Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL KEGIATAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

EDUKASI PENATALAKSANAAN SENAM HIPERTENSI PADA MASYARAKAT


RT 006 RW 06 KELURAHAN SUNGAI BAMBU KECAMATAN TANJUNG PRIUK
JAKARTA UTARA

Pembimbing :
Ns. Ahmad Rizal, M.Kes
Ns. Indri Sarwili, M.Kes

Disusun Oleh :
Nuryani Aisyah Syaina Wijayanti
Grace Soukotta Chika Nurfadila
Febrina Dewiyanti Geofani Tresia S
Yohana Maria L Junito Warat
Mega Unzila G Deni Khoirul I
Dini Supica

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
JAKARTA
2022
PRAKATA

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal pengabdian kepada masyarakatdengan judul
“Edukasi Penatalaksanaan Senam Hipertensi Pada Masyarakat RT 006 RW 06 Kelurahan
Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara”. Proposal ini bertujuan untuk
mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap kesehatan terutama penderita hipertensi yaitu
dengan senam hipertensi.
Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit
bagi kami untuk menyelesaikan laporan hasil ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Astrid Novita, SKM. MKM selaku PJS Universitas Indonesia Indonesia Maju
2. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep. M.Kes selaku Kepala Departemen Keperawatan
Universitas Indonesia Indonesia Maju
3. Ns. Ahmad Rizal, M.Kes selaku Koordinator Profesi Ners dan Pembimbing Stase
Komunitas dan Keluarga Program Studi Profesi Ners Universitas Indonesia Indonesia
Maju
4. Ns. Irma Herlina, M.Kep selaku Koordinator Stase Komunitas dan Keluarga Program
Studi Profesi Ners Universitas Indonesia Indonesia Maju
5. Ns. Indri Sarwili, M.Kes selaku Pembimbing Stase Komunitas dan Keluarga Program
Studi Profesi Ners Universitas Indonesia Indonesia Maju
6. Seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini dan tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga dengan laporan hasil pengabdian masyarakat ini dapat
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 26 Agustus 2022

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Lansia dapat diartikan sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (Senja & Prasetyo, 2019). Meningkatnya populasi lansia
ini tidak dapat dipisahkan dari masalah kesehatan yang terjadi pada lansia, menurunnya
fungsi organ memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Hermawan & Nur,
2017).
Penyakit degeneratif pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan
menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan menurunkan kualitas
hidup lansia karena meningkatkan angka morbiditas bahkan dapat menyebabkan
kematian. Beberapa penyakit degeneratif yang paling banyak diderita oleh lansia antara
lain, gangguan sendi, hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit
jantung dan diabetes melitus (Depkes RI, 2013). Saat lansia tubuh tidak akan
mengalami perkembangan lagi sehingga tidak ada peningkatan kualitas fisik, serta
lansia mempunyai risiko menderita penyakit hipertensi.
Hipertensi adalah sebagian peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah semakin besar
resikonya (Nurarif, 2015). DKI Jakarta merupakan ibukota Indonesia dengan kepadatan
penduduk tertinggi di Indonesia dengan nilai 15.328 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik,
2015). Seiring dengan padatnya penduduk, risiko terjadinya hipertensi dapat mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013 dan 2018, prevalensi
hipertensi di Provinsi DKI Jakarta meningkat dari 25% menjadi 34,1% (Riskesdas,
2018).
Banyak cara untuk mengendalikan tekanan darah dan salah satunya yaitu
melakukan senam, hasilnya menunjukkan terjadinya perbaikan tekanan darah pada
lansia namun tidak mencapai taraf signifikansi yang diinginkan. Tidak tercapainya
perbaikan tekanan darah yang diinginkan disebabkan adanya faktor perancu yang
berhubungan dengan tekanan darah lansia antara lain pola makan, stress, aktivitas fisik,

1
genetik serta farmakologi, dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan (Idaiani &
Wahyuni, 2015).

2
3

Hubungan senam hipertensi terhadap pengendalian tekanan darah lansia


sebagaimana disimpulkan dalam penelitian Idaiani & Wahyuni (2015), Penelitian
menunjukkan terjadinya perbaikan tekanan darah pada lansia namun tidak mencapai
taraf signifikansi yang diinginkan. Tidak tercapinya perbaikan tekanan darah yang
diinginkan disebabkan adanya faktor perancu yang berhubungan dengan tekanan darah
lansia antara lain pola makan, stress, aktivitas fisik, genetik serta farmakologi dalam
penelitian yang tidak dapat dikendalikan.

1.2 Solusi Permasalahan


Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
terapi non farmakologi dalam mengatasi Hipertensi adalah dengan dilakukan Edukasi
Penatalaksanaan Senam Hipertensi pada masyarakat RT 006 RW 06 Kelurahan Sungai
Bambu Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara.

1.3 Target Luaran


1.4 Luaran Wajib
No Luaran Wajib Tahun Capaian Status Pencapaian
1 Jurnal Pengabdian Masyarakat 2022 Perencanaan
Indonesia Maju

2.4 Luaran Tambahan


No Luaran Tambahan Tahun Capaian Status Pencapaian
1 Artikel pada media massa 2022 perencanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIPERTENSI
2.1.1 Pengertian
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan pada
tekanan darah yang memberi gejala akan berlanjut ke suatu organ target seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung,
dan hipertrofi ventrikel kanan untuk otot jantung (Candra, 2017).
Hipertensi merupakan suatu keadaan medis yang cukup serius dimana
secara signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal,
jantung, dan penyakit lainnya. Hipertensi dapat terjadi apabila tekanan darah
lebih besar dari dinding arteri dan pembuluh darah itu sendiri (World Health
Organization, 2015).

2.1.2 Klasifikasi
Menurut Sheps (2018), Hipertensi memiliki dua jenis :
a. Hipertensi primer (esensial) Pada usia dewasa, hipertensi terjadi tanpa
gejala yang tampak. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus dan
telah terjadi lama baru dikatakan seseorang menderita hipertensi meskipun
penyebab pastinya belum jelas. Pada kasus peningkatan tekanan darah ini
disebut dengan hipertensi primer (esensial).
b. Hipertensi sekunder Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang
disebabkan oleh beberapa factor tidak terkontrol. Pada kejadian ini disebut
dengan hipertensi sekunder dimana peningkatan darah yang terjadi dapat
melebihi tekanan darah pada hipetensi primer.
Klasifikasi hipertensi menurut (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2019)
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik ≥140 <90
Terkompensasi
Sumber : 2018 ESC/ESH Hypertension Giedelines

4
5

2.1.3 Etiologi
Ada 2 macam hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021), yaitu :
a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit
tekanan darah tinggi ini.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Sekitar 10 % orang yang menderita hipertensi jenis ini.

Beberapa penyebab hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021), antara lain:
a. Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi
maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.
b. Usia
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang
maka tekanan darah pun akan meningkat.
c. Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang.
d. Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan
meningkat.
e. Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih
tinggi mengidap hipertensi.
f. Stress
Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana
hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu).
6

g. Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok
dalam keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit
yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat
meningkatkan tekanan darah.
i. Alkohol
Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
j. Kurang olahraga
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika
menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Dukalang (2020), tanda dan gejala hipertensi yaitu :
a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
b. Bising (bunyi “nging”) di telinga
c. Jantung berdebar-debar
d. Pengelihatan kabur
e. Mimisan
f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

2.1.5 Patofisiologi
Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah yang dapat berakibat pada timbulnya penyakit sertaan lainnya.
Hipertensi ditandai dengan tekanan darah yang melebihi 140/90mmHg.
Hipertensi terjadi karena adanya proses penebalan dinding pembuluh darah
dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Keadaan ini dapat mempercepat
jantung dalam memompa darah guna mengatasi resitensi perifer yang lebih
tinggi dan semakin tinggi. Dari seluruh penderita hipertensi, 95% penderitanya
memiliki kemungkinan mewariskan atau keturunannya memiliki risiko
menderita hipertensi dikemudian waktu, sedangkan 5% lainnya menjadi
penyebab penyakit seperti stroke, kardiovaskular, atau gangguan ginjal.
7

Organ-organ penting yang mempengaruhi dan terlibat dalam meningkatnya


hipertensi antara lain :
a. Curah Jantung Dan Resistensi Periferal
Curah jantung dan resistensi periferal merupakan komponen utama dalam
penghitungan tekanan darah. Penambahan resistensi periferal adalah salah
satu kontribusi besar. Selain berpengaruh terhadap pembuluh darah tepi,
curah jantung juga berpengaruh cukup besar pada regulasi sirkulasi ke
otak yang berpengaruh terhadap tekanan darah dimana hal ini berperan
besar pada tidak berfungsinya jantung. Banyak factor genetic maupun dari
lingkungan yang berperan pada elevasi dari curah jantung dan resistensi
peripheral. Curah jantung juga meningkatkan kadar obesitas dan volume
plasma.
b. Renin-Angiostensin – Aldosterone System
Rennin-Angiostensis-Aldosterone System (RAAS) meregulasi tekanan
darah dengan sebuah mekanisme yang beragam. Berdasarkan RAAS
(Angiostensin-II), hipertensi banyak berorientasi berdasarkan gender /
jenis kelamin, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penderita hipertensi
terjadi pada pria. Organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat control yaitu
otak, juga berperan dalam regulasi sirkulasi sistem. Studi menunjukkan
bahwa RAAS-Otak lebih berperan secara aktif daripada RAS Periferal.
Memiliki kedudukan yang utama pada sistem ini, Angiostensin-II
merupakan sebuah pemain neuropeptida pada modulasi tekanan darah dan
reseptor dari RAAS yaitu AT1a, AT1b terletak di bagian penting di otak.
Salah satu tujuannya yaitu mereduksi pasokan aliran darah pada ginjal
sehingga menurunkan tekanan darah.
c. Perubahan Pembuluh Darah Mikro
Tingkatan reduksi dari nitric oksida berpengaruh pada peningkatan radikal
oksigen yang berpotensi terjadinya hipertensi. Dengan lubang arteriol
yang kecil, hal ini menyebabkan perubahan pada pembuluh darah
sehingga perfusi darah ke organ juga berkurang yang disebabkan oleh
tekanan bawaan. Hal ini dapat berakibat pada iskemia atau pecahnya
pembuluh darah sehingga berpengaruh pada kerusakan organ.
8

d. Inflamasi
Hasil inflamasi yang kuat dalam pembentukan kembali vaskular yang
selanjutnya berubah menjadi hipertensi yang disebabkan oleh pengaktifan
dan prokreasi dari sel otot polos, sel endotelial dan fibroblas. Sitokin
mediator inflamasi, semokin, dan PGE2 merupakan bagian-bagian yang
terlibat sebagai tanda adanya hipertensi sebagaimana meningkatkan
tekanan darah dengan cara menebalkan dinding pembuluh darah.
e. Insulin Sensitif
Berdasarkan perubahan nutrisi dan mikro vaskular relaksasi, fungsi dari
hormon insulin juga akan terganggu sebagai akibat dari tidak tercukupinya
suplay glukosa pada jaringan dan bepengaruh terhadap berkurangnya
jumlah oksida nitrat endotel, inflamasi dan stress oksidatif terjadi pada
pasien obesitas dan diabetes (Ammara, Sultana, & Gilani, 2018).

2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui dua metode yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi. Metode farmakologi merupakan sebuah
metode yang menggunakan obat-obatan medis. Dalam hal ini pemilihan obat
yang akan diberikan pada penderita hipertensi tidak bisa sama. Dirangkum dari
berbagai sumber, berikut adalah tabel tentang pemberian obat-obatan medis
bagi penderita hipertensi berdasarkan target tekanan darah.
Penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya memiliki prinsip dasar dimana
penurunan tekanan darah berperan sangat penting dalam menurunkan risiko
mayor kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi. Dengan begitu focus
utama dalam penanganan hipertensi yaitu mengontrol tekanan darah pada
penderita hipertensi. Selain penatalaksanaan dengan obat-obat medis,
modifikasi gaya hidup turut berperan penting dalam mengurangi risiko
hipertensi semakin kronik (Kandarini, 2018).
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi garam
menjadi 6gr / hari, menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,
rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga secara rutin dan tidur yang
berkualitas dengan 6-8 jam tidur per hari dapat membantu mengurangi stress.
9

