Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto,
2015).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih
Buang Air Besar (BAB) di area terbuka, dari data tersebut sebesar 81%
penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara
dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang
air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%),
Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%),
Brazil (1,2%) dan Nigeria (1,1%) (WHO, 2014).

Hasil Riskesdas 2018 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan


fasilitas buang air besar. Rerata nasional perilaku buang air besar di jamban
adalah (88,2%). Lima Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang
berperilaku benar dalam buang air besar diantaranya DKI Jakarta (97,6%), DI
Yogyakarta (92,2%), Sumatra Utara (95%), Bali (94%), Bangka Belitung
(93%). Sedangkan lima provindi terendah diantaranya Papua (55,8%),
Kalimantan Tengah (78,7%), Sumatera Barat (79,6%), Sulawesi Tenggara
(80,5%), Kalimantan Selatan (80,9%). (Kementerian Kesehatan, 2018).
Berdasarkan konsep dan definisi Milenium Development Goals (MDGs) yang
pada tahun 2016 dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs),
rumah tangga dikatakan memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi

Universitas Faletehan | 1
yang digunakan memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan
leher angsa, tanki septik (septic tank)/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)
yang digunakan sendiri atau bersama. Persentase rumah tangga di Indonesia
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak tahun 2013 yaitu 60, 05% dan
meningkat pada tahun 2014 menjadi 61,08% dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi 62, 14% (Kemenkes RI, 2016).
Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah
tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%,
plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar
7,2%, dan cemplung/cubluk/lubang dengan lantai sebesar 3,7%.Berdasarkan
tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas 2013, sebesar
66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat
pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat Saluran
Pembuangan Akhir Limbah (SPAL) sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%,
sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang 4 tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah
lapang/kebun sebesar 2,7% (Depkes RI,2013).

Sanitasi lingkungan di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Banten pada


khususnya masih belum mencapai kondisi sanitasi yang memadai. Kebutuhan
sanitasi dasar belum tercapai seperti pembangunan tempat pembuangan
kotoran manusia. Fasilitas pembuangan tinja/pembuangan kotoran manusia
yang memenuhi syarat kesehatan berpengaruh besar terhadap kesehatan
lingkungan. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi
Banten bahwa tahun 2020 menunjukkan akses sanitasi mencapai 75%
terendah ke 9 akses sanitasi di Indonesia. Sedangkan data akses sanitasi di
Kota serang mencapai 76,2%. Artinya 24,8% masyarakat di wilayah Kota
serang masih buang air besar sembarangan (Profil Dinkes Banten, 2020).

Jamban Sehat di Kota Serang pada tahun 2019 sudah mencapai 87,3%,
terbanyak masih tersebar di daerah pusat Kota Serang yaitu Ciracas sedangkan
di Unyur masih sedikit warga yang memiliki jamban sehat. (Profil Dinkes
Kota Serang, 2019)

Universitas Faletehan | 2
Presentase penduduk yang memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat)
dipuskesmas unyur tahun 2020 yaitu: 9.800 (78,1%) dengan KK pengguna
jamban sharing/ komunal 101 KK, Jamban Semi Permanen (JSSP) 12.546
KK, Jamban Sehat Permanen (JSP) 27 KK. (Profil Pueskesmas Unyur, 2020).

Dari hasil penelitian Yusuf, dkk (2021) uji statistik uji chi square (x2) dengan
fisher's exact test didapat nilai signifikan p-value = 0,000 dibandingkan
dengan α (alpha)= 5%, maka p < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
berarti ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan penggunaan jamban
sehat di Desa Padangin Kecamatan Muara Harus Kab. Tabalong. Hasil
penelitian oleh Fitria (2018) ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan penggunaan jamban saniter. Penelitian ini didukung oleh Apriyanti
(2019) bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
responden dengan pemanfaatan jamban keluarga. Pengetahuan merupakan
salah satu pendorong untuk seorang merubah perilaku. Dengan demikian
maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang jamban akan
menentukan perilakunya dalam hal buang air besar.
Dari hasil penelitian Dwi, Joko (2020) menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki sikap yang baik tentang jamban sehat (90,6%).
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2007), Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek. Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulasi social. Newcom, salah satu ahli psikolog sosiall,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan dari suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. Sikap kepala keluarga yang baik diharapkan
dapat mengubah perilaku buang air besar sembarangan dalam keluarga. Sikap
yang baik apabila didukung dengan sarana yang mendukung akan

Universitas Faletehan | 3
menghasilkan suatu tindakan, dalam hal ini adalah penggunaan jamban sesuai
dengan kegunaannya (Anggoro, 2015)
Dari hasil penelitian Annissa, Dhea (2019) 11 responden yang menyatakan
peran petugas kurang baik sebanyak 5 (45,5%) responden yang memiliki
jamban, sedangkan dari 89 responden yang menyatakan peran petugas
kesehatan baik sebanyak 58 (65,2%) responden yang memiliki jamban. Dari
hasil analisa bivariat diperoleh tidak ada hubungan antara peran petugas
kesehatan dengan kepemilikan jamban. Responden yang menyatakan peran
petugas kesehatan baik tetapi tidak memiliki jamban, hal ini dikarenakan
selain dari faktor peran petugas kesehatan, ada faktor lain yang mendukung
masih adanya responden yang tidak memiliki jamban yaitu faktor pendapatan
yang rendah. Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
atau status ekonomi yang baik akan berpengaruh terhadap fasilitas yang
diperoleh. Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka
khususnya didalam rumahnya akan terjamin, misalnya dalam penyediaan
jamban keluarga.

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa menurut teori Green, salah satu


faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor
predesposisi yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan. Pendidikan merupakan
faktor yang berpengaruh dalam membentuk pengetahuan, sikap, persepsi,
kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan. Oleh karena itu
lingkungan sekolah, lingkungan fisik atau lingkungan sosial, akan sangat
mempengaruhi terhadap perilaku sehat seseorang. Makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak juga
pengetahuan yang dimiliki yang yang menyebabkan individu menjadi semakin
sadar dan peduli terhadap kebersihan diri dan lingkungannya. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan sehingga berdampak pada
perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2010).
Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusia merupakan
masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan

Universitas Faletehan | 4
kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak
baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau
menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan,
karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit.
Yang termasuk waterborne disease adalah tifoid, paratifoid, disentri, diare,
kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan sebagainya (Chandra, 2007)

Penggunaan jamban yang disertai partisipasi keluarga akan baik, bila


didukung oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor yang berasal dari dalam
diri individu disebut factor internal seperti pendidikan, pengetahuan, sikap,
tindakan atau kebiasaan, pekerjaan, pendapatan, jenis kelamin, umur, suku dan
sebagainya. Adapun faktor dari luar dari individu disebut faktor eksternal
seperti fasilitas jamban baik meliputi jenisnya, kebersihannya, kondisinya,
ketersediannya termasuk kecukupan air bersihnya dan pengaruh lingkungan
seperti penyuluhan oleh petugas kesehatan termasuk tokoh adat dan agama
tentang penggunaan jamban sehat sehat (Depkes RI, 2005).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari hasil 10 survey pendahuluan di kelurahan Unyur rt/rw 02/17
didapatkan hasil 9 kk memiliki jamban namun tidak memiliki septic tank dan
terdapat 1 kk tidak memiliki jamban, 4 dari 10 kk memiliki cukup
pengetahuan, 3 dari 10 kk memiliki sikap yang baik, dan 6 dari 10 kk
mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dari hasil yang
diperolah sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui “Hubungan
Pengetahuan, Sikap, dan Peran Tenaga Kesehatan dalam Kepemilikan
Jamban Sehat di Kelurahan Unyur di Wilayah Kerja Puskesmas Unyur tahun
2021”

Universitas Faletehan | 5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan kepemilikan jamban
di Wilayah Kerja Puskesmas Unyur Kecamatan Serang tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran kepemilikan jamban di Wilayah Kerja
Puskesmas Unyur Kecamatan Serang tahun 2021
b) Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Unyur Kecamatan Serang tahun 2021
c) Mengetahi gambaran sikap masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Unyur Kecamatan Serang tahun 2021
d) Mengetahi gambaran peran tenaga kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Unyur Kecamatan Serang tahun 2021
e) Mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan
kepemilikan jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Unyur
Kecamatan Serang tahun 2021
f) Mengetahui hubungan antara sikap masyarakat dengan kepemilikan
jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Unyur Kecamatan Serang
tahun 2021
g) Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan
kepemilikan jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Unyur
Kecamatan Serang tahun 2021

D. Manfaat
1. Bagi Fakultas
Menambah perbendaharaan kepustakaan dan dapat digunakan untuk
bahan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai data yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan dalam rangka
membangun sanitasi kesehatan lingkungan serta membina partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan cakupan pemakaian jamban keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Unyur.

Universitas Faletehan | 6
3. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi bahan informasi tentang karakteristik pemilik rumah yang
berhubungan dengan perilaku buang air besar (BABS) sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam upaya pembangunan
sarana jamban keluarga dimasa yang akan datang.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya tentang hubungan
pengetahuan, sikap dan paparan informasi dengan kepemilikan jamban.

5. Ruang Lingkup
Jamban sehat adalah fasilitas pembangunan tinja yang efektif untuk memutus
rantai penularan penyakit. Kegiatan penelitian ini mengambil topik Hubungan
Pengetahuan, Sikap, dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepemilikan
Jamban Sehat di Kelurahan Unyur Wilayah Kerja Puskesmas Unyur Tahun
2021 yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai Februari
2022 dengan sasaran masyarakat di kelurahan lopang yang tidak memiliki
jamban dan tidak memiliki septic tank. Jamban Sehat di Kota Serang pada
tahun 2019 sudah mencapai 87,3%, terbanyak masih tersebar di daerah pusat
Kota Serang yaitu Ciracas sedangkan di Unyur masih sedikit warga yang
memiliki jamban sehat. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Berdasarkan
hasil perhitungan sampel menurut Notoatmodjo (2007). Teknik pengambilan
sampel dengan quota sampling. Data yang digunakan data sekunder dan data
primer dengan alat ukurnya berupa checklist untuk melihat kepemilikan
jamban sehat, dan kuisioner untuk melihat pengetahuan, sikap dan peran
tenaga kesehatan. Analisa berupa univariat dan bivariat dengan menggunakan
uji chisquare.

Universitas Faletehan | 7

Anda mungkin juga menyukai