Anda di halaman 1dari 39

Pendekatan

Ilmu Kesehatan Masyarakat


dari Sudut Kesehatan Lingkungan

Prof. dr. Soedjajadi Keman, MS., Ph.D.


Dept. Kesehatan Lingkungan – FKM Unair

27/08/22 1
HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

 Status kesehatan merupakan refleksi dari hasil akhir


interaksi kompleks antara sistem biologis internal dan
sistem lingkungan eksternal secara keseluruhan;

 Sistem penyangga kehidupan menyediakan kebutuhan


dasar aktivitas manusia;

 Akibat aktivitas manusia (industri, pertanian,


transportasi, pemukiman, dsb) menghasilkan limbah
dan residu;

 Limbah dan residu selanjutnya mempengaruhi sistem


penyangga kehidupan dan juga kesehatan manusia.
Sistem Residu
Penyangga dan
Kehidupan Limbah

Aktivitas
Manusia

Bahaya
Lingkungan

Hubungan manusia dan lingkungan


Upaya Kesehatan Lingkungan

Sumber Komponen
Masyarakat
Perubahan Lingkungan Efek
Sasaran
Primer Air
Aktivitas Udara Sehat
Umur
manusia Tanah atau
Kelamin
atau Makanan Sakit
Lokasi
alamiah Vektor

Sumber Perubahan
Sekunder

Model hubungan interaksi komponen lingkungan


dengan manusia
Lingkungan

Kesehatan
Genetik Perilaku
Masyarakat

Pelayanan
Kesehatan

Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat


menurut H.L. Blum
Air

Mati
Tangan

Air Limbah
dan Makanan Manusia
Tinja
Serangga
Tikus

Sakit

Tanah

Rantai penularan penyakit yang bersumber dari


air limbah tinja kepada manusia
Pengendalian efektif

 Air limbah dan tinja


merupakan sumber infeksi
virus, bakteri, protozoa,
maupun cacing; serta bahan
kimia beracun dan berbahaya
lainnya;

 Pengendalian penularan
penyakit yg paling efektif
adalah dengan memutuskan
mata rantai penularan
langsung pada sumbernya;
Transmisi Penyakit dari Anal ke Oral

Manusia adalah reservoir atau carrier dari


sebagian besar penyakit yang ditularkan
melalui tinja;

Penyakit tsb. merupakan salah satu


penyebab kematian (5000 orang/thn di
Indonesia) dan cacat

Dapat dikendalikan dgn pembuangan


tinja yang saniter dan menjaga higiene
perorangan scr baik
Bakteria Bahan Kimia

12 m

0 6 12 25 m

95 – 115 m

Pola Penyebaran Bakteria dan Bahan Kimia


Syarat Pembuangan Tinja
 Tidak mengotori air tanah dan air
permukaan
 Tidak mencemari tanah
 Bebas dari serangga
 Bebas dari bau busuk dan pesing
 Harus dalam ruangan tertutup :
- mempunyai lantai kedap air
- ada tempat berpijak
- harus selalu bersih
- tersedia air dan tissue
Kharakteristik Tinja

 Produksi tinja seseorang tgt pada jenis makanan, fisiologi


usus, suhu dan kelembaban, serta adat-budaya setempat;

 Produksi tinja orang asia + 200-400 g/hari


Produksi orang bule (Amerika dan Eropa) + 100-200 g/hari

 Komposisi tinja
- 80 % adalah air
- 20 % bahan organik dan anorganik
Mikroorganisme
Patogen Dalam Tinja

 Makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja


menyebabkan transmisi penyakit oral-anal, diidentifikasi
dengan indikator bakteri klasik :

- Klebsiella pneumonia
- Klebsiella rhinoscleromatis
(Von Fritch, 1882)
- Bacteri / Bacillus coli
(Escherichia coli, isolasi dari pasien cholera, 1885)
- Streptococcus fecalis untuk air yang asin
Virus Dalam Tinja

 Satu gram tinja mengandung 1 milyard virus infektif;

 Virus yg diekskresikan dlm tinja tak dpt memperbanyak diri,


tapi tahan hidup ber-minggu2 bila keadaan cocok (< 15 0C)

 Lima kelompok virus dalam tinja :


- Adenovirus
- Enterovirus (termasuk Polio)
- Hepatitis A virus
- Reovirus
- Rotavirus (penyebab diare)
Bakteri dalam Tinja

 Bakteri yang selalu ada :  Bakteri yang tidak selalu ada :


- Bacteriodes fragilus - Entero bacteria
- Fecal coliform - Lactococcilli
- Escherichia coli - Closteridia
- Bacterioides
- Fecal streptococci
- Bifido bacteria
- Enterococci
- Eubacteria
Dipakai secara luas untuk indikator makanan dan minuman
yang tercemar oleh tinja adalah :
- E coli dan Fecal coliform (entero bacteria)
- Fecal streptococcus (air asin)

Bakteri patogen yang normal tak ada dalam tinja :


- E coli patogen
- Salmonella typhii
- Shigella species
- Vibrio cholerae
- dll

Jumlah bakteria patogen dari penderita / carrier / reservoir


dapat mencapai 1 juta / gram tinja kering !!!!
Protozoa dalam Tinja

Bentuk infektif adalah kista yang tertelan


Hanya ada 3 spesies protozoa usus manusia yg patogen

Balantidium coli Diare Manusia


Disentri Babi
Tukak colon Tikus

Entamoeba histolitica Tukak colon Manusia


Disentri amoeba
Abses hati

Giardia lamblia Diare Manusia


Malabsorbsi Binatang
 Morfologi Entamoeba histolytica (Amoeba Usus)
A : Tropozoid; c = badan kromatoid
B : Prakista; ect = ectoplasma
C : Kista muda berinti satu; end = endoplasma
D : Kista berinti dua; g = vakuol glikogen
E : Kista berinti empat k = kariosom
n = inti
rbc = sel darah merah
A = Trofozoid
B = Kista

c = cilia
cy = cytopyge
c.v. = vakuol kontraktil

f = fakuol makanan

g = farynx
m = mulut
ma.n = makronukleus
mi.n = mikronukleus

 Morfologi Balantidium coli


Termasuk fam. Ciliata (Ciliophora)
A = Trofozoid

B = Kista

 Morfologi Giardia lamblia (Fam, Flagelata : Mastigophora)


a = aksostil b = blefaroplast cw = dinding kista
d = batil hisap I.f. = flagel lateral n = inti
p.b.= benda parabasal p.f. = flagrl posterior p.fib = serabut
parabasal
r = rhizoplast s = perisai v.f. = flagel ventral
Cacing dalam Tinja

 Transmisi penyakit cacing


adalah dalam bentuk telor
atau larva cacing dari tinja
masuk ke oral

 Hanya Schiztosoma
hematobium (cacing darah)
saja yang diekskresikan keluar
tubuh melalui urine

 Semua cacing tidak berbiak


dalam tubuh manusia, kecuali
cacing Strongyloides
stercoralis
Penyakit Kecacingan
dan transmisinya

Ankylostoma Ankylostomiasis Manusia – tanah – Daerah tropis


duodenale manusia

Ascaris Ascariasis Manusia – tanah – Seluruh dunia


lumbrocoides manusia

Schiztosoma Schiztosomiasis Manusia dan binatang Asia Tenggara


japonicum – siput – air –
manusia
Taenia Taeniasis Manusia – sapi – Seluruh dunia
saginata manusia

Taenia Taeniasis Manusia – babi – Seluruh dunia


solium manuisa

Trichuris Trichuriasis Manusia – tanah – Seluruh dunia


trichiura manusia
Anal to Soil to Oral
Transmitted Diseases

Ascariasis, Trichuriasis, Hookworm infection/cutaneus larva migrans


 Antihelminthic treatment exist
 Prevention involves food and sewage sanitation

Ascariasis
Infestasi Cacing Cambuk: Trichuriasis
Hookworm infection – cutaneus larva migrans
Lymphatic Filariasis in Kumpeh, Jambi
Myiasis
Lalat betina bertelur + 2.000 butir menetas dalam waktu 6-12 jam
Larva menjadi pupa/kepompong/belatung dalam waktu 7 hari
Selanjutnya jadi lalat muda (imago) dalam waktu 3-4 hari
Setelah 3 hari imago menjadi lalat dewasa  umur 30-60 hari
Dari telur sampai lalat yang bisa bertelur butuh waktu 14 hari (2 mg)
Toxoplasmosis and Congenital Anomalies

Hidrosefalus Anensefalus

Mikfrosefalus Anofthalmia
Dioctophymatosis in man

Gross Haematuria
A worm ± 30 cm expelled from the
urethra and still alive
Isolated left kidney post nephrectomy

Kidney enlarged

Destroyed and fragile


• Kidney enlarged
• There were no more worms inside the kidney
• Most of parenchymal mass of left kidney was destroyed and much fragile
• Peviocalyces system and upper pole of kidney were completely destroyed
Epidemiologi Lingkungan Molekuler

 Epidemiologi lingkungan molekuler adalah aplikasi teknologi


canggih pada studi epidemiologi (lingkungan) terhadap
material atau sampel biologis (Higginson, 1977);

 Pendekatan dengan metode teknologi canggih laboratorium


dengan kombinasi penggunaan epidemiologi analitik untuk
mengidentifikasi di tingkat biokimia atau molekuler terhadap
agent eksternal spesifik dan/atau faktor pejamu (host) yang
berperan pada penyakit pada manusia;

 Untuk itu telah diperkenalkan istilah petanda biologis atau


biological marker atau biomarkers.

27/08/22 30
Biomonitoring

 Pengukuran dosis pajanan dengan biomonitoring juga


bertujuan mengukur metabolit yang relevan di dalam contoh
biologis.

 Kedua macam pengukuran (monitoring lingkungan dan


monitoring biologis) harus selalu diperhitungkan
kemungkinan interaksi kimia dan fisik, oleh karena mengubah
dampak kesehatan secara kualitatif dan kuantitatif.

 Interaksi dapat merubah sifat pajanan dan selanjutnya


merubah risiko efek kesehatan.

27/08/22 31
Intake, uptake, dan jaringan target sasaran untuk toksikan / xenobiotik eksogen serta
media yang tersedia untuk mempelajari Biomarkers pada manusia atau mahluk Hidup
lainnya terlihat pada skema dibawah ini.

27/08/22 32
Cairan Darah Menduduki Posisi Sentral
 Cairan darah menduduki posisi sentral baik sebagai alat
mendistribusikan toksikan/xenobiotik ke seluruh tubuh, dan
juga sebagai organ target sasaran dari toksikan/xenobiotik.

 Cairan darah termasuk konstituennya sel darah merah dan sel


darah putih tersedia sebagai sebagai sampel penelitian
(sebagai jaringan pengganti atau ‘surrogate’) walau organ
target sebenarnya misalnya ada di sel epitel saluran
pernafasan bagian bawah atau kandung kemih;

 Contoh stem cell sumsum tulang adalah organ target sasaran


dari toksikan/xenobiotik berupa benzen, dimana ‘micronuclei’
dari sel ini merupakan biomarker yang cocok, yg bisa
diidentifikasi malalui ‘surrogate’ yg kurang invasif
pengambilannya;
27/08/22 33
‘Surrogate’
 ‘Surrogate’ adalah istilah untuk jaringan pengganti yang benar-
benar merefleksikan kejadian yang ada pada jaringan target
sasaran.

 Akhir-akhir ini semakin dirasakan kebutuhan program


biomonitoring, skrining, dan surveilans efek kesehatan yang
masih dini dari pajanan terhadap toksikan/xenobiotik di
lingkungan hidup manusia, juga dirasakan relatif ketidak-
mampuan dalam mendeteksi tanda dini efek kesehatan akibat
pajanan bh toksikan/xenobiotik di lingkungan dengan
menggunakan perubahan biokimiawi dan patologis di dalam
sel atau jaringan sebagai indikator biologis yang disebut
sebagai biomarker (petanda biologis).

27/08/22 34
Alur Komponen Biomarker Dalam Suatu Tahapan Urutan Antara Pajanan
Sampai Timbulnya Penyakit (Modifikasi dari Committee on Biological Markers,
National Research Council, 2001).

Pajanan

Biomarker Dosis Pajanan Internal


Pajanan

Dosis Pajanan Efektif


Status Gizi

Efek Biologis Dini


Biomarker Faktor
Kerentanan Genetik
Kerusakan
Struktur/Fungsi
Status
Immunitas
Biomarker Penyakit
Efek

Stadium Lanjut
Penyakit

27/08/22 35
Continuum of Events
 Indikator atau marker biologis (biomarker) tersebut dalam
mewakili tanda di dalam satu kejadian yang berturutan
(continuum of events) antara pajanan penyebab (causal
exposure) dan penyakit yang ditimbulkannya (resultant
disease).

 Urutan antara pajanan terhadap suatu bahan pencemar yang


toksik sampai terjadinya penyakit telah diidentifikasi dan
paling tidak terdiri atas tujuh komponen, urutan ini merupakan
kejadian temporal.

 Urutan tersebut adalah (1) Pajanan terhadap bahan toksik di


lingkungan; (2) Dosis pajanan internal; (3) Dosis pajanan
efektif; (4) Efek biologis dini; (5) Kerusakan struktur atau
fungsi sel/jaringan; (6) Timbulnya penyakit; (7) Stadium lanjut
27/08/22 penyakit. 36
Ambisi Mempelajari Biomarkers

 Setiap perubahan biologis dini derivat dari tanda biokimiawi,


molekuler, genetik, imunologis atau fisiologis dari tiap tahap
merupakan ambisi untuk mempelajarinya.

 Marker kepekaan (susceptibility markers) andalah indikator


peningkatan atau penurunan risiko pada setiap tahap dalam
urutan tersebut.

 Marker kepekaan terbagi menjadi marker pajanan (markers of


exposure) terdiri atas dosis internal, dosis efektif, dan efek
biologis dini; dan marker efek (markers of effects) terdiri atas
kerusakan struktur atau fungsi sel/jaringan, timbulnya
penyakit, dan stadium lanjut penyakit.

27/08/22 37
Referensi

 Hulka BS, Wilcosky TC, and Griffith JD (1990) Biological Markers


in Epidemiology. Oxford: Oxford University Press.

 Keman S (1997) Biomarkers of Chronic Non-Specific Airway


Diseases. Masstricht: Unigraphic Maastricht University.

 Keman S (2013) Penelitian Epidemiologi Lingkungan dalam


Perspektif Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Airlangga
University Press.

 Schins RPF (1996) Biomarkers in Ex Coal Miners Exposed to


Chronic Mineral Dusts. Maastricht: Datawyse Press.

27/08/22 38
Sekian,
Terima Kasih

27/08/22 39

Anda mungkin juga menyukai