik.
rematik
1. Klien dapat menjelaskan 3. Motivasi klien untuk melakukan 2
penyakit rematik. anjuran dalam pendidikan
2. Klien dapat mengetahui kesehatan.
penyebab penyakit rematik. 4. Beri kesempatan untuk klien 3
3. Klien mau mendengarkan bertanya tentang penyakitnya.
anjuran dalam pendidikan
kesehatan. 4

61
4. Klien dapat mengerti tentang
penyakit rematik.

IMPLEMENASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Tanggal jam Implementasi Evaluasi (SOAP)

Dx 1 1. Mengkaji skala nyeri S : Klien mengatakan nyeri sendi sudah mu


berkurang
2. Memberikan latihan distraksi O :
Selasa, 25 Mei 2021
Jam 11:18 WIB dan relaksasi - Klien tampak sedikit rileks
. - Kesadaran compos mentis
3. Mengajarkan klien teknik - Klien tampak tidak memegangi bag
relaksasi nafas dalam lutut
- Klien tidak mengerutkan dahi
4. Menganjurkan untuk tidak - Skala nyeri 4
beraktivitas berat dan banyak - TTV :
istirahat N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
5. Berkolaborasi dalam
S : 36,8 0C
TD
pemberian obat dengan dokter : 120/80 mmHg
TB : 145 cm
sesuai indikasi BB : 48 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

IMPLEMENASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Tanggal jam Implementasi Evaluasi (SOAP)

62
Dx 2 1. Mengevaluasi pemantauan S : Klien mengatakan masih nyeri pada se
tingkat inflamasi/rasa sakit lutut
Selasa, 25 Mei 2021
Jam 11:18 WIB pada sendi O:
.
2. Mempertahankan tirah - Lutut kanan klien masih bengkak
barih/duduk - Kesadaran compos mentis

3. Membantu rentang gerak - Klien tampak masih meringgis


aktif/pasif, latihan resistif dan - Skala nyeri 4
isomatik - TTV :

4. Mendorong klien
N : 90 x/menit
mempertahankan postur tegak
RR : 20 x/menit
dan duduk tinggi, berdiri serta
S : 36,8 0C
berjalan TD : 120/80 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

IMPLEMENASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Tanggal jam Implementasi Evaluasi (SOAP)

Dx 3 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S : Ny. N mengatakan sudah mengeta


klien tentang penyakitnya. tentang penyakit dan penatalaksana
Selasa, 25 Mei 2021
Jam 11:18 WIB 2. Memberikan pendidikan penyakit rematik.
.
kesehatan tentang rematik. O:
3. Memotivasi klien untuk - Klien tampak sudah dapat menjelask
melakukan anjuran dalam penyakitnya.
pendidikan kesehatan. - Klien tampak dapat menjelask
4. Memberi kesempatan untuk penyebab penyakit rematik
klien bertanya tentang - Klien tampak mengikuti anjuran dal
penyakitnya. penkes
- Klien tampak tidak bingung l
dengan penyakitnya

63
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal/Jam Dx Kep Implementasi Ev
1. Selasa, 25 Mei 2021 Nyeri Akut 1. Mengkaji skala nyeri S : Klien mengata
berkurang
Jam 11:18 WIB 2. Memberikan latihan distraksi O :
dan relaksasi - Klien tampak ri
- Kesadaran comp
3. Mengajarkan klien teknik - Klien tampak
relaksasi nafas dalam bagian lutut
- Klien tidak meng
4. Menganjurkan untuk tidak - Skala nyeri 4
beraktivitas berat dan banyak - TTV :
istirahat N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
5. Berkolaborasi dalam pemberian
S : 36,8 0C
obat dengan dokter sesuai TD : 120/80 mmHg
TB : 145 cm
indikasi BB : 48 kg
A : Masalah belum t
P : Lanjutkan interv

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal/Jam Dx Kep Implementasi Ev

64
2. Rabu, 26 Mei 2021 Nyeri Akut 1. Mengkaji skala nyeri S : Klien mengatakan
O:
Jam 11:00 WIB 2. Memberikan latihan distraksi - Klien tampak ri
dan relaksasi - Kesadaran comp
- Klien tampak
3. Mengajarkan klien teknik bagian lutut
relaksasi nafas dalam - Skala nyeri 4
- TTV :
4. Menganjurkan untuk tidak
N : 90 x/menit
beraktivitas berat dan banyak
RR : 20 x/menit
istirahat S : 36,8 0C
TD : 120/80 mmHg
5. Berkolaborasi dalam
TB : 145 cm
pemberian obat BB
dengan : 48 kg
A : Masalah teratasi
dokter sesuai indikasi P : Hentikan interve

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal/Jam Dx Kep Implementasi Ev

65
2. Selasa, 25 Mei 2021 Gangguan Mobilitas 1. Mengevaluasi pemantauan S : Klien mengataka
Jam 12:18 WIB Fisik tingkat inflamasi/rasa sakit sudah berkurang

pada sendi O:

2. Mempertahankan tirah - Lutut kanan klie

barih/duduk - Kesadaran comp

3. Membantu rentang gerak - Klien tidak tamp

aktif/pasif, latihan resistif dan - skala nyeri 4

isomatik - TTV :

4. Mendorong klien N : 90 x/menit


mempertahankan postur tegakRR : 20 x/menit
dan duduk tinggi, berdiri sertaS : 36,8 0C
berjalan TD : 120/80 mmHg
A : Masalah teratasi
P : Hentikan interve

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal/Jam Dx Kep Implementasi Ev

66
3. Selasa, 25 Mei 2021 Kurang Pengetahuan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan S : Ny. N
Jam 12:00 WIB klien tentang penyakitnya. mengetahui
2. Memberikan pendidikan penatalaksan
kesehatan tentang rematik. rematik.
3. Memotivasi klien untuk O :
melakukan anjuran dalam - Klien tamp
pendidikan kesehatan. menjelaskan p
4. Memberi kesempatan untuk - Klien tampak
klien bertanya tentang penyebab pen
penyakitnya. - Klien tampa
dalam penkes
- Klien tampak
dengan penya
A : Masalah terat
P : Hentikan inte

67
40

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul.  Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta.


2011

Anderson, Sylvia Price 2014. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit


Edisi 6 vo. II, EGC : Jakarta.

Doenges E Marilynn. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Kowalak, 2015. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta.
2014

Mansjoer, Arif. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.


Salemba Medika. Jakarta. 2015

Muttaqin,A, 2017, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal, Jakarta:EGC.

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2016

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011

Anda mungkin juga menyukai