a. Pengurangan konsumsi garam


Konsumsi garam pada kondisi normal berkisar pada 2-3 sdt per hari
dimana jumlah ini masih rentan terhadap peningkatan hipertensi. Oleh
karena itu pengurangan konsumsi garam pada pasien hipertensi menjadi ¼
- ½ sdt per hari merupakan salah satu langkah yang dianjurkan. Baik
garam dapur atau garam lainnya, mengandung kadar natrium yang cukup
tinggi. Sehingga bagi penderita hipertensi, pembatasan natrium menjadi 2-
3 sdt per hari berhasil menurunkan tekanan darah sistolik 3,7 mmHg dan
tekanan darah diastolic 2 mmHg. Menurunkan berat badan Kondisi berat
badan berlebih dapat memicu hipertensi semakin meningkat. Diet atau
menurunkan berat badan menjadi berat badan yang ideal dianjurkan untuk
mengontrol tekanan darah semakin meningkat.
b. Menghindari minuman berkafein
Mengkonsumsi kopi dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama
diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensi. Bagi para
penggemar kopi relative memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak suka mengonsumsi kopi. Maka untuk
mengurangi risiko penyakit hipertensi, frekuensi konsumsi kopi sebaiknya
dikurangi.
c. Menghindari rokok
Kebiasaan merokok pada masyarakat laki-laki terutama penderita
hipertensi memiliki risiko diabetes, serangan jantung, dan stroke. Jika
kebiasaan ini dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama, hal ini akan
menjadi kombinasi penyakit yang sangat berbahaya.
d. Olahraga secara rutin
Risiko penyakit hipertensi semakin meningkat jika penderitanya kurang
dalam melakukan aktivitas fisik. Jalan kaki di lingkungan sekitar dapat
membantu program gaya hidup sehat.
e. Tidur berkualitas
Istirahat dengan waktu yang cukup sangat penting bagi penderita
hipertensi sebagaimana yang dianjurkan 6-8 jam sehari. Kualitas tidur
yang baik akan merilekskan anggota tubuh maupun organ tubuh sehingga
mampu bekerja secara maksimal (Aminuddin, 2019).
10

3.1.7 Komplikasi
a. Gangguan penglihatan
Tekanan darah yang meningkat secara terus menerus dapat
mengakibatkan pada kerusakan pembuluh darah pada retina. Semakin
lama seseorang mengidap hipertensi dimana tekanan darah yang terjadi
meningkat maka kerusakan yang terjadi pada retina juga semakin berat.
Selain itu, gangguan yang bisa terjadi akibat hipertensi ini juga dikenal
dengan iskemik optic neuropati atau kerusakan saraf mata. Kerusakan
parah dapat terjadi pada penderita hipertensi maligna, dimana tekanan
darah meningkat secara tiba-tiba.
b. Gagal ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus.
Kerusakan glomerulus ini berakibat pada darah yang mengalir ke unit
fungsional ginjal terganggu. Kerusakan pada membrane glomerulus juga
berakibat pada keluarnya protein secara menyeluruh melalui urine
sehingga sering dijumpai edea sebagai akibat dari tekanan osmotic koloid
plasma yang berkurang. Gangguan pada ginjal umumnya dijumpai pada
penderita hipertensi kronik.
c. Stroke
Stroke terjadi ketika otak mengalami kerusakan yang ditimbulkan dari
perdarahan, tekanan intra karnial yang meninggi, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang mengalirkan suplai darah ke otak
mengalami hipertropi atau penebalan.
d. Gangguan jantung
Gangguan jantung atau yang dikenal dengan infark miokard terjadi ketika
arteri koroner mengalami arteriosklerosis. Akibat dari ini adalah suplay
oksigen ke jantung terhambat sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi
dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya iskemia jantung (Nuraini,
2015).
11

2.2 SENAM HIPERTENSI


2.2.1 Pengertian
Senam hipertensi adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan
tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini
akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam
hipertensi ini mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
secara optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran
didalam tubuh, senam lansia yang biasa diterapkan senam hipertensi, senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pra lansia (45 tahun)
dan usia (65 tahun ke atas) (Widianti & Proverawati, 2010).

2.2.2 Tujuan Senam Hipertensi


Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan
rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Senam hipertensi dengan
frekuensi latihan 1 kali seminggu dalam 3 minggu dengan lama latihan 4 – 12
menit efektif menurunkan tekanan darah pada lansia (Anwari, 2018).

2.2.3 Mekanisme Senam Hipertensi


Dengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan
meningkat untuk proses pembentukan energi. Sehingga terjadi peningkatan
denyut jantung. Sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah. Dengan
demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah beristirahat pembuluh darah
akan berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun sementara waktu,
sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali pada tekanan darah sebelum
senam. Jika melakukan olahraga secara rutin dan terus menerus, maka
penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah
akan lebih elastis. Mekanisme penurunan tekanan darah setelah berolahraga
adalah karena olahraga dapat merileksasikan pembuluh-pembuluh darah.
Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah tekanan darah akan turun
(Mahardani, 2010).
12

2.2.4 Strategi Pelaksanaan Senam Hipertensi


a. Persiapan
1) Persiapan klien
a) Klien diberikan tindakan senam hipertensi
b) Posisikan klien untuk berdiri
2) Persiapan lingkungan
a) Ruangan yang tenang dan kondusif
b) Ruangan cukup luas
b. Pelaksanaan
1) Gerakan pemanasan
a) Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.
b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-
10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.
2) Gerakan inti
a) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua
tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan
dan hindari hentakan.
b) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka
selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan
semampunya sambil mengatur nafas.
c) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.
Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan.
Tahan 8-10 menit hitungan lalu ganti dengan sisi lainya
d) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal
dan kedua tangan diangkat keatas. Lalukan bergantian secara
perlahan dan semampunya.
e) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang
kesamping. Kedua tangan dengan jemari mengepal kearah yang
berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.
13

f) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut dipinggang. Tangan sisiyang lain lurus
kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah sebaliknya
dan lakukan semampunya.
3) Gerakan pendingin
a) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke
leher dan tahan dengan tangan lainya. Hitunglah 8-10 kali dan
lakukan pada sisi lainya.
b) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan kesamping
dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 menit hitungan
lalu arahkan tangan ke sisi lainya dan tahan dengan hitungan
yang sama.
c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam hipertensi.
b) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien melaksanakan senam hipertensi minimal 30
menit dan dilakukan seminggu tiga kali.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Rencana Kegiatan


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan pada tanggal 29 November
2021 sampai 18 Februari 2022 dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan
evaluasi. Observasi awal dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2021 untuk mengetahui
secara isu terkini dan permasalahan di masyarakat Indonesia. Beberapa kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini, antara lain:
a. Pemilihan isu strategis untuk dijadikan tema webinar
b. Perencanaan kegiatan webinar
c. Pelaksanaan kegiatan webinar
d. Monitoring dan evaluasi kegiatan webinar

3.2 Kualifikasi Anggota Tim Pelaksana


Tim pelaksanaan kegiatan Pengabdian masyarakat ini merupakan dosen yang
keahliannya dalam bidang promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan pada
Mayarakat.
No Jabatan Nama Penanggung Tupoksi
Jawab
1. Ketua Panitia Deni Khoirul Ihsan, S.Kep Menyusun konsep kegiatan mulai dari
tema, perencanaan hingga evaluasi
2. Wakil Panitia Dini Supica, S.Kep Membantu Menyusun konsep kegiatan
3. Sekretaris Syaina Wijayanti, S.Kep Melakukan administrasi surat menyuran
Junito Warat, S.Kep (perijinan, dll), notulensi kegiatan dan
lainnya
4. Bendahara Mega Unzila Gendapati,S.Kep Mengatur keuangan dan dana dana
kegiatan serta menyusul laporan
pertanggungjawaban dana kegiatan
5. Seksi Acara Chika Nurfadila Apriliana, S.Kep Mengatur jalannya kegiatan pengabdian
Grace Soukotta, S.Kep kepada masyarakat
6. Seksi Humas Febrina Dewiyanti, S.Kep Melakukan komunikasi dan persuasi
Yohana Maria Latuheru, S.Kep publik terkait kegiatan pengabdian kepada
masyarakat
7. Seksi Nuryani Aisyah, S.Kep Menyediakan sarana prasarana pendukung
Perlengkapan terlaksananya kegiatan pengabdian kepada
masyarakat
8. Seksi Geofani Tresia Seleky, S.Kep Mendokumentasikan kegiatan ke dalam
Dokumentasi bentuk foto dan video

14
15

3.3 Anggaran Kegiatan


Demi terlaksananya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan tema
“Edukasi Penatalaksanaan Senam Hipertensi pada Masyarakat RW 06 RT 006
Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara” berikut adalah
uraian anggaran biaya kegiatan (Terlampir).

3.4 Jadwal Kegiatan


No Tahapan Kegiatan Bulan Penanggung jawab
(Tahun 2021-2022)
Desember Januari Februari
1 Perencanaan Kegiatan Seluruh anggota Tim
2 Observasi Lapangan Seluruh anggota Tim
3 Administrasi Sekretaris & Humas
4 Persiapan Seluruh anggota Tim
5 Pelaksanaan Kegiatan Seluruh anggota Tim
6 Monitoring & Seluruh anggota Tim
Evaluasi
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI

Terlaksananya webinar dengan topik “Edukasi Penatalaksanaan Senam


Hipertensi pada Masyarakat RW 06 RT 006 Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan
Tanjung Priuk Jakarta Utara”, dengan sub tema:
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai terapi non farmakologi dalam
mengatasi Hipertensi
2. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan khususnya penderita hipertensi
dengan senam hipertensi

Pada webinar ini juga terjadi diskusi/tanya jawab yang interaktif, antara
partisipan dan para narasumber. Dimana partisipan sebanyak 32 dengan input dosen,
mahasiswa dan masyarakat umum. Pelaksanaan di lakukan pada:

Hari / Tanggal : Sabtu, 26 Februari 2021


Pukul : 13.00 WIB s.d.selesai
Tempat / Media : Live zoom meeting
Link Zoom : Menyusul

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kegiatan berjalan dengan baik diikuti oleh antusiasme peserta yang hadir di link
zoom selama kegiatan berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan dan peran
peserta dalam mencoba dan memberikan pertanyaan kepada Tim pengabdian
masyarakat hingga akhir kegiatan.

5.2 Saran
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, Pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat berupa webinar seperti ini dapat dilaksanakan secara continue dan
dengan materi yang beragam.

5.3 Penutup
Demikian Laporan singkat ini kami buat sebagai bentuk pertanggung jawaban
kinerja dan keuangan kami atas kegiatan webinar ini. Kami Panitia Webinar dengan
tema “Edukasi Penatalaksanaan Senam Hipertensi pada Masyarakat RW 06 RT 006
Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara” dalam memenuhi
Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui kegiatan pengabdian masyrakat berharap dengan
pelaksanaan kegiatan webinar ini dapat memberikan manfaat bagi yang mengikuti
webinar ini baik masyarakat umum, mahasiswa/mahasiswi, dosen, perawat dan praktisi
Kesehatan yang telah mengikuti webinar. Masih banyak hal yang perlu kita benahi,
untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan dan
kesalahan yang kami perbuat, Sekian, Terimakasih.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, M. (2019). Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Wilayah RT 17


Kelurahan Baqa Samarinda Seberang. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan,
2(1).

Ammara, B. M., Sultana, P., & Gilani, T. (2018). Risk Factors, Pathophysiology and
Management of Hypertension. Pakistan: International Journal of Pharma Sciences and
Scientific Research.

Anwari, M. (2018). Pengaruh senam anti hipertensi lansia terhadap penurunan tekanan darah
lansia di desa kemuningsari lor kecamatan pati kabupaten jember. The Journal of
Health Science, 2476-9614.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Candra, A. (2017). Hubungan asupan zat gizi dan indeks antropometri dengan tekanan darah
remaja. Journal of Nutrition and Health, 85-101.

Depkes RI. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Dukalang, S. (2020). Aktivitas fisik sebagai faktor penyebab tekanan darah pada penderita
hipertensi. Gorontalo: Univ. Negeri Gorontalo.

Hermawan, T., & Nur, F. R. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti Werda Darma Bhakti Kelurahan
Panjang Surakarta. Jurnal Kesehatan, 79-7621.

Idaiani, S., & Wahyuni, H. S. (2015). Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan
Hipertensi pada Penduduk Indonesia. Media Penelitian dan Pengambangan
kesehatan, 137-144.

Kandarini, Y. (2018). Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Denpasar: FK Univ.


Udayana.

Mahardani. (2010). Buku ajar hipertensi. Jakarta: Salemba Medika.

Musakkar, & Djafar, T. (2021). Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya. Hipertensi.


Yogyakarta: CV. Pena Persada.
19

Nuraini, B. (2015). Risk Factor of hypertension. J Majority, 1-10.

Nurarif, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa. Medis dan Nanda
NIc-NOC. (3, Ed.). Yogyakarta: MediAction.

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. (2019). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


2019. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension.

Riskesdas. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

Senja, A., & Prasetyo, T. (2019). Perawatan Lansia Oleh Keluarga dan Caregiver. Jakarta:
Bumi Medika.

Sheps, S. (2018). Mengatasi Tekanan Darah Tingg. Jakarta: PT Intisari Mediatama.

Widianti, A. T., & Proverawati, A. (2010). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuda Medika.

World Health Organization. (2015). Hypertension. Geneva: WHO.

Anda mungkin juga menyukai