Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KEGIATAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ORAL HYGIENE PADA


PASIEN YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN
DI RUANG ROE RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :
Kelompok 2
Agi Hergiawan 2021-01-14901-002
Anggi 2021-01-14901-006
Anton Fandefitson 2021-01-14901-008
Darwin 2021-01-14901-012
Desi Indriani 2021-01-14901-014
Eldi 2021-01-14901-016
Ernawati 2021-01-14901-020
Fransiska Trivera Febe 2021-01-14901-023
Yulita 2021-01-14901-076

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2021/2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya laporan penkes ini dapat di buat dan
disampaikan tepat pada waktunya.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas laporan
untuk menempuh perkuliahan jalur profesi Ners Keperawatan yang berjudul
“Pendidikan Kesehatan Tentang Oral Hygiene Pada Pasien Yang Mengalami
Penurunan Kesadaran Di Ruang Roe Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan ini. Kami juga berharap dengan adanya
laporan ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi
pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 11 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................
.........................................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................
.........................................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan......................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................................
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Kosep Dasar Penyakit........................................................................................
.................................................................................................................................1
2.1.1 Definisi............................................................................................................
.................................................................................................................................1
2.1.2 Anatomi fisiologi............................................................................................
.................................................................................................................................1
2.1.3 Etiologi............................................................................................................
.................................................................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................
.................................................................................................................................5
2.1.5 Patofisiology...................................................................................................
6
2.1.6 Manifestasi Klinis...........................................................................................
7
2.1.7 Komplikasi......................................................................................................
8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................
8
2.1.9 Penatalaksanaan Medis...................................................................................
8
2.2 Kosep Dasar Oksigenasi....................................................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................
11
2.3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................
12
2.3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................
13
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
15
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
15
Bab 4 Penutup
4.1 Simpulan ...........................................................................................................
16
4.2 Saran..................................................................................................................
16
Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mulut yang sehat merupakan suatu kondisi dimana rongga mulut yang
terdiri atas bibir, gigi, gusi, lidah, dan mukosa mulut terbebas dariberbagai
gangguan dan penyakit (Kuppuswamy et al., 2014). Jablonski (2012) mengatakan
bahwa menjaga kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting karena hal
ini berkaitan langsung dengan kesehatan sistemik. Menumpuknya plak hingga
peradangan pada gusi menggambarkan buruknya kesehatan mulut. Kondisi ini
akan menyebabkan infeksi seperti periodontitis, karies gigi, dan lesi oral. Apabila
ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan infeksi mulut
kronis yang nantinya beresiko terkena diabetes, penyakit kardiovaskular seperti
stroke, gangguan pernapasan, hingga kelahiran prematur (Kuppuswamy et al.,
2014).
Clark (2007) mengatakan bahwa tindakan yang dapat membuat mulut
menjadi bersih dan kesegaran mulut dapat dipertahankan dengan melakukan oral
hygiene. Oral hygiene merupakan tindakan yang bertujuan untuk menjaga
kontinuitas bibir, lidah, dan mukosa mulut, mencegah terjadinya infeksi rongga
mulut serta melembabkan membran mukosa bibir dan mulut (Tucker, 2011).
Mulut yang bersih juga membuat status gizi seseorang meningkat dan nafas yang
segar membuat seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan lebih percaya diri
(Mukhtar et al., 2017).
Tindakan oral hygiene menjadi sangat penting pada pasien yang di rawat
dalam jangka waktu yang lama serta keterbatasan kondisi fisik pasien dalam
menjaga kesehatan mulut (Mohammad, Rababah, & Nassani, 2018). Perawat
sebagai tenaga kesehatan profesional tentunya bertanggung jawab dalam
melakukan oral hygienepada pasien yang di rawat inap mulai dari tingkat
ketergantungan minimal hingga total care (Kozier,B. & Erb, G., 2009). Pasien
dengan penurunan kesadaran atau dengan tingkat ketergantungan total care di
bantu sepenuhnya oleh perawat dalam melakukan oral hygiene (Kozier,B. & Erb,
G., 2009). Perawat melakukan oral hygiene pada pasien secara menyeluruh mulai
dari menggosok gigi, gusi, lidah dan melembabkan mulut yang dilakukan selama
5 sampai 7 menit (Mukhtar et al., 2017). Tindakan ini haruslah dilakukan secara
rutin minimal dua kali dalam sehari (Potter & Perry, 2012). Oral hygiene yang
merupakan salah satu tugas perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien
harus diberikan dengan pelayanan yang profesional(Mohammad, Rababah, &
Nassani, 2018). Pelayanan professional yang dilakukan oleh perawat dapat
diperlihatkan melalui pemberian pelayanan yang disertai dengan perilaku caring
(Ilkafah & Harniah, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Perawatan Oral hygiene Pada Pasien Yang Mengalami
Penurunan Kesadaran Di Ruang ROE RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah
Perawatan Oral hygiene Pada Pasien Yang Mengalami Penurunan Kesadaran Di
Ruang ROE RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian oral hygiene
2) Untuk mengetahui etiologi oral hygiene
3) Untuk mengetahui patofisiologi oral hygiene
4) Untuk mengetahui klasifikasi oral hygiene
5) Untuk mengetahui pencegahan oral hygiene
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan oral hygiene
7) Untuk mengetahui prognosis oral hygiene
8) Untuk mengetahui komplikasi oral hygiene

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami
tentang perawatan oral hygiene pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran sehingga mahasiswa dapat menerapkan perawatan oral hygiene
dengan pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
1.4.2 Keluarga/Pasien
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang perawatan oral
hygiene pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
1.4.3 Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang perawatan
oral hygiene pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran sehingga
mahasiswa dapat menerapkan perawatan oral hygiene dengan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oral Hygiene


Menurut Rachmawati, Edi, dan Sartati (2014), kebersihan gigi dan mulut
merupakan suatu tindakan untuk membersihkan gigi dan mulut untuk mencegah
penyakit gigi dan mulut.\
Mulut merupakan bagian pertama dari system perncernaan dan merupakan
bagian tambahan dari system pernafasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan
lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah,
ada pula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut
merupakan rongga tidak bersih sehingga harus selalu dibersihkan. Salah satu
tujuan perawatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit
yang ditularkan melalui mulut (misal : tifus, hepatitis) mencegah penyakit mulut
dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh (Adam, 2010).
Oral Hygiene (kebersihan mulut) adalah melaksanakan kebersihan rongga
mulut, lidah dari semua kotoran / sisa makanan dengan menggunakan kain kasa
atau kapas yang dibasahi dengan air bersih (Efendy, 2011). Oral hygiene adalah
suatu perawatan mulut dengan atau tanpa menggunakan antiseptik untuk
memenuhi salah satu kebutuhan personal hygiene klien. Secara sederhana Oral
hygiene dapat menggunakan air bersih, hangat dan matang. Oral hygiene dapat
dilakukan bersama pada waktu perawatan kebersihan tubuh yang lain seperti
mandi, mengosok gigi (Wartonah, 2010).

2.2 Tujuan Oral Hygine


Wartonah (2016) menyatakan tujuan oral hygiene adalah :
1. Agar mulut tetap bersih / tidak berbau
2. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah stomatitis
3. Membantu merangsang nafsu makan
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
5. Melaksanakan kebersihan perorangan
6. Merupakan suatu usaha pengobatan

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene


2.3.1 Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan klien
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi (Wartonah, 2010).
2.3.2 Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat
mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak
mendapatkan praktik oral hygiene dari orang tua mereka (Wartonah, 2010).
2.3.3 Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi
kebutuhan hygiene pribadi. Pengetahuan tentang oral hygiene dan implikasinya
bagi kesehatan mempengaruhi praktik oral hygiene. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk
melakukan oral hygiene (Wartonah, 2010).
2.3.4 Status Kesehatan
Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami
penurunan kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
hygiene mulut. (Wartonah, 2010).
2.3.5 Cacat Jasmani / Mental Bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu
untuk melakukan perawatan diri secara mandiri (Wartonah, 2010).

2.4 Cara Merawat Gigi


2.4.1 Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.
Makanan dan minuman manis seperti sirup atau minuman berkaborat. Bisa
menimbulkan karies bila sesudahnya anak tidak menggosok gigi. Karies adalah
lubang pada gigi yang disebabkan oleh kuman. Sedangkan kuman akan tumbuh
subur di gigi jika ada makanan tersisa pada gigi. Tempat tinggal favoritnya adalah
sisa makanan yang mengandung karbohidrat dan yang manis. Gula berasal dari
proses pemecahan makanan berkabohidrat didalam tubuh. Ini berarti tidak
memerlukan gula tambahan. Kebanyakan kita menggambarkan gula sebagai gula
pasir atau gula merah yang dijual di kedai. gula juga terdapat dalam gula mentah,
madu, dan jagung. Dari segi kimia, gula boleh hadir dalam bentuk glukosa,
sukrosa, dekstrosa, laktosa, fruktosa, dan maltosa. Gula pasir terdiri dari 100%
sukrosa (Chemiawan, 2004)

2.5 Akibat Tidak Dilakukannya Oral Hygiene


2.5.1 Masalah umum
1) Karies gigi
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentil dan
sementum) yang bersifat kronik progresif dan disebabkan aktivitas jasad
renik dalam kabohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan
demineralisasi jaringan keras dan di ikuti kerusakan zat organiknya
(Manjoer, Arif dkk, 2011). Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras
gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman
yang kariogenik. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu lebih
diperhatikan pengaruh subtrat karbohidrat kariogenik dengan kejadian
karies gigi (Heru Pratikto, 2009).
2) Penyakit periodontal
Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane
periodontal.
3) Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala
gigi pada margin gusi.
4) Halitosis
Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga mulut
akibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses infeksi.
Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya
adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.

5) Keilosis
Merupakan gangguan bibir retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi
vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan
keilosis.
2.5.2 Masalah mulut lain
1) Stomatitis
Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,
defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur atau penggunaan
obat kemoterapi.
2) Glosisitis
Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau
gigitan.
3) Gingivitis
Peradangan gusi biasanya akibat hygiene mulut yang buruk, defisiensi
vitamin, atau diabetes mellitus. Perawatan mulut khusus merupakan
keharusan apabila klien memiliki masalah oral ini. Perubahan mukosa
mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi.

BAB 3
METODE DAN MEDIA PENYULUHAN

3.1 Metode
3.1.1 Ceramah
Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya
minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga
anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model
pembelajaran baik metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun
metode pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing, yang saling melengkapi satu sama lain. Metode ceramah itu
sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya. Berikut ini
beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid
mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan
oleh guru.Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik formal
maupun informal.
Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari
bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian
diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku.
Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas
uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai
pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah
sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap
sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar
mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah
tentang efektifitas penggunaan metode ceramah yaitu mengenai minat dan
motivasi siswa, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.
Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi dengan
kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses pemberian informasi atau materi
kepada siswa serta hasil dari penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi tersebut
terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal ini karena tingkat
pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda atau dilain pihak guru sebagai pusat
pembelajaran kurang pandai dalam menyampaikan informasi atau materi kepada
siswa. Jenis-jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi, metode
ceramah campuran dan metode ceramah asli.

3.1.2 Tanya jawab


Berikut ini beberapa pengertian metode Tanya jawab menurut beberapa ahli:
Menurut Drs. Roestiyah N.K, metode Tanya jawab adalah suatu cara
mengajar dimana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa memberikan
jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru bertujuan.
Menurut Drs. Soetomo metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana
guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab,
atau sebaliknya siswa bertanya pada guru an dan guru menjawab peranyaan siswa.
Metode Tanya jawab menurut Syaiful B. djamarah adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk peetanyaan yang harus dijawab, terutama oleh guru
kepada siswa, tapi dapat pula dari siswa kepada guru.
Menurut Armai Rief, metode tanya jawab adalah suatu tehnik penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di dalam
pendidikan dimana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi yang
diperoleh.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
Tanya jawab adalah suatu tehnik penyampaian pelajaran dimana guru dan siswa
aktif, guru memberikan siswa pertanyan dan siswa menjawab atau bisa sebaliknya
siswa yang bertanya dan guru yang menjawab.Kegiatan ini dapat membuat siswa
lebih aktif dan dapa mendorng rasa ingin tahu siswa.

3.2 Media Penyuluhan


3.2.1 Leaflet
Leaflet adalah adalah sebuah cetakan lembaran kertas dengan ukuran kecil
didalmnya terdapat informasi dan pesan tentang sebuah khalayak umum. Leaflet
ini termasuk dalam jenis brosur atau pamflet terpopuler. Leaflet sendiri pada
umumnya berupa cetakan dua muka yang dibentuk menjadi satu lembar kertas
saja. Akan tetapi ciri-ciri leaflet yang utama ialah terletak dipenggunaan
lipatannya sehingga seolah-olah terdapat beberapa bagian leaflet yang dibentuk
menyerupai halaman atau panel tertentu
Fungsi leaflet yang utama ialah untuk memberikan keterangan mengenai
sebuah masalah secara singkat. Misalmnya memberi deskripsi tentang penyakit
dan sebagainya. Leaflet dapat dibagi menjadi beberapa jenis atau katogeri.
Adapun kategori leaflet yaitu leaflet persuasif, leaflet direktif, dan leaflet
informatif.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat leaflet :
1.    Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai.
2.    Tuliskan apa tujuannya.
3.    Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet.
4.    Kumpulan tentang subje yang kaan disampaikan.
5.   Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana
bentuk tulisan gambar serta tata letaknya.
6.    Buatkan konsepnya. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang
hampir sama dengan kelompok sasaran, perbaiki konsep, dan buat ilistrasi yang
sesuai dengan isi.
Kegunaan leaflet :
1) Mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan.
2) Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan.
3) Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepa orang banyak.
Keuntungan leaflet :
1) Dapat disimpan lama
2) Sebagai referensi
3) Jangkauan dapat jauh
4) Membantu media lain
5) Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi.
3.2.2 Poster
Poster merupakan media publikasi yang terdiri atas tulisan, gambar
ataupun kombinasi atar keduanya dengan tujuan memberikan informasi kepada
khlayak ramai. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum yang dinilai
strategis seperti sekolah, kantor, pasar, mall dan tempat keramaian lainnya.
Informasi yang ada pada poster umumnya bersifat mengajak masyrakat.
Poster adalah suatu desain grafis yang didalamnya terdapat gambar kata-
kata pada kertas berukuran besar, isinya memuat tentang informasi dan di tempel
di tempat umum agar dapat dilihat atau dibaca banyak orang. Poster sifatnya
untuk mencari perhatian banyak orang, poster juga bisa dijadikan sebagai sarana
untuk mempromosikan produk, jasa, kegiatan, seputar pendidikan dan lain- lain.
Poster bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang suatu infromasi kepada
banyak orang atau pembaca mengenai apa yang ingin di sampaikan oleh pembuat
poster mengguanakan gambar dan kata-kata yang singkat sederhana dan jelas.
Berdasarkan isi pesan, poster dapat disebut sebagai thematic poster, tactical
poster, dan practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan apa
dan mengapa, tactical poster menjawab kapan dan dimana; sedangkan practical
poster menerangkan siapa, untuk siapa, apa, mengapa, dan dimana.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster :
1. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar, dan
warna yang mencolok.
2. Dapat dibaca (eye cather) orang yang lewat.
3. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata.
4. Mengunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian.
5. Dapat dibaca dibaca dari jarak enam meter.
6. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor ini,
bangga, dan lain-lain.
7. Ukuran yang besar: 50 x 70 cm, kecil : 35 x 50 cm.
Dimana tempat pemasangan poster :
1. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering
berkumpul, seperti halte bus, dekat pasar, dekat toko/warung.
2. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-
lain.
Kegunaan poster :
a. Memberikan peringatan, misalnya tentang selalu mencuci tangan dnegan
sabun setelah buang air besar dan sebelum makan.
b. Memebrikan informasi, misalnya tentang pengolahan air dirumah tangga.
c. Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan
buah-buahan dengan air bersih sebelum makan.
d. Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar.
e. Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak
buang air besar (BAB) dijamban.
Keuntungan poster :
1. Mudan dibuat.
2. waktu dalam pembuatannya.
3. Murah.
4. Dapat menjangkau orang banyak.
5. Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi.
6. Bisa dibawa kemana-mana.
7. Banyak variasi.
Cara pembuatan poster :
a. Pilih subjek yang kan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan, sanitasi,
PHBS, dan lain-lain.
b. Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang menggunakan
jamban untuk BAB.
c. Gambarkan pesan tersebut dalam gambar.
d. Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak
enam meter, misalnya “Stop buang air besar sembarangan”.
e. Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca, misal kombinasi
warna merah yang tidak bertabrakan yaitu biru tua-merah, hitam-kuning,
merak kuning, biru tua-biru muda.
f. Hindarkan tambahan-tambahan yang tidak perlu ditulis.
g. Gambar dapat sederhana.
h. Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran.
i. Tes/uji poster pada teman, apakah poster sudah bisa memcapai maksudnya
atau tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster. Poster secara
umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
1. Judul (head line)
2. Subjudul (sub head line)
3. Body copy/copy writing, dan
4. Logo dan indentitas.
Judul harus dapat dibaca jeas dari jarak enam meter, mudah dimengerti,
mudah diingat. Subjudul harus menjelaskan, melengkapi, dan menerangkan judul
secara singkat. Poster juga memerlukan adanya ilustrasi. Ilustrasi ini harus atraktif
berhubungan erat dengan judul dan terpadu dengan penampilan secara
keseluruhan. Warna merupakan salah satu unsur grafis. Pengertian warna bisa
meliputi warna simbolik atau rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi tiga
kelompok menurut jenisnya, yaitu warna primer (merah, kuning, biru), warna
sekunder (hijau, kuning, lembayung), dan warna tersier (cokelat kemerahan,
cokelat kekuningan, cokelat kebiruan). Warna sebagai simbol mempunyai arti
tersendiri. Misalnya, merah berarti berani, putih berarti suci, kuning berarti
kebesaran, hitam berarti abadi, hijau berarti harapan, dan merah muda berarti
cemburu. Mengenal rasa warna dapat diartikan sebagai berikut merah adalah
warna panas, biru adalah warna dingin, dan hijau adalah warna sejuk.

BAB 4
LAPORAN HASIL KEGIATAN

4.1 Tahap Persiapan


Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa (i) dalam tahap persiapan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi:
1) Menentukan judul dan dikonsultasikan dengan pembimbing 7 hari sebelum
dilaksanakan kegiatan penyuluhan
2) Melakukan persiapan media berupa SAP, Leaflet, Poster, dan PPT yang
digunakan dalam penyuluhan 6 hari sebelum dilaksanakan kegiatan
penyuluhan

4.2 Tahap Pelaksanaan


Adapun tugas yang dilakukan oleh tim dosen dalam tahap pelaksanan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat STIKes Eka Harap Palangka Raya
meliputi;
1) Penyuluhan dilakukan pada pukul 15.00-16.00 Wib mengunakan zoom
meeting.
2) Peserta yang hadir sejumlah 14 orang
3) Setting tempat sesuai dengan rencana
4) Peran mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang sudah ditetapkan pada
kegiatan penyuluhan
5) Penggunaan bahasa sudah komunikatif dan dapat dimengerti

4.3 Tahap Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
1. Setting tempat dan alat sesuai dengan perencanaan.
2. Peran dan fungsi sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan

2) Evaluasi Proses
1. Penyuluhan dilakukan pada pukul 15.00 Wib sesuai dengan waktu yang
direncanakan
2. Selama penyuluhan peserta mengikuti kegiatan dengan baik dan tidak
ada yang meninggalkan tempat.
3. Peserta berperan aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung.
3) Evaluasi Hasil
Semua peserta yang ada di ruang zoom meeting dapat memahami dari apa
yang telah disampaikan oleh penyuluh.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA ORAL
HYGIENE PADA KLIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN
Oleh :
Kelompok 2
Agi Hergiawan 2021-01-14901-002
Anggi 2021-01-14901-006
Anton Fandefitson 2021-01-14901-008
Darwin 2021-01-14901-012
Desi Indriani 2021-01-14901-014
Eldi 2021-01-14901-016
Ernawati 2021-01-14901-020
Fransiska Trivera Febe 2021-01-14901-023
Yulita 2021-01-14901-076

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021/2022
1. Pengertian Oral hygiene
Oral Hygiene atau Hygiene Mulut adalah suatu usaha untuk membantu
mempertahankan status kesehatan mulut, gigi dan gusi.

2. Pentingnya Perawatan Oral Hygiene


Pentingnya melakukan oral hygiene dengan menggosok gigi dan
membersihkan sela-sela gigi merupakan salah satu upaya untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut dari bakteri yang mungkin dapat masuk melalui rongga
mulut. Rongga mulut merupakan salah satu pintu masuk bakteri penyebab
penyakit ke bagian tubuh lainnya dan dapat menyebar melalui aliran darah,
yang disebut dengan bakterimia. Jika kesehatan mulut optimal, bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah hanya sedikit dan tidak membahayakan tubuh.
Sebaliknya, jika kesehatan mulut tidak dalam keadaan baik maka jumlah bakteri
yang masuk ke dalam aliran darah akan meningkat dua hingga sepuluh kali lipat.
Hal tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya bakterimia menjadi lebih
besar (Alligood, 2014).
Salah satu perawatan oral hygiene yang sering dilakukan yaitu menggosok
gigi. Pembersihan gigi secara mekanik atau yang lebih dikenal dengan gosok
gigi memiliki manfaat untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan mencegah
terjadinya inkubasi bakteri di dalam rongga mulut. Gosok gigi juga mampu
menstimulasi sirkulasi darah pada gusi sehingga dapat mempertahankan strukur
dan keutuhan gusi (Alligood, 2014).
3. Tujuan Perawatan Oral Hygiene
Oral hygiene merupakan tindakan dalam mempertahankan kebersihan
rongga mulut, gusi, dan lidah. Berikut tujuan dari perawatan oran
hygiene, antara lain:
1) Mempertahankan mulut dan gigi agar tetap bersih dan tidak
berbau. Menghilangkan sisa-sisa makanan disekitar dan disela-
sela gigi.
2) Mencegah infeksi pada mulut, seperti kerusakan gigi, bibir
pecah-pecah atau stomatitis (sariawan).
3) Memberi rasa nyaman serta meningkatkan kepercayaan
diri. Membantu meningkatkan nafsu makan. (Johnson &
Jean, 2005)
4. Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Oral Hygiene
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya dua kali sehari (setelah makan
dan sebelum tidur malam) adalah dasar dari perawatan oral hygiene yang
efektif. Berikut indikasi dan kontraindikasi yang perlu diketahui dalam
perawatan oral hygiene, yaitu:
1) Indikasi
 Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
 Pasien yang mengalami kelumpuhan.
 Pasien yang sakit berat.
 Pasien apatis.
 Pasien stomatitis.
 Pasien yang mendapatkan oksigenasi dan nasogastrik tube
(NGT).
 Pasien yang lama tidak mampu melakukan perawatan mulut
 secara mandiri.
 Pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi,
misalkan dalam keadaan stomatitis hebat.
 Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang
rahang. (Kumar & Clark, 2005)
2) Kontraindikasi
 Luka pada gusi.
 Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita
penyakit diabetes melitus karena dapat berisiko terjadinya
stomatitis, penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi, radiasi,
dan itubasi selang nasogastrik. (Kumar & Clark, 2005)
5. Efek Samping Tidak Melakukan Perawatan Oral hygiene
Kebersihan mulut yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri
menginfeksi mulut, seperti kerusakan gigi dan penyakit gusi. Berikut penyakit
yang terjadi akibat kesehatan gigi dan mulut yang buruk, antara lain:
1) Penyakit gusi
Meskipun penyakit gusi tergolong ringan, namun dapat menjadi lebih
buruk keadaannya jika tidak ditangani secara tepat. Penyakit gusi atau
penyakit periodontal dapat menyebabkan hilangnya gigi, infeksi, dan
komplikasi lainnya.
2) Peradangan pada bagian dalam jantung (endokarditis)
Penyakit ini terjadi akibat adanya bakteri dalam mulut yang terbawa aliran
darah melalui gusi yang berdarah. (Kumar & Clark, 2005)
6. Persiapan Alat Oral Hygiene
Persiapan alat untuk perawatan oral hygiene dibagi untuk pasien yang
sadar dan pasien yang tidak sadar.
1) Pasien yang tidak sadar
Alat yang dibutuhkan antara lain:
 Handuk atau waslap
 Oral swab
 Aseptic liquid 0,2% (untuk irigasi dan membersihkan mulut,
mengobati serta mencegah radang gusi pasien)
 Sarung tangan
 Perlak kecil
 Segelas air
 Suction
 Air hangat
 Mouthwash
 Pelembab bibir (untuk melembabkan bibir pasien)
 Bengkok
(Potter & Perry, 2012)
7. Prosedur Pelaksanaan Perawatan Oral hygiene
1) Pasien yang tidak sadar
 Memperkenalkan diri.
 Identifikasi pasien.
 Jelaskan prosedur oral hygiene yang akan dilakukan dan
alasan kenapa pasien yang bersangkutan membutuhkan
perawatan gigi dan mulut.
 Persiapan alat dan bahan
 Jaga privasi pasien dengan menutup tirai atau pintu.
 Cuci tangan dengan 6 langkah untuk mencegah penularan
infeksi.
 Persiapan pasien : Posisikan pasien dengan kepala miring kana atau
kiri.
 Pasang handuk, perlak, dan dekatkan bengkok dengan pasien.
 Gunakan tounge spatel untuk membuka mulut pasien
 Gunakan kasa sublimat atau tampon dengan pinset anatomi
 Bersihkan seluruh mulut pasien menggunakan kasa yang sudah
dibasahi dengan air antiseptic khusus buat mulut
 Bersihkan permukaan mengunyah pasien secara merata
 Lanjutkan dengan membersihkan permukaan atas gigi
geraham dari arah belakang ke depan dengan satu arah.
 Bilas dan lakukan pengisapan sisa cairan dan sekret.
 Usap bibir dengan handuk atau waslap.
 Oleskan madu atau pelembab ke bibir pasien (bila diperlukan).
 Rapikan alat.
 Buka sarung tangan dan cuci tangan.
 Atur posisi pasien dengan nyaman. (Kozier & Erbs, 2012)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Pasien Dan Keluarga
Penyuluhan : Pentingnya Oral Hygiene Pada Klien
Dengan Penurunan Kesadaran
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 30 menit di harapkan pasien dan
keluarga dapat mengetahui dan memahami tentang
pentingnya oral hygiene pada klien dengan
penurunan kesadaran

2. Tujuan Khusus : Menjelaskan tentang pengertian oral hygiene


Menjelaskan indikasi dilakukan-nya oral hygiene
Menjelaskan kontraindikasi dilakukan-nya oral
hygiene
Mampu menjelaskan alat-alat oral hygiene
Mampu menjelaskan tahapan pelaksanaan oral
hygiene
D. Materi : Tentang Pentingnya Oral Hygiene pada Klien
Dengan Penurunan Kesadaran
E. Metode : Ceramah
F. Media : PPT, Leaflet, video simulasi dan zoom meeting
G. Waktu Pelaksanaan : 15 Menit
1. Hari/Tanggal : Kamis, 11 November 2021
2. Pukul : 13.00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu
penyampaian materi
2 Pelaksanaan : 15 menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. pengertian oral hygiene
2. Indikasi dilakukan-nya
oral hygiene
3. Kontraindikasi dilakukan-
nya oral hygiene
4. Alat-alat oral hygiene
5. Tahapan pelaksanaan
oral hygiene
4 Tanya Jawab : 10 menit Ceramah
1. Mengevaluasai kembali
materi yang sudah
dijelaskan dengan bertanya
kepada peserta
penyuluhan.
5 Penutup : 3 menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Desi Indriani
1. Membuka acara penyuluhan
2. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
3. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
4. Mengatur jalannya diskusi
3. Leader : Yulita
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
4. Fasilitator :Antoni F., Eldi, Darwin, Ernawati, Fransiska T.F
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan membagikan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
5. Dokumentasi : Agi Hergiawan, Anggi
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto

H. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat : zoom meeting

I. RENCANA EVALUASI
a. Tujuan Evaluasi
 Mengetahui perubahan pengetahuan dan partisipasi yang hadir
b. Cara Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
 Sasaran sudah siap ditempat yang sudah ditentukan
 Media dan alat penyuluhan telah disetujui pembimbing
 Media yang digunakan dalam penyuluhan ini, leaflet
2) Evaluasi Proses
 Kesiapan penyuluhan sesuai dengan perencanaan
 Ketepatan waktu sesuai yang sudah direncanakan
 Peserta yang aktif dalam kegiatan penyuluhan
 Peserta yang tidak meninggalkan ruangan selama penyuluham
3) Evaluasi Hasil
 Di adakan tanya jawab pretest dan postest seputar materi lisan,
kemudian di simpulkan bersama-sama
c. Observasi
 Respon/tingkah laku peserta saat diberikan pertanyaan, apakah
diam/menjawab
 Peserta antusias/tidak
 Peserta mengajukan pertanyaan/tidak
d. Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi berupa pertanyaan (tanya jawab)
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. 2014. Nursing Theorist and Their Work 8th Edition. Elsevier Inc.
Johnson, JY & Jean ST. 2005. Nurses Guide to Clinical Procedures 5th
Edition. Jakarta: ECG.
Kozier & Erbs. 2012. Fundamental of Nursing, 8th Edition. Australia:
Pearson.
Kumar, P. & Clark, M. 2005. Clinical Medicine 6th Edition. London:
Elsevier Inc.
Perry, P. & Potter. 2012. Fundamental of Nursing 8th Edition. Canada:
Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai