Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikrobiologi pangan adalah pengetahuan tentang macam – macam


dan berbagai masalah tentang kehidupan mikroba yang ada pada
kehidupan kita sehari – hari. Mulai dari bahan pangan, makanan yang telah
diolah, maupun minuman baik segar maupun kemasan. Mikrobiologi tak
hanya bersifat negatif namun juga bersifat positif. Karena setiap tubuh
manusia membutuhkan beberapa mikroba yang bersifat positif seperti,
lactobacillus dan lain lain.

Dari berbagai macam mikroba negatif banyak ditemui berkembang


dari cara pengolahan, penyimpanan bahan, sampai dari bahan mentah itu
sendiri, atau memang sengaja ditambahklan untuk proses pengawetan atau
penambahan rasa. Dengan demikian dalam makalah ini menjelaskan
mengenai bahaya dan masalah – masalah yang ada pada masyarakat dan
mengakibatkan keracunan dan sebagainya.

Terutama yang menyangkut mengenai kebiasaan masyarakat


Indonesia dlam melenggarakan pesta, yang kurang memperdulikan bahaya
– bahaya yang dapat timbul karena tidak terurusnya makanan pada
perjamuan, sehingga dapat terjadi pencemaran.

1.2. Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian keracunan makanan ?

2. Bakteri apa saja yang menyebabkan keracunan makanan ?

3. Bagaimana salahsatu kasus yang pernah terjadi di Indonesia?

4. Mengapa Kasus tersebut dapat terjadi?

4
1.3. Tujuan

Dari Rumusan Masalah tersebut dapat di tarik tujuan penulisan makalah


ini yang berupa untuk mengetahui :

1. Pengertian keracuanan
2. Jenis – jenis bakteri yang dapat meracuni tubuh.
3. Kasus yang pernah terjadi di Indonesia
4. Penyebab kasus tersebut.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keracunan Makanan

Makanan yang konsumsi sehari – hari ternyata belum tentu menyehatkan.


Bisa saja yang kita masukkan kedalam tubuh kita tersebut mengandung zat –zat
dan mikroorganisme berbahaya yang dapat meracuni tubuh. Kasus yang banyak
terjadi akir – akir ini adalah kasus tentang keracunan makanan.

Keracunan adalah suatu kejadian dimana seseorang menampakkan gejala


tidak sehat akibat terkena racun atau memakan racun. Sedangkan keracunan
makanan merupakan peristiwa yang menunjukkan gejala ternakannya racun akibat
dari mengkonsumsi makanan tertentu. Pada manusia, keracunan makanan bisa
disebabkan oleh memakan makanan yang mengandung bakteri yangdapat
menyebabkan keracunan.

Secara alamiyah beberapa bakteri berbahaya dapat mengeluarkan


enterotoksin, semacam zat yang membuat usus kehilangan kemampuan menyerap
makanan. Jika usus gagal menyerap makanan yang telah dicerna oleh lambung,
maka timbul suatu keadaan yang disebut sekresi air dan elektrolit lain dimana
berpotensi menyebabkan dehidrasi.

2.2. Bakteri yang Menyebabkan keracunan makanan.

Tingkat keracunan makanan sangat tergantung pada jenis bakteri ataupun


jumlah bakteri yang masuk kedalam tubuh serta keadaan imunitas dan kesehatan
orang itu sendiri. Namun tidak semua bakteri dapat menyebabkan keracunan,
bakteri – bakteri yang menyebabkan keracunan makanan antara lain, sebagai
berikut.

6
1. Escherichiacoli

Gejala keracunan makanan dari E. coli dan turunannya muncul


lebih lambat daripada keracunan yang disebabkan oleh bakteri lainnya.
Satu sampai tiga hari setelah memakan makanan yang tercemar, korban
mulai mengalami kram perut yang parah dan diare yang biasanya
bercampur darah. Diare yang terjadi bahkan sebagian besar berupa darah,
sehingga kondisi ini kadang-kadang disebut kolitis hemoragik. Diare
berdarah berlangsung dari satu sampai delapan hari, dan kondisi biasanya
sembuh dengan sendirinya. Gejala keracunan kadang disertai sedikit
demam atau tidak sama sekali.

Makanan yang terkontaminasi E. coli biasanya ditemukan pada


daging sapi mentah atau yang dimasakan kurang matang. Susu mentah
juga dapat menjadi sumber keracunan makanan oleh E. coli.

2. Colostridium Botulinum

Clostridium botulinum (umumnya dikenal sebagai botulisme)


merupakan bakteri yang dapat membuat keracunan makanan yang
mematikan. Sumber botulisme pada orang dewasa biasanya bersumber
dari makanan kalengan atau awetan yang rusak. Gejala botulisme pada
orang dewasa biasanya muncul sekitar 18 sampai 36 jam setelah memakan
makanan yang terkontaminasi.

Tidak seperti penyakit bawaan makanan lainnya, tidak ada muntah


dan diare yang berhubungan dengan botulisme. Awalnya, seseorang yang
menderita botulisme merasakan lemah, pusing, dan gangguan penglihatan.
Gejala berikutnya berupa kesulitan berbicara dan menelan. Racun dari
Clostridium botulinum adalah racun neurotoksin yang menyerang sistem
saraf, dan bisa menyebabkan kelumpuhan. Jika penyakit tidak segera
diatasi, kelumpuhan ini akan berlanjut ke seluruh tubuh. Akhirnya, tanpa
intervensi medis, otot-otot pernafasan akan menjadi lumpuh dan korban
akan mati lemas.

7
Pada bayi yang mengidap botulisme, spora Clostridium botulinum
tinggal dalam saluran usus bayi. Madu, terutama bila dikonsumsi oleh bayi
yang berumur di bawah 12 bulan, dapat menjadi sumber dari spora. Gejala
botulism pada bayi terjadi secara bertahap. Bayi awalnya memiliki
konstipasi, diikuti dengan nafsu makan yang buruk, lesu, lemah, dan
menangis. Akhirnya bayi kehilangan kemampuan untuk mengendalikan
otot-otot kepalanya. Kelumpuhan kemudian bisa berkembang ke seluruh
tubuh.

3.. Salmonella

Gejala keracunan dimulai sekitar 12 - 72 jam setelah makan


makanan yang terkontaminasi oleh bakteri salmonella. Biasanya gejala
keracunannya berupa demam, yang berlangsung sekitar dua sampai lima
hari. Salmonella biasanya ditularkan melalui konsumsi makanan yang
terkontaminasi oleh tinja manusia atau binatang. Kontaminasi ini sebagian
besar terjadi disebabkan karena kebiasaan mencuci tangan yang buruk,
terutama sebelum memegang makanan.

4. Campylobacter jejuni

Infeksi yang disebabkan Campylobacter Jejuni sering disebabkan


karena memakan daging ayam yang terkontaminasi, kontaminasi juga
dapat bersumber dari air yang tidak bersih dan susu mentah. Gejala
keracunan makanan, biasanya termasuk demam dan diare, mulai 2-5 hari
setelah mengkonsumsi makanan atau air yang tercemar dengan C. jejuni.
Diare mungkin berair dan mungkin juga mengandung darah. Gejala
keracunan biasanya berakhir pada tujuh sampai 10 hari.

5. Staphylococcus aureus (Staph)

Staphylococcus aureus menyebar terutama dari pengolah makanan


yang terinfeksi bakteri staph pada kulitnya. Selain itu, peralatan pengolah
makanan juga dapat menjadi sumber kontaminasi. Hampir setiap jenis

8
makanan dapat terkontaminasi bakteri ini, tapi terutama pada salad, produk
susu, kue krim, dan makanan yang disimpan pada suhu kamar. Gejala
keracunan makanan biasanya muncul dengan cepat, sekitar 2-8 jam setelah
memakan makanan yang tercemar. Gejala seperti biasanya berlangsung
hanya 3-6 jam dan jarang lebih dari dua hari. Kebanyakan kasus keracunan
sifatnya ringan dan akan sembuh meski tanpa pengobatan.

6. Shigella

Gejala keracunan makanan oleh bakteri Shigella muncul sekitar


36-72 jam setelah memakan makanan yang tercemar. Gejala-gejala yang
ditimbulkan shigella sedikit berbeda dari gejala yang ditimbulkan oleh
bakteri lain. Selain gejala-gejala keracunan makanan yang umum, sekitar
40% anak yang keracunan berat menunjukkan gejala neurologis. Gejala ini
termasuk kejang, kebingungan, sakit kepala, lesu, dan leher kaku.
Keracunan ini biasanya berlangsung dalam dua sampai tiga hari.

2.3. Kasus Keracunana yang terjadi Di Kelurahan Murung Keramat, Kecamatan


Selat

Berikut adalah artikel yang diambil dari tribunnews.com, terbitan tanggal


14 Maret 2013 21:11.

Bakteri E-coli Penyebab Keracunan di Murung Karangan

Kamis, 14 Maret 2013 21:11

9
tribunnews.com
Ilustrasi keracunan.
TRIBUNKALTENG.COM, KUALAKAPUAS - Kasus keracunan
massal yang menimpa warga di Kelurahan Murung Keramat, Kecamatan Selat, di
mana warga diketahui mengalami keracunan setelah menyantap hidangan pesta
perkawinaan di RT 1, desa setempat pada awal Pebruari lalu.

