Anda di halaman 1dari 29

Mekanisme

Penyebaran
Penyakit Melalui
Kotoran Manusia

PLC-A
KELOMPOK
6
KELAS 2D4A
Ahmad Fauzan Dainiza
Amatullah Muthi’ah As-
Syahidah
Fikih Prihantoro
Meilyana Triwulan
Raufita Heriyah
Ria Shania
Salma Irbah Qonitah
Pengaruh Tinja Terhadap
Kesehatan dan
Lingkungan
Pembuangan tinja manusia merupakan bagian
yang penting bagi kesehatan lingkungan.
Pembuangan tinja yang terinfeksi yang
dilaksanakan secara tidak layak atau tidak di
memenuhi persyaratan dapat menyebabkan:

▫ Terjadinya pencemaran tanah dan sumber-sumber
penyediaan air
▫ Memberi kesempatan bagi lalat untuk bertelur, bersaran
dan membawa kuman
▫ Menarik hewan ternak, tikus serta serangga lainnya yang
dapat menyebarkan tinja.
▫ Menimbulkan bau.
Hubungan dengan pelestarian
lingkungan
Pelestarian lingkungan adalah upaya yang nyata dilaksanakan manusia yang
meliputi berbagai kegiatan yang ditujukan pada manusia dan faktor-faktor lingkungan
secara terpadu dan komprehensif. Upaya itu bertujuan untuk memotivasi manusia
untuk berbuat akrab terhadap lingkungan dan memelihara kapasitas sumber daya alam
agar dapat berfungsi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan manusia untuk dapat hidup
sehat dan sejahtera. Tinja dan limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya
dapat menimbulkan dampak negative pada manusia dan lingkungannya.

Keseimbangan ekosistem tanah, air, dan udara dapat terganggu karena
pencemaran ekosistem itu oleh berbagai jenis bahan pencemaran bilogis,
kimiawi, maupun fisik yang terdapat pada tinja dan limbah cair. Daya
dukung lingkungan akan menurun sampai tingkat yang sangat kritis,
akibat pencemaran tinja dan limbah cair pada ekosistem. Pembuangan
tinja dan limbah cair yang dilaksankan dengan semstinya, secara aman
dan saniter, akan mencegah pencemaran lingkungan. Hal ini jelas sangat
mendukung upaya pelestarian lingkungan.
Hubungan dengan Kesehatan
Hubungan pembuangan tinja dan limbah cair dengan kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari contoh yang diberikan oleh Fair & Geyer yang menyatakan bahwa telah
terjadi penurunan angka kematian karena penyakit tifus dan paratifus sampai menjadi
sepertiga angka semua, dan bahkan samapi nol, pada saat dilaksanakan program
pembangunan jamban di negara bagian west virginia, Amerika Serikat. Menurut Okun
& Ponghis (1975, hlm.4), pembuangan limbah cair yang seniter akan mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi penyakit amoebiasis, ascaris, kolera, penyakit cacing
tambang, leptospirosis, strongyloidiasis, tetanus, dan tifus.
Proses pemindahan kuman penyakit kuman penyakit dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang
baru (Gambar 1.1) dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah
makanan, susu serta sayuran.

Gambar 1.1

11
JAlur pemindahan kuman penyakit dari tinja ke pejamu yang baru (Wagner & lanoix, 1958, hlm.12)
12
KOMPONEN KANDUNGAN (%)
Air 66-80

Bahan organik (dari berat kering) 88-97

Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0

Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4

Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5

Karbon (dari berat kering) 40-55

Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)


4-5

C/N rasio (dari berat kering)


5-10

DARI SEGI BAKTERIOLOGIS
a. Tinja mengandung bakteri baik yang tidak
membahayakan maupun yang dapat berperan
menularkan penyakit

b. Ciri lain adalah adanya proses pembusukan dari


benda – benda organik yang dikandungnya
Proses anaerobik Proses Aerobik

• Oleh bakteri anaerobik


• Tidak memerlukan ▫ Oleh bakteri aerobik
oksigen bebas ▫ Memerlukan oksigen
• Menimbulkan bau bebas
• Proses kerjanya agak ▫ Tidak menimbulkan bau
lama ▫ Proses kerjanya cepat

Tinja potensial mengandung mikroorganisme
patogen, terutama apabila manusia yang
menghasilkannya menderita penyakit saluran
pencernaan makanan (enteric or intestinal disesases).

Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus,
protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform
bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli danFecal
stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran
pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan
hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar
rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002).
DEKOMPOSISI TINJA
Dekomposisi tinja manusia
merupakan proses biologis dan
berlangsung secara alamiah
melaksanakan 3 aktifitas,
diantaranya;
1. Pemecahan senyawa – senyawa
organik kompleks kedalam bentuk
yang lebih sederhana
2. Pengurangan volume dan masa (80%)
3. Penghancuran organisme patogen
Dekomposisi yang dalam beberapa hal tidak dapat
bertahan hidup dalam proses-proses

tinja dekomposisi atau terhadap serangan


kehidupan biologik yang sangat
banyak terdapat dalam massa yang
mengalami dekomposisi
PERMASALAHAN PEMBUANGAN
KOTORAN MANUSIA (TINJA)
Permasalahan Pembuangan
Kotoran Manusia
1.Mikroba
2.Materi Organik
3.Telur Cacing
4.Nutrien
Penyebar Pembuangan tinja manusia yang
tidak ditangani dengan baik dapat
an menimbulkan pencemaran
terhadap permukaan tanah serta
penyakit air tanah yang berpotensi menjadi
penyebab timbulnya penularan
lewat berbagai macam penyakit saluran
tinja pencernaan (Soeparman, 2002).
Penggolongan
infeksi asal ekskreta
menurut lingkungan
No Kasus Kelompok Dan Corak Infeksi Pusat Penularan Tindakan Pengendalian Utama
Infeksi Epidemiologi
1 I Tidak laten, Dosis infeksi Amoebiasis, balantidiasis, Perorangan dan rumah Penyediaan air rumah dan jamban tangga,
rendah enterobiasis, infeksi virus usus, tangga pendidikan kesehatan.
giardiasis,
himenolepiasis,hepatitis A, infeksi
rotavirus
2 II Tidak laten, dosis infeksi Infeksi campylobacter, kolera, Perorangan dan rumah Penyediaan air rumah dan jamban tangga,
sedang atau tinggi infeksi Escherichia coli, tangga pendidikan kesehatan. Pengolahan ekskreta
kekanjangan sedang mampu salmonellosis, shigellosis, tifus Air perumahan yang diperbaiki.
berkembang biak. yersiniosis Tanaman
3 III Laten dan Kejang, tidak ada Ascariasis Halaman Penyediaan jamban
inang Infeksi cacing tambang, Ladang
strongylodiasis, trichuriasis Tanaman
4 IV Laten dan Kanjang, Sapi Taeniasis Halaman Penyediaan Jamban
atau babi sebagai inang Ladang Pengolahan Ekskreta
Pakan Ternak Pemasaakn, pemeriksaan daging
5 V Laten dan kanjang Cloonorchiasis Air Penyediaan Jamban
Diphyllobothriasis Pengolahan Ekskreta

25
Fasciolliais Pemeriksaan Cadangan Air hewan
Gastrodiscoidiasis Pemeriksaan inang
Heterophyasis. Dsb. Memasak air dan ikan
Mengurangi sentuhan (Kontak) dengan air.
Menurut studi Bappenas,
walaupun sudah terdapat
standar nasional tentang
konstruksi septic tank, namun
dalam implementasinya masih
banyak terdapat catatan, antra
lain :
1. Adanya saluran air yang tersumbat, seharusnya fungsi saluran
tersebut adalah mengalirkan air hujan, tetapi dalam pelaksanaannya
dipakai menampung air kakus dan sampah sehingga jadi sarang
penyakit.
2. Belum terdapat peraturan yang mewajibkan penyedotan tinja secara
rutin, serta belum ada pihak yang merasa berkepentingan memeriksa
isi septic tank.
3. Masih terdapat pandangan masyarakat bahwa bagus dan tidaknya
septic tank.
4. Akses masyarakat terhadap sarana sanitasi (air bersih dan MCK),
sehingga masyarakat terpaksa masih menggunakan sungai.
5. Standard tersebut kurang ditunjang oleh aturan-aturan pendukungnya,
seperti belum adanya aturan yang membatasi jumlah septic tank per
satuan luas kawasan.
6. Fasilitas MCK yang tidak berfungsi secara optimal baik
karena usang, salah konstruksi, tidak terawat, tidak ada
air, maupun masyarakat yang belum siap menerima
keberadaannya sesuai fungsinya.
7. Kenyataan masih sebagian besar Influent industri di
kawasan pemukiman dialirkan ke sungai tanpa proses
pengelolaan terlebih dahulu.
8. Kebiasaan buang air besar sembarangan masih dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat perkotaan.
9. Usaha jasa sedot tinja, seringkali hingga saat ini masih
membuang langsung muatannya ke sungai, alasannya
tidak ada Instalasi Pembuangan Lumpur Tinja (IPLT)/atau
tidak berfungsi.
Terima kasih.

Ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai