Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK

Dosen Pembimbing :
Ahmad Maftukhin, M.Kes
Disusun oleh :

1. Firmansyah Novianto S (22142010029)


2. Vivin Liana Sari (22142010035)
3. Esti Tri Nike Handayani (22142010042 )
4. Alvi Alfaidah (22142010053)
5. Ni’ matus Sholihah (22142010072)

PENDIDIKAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


STIKES RAJEKWESI BOJONEGORO
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 28 Maret 2023

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................................................................. I


Kata Pengantar .................................................................................................................................................................. II
Daftar Isi ............................................................................................................................................................................ III
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................................................................4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................................................4
Bab II Pembahasan ........................................................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Tinja ............................................................................................................................................................ 5
2.2 Macam-macam Warna Tinja ......................................................................................................................................... 6
2.3 Bau Tinja ....................................................................................................................................................................... 6
2.4 Jenis Pemeriksaan Tinja ................................................................................................................................................ 8

Bab III Penutup ................................................................................................................................................................. 17


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................................................... 17
3.2 Saran .............................................................................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk
membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak
dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan
pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk memberikan pengetahuan
kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit.
Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan
mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya
mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
1. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari tinja?
2. Apa saja macam-macam tinja?
3. Bagaimanakah cara pengambilan sampel tinja yang benar ?
4. Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tinja
2. Untuk mengetahui macam-macam tinja
3. Untuk mengetahui cara pengambilan tinja yang benar
4. Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tinja


Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena
diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja
juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia
lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja
manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi
buangairbesar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan
sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya
frekuensi buangairbesar disebut dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan,
epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan
patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
2.2 Macam – Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga
merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh
pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui
feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses
berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah warna ini. Warna
keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut
Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat
kekuning - kuningan.
Warna Hitam Feses
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung
ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan
berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena
mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna
makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses
pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi
dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.

5
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah. Darah
ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab
utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat pun
menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang mengalami penyakit Liver,
pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
2.3 Bau Tinja
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti
indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan
berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk
komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
2.4 Pengambilan Sampel Faces
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja

Syarat pengumpulan feces


a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan
ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi

Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a. Sarung tanganSpatel steril
b. Hand scoon bersih
c. Vasseline
d. Lidi kapas steril
e. Pot tinja
f. Bengkok
g. Perlak pengalas
h. Tissue

6
i. Tempat bahan pemeriksaan
j. Sampiran

Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakain bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan
kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi :


a. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium

7
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

G. Jenis Pemeriksaan Feses


Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-
besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh
Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan
mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir).
Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri
shigella.
syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
c. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah
atai lendir
e. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat
ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah
harus bermulut lebar
i. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak
dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
j. (negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel
feses.
a. Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi
jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih
banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat
santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru
lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada
ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim

8
pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat
dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula
oleh makanan seperti bit atau tomat.

5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena
makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada
anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau
bismuth dan mungkin juga oleh melena.
c. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus
terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare.
Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan
rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d. Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat
lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita
ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e. Pemeriksaan Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti
ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila
lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
3) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
4) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada
anxietas.
5) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
6) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler,
divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon Pemeriksaan
Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat
di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi
hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna
merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.
g. Pemeriksaan Nanah

9
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif
Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam
jumlah yang banyak.
h. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin
didapatkan dalam feses.

i. Pemeriksaan adanya sisa makana


Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang
mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal
yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal
dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang
tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau
Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur
cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya
telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal,
makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur
cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
b. Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler,
kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada
bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi
feces pada obyek glass.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi
lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus
bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal

10
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium
oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain
eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h. Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan
dianggap kista amoeba
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium
hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja
yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada
kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang
merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus,
AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan
terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu
saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan
diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam
feses / tinja
a. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah
samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml /
hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine,
orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
I.Metode benzidine basa
a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

11
e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :

Hasil dinilai dengan cara :


üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau hijauüPositif
( +)
(2+) biru bercampur hijauüPositif
(3+) biruüPositif
üPositif (4+) biru tua

II. Metode Benzidine Dihidrochlorida


Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud
supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan
diatas.
III. Cara Guajac Prosedur
Kerja :
a. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
b. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
c. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap
sebagai lapisan terpisah.
d. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai
dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract
daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu,
sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada
kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per
24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium.
Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin

12
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah
menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin
menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet

2. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan


Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : -lidi kapas steril
-pot tinja

Cara kerja :
a) Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh tercemar urine
b) intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5gram )
c) tutup pot dengan rapat
d) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen

Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja

Kategori Kondisi khusus Hal lain


Osmotic Defisiensi disakaridase Gejalan setelah makan
(intoleransi terhadap laktosa) makanan yang berasal dari
Disakarida dalam buncis atau Susu
kacang-kacangan lain yang Perut kembung, lazim dengan
tidak dapat dicerna Pencahar “gas”. Kadang-kadang
berupa larutan garam diselingi konstipasi pencahar
yang tidak benar
Riwayat sakit dan gejala ulkus
Peptikum
Dampak osmotic dari antacid

Sekretorik Setelah makan bahan pemanis Riwayat jenis makanan


buatan yang tidak dapat menentukan diagnose
dicernakan toksin berasal dari Epidemiologi lebih penting
kuman (kolera, E.coli, daripada biakan tinja
keracunan makanan yang Gejala sistemik lain lazim
mengandung stafilokok didapat.
Hormone yang enteroaktif Bau busuk merupakan gejala
(gastrin pada sindrom) yang umum dari malnutrisi
Zollinger-Ellison; serotonin ? oleh kalori atau protein
zat lain pada sindroma Setelah reseksi dari usus halus

13
karsinoid Pertumbuhan bakteri yang
Sindroma malabsorpsi lemak, berlebihan dalam usus halus
protein
Perangsangan oleh asam
empedu
Perubahan struktur atau fungsi Reseksi usus Dapat diduga dari riwayat
Fistel enterokolon penyakit. Komplikasi dari
Sindroma usus besar yang penyakit divertikulum atau
sensitive penyakit inflamasi usus besar
Patofisiologi masih belum jelas
Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus besar Perdarahan; rasa nyeri, berat
(sindroma crohn, colitis badan mungkin menurun
ulseratif) Biakan tinja berguna pada
Kuman yang invasif (beberapa permulaan penyakit
jenis shigella, salmonella, Sering didapat setelah
ameba kampilobakter) Kolitis penggunaan antibiotic yang
pseudo membranosa mempunyai rentang spectrum
Lebar

I. Analisis Spesimen feses


Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi proses tentang kondisi kesehatan.
Beberapa tujuan pemeriksaan feses meliputi :
a. Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat adanya ulkus,penyakit
inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase, dapat dilakukan dengan cepat oleh
perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya
darah dalam feses. Makanan tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif
palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran atau buah-buahan mentah atau obat-obatan
tertentu yang mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan, seperti aspirin atau abat anti inflamasi
nonsteroid (Nonsteroidal antI-inflamatory drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan. Hasil
negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik dari diet dan
suplemen 3 hari sebelum pengukuran –sekalipun njika ada perdarahan.
b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang berlebihan pada feses
(steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus halus. Penurunan jumlah empedu dapat
mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini,
perawat perlu mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang sedikit.
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk
pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga spesimen feses yang
di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d. Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit feses karena spesimen
tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik aseptik digunakan saat mengumpulkan
spesimen. Feses perlu dikirim segera ke laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan
laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik.
e. Hal – hal yang perlu diperhatikan

14
Penyimpanan

a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang


b) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C

Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth

f. Mengumpulkan spesimen feses

Alat :

Pispot yang bersih


Sarung tangan
Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk kultur feses
Dua spatel
Tissue
Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap Penyegar
udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
Alat:

Pispot yang bersih


Sarung tangan
Dua spatel
Tissue

Persiapan sebelum pemeriksaan :


a. Kumpulkan peralatan yang di perlukan
b. Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai waktu
c. Pelaksanaan
d. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut harus dilakukan dan apakah klien dapat
bekerjasama.
e. Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
f. Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu mengumpulkannya
g. Defekasi pada pispot yang bersih
h. Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi. Jika memungkinkan klien berkrmih dulu
sebelum mengumpulkan spesimen
i. Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan kertas dapat mempengaruhian alisis laboratorium
j. Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama setelah mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke
laboratorium

15
k. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu
saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot,
perawat melakukan teknik aseptik dengan cermat.
l. Berikan privasi klien
m. Bantu klien yang memerlukan bantuan
n. Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di
bawah dudukan toilet di kamar mandi
o. Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi rasa bau dan malu pada klien p. Pasang sarung tangan
untuk menghindari kontaminasi pada tangan dan bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus untuk
memeriksa adanya iritasi bila klien sering
defekasi dan fesesnya cair.
q. Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
r. Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati
agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan
spesimen feses. Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair.
Untuk beberapa spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan, mukius atau darah yang terlihat
harus disertakan pada sampel.
s. Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan swab kedalam tabung periksa steril dengan
menggunakan teknik steril.
t. Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan
ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak dengan benda lain
u. Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v. Pastikan klien dalam keadaan nyaman
w. Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
x. Lepaskan sarung tangan
y. Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan
yang meningkatkan dispenia)
z. Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa. Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label yang melekat di wadah
specimen
bb. Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak
memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena
perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam
tempat pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Tinja dimana saja berada atau
ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan
yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair
seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.

Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu :


a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda
simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
Pemeriksaan feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur feses. Pemeriksaan feses
lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.

Penyimpanan
a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1 jam/lebih gunakan media traspot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C

Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya menmpelajari tentang pemeriksaan
feses yang benar sehingga jika praktiktikum maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar

17
DAFTAR PUSTAKA

18
19

Anda mungkin juga menyukai