Setelah sampel makanan yang dikonsumsi warga diambil dan diteliti di (BTKL)
Banjarbaru, racun itu diakibatkan adanya bakteri Escherichia Coli atau sering
disebut E-coli.

Bakteri ini berasal dari makanan masak merah lauk daging ayam dan kue yang
dihidangkan saat itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas, dr Hj Ani Handaningroem Kamis


(14/3/2013)mengatakan, makanan masak merah dan kue yang dikonsumsi warga
adalah masakan yang disajikan dengan pengolahan yang tidak benar atau bisa
disebut tidak sempurna dan memang mengandung bahan dasar utama adalah air.

Di mana air yang dipakai warga adalah air yang sudah tercemar bakteri E-
coli."Sesuai data dari BTKL Banjarbaru, makanan yang dikonsumsi warga adalah
makanan yang sudah terkontaminasi bakteri E-coli.

Walaupun seharusnya bakteri E-coli tersebut hanya terdapat pada tinja atau
kotoran manusia. Masyarakat di sana memasak berbahan dasar air sungai yang
hanya dijernihkan namun tidak dimasak,"terang dr Ani.

Dijelaskannya, air sungai yang sudah mengandung E-coli yang tinggi mengingat
sebagian besar masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai masih membuang
tinja atau BAB di sungai.

Dalam mengolah makanan tentu harusnya bahan dasar seperti air yang digunakan
haruslah bersih dan dimasak benar-benar matang. Di mana ketika memasak air
disarankan 5 menit mendidih baru digunakan, jangan baru mendidih langsung

10
dikonsumsi. Karena bakteri seperti E-coli jelas dr Ani dapat mati di atas suhu 100
derajat celcius.

Sementara itu dia juga mengatakan, selain makanan yang terkontaminasi atau
sudah lama diolah ada juga faktor lain penyebab munculnya bakteri E-coli yaitu
berasal dari lingkungan yang tidak bersih, cara membuat makanan yang jorok
ataupun dari kotoran yang dibawa binatang seperti lalat.

Diberitakan sebelumnya, tak tanggung-tanggung sedikitnya 35 warga kala itu


terpaksa dilarikan ke UGD RSUD Kualakapuas karena mengalami mual dan
muntah yang berkepanjangan.

Penulis: Jumadi
Editor: Anjar
Sumber: Banjarmasin Post

2.4. Penyebab keracunan.

Telah dijelaskan bahawa bakteri yang menyebabkan warga yang konsumsi


hidangan pesta tersebut disebabkan oleh makanan yang telah tercemar bakteri
E.coli,

Dimana bakteri ini bersumber dari air yang digunakan. Masarakat


setempat yang masih memiliki kebiasaaan dalam melakukan MCK langsung
pada DAS membuat air yang berada di sepanjanmg lairan sungai tercemar oleh
berbagai macam bakteri, terutama E.coli, yang kemudian air tersebut digunakan
untuk memaasak, dan proses pemasakan yang kurang sempurna.

Meskipun telah dilakukan penyaringan bakteri ini masih dapat bertahan,


jiki tidak di lakukan proses pemanasan dengan sempurna. Selain memerlukan
pemanasan pada suhu tertentu, makanan yang baik seharusnya mengalami
pemanasan secara berkala agar mencegah tumbuhnya mikroorganisme. Selain itu

11
penggunaan peralatan, lokasi, dan penjamah makanan juga sangat berperan dalam
terjadinya pencemaran makanan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bakteri E. Coli dan sallmonela berasal dari kotorean baik hewan maupun
manusia. Dapat mencemari bahan lain apa bila terjadi perlakuan yang membuat
bakteri - bakteri tersebut berpindah dan berkembang biak pada bahan tersebut.
Bakteri ini mencemari makanan melalui air yang telah tercemar. Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran lingkunan masyarakat dapat menyebabkan terjadinya
keracunan layaknya kasus diatas

3.2 Saran

Diperluakan pendidiknan mulai dasar akan pentingnya menjaga kebersihan


lingkungan, dan maknan. Terutama bagi masyarakat di daerah pinggiran.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://majalahkesehatan.com/3-bakteri-penyebab-keracunan-makanan/

https://www.deherba.com/berbagai-bakteri-sebagai-sumber-keracunan-pada-
makanan.html

http://kalteng.tribunnews.com/2013/03/14/bakteri-e-coli-penyebab-keracunan-di-
murung-karangan

14

Anda mungkin juga menyukai