H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CVA (CEREBROVASCULAR ACCIDENT) DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD Dr DORIS
SYVANUS PALANGKA RAYA
OLEH:
Antoni Fandefitson
2021.01.14901.008
Replek batuk menurun Infark serebral Adanya cedera pada Kerusakan kontrol Disfungsi ssaraf IX Disfungsi sistem
pusat biocara di otak motorik dan X motorik
(broca)
Produksi sekret
meningkat Kontrol stingter Kelemahan otot-oto
Depresi saraf Penekanan saraf dan urine eksternal tmenelan Gangguan koordinasi
kardiovaskuler pembuluh darah hilang atau gerak ekstremitas
berkurang
Penumpukan Nafsu makan
sekret, ronchi, Tekanan darah menurun Kelemahan
Sirkulasi darah
dan sesak nafas meningkat daerah cedera tidak MK :
adekuat Ikontinesia
Urine MK : Nutrisi MK : Gangguan
Kurang Dari Mobilitas Fisik
MK : Bersihan Jalan MK : Perubahan Kebutuhan
Napas tidak efektif Perfusi Jaringan MK : Kerusakan
Tubuh
Otak Komunikasi
Verbal
1.1.4 Klasifikasi CVA (Cerebrovascular Accident)
CVA (Cerebrovascular Accident) dapat di klasifikasikan menurut
patologi dan gejala kliniknya ada 2, antara lain :
1. CVA Bleeding
Merupakan perdarahan subarachnoid dan mungkin serebral yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, biasanya
terjadi pada saat melakukan aktivitas atau saat aktif namun bisa juga terjadi pada
saat istirahat dengan di tandai dengan penurunan kesadaran, nadi cepat,
pernafasan cepat serta gejala fokal seperti hemiplegia, pupil mengecil dan kaki
kuduk. CVA bleeding dibagi lagi menjadi dua yaitu perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarachnoid (Muttaqin, 2008 ; Corwin, 2009).
2. CVA Infark
Merupakan perdarahan otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
berupa trombosis sereberal, emboli dan iskemik, biasanya terjadi setelah
baru bangun tidur atau dipagi hari dan setelah lama beristirahat yang ditandai
dengan kelemahan pada keempat anggota gerak atau satu atau disebut
hemiparase, mual, muntah, nyeri kepala, kesulitan menelan (dysfhagia) dan
pengelihatan kabur. Sroke non hemoragik dibagi menjadi 2 macam yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Muttaqin, 2008 ; Corwin, 2009).
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan,
Data objektif:
1) Airway Adanya perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi).
Napas berbunyi stridor, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
2) Breathing Dilakukan auskultasi dada terdengar stridor atau ronchi atau mengi,
pernapasan diatas dua puluh empat kali per menit.
3) Circulation Adanya perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia).
4) Disability . Adanya lemah atau letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan
kasadaran bisa sampai koma (Andra W & Yessie P, 2013).Pengkajian sekunder
terdiri dari keluhan utama yaitu,
21
adanya penurunan kesadaran, penurunan pergerakan, perubahan sensasi, perubahan
fungsi motorik lengan dan kaki. Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat pengunaan dan
penyalagunaan alkohol dan riwayat darah tinggi tak terkontrol. pada pola aktifitas
didapatkan adanya kelemahan samapi paralisis. Pada sirkulasi adanya peningkatan darah
tinggi, adanya perubahan pola eliminasi urin dan vekal, penurunanan nafsu makan mual,
muntah dan susah menelan, dan adanya gangguan interaksi bicara. Pengobatan sebelum
masuk Instalasi Gawat Darurat yaitu mengidentifikasi penggunaan obat-obatan buatan
rumah, perubahan pada diet, penggunaan obat yang dijual bebas. Nyeri yaitu catat
riwayat dan durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu PQRST. Faktor
pencetus (P: Provocate), Kualitas (Q: Quality), Lokasi (R: Region), Keparahan(S:
Sever) dan durasi (T: Time)(Andra W & Yessie P, 2013).
23
penciuman. Opticberfungsi pada penglihatan, oculomotor berfungsi pada mengangkat
kelopak mata atas, konstriksi pupil, pergerakan ekstraokular, Trochlearberfungsi pada
gerakan mata ke bawah dan ke dalam. Trigeminal berfungsi pada mengunyah,
mengatupkan rahang, gerakan rahang lateral,reflex kornea,sensasi wajah, Abducens
berfungsi pada deviasi mata lateral, facial berfungsi pada gerakan wajah, perasa,
lakrimasi, dan saliva, vestibulocochlear berfungsi keseimbangan, pendengaran,
glossopharyngeal berfungsi pada menelan, gag refleks, perasa pada lidah belakang, vagus
berfungsi pada menelan, gag refleks, viscera abdominal, fonasi, spinal accessory berfungsi
pada gerakan kepala dan bahu, dan terakhir hypoglossal berfungsi pada gerakan lidah
(Andra W & Yessie P, 2013).
2) Pemeriksaan Persistem
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat
kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak
didapatkan bunyi napas tambahan pada perkusi didapatkan suara pekak.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok hipovolemik)
yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan
dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Pengkajian Saraf Kranial Menurut Muttaqin, (2013) Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan saraf kranial I-XII.
(1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
(2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara
mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada kien dengan
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
(3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, padasatu sisi
otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di
sisi yang sakit.
(4) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
(5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
(6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
(7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
(8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
(9) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
indra pengecapan normal.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit yang mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap
gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan kontrol motor
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor
atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit,
jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
Artiani, Ria. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistemm
Persyarafan, Jakarta, EGC.
Hidayat A. 2011. Keperawatan Medikal bedah buku Saku Untuk Brunner dan Sudarth.
Jakarta: EGC)
Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta EGC)
RS RM........ /ASKEP...... /2022
Tanggal : 29/03/2022 Pukul : 07.10 WIB
A. Data Umum
Nama: Ny.H
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.Lahir : 11-10/1986 L/P
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI
No. RM : 2xxxx
Penderita/ Rujukan
() Datang sendiri, diantar oleh :Keponakan
( ) Dikirim dari puskesmas/ RB/RS…………………………………………… Dengan pengantar dari paramedis / bidan/ perawat/ dokter
( ) Dikirim oleh polisi :………………………………………………………… Dengan/ tidak disertai permintaan visum Et Repertum
B. Kesehatan Umum Riwayat Alergi : Riwayat Alergi: ( )
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadarkan diri tidak
( ) Obat, jelaskan
_______________________
Riwayat Penyakit / Pengobatan : Keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama ( ) Makanan, jelaskan
sebelumnya dan tidak pernah melakukan operasi. ____________________
( ) lain-lain, jelaskan
_____________________
C. Data Khusus
Prioritas Triage: Biru Merah Kuning Hijau Putih Hitam
(Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3) (Prioritas 4) (Prioritas 5) (Prioritas 0)
JALAN NAPAS PERNAPASAN SIRKULASI KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN
(AIRWAY) (BREATHING) (CIRCULATION) (DISABILITY) (EXPOSURE)
□ Bebas Spontan Nadi : Kuat □ Lemah Respon : Jejas : Tidak
□ Gargling □ Tachipneu Teratur □ Tidak teratur □ Sadar □ Nyeri □ Verbal □ Ya:
D. PRIMARY
- Thorax : Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-dub), suara
PEMERIKSAAN PENUNJANG
tambahan Ronchi, RR 24 (tidak normal).
- Cor : Normal Hasil Rontgen :
- Extremitas : Kemampuan pergerakan sendi ekstremitas atas dan bawah bebas. Uji kekuatan otot RONTEGEN
ektrimitas atas 1|1, ekstremitas bawah 1|1.
- Lainnnya : Badan lemas, kepala pusing
:
Konsultasi Spesialis :
NRS
KONDISI PSIKOLOGI
Masalah perkawinan : tidak ada □ ada : Cerai / istri baru / simpanan / lain-lain : Tidak ada
........................................................................
Mengalami kekerasan fisik : tidak ada □ ada Mencederai diri / orang lain : □ pernah tidak pernah
Trauma dalam kehidupan : tidak ada □ ada Jelaskan : Tidak ada masalah keperawatan
.......................................................................................................................
Gangguan tidur : tidak ada □ ada
Konsultasi dengan
: tidak ada □ ada
psikologi/psikiater
Kebiasaan □ Merokok □ Alkohol Lainnya :Tidak ada Jenis dan jumlah per hari : ...................................
( ) Mandiri (20), ( ) Ketergantungan ringan (12-19), ( ) Ketergantungan sedang (9-11), ( ) Ketergantungan berat (5-
SKOR TOTAL :
8),
Nilai : ( ) Resiko sangat tinggi (< 10) ( ) Resiko tinggi (10-14) ( ) Resiko sedang (15-18) ( ) Resiko rendah (>18)
ANALISIS DATA
1. PRIORITAS MASALAH
1. Keefektifan bersihan jalan napas b.d. obstruksi trakeobronkial, adanya □ Lakukan manuver jaw trust, head thilt dan chin lift.
benda asing pada jalan napas, sekret tertahan di saluran napas. □ Keluarkan benda asing, lakukan suction, needle cricothyroidectomy.
2. Resiko aspirasi b.d. trauma wajah, mulut atau leher, penurunan tingkat □ Pasang OPA, NPA, ETT, stabilisasi cervical (collar brace).
kesadaran, peningkatan tekanan intragastrik. □ Berikan bantuan napas buatan, ventilasi mekanik, ventilasi dengan
3. Ketidakefektifan pola napas b.d. nyeri, cedera pada spinal, kelelahan ventilator.
otot pernapasan, kerusakan otot rangka. □ Berikan O2 sesuai kebutuhan melalui nasal canula, masker.
4. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan kapasitas darah membawa □ Monitor SpO2.
oksigen,ketidakseimbangan membran pertukaran kapiler dan alveolus. Monitor tanda-tanda vital secara periodik.
5. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kekuatan jantung dalam Monitor tingkat kesadaran secara periodik.
melawan kontraksi otot jantung, menurunnya keluaran jantung, □ Monitor EKG.
penurunan isi sekuncup yang disebabkan oleh masalah elektrofisiologis. Pasang infus, sampel darah, cek AGD.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, cardiopulmonar, renal, □ Hentikan perdarahan, KIE banyak minum.
gastrointestinal, periferal) b.d. penurunan pertukaran sel, hipovolemia, Berikan posisi semiflower
penurunan aliran darah arteri. □ Berikan posisi head up 30º
7. Kekurangan / resiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan volume □ Pasang dower cateter untuk monitor cairan keluar.
cairan aktif (mual-muntah), kerusakan mekanisme regulasi. Berikan cairan intravena, cairan koloid, darah atau produk darah,
8. Kelebihan volume cairan b.d. mekanisme regulasi yang terganggu. ekspander plasma.
9. Diare b.d. penyalahgunaan laxatif, proses infeksi, malabsorpsi. Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut.
10. Retensi urin b.d. obstruksi traktus urinarius, gangguan neurovaskular, Awasi tetesan cairan, berikan cairan sesuai kebutuhan.
trauma, hipertofi blader prostat. □ Pasang NGT
11. Nyeri akut, kronis b.d. spasme otot dan jaringan, trauma jaringan, □ Kumbah Lambung
ketidakmampuan fisik kronik. Agen pencedera fisiologis (mis. Atasi nyeri, delegatif pemberian analgetika, teknik distraksi, relaksasi.
Inflamasi, iskemia, neoplasma).
12. Hipertermia b.d. dehidrasi, peningkatan kecepatan metabolisme, □ Lakukan perawatan luka dengan teknik septik aseptik.
trauma, proses perjalanan penyakit. □ Berikan kompres hangat.
13. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan muskuloskletal dan □ Berikan posisi semiflower bila tidak ada kontraindikasi.
neuromuskular, kehilangan integritas struktur tulang, penurunan □ Delegatif pemberian antipiretik.
kekuatan dan ketahanan tubuh. □ Monitor intake dan output cairan.
14. Pk Anemia. □ Pasang spalk, lakukan imobilisasi.
15. Konstipasi b.d. diet, asupan cairan, tingkat aktivitas, kebiasaan defekasi. □ Kaji tanda-tanda kompartemen pada daerah distal dari fraktur.
16. Resiko jatuh b.d. penyakit, gangguan keseimbangan, penurunan status □ Pastikan pengaman terpasang dan rem tempat tidur terkunci dengan baik.
mental, penggunaan obat, penggunaan alkohol. □ Pasang gelang kuning pada pasien sebagai penanda pasien perlu
17. Resiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan agresif. pengawasan.
18. Gaduh gelisah b.d. penyakitnya. □ Lakukan pengikatan pasien, kolaborasi obat penenang.
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Kep 1 Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Risiko Perfusi Serebral Tidak keperawatan selama 1 x 3 jam, 2. Monitor peningkatan TD
Efektif berhubungan dengan diharapkan Risiko Perfusi 3. Monitor penurunan tingkat kesadaran
berisiko mengalami penurunan Serebral Tidak Efektif normal.
4. Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
sirkulasi darah ke otak Kriteria Hasil : 5. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
1. Tingkat kesadaran 6. Jelaskan dan tujuan prosedur pemantauan
meningkat (5)
2. Tekanan intra kranial
menurun (5)
3. Nilai rata-rata tekanan
darah membaik (5)
4. Tekanan darah distolik
membaik (5)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Kep 2 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Bersihan Jalan napas Tidak keperawatan selama 1 x 3 jam, 2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Efektif berhubungan dengan diharapkan Bersihan Jalan napas
ketidakmampuan 3. Monitor adanya produksi sputum
Tidak Efektif normal.
membersihkan sekret Kriteria Hasil : 4. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
1. Menunjukan jalan nafas 5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
yang paten 6. Monitor keluhan nyeri kepala
2. Saturasi O2 dalam batas
normal
3. Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor
penyebab
NAMA
TENAGA KESEHATAN
TERANG/
TANGGAL PUKUL H. IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN (PERAWAT, DOKTER,
TANDA
AHLI GIZI DLL)
TANGAN
29 Maret 2022 07.15 WIB Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Monitor peningkatan TD
Monitor penurunan tingkat kesadaran Antoni Fandefitson
Pertahankan sterlitas sistrem pemantauan
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasiren
Jelaskan dan tujuan prosedur pemantauan
.
TENAGA KESEHATAN
I. EVALUASI TENAGA KESEHATAN NAMATERANG/
TANGGAL PUKUL (PERAWAT, DOKTER,
(S.O.A.P) AHLI GIZI DLL)
TANDATANGAN
29 Maret 2022 07.00 WIB S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih penurunan kesadaran
O:
- Pasien tampak tidak sadarkan diri
- GCS, E1 V1 M4
- Pupil : Isokor Antoni Fandefitson
- Pasien tampak lemah
- TD: 145/80 mmHg
- N: 82x/menit
NAMA
TENAGA KESEHATAN
TERANG/
TANGGAL PUKUL H. IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN (PERAWAT, DOKTER,
TANDA
AHLI GIZI DLL)
TANGAN
30 Maret 2022 07.15 WIB Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Memonitor adanya sumbatan jalan napas
Memonitor adanya produksi sputum Antoni Fandefitson
Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Memonitor keluhan nyeri kepala
TENAGA KESEHATAN
II. EVALUASI TENAGA KESEHATAN NAMATERANG/
TANGGAL PUKUL (PERAWAT, DOKTER,
(S.O.A.P) AHLI GIZI DLL)
TANDATANGAN