OLEH:
Antoni Fandefitson
2017.C.09a.0875
Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menyelesaikan Laporan Akhir Ujian Praktik Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
OLEH:
Antoni Fandefitson
2017.C.09a.0875
Pembimbing Akademik
Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Pembimbing Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis
Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di ruang Hemodialisa”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria,S.Kep,Ners Selaku Koordinator PPK IV.
4. Ibu Rimba Aprianti ,S.Kep,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
iv
1.2.5Evaluasi.................................................................................................. 26
2.3 Cara KerjaAlatHemodilisa..................................................................... 27
v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MATERI PENKES
SAP
LEAFLET
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran
mau pun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa medisGagal ginjal kronik dan akut.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan
dasar manusia pada klien dengan diagnosa medisGagal ginjal kronik dan akut. Dalam
melakukan Asuhan Keperawatan yang paling penting adalah membina hubungan saling
percaya dengan klien.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, serta menjadi bahan atau dasar bagi mereka yang
ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.4.2.3 Bagi Puskesmas
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit untuk
dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada klien dengan
diagnosa medisGagal ginjal kronik dan akut.
1.4.2.4 Mahasiswa
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memperoleh pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan
dengan diagnosa medisGagal ginjal kronik dan akut.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. AnatomiGinjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga peritoneal
bagianatas. Bentuknyamenyerupaikacangdengansisicekungnyamenghadapke medial.
Pada sisiini, terdapat hilus ginjal, yaitutempatstruktur-sturukturpembuluhdarah,
sistemlimfatik, sistemsaraf, dan ureter menuju dan meninggalkanginjal. Besar dan
beratginjalsangatbervariasitergantung pada jeniskelamin, umur, sertaadatidaknyaginjal
pada sisi lain. Ukuranginjal rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm
(tebal). Beratnyabervariasisekitar 120-170 gram (Azizdkk.2011).
Ginjal di bungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebuttrue
capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri renal.
Di sebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang
berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal
dibungkus oleh fasiagerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat
meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstra vasasiurin pada saat
terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam
menghambat metastasis tumor ginjalke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat
jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jarinagn lemak pararenal (Azizdkk.2011).
4
5
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true
capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri renal.
Di sebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang
berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal
dibungkus oleh fasiagerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat
meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstra vasasiurin pada saat
terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasiagerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam
menghambat metastasis tumor ginjalke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat
jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jarinagn lemak pararenal (Azizdkk.2011).
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa
darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara
khas, didekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang arteri segmentalis
yangmelintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan darah dari ren dan
bersatu membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis.Vena
renalisterletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang,
melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke vena cava
inferior(Moore, 2012). Arteri lobaris merupakan arteri yang berasal dari arteri
segmentalis dimana masing-masing arteri lobaris berada pada setiap piramis
renalis.Selanjutnya, arteriini bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang berjalan
menuju korteks di antarapiramis renalis.Pada perbatasan korteks dan medula renalis,
arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arkuata yang kemudian menyusuri
6
kali oleh ginjal setiap harinya. Apabila semua yangdifiltrasi menjadi urin, volume
plasma total akan habis melalui urin dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak
terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal yangdapat mereabsorpsi kembali zat-zat
yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh.Perpindahan zat-zat dari bagian dalam
tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus inidisebut sebagai reabsorpsi tubulus.Zat-
zat yangdireabsorpsi tidak keluar dari tubuhmelalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler
peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180
liter plasma yang difiltrasi setiap hari, 178,5liter diserap kembali, dengan 1,5 liter
sisanya terus mengalir melalui pelvis renalis dan keluar sebagai urin.
Secara umum, zat-zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi kembali
sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk dikeluarkan dari
tubuh. Proses ketiga adalahsekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-
zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sekresitubulus merupakan rute
kedua bagi zat-zat dalam darah untuk masuk ke dalam tubulusginjal.Cara pertama
adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasmayang mengalir
melewati kapsula Bowman, sisanya terus mengalir melalui arteriol eferenke dalam
kapiler peritubulus.Beberapa zat, mungkin secara diskriminatif dipindahkandari plasma
ke lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasarginjal
tersebut, terkumpullah urin yang siap untuk diekskresi (Sherwood, 2014).Ginjal
memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan menyaring darah
dan mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tingkat-
tingkat elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi
dari sel-sel darah merah. Ketika darah mengalir ke ginjal, sensor-sensor dalam ginjal
memutuskan berapa banyak air dikeluarkan sebagai urin, bersama dengan konsentrasi
apa dari elektrolit-elektrolit. Contohnya, jika seseorang mengalami dehidrasidari latihan
olahraga atau dari suatu penyakit, ginjal akan menahan sebanyak mungkinair dan urin
menjadi sangat terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam tubuh, urinadalah jauh lebih
encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol oleh renin, suatuhormon yang
diproduksi dalam ginjalyang merupakan sebagian daripada sistem regulasicairan dan
tekanan darah tubuh (Ganong, 2014)
8
2.1.2 Definisi
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2014).
Chronic Kidney Disease adalah suatu proses fisiologis dengan etiologi beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerulus kurang dari 50ml/menit (Sudoyo, 2011).
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Chronic Kidney Disease
merupakan suatu sindrom klinis ginjal yang bersifat menahun, progresif dan
irreversible yang disebabkan oleh penurunan filtrasi glomerulus kurang dari 50ml/menit
yang akan mengakibatkan terjadinya uremia.
2.1.3 Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap
proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .Sedangkan glomerulonefritis menjadi
yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau
nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang
tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21
%. (US Renal System, 2011 dalam Price & Wilson, 2011). Penyebab gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2011 menunjukkan glomerulonefritis
menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes
melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%,
dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2012).
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
Kockroft–Gault sebagai berikut :
9
Hipertrofi nefron
CKD
B4 Bladder B5 Bowel
B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B6 Bone
Nyeri Akut
Sumber: Brunner& Suddarth
11
4 Perubahan pemenuhan nutrisi Tujuan : nutrisi terpenuhi 1. Pantau persentasi jaringan 1. Mengidentifikasi kemajuan atau
kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : makanan yang dikonsumsi setiap penyimpangan dari sasaran yang
berhubungan dengan Mempertahankan kali makan dan timbang BB, ukur diharapkan
anoreksia meningkatkan berat badan LLA dan IMT 2. Meminimalkan anoreksia dan
Berkurangnya oedema 2. Berikan makanan dengan porsi mual sehubungan dengan status
sedikit tapi sering uremic
3. Timbang BB tiap hari 3. Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat
4. Kolaborasi dengan tim gizi dalam menunjukkan perpindahan
pemberian asupan nutrisi keseimbangan cairan
19
teknik untuk mencegah 4. Ubah posisi dengan sering integritas jaringan pada tingkat
kerusakan atau cedera 5. Berikan perawatan kulit seluler
. 3. Jaringan oedema lebih cenderung
rusak / robek
4. Menurunkan tekanan pada oedema
5. Lotion dan salep mungkin
diinginkan untuk menghilangkan
kering, robekan kulit
7 Resiko tinggi penurunan Tujuan : tidak terjadi 1. Observasi pasien sebelum dan 1. Observasi pasien sebelum dan
curah jantung berhubungan penurunan curah jantung sesudah beraktivitas sesudah beraktivitas
dengan toksik uremic Kriteria Hasil : 2. Berikan periode istirahat adekuat, 2.Berikan periode istirahat adekuat,
Mempertahankan curah bantu dalam pemenuhan aktivitas bantu dalam pemenuhan aktivitas
jantung dengan bukti TD dan perawatan diri sesuai indikasi perawatan diri sesuai indikasi
frekuensi jantung dalam 3. Tingkatkan aktivitas pasien secara 3. Tingkatkan aktivitas pasien secara
batas normal teratur teratur
Nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian
kapiler
21
( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui
proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di
dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah,
sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui
selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat
terlarut) melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa
metabolisme) dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat
setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian
juga sebaliknya. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalamtubuh.
Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan
dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari
tempat tusukan vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana proses HD
berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat.
Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari tubuh penderita
menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di
atur biasanya diantara 300-400 ml/menit. Lokasi pompa darah biasanya terletak antara
monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan
antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu
rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi. Sistem monitoring
setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis
dankeselamatan.
Pada saat proses Hemodialisa, darah kita akan dialirkan melalui sebuah saringan
khusus (Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan air yang
berlebih.Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan kedalam tubuh.Pengeluaran
23
sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh mengontrol tekanan darah
dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya lebih
besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan memindahkan
lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih kecil, khususnya dalam
tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis dialisator memiliki permukaan
membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi dan nilai KoA memiliki urutan dari
mulai 500-1500 ml/min. KoA yang dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan
melalui pembersihan maksimum dari dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi
dari grafik tingkat alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam
hemodialisis adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan tidak
viskous (tidak ada geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui lintasan
tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan (incompressible) serta
mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 PENGKAJIAN
Berdasarkan hasil Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Febuari 2021 pukul
13.00 WIB bertempat diruang Hemodialisa di Rumah Sakit, dengan teknik anamnesa,
observasi , pemeriksaan fisik , didapat data - data sebagai berikut :
1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Identitas pasien nama Ny. S ,Umur : 30 Tahun , Jenis Kelamin : Perempuan ,
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia, Agama: Kristen Protestan, Pekerjaan: PNS ,
Pendidikan :S1 , Status Perkawinan : Menikah, Alamat : Jl.Bangas Permai
24
25
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny. S)
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Kesadaran compos mentis klien tampak lemah, Klien tampak sesak, terpasang
oksigenasi 4 liter dan terpasang Nacl 20 tpm di tangan sebelah kanan.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5 0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 88 x/mt
c. Pernapasan/RR : 30 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 110/ 90 mm Hg
e. BB Pre HD : 59 kg
Setting Mesin
a. UF Goal : 2000 ml l
b. UF Rate : 0.50 l/jam
c. Time : 4 jam
d. Masalah Keperawatan : Tidak ada
26
B. INTRA HD
1. Suhu /T : 36 ºC
2. Nadi /HR : 102 x/mnt
3. Pernapasan /RR : 20 x/mnt
4. Tekanan Darah /BP : 180/92 mmHg
5. Keluhan selama HD : Klien merasakan sesak
6. Nutrisi selama HD
a. Jenis makanan : Nasi,ikan,sayur
Jumlah : 200 cc/24 jam
b. Jenis minuman : Air putih
Jumlah : 500 cc/24 jam
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
12.00
160 90 98 200 2000 0.50 0
20
15.00
162 92 98 200 2000 0.50 50
20
C. Post HD
1. Keadaan Umum :
27
Antoni Fandefitson
NIM : 2017.C.09a.0875
ANALISIS DATA
DS: Klien mengatakan sesak Sekresi histamine Pola nafas tidak efektif
nafas
DO: Gangguan kardiovaskuler
- Pasien tampak gelisah
- Klien tampak sesak Kerusakan kapiler paru
- Suara nafas tambahan :
Weezing Penurunan ekspansi pulmonal
- Klien tampak lemas
- Hasil TTV: Pola nafas tidak efektif
- Pre Hd
TD= 110/90 mmHg, N=88
x/m, RR= 30 x/m, S= 36,0 C
Prioritas Masalah
Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Hemodialisa
Diagnosa 1
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan saat 1. Mengetahui kecepatan saat bernafas
berhubungan penurunan keperawatan 1x7 jam di bernafas 2. Memberikan pasien bernafas dengan baik
ekspansi pulmonal harapkan masalah pola nafas 2. Mengidentifikasi pola nafas 3. Agar pasien lebih enak dalam bernafas
tidak efektif dapat teratasi: pasien 4. Untuk mengetahui kebutuhan pasien
- Nafas kembali normal 3. Posisikan pasien yang lebih dalam hemodialisa
- Tidak nampak sesak nafas enak
- Menunjukan jalan nafas 4. Kolaborasi hemodialysis
yang baik
TD : 1100 / 90 mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 30 x/mnt
S : 360C
Rencana Keperawatan
32
benar
5. mengikuti perintah diet
sesuai anjuran
34
Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : Hemodialisa
Diagnosa 2
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Rabut , 03 Febuari 2021 1.Menjelaskan tentang pengertian dari S : Klien dapat menjelaskan kembali apa yang
penyakit yang dialami sudah dijelaskan oleh perawat
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Hidayat, 2014).
