Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Basic Science Related for Nursing merupakan unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam bidang keperawatan. Ini disebabkan karena unsur ini merupakan dasar bagaimana perawat, tenaga kesehatan lain dan masyarakat memandang keperawatan itu sendiri. Perawat juga harus memahami unsur ini karena merupakan dasar bagaimana seorang perawat dapat melakukan tindakan keperawatan. Dengan adanya laporan pembelajaran ini atau makalah ini dengan tidak secara langsung mahasiswa/i keperawatan sebagai calon perawat dapat mengetahui atau memahami unsurunsur ini sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menjadi seorang perawat yang professional.

1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini ditujukan yakni sebagai berikut : Umumnya yaitu: Memacu para mahasiswa berpikir secara kritis. Serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para mahasiswa. Khususnya yaitu: Setiap mahasiswa mampu memahami bagaimana pengertian, fungsi dan tujuan pendokumentasian keperawatan, serta dapat mengaplikasikannya dalam membuat pendokumentasian secara tepat dan benar. 1.3 Metode Penulisan Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami, agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami tentang salah satu mata kuliah yang kami sajikan. 1

Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan adalah sebagai berikut: 1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan materi 2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan 3. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi ini 4. Mencari ke internet , dll. 1.4 Sistematika Penulisan Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan secara rinci. Kemudian pada bab II yakni tinjauan teoritis, bab ini berisikan isi secara keseluruhan dari materi yang kami sajikan yaitu Diare Ditinjau dari Mikrobiologi, Parasitologi, Patologi, Patofisiologi dan Farmakologi teori keperawatan dan lain sebagainya. Pada bab III yakni kesimpulan, bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan isi yang telah disajikan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan jumlah feces dan keluarnya feces cair, tidak berbentuk ( Potter & Perry, 2005). Kondisi ini disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya perubahan diet, toleransi makanan, seperti laktosa, gangguan inflamasi pada usus, karena mengkonsumsi obat, seperti anti biotic, kandungan magnesium dalam antacid, infeksi bakteri (keracunan obat) atau infeksi virus (rotavirus pada anak-anak). Diare khususnya pada anak-anak dan orang tua lebih cepat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi dapat bersifat fatal dan memerlukan penanganan medis secepatnya. 2.2 Diare Ditinjau dari Mikrobiologi Ada beberapa mikroorganisme patogen yang biasa menyebabkan kasus diare ; 2.2.1 Pertama, Vibrio cholerae, bakteri berbentuk batang bengkok yang dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini bertanggung jawab terhadap adanya wabah diare atau muntaber dengan angka kematian yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan bakteri ini dalam menghasilkan enterotoksin yang disebut dengan kholeragen. Metabolit yang sebagian besar berupa protein ini dapat mengakibatkan dikeluarkannya cairan sel beserta larutan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga menyebabkan gejala muntaber. Selain itu, kemampuan bergerak dan mucinase dapat menambah daya infeksi dari bakteri ini. Pergerakan atau motilitas berperan dalam perlekatan dan patogenitas Vibrio cholerae, sedangkan mucinase berguna dalam melakukan penetrasi kedalam lapisan mukosa dari usus halus. Gejala penyakit bisa timbul secara mendadak berupa nausea, bentuk diare yang disertai muntah dan kejang perut. Pada kasus yang berat, kejadian berak yang sangat sering menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit sehingga terjadi dehidrasi. Jika tidak segera ditangani, penderita akan masuk ke dalam keadaan syok dan meninggal dunia beberapa jam atau beberapa hari setelah terjadinya infeksi. Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat dalam 3

muntahan maupun feses penderita. Walaupun telah sembuh dari penyakit, dalam kurun waktu 7-14 hari, bakteri penyebab masih terdapat dalam feses penderita dan berpotensi untuk menularkannya kepada orang lain. Selain itu, penularan juga bisa oleh perantara binatang seperti lalat. Dari spesies Vibrio ini terdapat bakteri lain yang menjadi penyebab penyakit serupa, yakni Vibrio parahaemolyticus. Bakteri ini tahan terhadap kadar garam tinggi sehingga tumbuh di laut. Diare ringan sampai berat yang terjadi biasanya didahului dengan mengonsumsi makanan laut tanpa dimasak atau kurang sempurna memasaknya. Diare cair terjadi seperti pada kolera dengan tinja yang disertai darah dan lendir. Selain itu, juga disertai sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut dan kadang-kadang panas. 2.2.2 Kedua, Shigella sp. Merupakan bakteri penyebab utama disentri basiler, suatu penyakit dengan gejala disentri yaitu nyeri perut hebat, berak yang sering, dan sakit dengan volume tinja sedikit disertai lendir dan darah. Terdapat empat spesies yang bertanggung jawab dalam terjadinya penyakit ini, yaitu S. dysenteriae, S. boydii, S. flexneri, dan S. sonnei. Namun, yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah S. dysentriae. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak bergerak, dan mampu membentuk spora ini menginfeksi manusia dengan kemampuan mempertahankan hidup dalam perjalanannya melawan pertahanan alami tubuh penderita serta daya invasinya yang cukup baik. Shigella yang virulen mampu mengadakan penetrasi ke dalam mukosa usus dan sel epitel. Selain itu, bakteri ini juga menghasilkan toksin yang disebut shigatoxin. Shigella membawa gen toksin ke dalam kromosomnya dan organisme yang memproduksi toksin paling tinggi menimbulkan penyakit yang lebih berat. Toksin ini memiliki efek ganda, yaitu neurotoksik, sitotoksik, dan enterotoksik. Semuanya berperan dalam terjadinya diare cair. Pada penyakit yang lebih berat, terjadi gejala seperti muntaber, diare mencapai 20-40 kali sehari disertai muntah, kolaps, dehidrasi bahkan menyebabkan kematian terutama terjadi pada anak-anak. Selain itu, disentri basiler ini tidak menimbulkan kekebalan sehingga penderita bisa mengalami infeksi ulang. Walaupun penderita sudah sembuh, selama 3-5 minggu bakteri dapat ditemukan dalam feses penderita, sehingga berpotensi untuk menularkan pada orang lain. Terlebih lagi, penularan bakteri ini sangat mudah yaitu melalui makanan atau

minuman yang terkontaminasi. Bakteri dapat terbawa melalui jari tangan, lalat, maupun air yang kontak dengan kotoran penderita. 2.2.3 Ketiga, Escherichia coli, bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif anaerob, dan tak mampu membentuk spora. Seperti kita ketahui bakteri E. coli merupakan organisme yang normal terdapat dalam usus manusia sehingga keberadaannya bukan merupakan masalah. Namun, beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat menimbulkan penyakit seperti diare atau muntaber. Hal ini berkaitan dengan kemampuan strain ini dalam membentuk enterotoksin yang berperan dalam pengeluaran cairan dan elektrolit. Terlebih, E. coli yang infeksi oleh bakteriofage dapat memproduksi sejenis verotoksin yang mirip dengan shigatoksin yang dihasilkan oleh bakteri Shigella sp. Faktor lainnya adalah kemampuan beberapa strain bakteri dalam menginvasi sel mukosa usus. Gejala yang terjadi bebeda-beda beda, namun secara umum gejala yang timbul mirip dengan penyakit yang ditimbulkan oleh shigella sp. Bakteri ini juga sering menyebabkan wabah diare pada anak di rumah sakit. 2.2.4 Keempat, amoeba. Beberapa dari jenis organisme bersel satu ini kemungkinan dapat berperan dalam terjadinya wabah diare atau bahkan muntaber. Organisme yang biasa berperan dalam hal ini adalah Entamoeba histolytica dan Balantidium coli. Entamoeba histolytica atau yang dikenal juga dengan Entamoeba dysentriae merupakan jenis protozoa yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, kucing, anjing, maupun babi. Manusia dapat terinfeksi karena memakan kista yang terdapat dari makanan atau minuman. Kista bahkan dapat terbawa oleh lalat maupun kecoa dan mengontaminasi makanan maupun minuman. Apabila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat terkontaminasi feses manusia, terutama waktu hujan di mana selokan mampet dan sampah serta kotoran lainnya meluap kemana-mana, saat itulah biasanya wabah dapat terjadi. Gejala klasik yang terjadi adalah sering buang air besar, tinja sedikit yang dengan darah dan lendir dan disertai demam dan sakit perut. Dalam keadaan akut bisa disertai sakit kepala, nausea, kram perut, dan kadang muntah. Protozoa lainnya adalah Balantidium coli, manusia terinfeksi karena memakan kista yang berasal dari feses penderita atau binatang yang terinfeksi. Gejalanya terkadang tidak jelas, namun secara umum gejalanya menyerupai disentri yaitu berupa diare, muntah, tenesmus, hilang napsu makan, nausea, lesu, dan berat badan menurun. 5

2.2.5 Kelima, virus, mikroorganisme penyebab infeksi terkecil ini, di antaranya dapat menyerang saluran pencernaan, terutama bayi. Contohnya seperti Rotavirus, virus Norwalk, dan Calicivirus. Rotavirus adalah adalah virus penyebab utama penyakit diare pada bayi maupun hewan muda. Namun demikian, infeksi pada orang dewasa pun sering kali dijumpai. Virus yang termasuk ke dalam famili Reoviridae ini, dapat menginfeksi sel-sel dalam vili usus halus. Diare yang disebabkan oleh virus ini kemungkinan karena adanya gangguan penyerapan natrium dan absorpsi glukosa karena adanya sel usus yang terinfeksi. Gejala khas yang dapat ditemukan adalah diare, demam, nyeri perut, muntah-muntah sehingga terjadi dehidrasi. Pada bayi dan anak-anak kekurangan cairan dan elektrolit dapat mematikan apabila tidak ditangani secepat mungkin. Selain rotavirus, virus lain penyebab wabah muntaber juga bisa diakibatkan oleh aktivitas Virus Norwalk dan Calicivirus maupun Astrovirus. Secara umum gejala yang terjadi adalah diare yang disertai muntah-muntah sehingga menyebabkan dehidrasi yang cukup berbahaya. 2.3 Diare dalam Parasitologi Parasit memasuki saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar, jenisnya adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium. 2.3.1 Entamoeba histolytica termasuk dalam kelas Rhizopoda dalam Protozoa. Ada 2 bentuk dalam perkembangan hidupnya yaitu, bentuk tropozoit dan bentuk kista. Bentuk tropozoit Entamoeba histolytica dibagi menjadi 2 yaitu, bentuk histolitika dan bentuk minuta. a. Bentuk histolitika 1) Ukuran 20-40 m 2) Ektoplasma bening homogen pada tepi sel dan terlihat nyata 3) Endoplasma berbutir halus, tidak mengandung bakteri/sisa makanan, mengandung sel eritrosit dan inti entamoeba 4) Berkembangbiak dengan pembelahan biner 5) Patogen pada usus besar, hati, paru-paru, otak, kulit dan vagina b. Bentuk minuta 1) Ukuran 10-20 m 6

2) Ektoplasma tampak berbentuk pseupodium dan tidak terlihat nyata 3) Endoplasma berbutir kasar, mengandung bakteri/sisa makanan, mengandung inti entamoeba tetapi tidak mengandung eritrosit c. Bentuk kista 1) Ukuran 10-20 m 2) Bentuk kista dibentuk sebagai bentuk dorman pertahanan terhadap lingkungan 3) Dinding kista dibentuk oleh hialin. 4) Pada kista muda terdapat kromatid dan vakuola 5) Kista immatur: kromosom sausage-like 6) Kista matang: 4 nukleus Bentuk tropozoitbentuk aktif/vegetatif/proliferatifbersifat patogen Bentuk kistabentuk infektif/dormanbentuk infektif, bukan patogen. 2.3.2 Giardia lamblia Parasit ini ditemukan di semua negara di dunia. Penularan dimulai dari menelan parasit dalam bentuk kista. Dinding kista yang tebal akan pecah terkena asam lambung, dan keluarlah bentuk tropozoit Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan bergerombol dengan parasit lain di daerah usus halus, yang kemudian mulai menimbulkan gejala gangguan saluran cerna. Bentuk tropozoit ini mirip buah pear yang dibelah dan mempunyai sepasang cambuk (flagella) untuk membantu bergerak dan berenang bebas di dalam lumen usus. Bentuk tropozoit ini kontak dengan cairan empedu, mengubah campuran makanan dan enzim pencernaan, Kemudian mulai menembus lapisan selaput lendir usus, sambil terus membelah memperbanyak diri sampai bertahun tahun. Bentuk tropozoit ada yang mati karena enzim pencernaan dan ada yang berubah menjadi bentuk kista berdinding tebal dan keras. Yang ikut aliran cairan usus, akan ikut keluar bersama kotoran, mencemari air sungai, air danau, air selokan, atau mata air di pegunungan. Parasit G. lamblia mencemari air permukaan, bersama-sama 1. Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning (hepatitis) 2. Kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus, 3. Kuman Campilobacter menyebabkan diare pada manusia yang tertular melalui konsumsi daging babi, atau susu mentah. 7

Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan parasit, virus dan kuman penyebab penyakit tersebut 1. Port dentre: fecal-oral 2. Morfologi Ada 2 stadium dalam daur hidupnya: a. Bentuk tropozoit 1) Pear shape, 9-20 m x 5-15 m 2) nukleus, 8 flagela 3) Aksonema, badan tengah b.Bentuk kista 1) Ukuran 8-12 m, 4 nukleus 2) Dinding tipis dan kuat Sewaktu kista dibentuk, tropozoit menarik kembali flagel-flagel ke dalam aksonema sehingga tampak sebagai 4 pasang benda sabitsisa dari flagel. 2.3.3 Cryptosporidium Cryptosporidiosis (kriptosporidiosis), juga dikenal sebagai crypto, adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Cryptosporidium, yang merupakan protozoa parasit dalam divisi Apicomplexa. Ia akan mempengaruhi usus mamalia dan biasanya berupa infeksi akut jangka pendek. Hal ini menyebar melalui rute fecal-oral (kotoran-mulut), sering juga dari air yang terkontaminasi. Infeksi cryptosporidiosis biasanya bersifat infeksi akut jangka pendek, namun dapat menjadi parah dan sulit disembuhkan pada anak-anak dan individu dengan immunocompromised (seperti pasien AIDS). Infeksi penyakit ini dari material yang terkontaminasi seperti tanah, air, makanan yang tidak dimasak atau telah kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Kontak kemudian ditransfer ke mulut dan ditelan. Hal ini terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan air tawar saat berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi. Gejala muncul dari dua sampai sepuluh hari setelah terinfeksi, dengan rata-rata 7 hari, dan batasnya sampai 8

dua minggu, atau dalam beberapa kasus langka sampai satu bulan. Penyakit dapat tidak bergejala atau dapat menyebabkan diare akut atau terus-menerus yang dapat berlangsung selama beberapa minggu. Diare biasanya berair dengan lendir. Sangat langka untuk menemukan darah atau sel darah putih dalam penyakit ini. Selain diare berair tadi, sering ada rasa sakit atau kram perut dan demam ringan. Gejala lainnya termasuk mual, muntah, malabsorption (rendahnya penyerapan nutrisi oleh usus) dan dehidrasi. Anorexia dapat terjadi, seperti kehilangan berat badan. Orang-orang yang mengalami asymptomatic (tidak memiliki gejala), penyakit ini tetap infective (bisa menularkan).

2.4 Diare Ditinjau dalam Patologi 2.4.1 Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapafaktor, yaitu: 1. Faktor infeksi a.Infeksi bakteri b.Infeksi virus 2.Faktor Malabsorbsi a. Malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa. b. Malabsorbsi protein. c. Malabsorbsi lemak. 3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare. Terutama pada anak paling besar. 9

2.4.2 Patogenesis. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah 1. gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbulnya diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin). Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapatnya peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan Motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila periastaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

2.5 Diare Ditinjau dalam Patofisiologi Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut : 2.5.1 Diare Osmotik Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :

10

1) Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus. 2) Waktu pengosongan lambung yang cepat Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal. 3) Defisiensi enzim Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu. 4) Laksan osmotik Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut: - Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara 11

aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %. - Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri. - Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena. 2.5.2 Diare sekretorik Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif. Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan. 2.5.3 Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air. 2.5.4 Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik) Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.

12

2.5.5 Diare eksudatif Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

2.6 Diare Ditinjau dalam Farmakologi Diare akut adalah diare yang biasanya dimulai tiba-tiba dan berlanjut selama 5-7 hari, dapat sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau kurang dari 2 minggu. Kebanyakan kasus jinak dan sembuh sendiri, dan biasanya disebabkan oleh sumber penularan tertentu.Berbagai jenis obat, iskemia usus dan penyakit peradangan usus (colitis ulseratif atau penyakit crohn) juga dapat menimbulkan diare akut. Diare Kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang sama denganpenyebab diare akut . Tapi kebanyakan viral dan bakteri infeksius tidak bertahan selama itu. Karena penyebab diare kronis tergolong jinak, maka dibutuhkan evaluasi yang lengkap. Obat antidiare 2.6.1. AMEROL Indikasi Dosis : Diare akut dan kronik : Dewasa awal 2 tab kmd 1 tab setiap habis defekasi.Maksimal 8 tab / hari.

Anak > 8 tahun awal 1 tab kmd sesuai kebutuhan. Maksimal 4-6 tab / hari. Anak < 8 tahun 0.08 mg /kg BB/ hari. Kontra Indikasi Efek samping 2.6.2. ANDIKAP Indikasi Dosis : Pengobatan diare , non spesifik : Dewasa dan anak > 12 tahun 2 kapsul setiap habis defekasi, maksimal 12 kapsul / hari. Anak 6-12 tahun 1 kapsul setiap habis defekasi, maksimal 6 kapsul / hari. 13 : Bayi : Nyeri perut, megakolon toksik, mulut kering, pusing, lelah, ruam kulit.

Kontra Indikasi Efek samping Indikasi Dosis Efek samping 2.6.4. BIODIAR Indikasi Dosis

: Konstipasi, obstruksi usus : Konstipasi, obstruksi usus : Diare, kembung : Dewasa 3-4 tab, anak 1-2 tab.Diberikan 3x /hari : Muntah, konstipasi, feses hitam : Terapi simptomatik untuk diare non spesifik : Dewasa 2 tab setelah buang air besar pertama kali, 2 tab tiap kali setelah buang air besar berikutnya. Maksimal 12 tab/hari.

2.6.3. BEKARBON

Anak 6-12 tahun dosis dewasa.Maksimal 6 tab / hari. Kontra Indikasi 2.6.5. COLIDIUM Indikasi Dosis : Lihat dosis : Diare akut Dewasa awal 2 tab.Diikuti 1 tab setiap BAB. : Hipersensitif terhadap atapulgit.Demam tinggi.Stenosissal cerna.

Diare kronik awal sama seperti diare akut.Diberikan sampai didapatkan 1-2 fesesnya padat/ hari. Maksimal 8 tab / hari. Kontra Indikasi Efek samping 2.6.6. DIADIUM Indikasi : Lihat dosis Diare akut awal 2 tab. Diikuti dengan 1 tiap kali BAB. Diare kronik awal seperti pada diare akut.Maksimal : 8 tab / hari Kontra Indikasi Efek samping 2.6.7. DIAEND Indikasi : Terapi simtomik untuk diare non spesifik. Dewasa dan Anak > 12 tahun 2 tab tiap x sesudah BAB. Maksimal 12 tab/ 24 jam. Anak 5-12 tahun 1tab tiap x sesudah BAB. Maksimal : 6 tab / 24 jam Kontra Indikasi Efek samping : Obstruksi usus, konstipasi. : Konstipasi dan impaksi feses (dosis benar) 14 : Bila tindakan menghambat peristaltik merupakan kontra indikasi. : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi. : Hindari inhibisi peristaltik.Gangguan fungsi hati.Anak < 12 tahun. : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi

2.6.8. DIAGIT Indikasi : pengobatan simptomatik pada diare non spesifik Dewasa dan anak >12 tahun awal 2 tab, diikuti 2 tab/diare, maksimal 12 tab/hr. Anak 6-12 tahun awal 1 tab, kmd 1tab/diare, maksimal 6tab/hr. Kontra Indikasi Efek Samping 2.6.9. DIAPET Indikasi Dosis 2.6.10. DIASEC Indikas Dosis : Mengendalikan dan meredakan gejala diare akut non-spesifik dan diare kronik yang berhubungan dengan penyakit infeksi usus besar. : Diare akut Dewasa Awal 2 tab. Anak > 5 tahun Awal 1 tab. Diikuti dengan 1 tab tiap x setelah BAB. Diare kronik dewasa awal 2 tab/ hari. Kontra Indikasi Efek samping : Kondisi dimana peristaltik tidak boleh dihambat. : Mulut kering, pusing, sakit kepala, mual, gangguan lambung, ruam kulit, : Diare non-spesifik : Dewasa dan anak 2 kaps 2x/hari. Diare akut 2 kaps 2x/hari dgn interval 1 jam. : Stenosis saluran cerna. : Konstipasi atau fekolit (dosis besar)

dan frekuensi BAB meningkat. 2.6.11. DIASTRON Indikasi Dosis : Diare akut yang tidak diketahui penyebabnya dan diare kronik : Diare akut, Dewasa awal 2 kapsul, kemudian 1 kapsul tiap x

diare.Maksimal: 8 kapsul/ hari. Diare kronik Dewasa awal 2 kapsul, diikuti 1 klinis sesudah penggunaan 48 jam, hentikan terapi segera. Kontra Indikasi Efek samping : Kolitis akut.Keadaan dimana konstipsi harus : Kembung, konstipasi, mual, muntah, nyeri abdomen, Reaksi hipersensititas, termasuk kemerahan pada kulit, letih, mengantuk, pusing, megakolon toksik. dihindari.Hipersensititas.Anak < 12 tahun.

15

2.6.12. ENTROGARD Indikasi Dosis : Diare non-spesifik : Dewasa dan anak >12 tahun 2 tab setelah diare pertama,2 tab/diare berikutnya. Maksimal 12 tab/hari. Anak 6-12 tahun 1 tab setelah diare pertama, kemudian 1 tab/diare.maksimal:6 tab/hari. Kontra Indikasi Efek samping 2.6.13. FUZIDE Indikasi Dosis 1 sdt 2x/hari. Kontra Indikasi Efek samping : Gangguan fungsi hati atau ginjal : Neurotoksisitas, nyeri abdoment, diare, pigmen hijau pada lidah,urin, dan : Diare kronik kuman E coli dan Staph, kolopati spesifik dan non spesifik pada dewasa dan anak. : Dewasa 1-2 sdtm3x/hari. Anak dan bayi >6 bulan 1 sdt 3x/hari.<6 bulan : Konstipasi, obstruksi usus. : Konstipasi, impaksi feses.

feses.Penurunan jumlah mikroflora dalam saluran GL. 2.6.14. IMODIUM Indikasi Dosis tab/hr Kontra indikasi Efek samping 2.6.15. IMOSA Indikasi Dosis Kontra Indikasi Efek Samping 2.6.16. INAMID Indikasi Dosis : Terapi simptomatik diare non spasifik yang akut dan kronis : Dewasa 1-2 tab/hr 16 : Diare non spesifik akut dan kronis : Diare akut awal 4 mg, kemudian 1 tab/diare. : Anak < 12 tahun. konstipasi yang harus dihindari : Nyeri abdomen, mulut kering, pusing, megakolon toksin, ruam kulit : Inhibisi peristaltik gangguan fungsi hati. anak <12 tahun : Mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi : Diare akut dan kronik : Diare akut dosis aqal 2 tab.Dianjurkan dengan 1 tab tiap diare .

Diare kronik dosis awal seperti diare akut. Tambahkan 1-2 dosis s/d feses keras. Maksimal:8

Diare kronik awal 2 tab. maks :16mg/hari. hentikan bila tak ada perbaikan setelah 48 jam.

Kontra indikasi Efek Samping 17. XEPARE Indikasi Dosis

: Kasus dimana konstipasi harus dihindari. hipersensitif : Mulut kering, konstipasi, mual, muntah. : pengobatan simtomatik untuk diare akut dan kronik non-spesifik : Diare akut dewasa awal 2 tab. Anak > 5 tahun awal 1 tab. Selanjutnya 1 tab tiap habis BAB. Diare kronik dewasa Awal 2 tab/hari, maks : 8 tab/hari. Anak >5 tahun 1tab/hari, maks: 4-6 tab/hari

Kontra Indikasi Efek Samping

: Bayi : Mulut kering, lemas, ruam mulut, nyeri perut, megaklon toksis.

17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Diare adalah peningkatan jumlah feces dan keluarnya feces cair, tidak berbentuk ( Potter & Perry, 2005). Kondisi ini disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya perubahan diet, toleransi makanan, seperti laktosa, gangguan inflamasi pada usus, karena mengkonsumsi obat, seperti anti biotic, kandungan magnesium dalam antacid, infeksi bakteri (keracunan obat) atau infeksi virus (rotavirus pada anak-anak).

18

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Prof. Dr. Adhi. 2008. Petunjuk Konsultasi. Edisi 8. 2008 : PT. Info Master. Herman, Adam. Gastroenterologi. M. Rachman dan M.T Dardjat. Segi-segi Praktis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2002; 119-124,129. \ Jawetz, dkk. Amoeba Usus. dr. Dripa Sjabana. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medica 2005; 374-378. Kadri, N, dkk. Gastroenterologi. Ruspeno Hassan dan Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta 1985; 286,306-311. Skach, Daley, dan Forsmark. 1996. Penuntun Terapi Medis. Jakarta : EGC Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : F.K.U.I Press http//; Matakebajikan.blogspot.com/2009/05/tugas-patologi-masih-sangat-harus.html http//:ackogtg.wordpress.com/2009/04/03/grastitis-ulkus-peptikum-diare

19

Anda mungkin juga menyukai