Dosen Pembimbing :
Ahmad Maftukhin, M.Kes
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk
membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak
dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan
pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk memberikan pengetahuan
kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit.
Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan
mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya
mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari tinja?
2. Apa saja macam-macam tinja?
3. Bagaimanakah cara pengambilan sampel tinja yang benar ?
4. Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tinja
2. Untuk mengetahui macam-macam tinja
3. Untuk mengetahui cara pengambilan tinja yang benar
4. Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah
ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab
utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat pun
menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver,
pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
2.3 Bau Tinja
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti
indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan
berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk
komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
2.4 Pengambilan Sampel Faces
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a. Sarung tanganSpatel steril
b. Hand scoon bersih
c. Vasseline
d. Lidi kapas steril
e. Pot tinja
f. Bengkok
g. Perlak pengalas
h. Tissue
6
i. Tempat bahan pemeriksaan
j. Sampiran
Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakain bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan
kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
7
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel
feses.
a. Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi
jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih
banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat
santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru
lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada
ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim
8
pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat
dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula
oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena
makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada
anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau
bismuth dan mungkin juga oleh melena.
c. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus
terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare.
Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan
rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d. Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat
lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita
ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e. Pemeriksaan Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti
ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila
lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
3) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
4) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada
anxietas.
5) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
6) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler,
divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon Pemeriksaan
Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat
di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi
hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna
merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.
g. Pemeriksaan Nanah
9
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif
Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam
jumlah yang banyak.
h. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin
didapatkan dalam feses.
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler,
kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada
bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi
feces pada obyek glass.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi
lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus
bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal
10
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium
oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain
eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan
dianggap kista amoeba
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium
hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja
yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada
kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang
merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus,
AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan
terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu
saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan
diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam
feses / tinja
a. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah
samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml /
hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine,
orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
I.Metode benzidine basa
a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
11
e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
12
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah
menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin
menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet
Cara kerja :
a) Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh tercemar urine
b) intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5gram )
c) tutup pot dengan rapat
d) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
13
karsinoid Pertumbuhan bakteri yang
Sindroma malabsorpsi lemak, berlebihan dalam usus halus
protein
Perangsangan oleh asam
empedu
Perubahan struktur atau fungsi Reseksi usus Dapat diduga dari riwayat
Fistel enterokolon penyakit. Komplikasi dari
Sindroma usus besar yang penyakit divertikulum atau
sensitive penyakit inflamasi usus besar
Patofisiologi masih belum jelas
Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus besar Perdarahan; rasa nyeri, berat
(sindroma crohn, colitis badan mungkin menurun
ulseratif) Biakan tinja berguna pada
Kuman yang invasif (beberapa permulaan penyakit
jenis shigella, salmonella, Sering didapat setelah
ameba kampilobakter) Kolitis penggunaan antibiotic yang
pseudo membranosa mempunyai rentang spectrum
Lebar
14
Penyimpanan
Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
Alat :
15
k. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu
saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot,
perawat melakukan teknik aseptik dengan cermat.
l. Berikan privasi klien
m. Bantu klien yang memerlukan bantuan
n. Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di
bawah dudukan toilet di kamar mandi
o. Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada klien p. Pasang sarung tangan
untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk
memeriksa adanya iritasi bila klien sering
defekasi dan fesesnya cair.
q. Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
r. Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati
agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan
spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair.
Untuk beberapa spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan, mukius atau darah yang terlihat
harus disertakan pada sampel.
s. Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung periksa steril dengan
menggunakan teknik steril.
t. Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan
ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak dengan benda lain
u. Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v. Pastikan klien dalam keadaan nyaman
w. Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
x. Lepaskan sarung tangan
y. Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan
yang meningkatkan dispenia)
z. Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa. Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label yang melekat di wadah
specimen
bb. Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak
memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena
perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam
tempat pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Tinja dimana saja berada atau
ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan
yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair
seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.
Penyimpanan
a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1 jam/lebih gunakan media traspot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya menmpelajari tentang pemeriksaan
feses yang benar sehingga jika praktiktikum maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19