Pada kasus Ny. S data yang ditemukan adalah klien mengatakan sesak nafas..
Pengkajian meliputi : pre HD Klien tampak lemah, kesadaran compos mentis,
klien tampak sesak, berbicara lancar, penampilan klien rapi, terpasang jarum
fistula pada tangan kanan yang tersambung dengan selang AL/BL dan terhubung
kemesin dializer. Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil pada Ny. S sebelum HD didapatkan hasil tekanan darah 110/90 mmHg, nadi
88 x/menit, pernafasan 30 x/menit, suhu 36,0 ºC, berat badan pre HD 59 kg.
Sedangkan pengkajian intra HD meliputi Keadaan umum Klien tampak lemah,
kesadaran compos mentis, klien sesak, berbicara lancar, penampilan klien rapi,
terpasang jarum fistula pada tangan kanan yang tersambung dengan selang AL/BL
dan terhubung kemesin dializer. Dan hasil Pengkajian tanda-tanda vital intra HD
pada Ny. S saat HD didapatkan hasil tekanan darah 167/123 mmHg, nadi 110
x/menit, pernafasan 30 x/menit, suhu 36,0 ºC, keluhan selama HD tidak ada, jenis
makanan yang dimakan saat HD roti 3 potong, jenis minuman teh manis, air putih
200 cc. Sedangkan pengkajian post HD neliputi Kesadaran compos mentis, klien
tampak tenang dan rileks, akral teraba hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital pada Ny. S setelah selesai HD didapatkan hasil tekanan darah
182/120 mmHg, nadi 100 x/menit, pernafasan 30 x/menit, suhu 36,0 ºC, berat
badan post HD 59 kg, intake selama HD 200 cc, output 1.000 cc, klien tampak
sesak nafas.
Menurut teori yang muncul pada pengkajian yang sering di temukan pada
klien dengan CKD adalah secara khas diawali dengan keluhan bengkak pada
tangan, kaki, wajah, acites sekitar area perut dan sesak nafas, tetapi bahwa pada
fase awal kebanyakan CKD menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Pasien sangat sakit
37
dengan takipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan tangan dan
kaki bengkak, sesak nafas, anemia, lemas dan hb menurun.
Di analisis di temukan beberapa gejala yang sama seperti di teori yaitu:
edema pada kaki atau tangan serta acites (pembengkakan sekitar area perut), sesak
nafas, hb menurun, ureum creatinin meningkat. Dalam faktor pendukung yang di
rasakan penulis dalam hal pengkajian adalah adanya kerjasama pasien dan
keluarga dalam memberikan waktu untuk diwawancarai.
Faktor hambatan dalam penulisan adalah keterbatasan waktu pada saat
pengkajian sehingga kurang optimal untuk mendapatkan data-data yang lebih
spesifik.
tentang diet pada garam dan diet rendah protein tinggi kalori, memberikan
pendidikan kesehatan tentang kebutuhan cairan dan nutrisi pada klien,
berkolaborasi dengan tim medis dan ahli gizi. Apabila implementasi ini tidak
dapat dilakukan dapat menyebabkan kekambuhan penyakit CKD yang diderita
klien dan komplikasi lain yang dapat mengancam keselamatan klien.
Berdasarkan teori, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, selain melaksanakan secara mandiri,
harus adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakn
realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
menilai data yang baru. Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori
yaitu: independent (mandiri), interdependent (bekerja sama dengan tim kesehatan
lainnya: dokter, bidan, tenaga analis, ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi,
fisioterapi dan lainnya). Dan dependent (bekerja sesuai intruksi atau delegasi
tugas dari dokter).
Teori yang ada dan fakta yang terjadi dilapangan terdapat perbedaan, yaitu
tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
hanya beberapa rencana yang dapat dilakukan. Hal ini disebabkan adanya
penyesuaian antar rencana yang disusun dan tindakan keperawatan dengan
keadaan klien, faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kebijakan atau peraturan yang ada dirumah sakit memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melakukan tindakan keperawatan, dan adanya kerja sama antara
perawat dengan klien dan keluarga dalam melaksanakan tindakan keperawatan
adalah ketidakmampuan klien dalam melaksanakan tindakan yang sifatnya aktif,
kesulitan saat berkomunikasi dengan klien, kurang waktu dalam melakukan
tindakan, sesuainya intervensi dengan keadaan klien.
tekanan darah klien, menganjurkan pada klien untuk mematuhi diet yang sudah
ditentukan, seperti membatasi minuman klien, menjelaskan pada klien tentang diet
pada garam dan diet rendah protein tinggi kalori, memberikan pendidikan
kesehatan tentang kebutuhan cairan dan nutrisi pada klien, berkolaborasi dengan
tim medis dan ahli gizi. Sementara untuk praktiknya intervensi yang diberikan
sesuai dengan teori dan dengan harapan setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan gangguan kelebihan volume cairan tidak mengalami hambatan.
Tahap evaluasi adalah tahap pengukuran keberhasilan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Untuk menilai atau mengevaluasi
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, penulisan melihat dan
membandingkan dengan tujuan dan kriteria yang ada direncana keperawatan. Hal
yang dievaluasi adalah evaluasi adalah perilaku atau keadaan yang ditujukan oleh
Ny. N sesuai yang dinyatakan dalam tujuan dan kriteria hasil yang ada. Hasil
evalusi terhadap masalah yang timbul pada pasien Ny. N dari diagnosa
keperawatan yang ada setelah berakhirnya perawatan selama 1 (satu) hari oleh
penulis yaitu masalah teratasi sebagian karena pasien harus kontrol ulang.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan dilaksanakan dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S yaitu mengobservasi keadaan pasien yaitu Ny. S.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. N didapatkan prioritas diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi pulmonal
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,kurang terpapar
informasi
Perencanaan yang dibuat berdasarkan masalah keperawatan yang terindentifikasi
dan mengacu pada landasan teori. Pelaksanaan tindakan dilakukan secara mandiri dan
kolaboratif. Rencana dapat dilaksanakan dengan baik berkat adanya kerja sama antara
penulis dengan keluarga pasien serta dukungan dari perawat diruang perawatan
Hemodialisa RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Dalam evaluasi masalah
berdasarkan diagnosa yang ada belum teratasi karena klien masih terdapat
pembengkakan pada bagian tangan kanan. Faktor pendukung dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien adalah sifat kooperatif yang ditunjukan keluarga pasien, selain
itu juga karena keberadaan petugas kesehatan yang juga membantu dalam pemberian
informasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan fata dan teori ditemukan
kesamaan dari diagnosa sampai evalusi.
5.2 Saran
Dilihat dari kesimpulan yang sudah ditarik, maka penulis mempunyai beberapa
saran kepada pasien, perawat, pihak institusi pendidikan serta pelaksanaan pelayanan
kesehatan seperti dibawah ini:
5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarganya
Bagi pasien dan keluarga perlu menjalin kerjasama dan rasa saling percaya
terhadap perawat maupun tim kesehatan lainnya sehingga dapat mempermudah dalam
proses asuhan keperawatan dan diharapkan juga menggunakan fasilitas kesehatan untuk
mencegah penyakit semakin parah.
5.2.2 Bagi Perawat
Dalam meberikan asuhan keperawatan yang komprehensif mencakup aspek bio-
psiko-sosial-spiritual, sehingga mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
diberikan.
5.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi standar asuhan keperawatan pada setiap
penyakit atau masalah kesehatan yang lazim ada, atau terjadi khususnya dalam hal ini
pada kasus CKD (Chronic Kidney Desease) sehingga dalam setiap asuhan keperawatan
yang diberikan selalu mengacu pada standar tersebut. Dengan demikian mutu pelayanan
akan meningkat.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Antoni Fandefitson
1. Membuka acara penyuluhan Secara Virtual.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok Secara Virtual.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan Secara Virtual.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi Secara Virtual.
5. Mengatur jalannya diskusi Secara Virtual.
2) Penyaji : Antoni Fandefitson (Secara Zoom Virtual)
3) Leader : Antoni Fandefitson
1. Menyampaikan materi penyuluhan Secara Virtual.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan Secara Virtual.
3. Mengucapkan salam penutup Secara Virtual.
4) Fasilitator : Antoni Fandefitson
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan Secara
Virtual.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir Secara
Virtual.
3. Membuat dan mengedarkan absen peserta penyuluhan Secara Virtual.
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan Secara Virtual.
5. Membagikan konsumsi
6. Setting Tempat
Kamera
Protokol/Pembawa Acara
Notulen
4. Penatalaksanaan
1. Observasi keseimbangan cairan yang masuk (minum) dan keluar (BAK)
2. Cuci darah (Hemodialisa)
3. Operasi: Pengambilan batu, Cangkok Ginjal
4. Pola Nutrisi yang mencukupi
5. Obat-obatan
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab darah dan Urin
2. Pemeriksaan radiologi seperti scan dan USG
7. Pencegahan
1. Minum air putih kurang lebih 2 liter per hari
2. Jangan menahan kencing
3. Latihan fisik secara rutin
4. Tidak merokok
5. Periksa kadar kolesterol
6. Jaga berat badan
Apakah ada
Pengobatan GGK?
Gagal ginjal kronik tidak dapat
disembuhkan . Jadi tujuan terapi pada
Kalau sudah terkena
pasien dengan gagal ginjal kronik adalah: atau saat terkena Ggk
Memperlambat kerusakan ginjal apa yang harus kita
yang terjadi
Mengatasi faktor yang mendasari lakukan ?
gagal ginjal kronis (misalnya:
kencing manis, hipertensi, dll) SAAT/SESUDAH TERKENA GGK :
Mengobati komplikasi dari 1. Konsultasi
penyakit
Menggantikan fungsi ginjal yang 2. Berhati-hati konsumsi obat-obatan,
sudah tidak dapat bekerja seperti obat rematik
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. Hall, John E. Hati sebagai suatu organ. Dalam : Buku ajar
fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC. 2015. Hal 902-906.
Sofwanhadi, Rio. Widjaja, Patricia. Koan, Tan Siaw. Julius. Zubir, Nasrul.
Anatomi Ginjal. Gambar tomografi dikomputerisasi (CT SCAN). Magnetic resonance
imaging (MRI) . Chronic Kidney Disease. Dalam : Sulaiman, Ali. Akbar, Nurul.
Lesmana, Laurentius A. Noer, Sjaifoellah M. Buku ajar ilmu penyakit Ginjal edisi
pertama. Jakarta : Jayabadi. 2017. Hal 1, 80-83, 93-94, 487-491, 513-514.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia