Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENCEMARAN MAKANAN

DISUSUN OLEH:

1. Hemida Wahyu Isramadhanti (P07133118027)


2. Rezha Andra D. R (P07133118019)
3. Ishlah Insani (P07133118036)
4. Nuri Wulandari (P07133118049)
5. Estuganti Retna Utami (P07133118050)

DIPLOMA TIGA SANITASI KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makanan adalah sumber energi bagi tubuh agar dapat melakukan berbagai
aktivitas. Jika tubuh kekurangan energi maka tubuh akan lemas dan mudah lelah.
Namun, apabila makanan tersebut terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit penyebab
penyakit, makanan tersebut justru akan menyebabkan aktivitas tubuh menurun karena
terjadi keracunan akibat makanan.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan merupakan kondisi yang
diaebabkan karena menelan, mencium, menyentuh, atau menyuntikkan berbagai
macam obat, bahan kimia, racun, atau gas. Sedangkan keracunan makanan adalah
kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh
organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit.
Kontaminasi dapat terjadi ketika makanan sedang diproses atau dimasak
dengan tidak benar. Kontaminasi yang umumnya terjadi pada kasus keracunan
makanan dapat disebabkan oleh bakteri Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli,
Listeeia, Clostridium botulinum, Shigela, norovirus dan rotavirus, maupun parasit
cryptosporidium, entamoba histolica, dan giardian.
Keracunan makanan dapat disebabkan karena tidak menyimpan makanan
dalam suhu yang tepat, tidak memasak makanan secara merata, mengonsumsi
makanan kedaluwarsa, serta kontaminasi silang. Gejala akibat keracunan makanan
dapat dimulai beberapa saat setelah makan hingga tiga hari setelah mengonsumsi
makanan yang terkontaminasi. Umumnya yang dirasakan oleh orang yang keracunan
di antaranya mual, muntah, dan diare.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab keracunan makanan di tiga RT di RW 7 Kampung Sawah,
Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor?
2. Bagaimana Gejala keracunan makanannya ?
3. Bagaimanan Bahaya bakteri dan virus tersebut apabila terdapat dalam makanan ?
4. Bagaimana upaya pengendaliaan terhadap keeracunan makanan agar tidak terjadi
lagi ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyebab keracunan pada makanan
2. Untuk mengetahui gejala keracunan makanan.
3. Untuk mengetahui bahaya bakteri atau virus tersebut jika terdapat dalam
makanan.
4. Untuk mengetahui upaya pengendalian terhadap keracunan makanan
BAB II

PEMBAHASAN

Keracunan makanan yang terjadi di tiga RT di RW 7 Kampung Sawah, Kelurahan


Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor diduga karena warga memakan tutut yang
didalamnya terdapat bakteri escherichia coli (e.coli), salmonella, dan shigella. Terdapatnya
Bakteri e.coli dalam tutut dikarenakan pada saat pencucian tutut dengan air yang
terkontaminasi dengan bakteri e.coli. Bakteri-bakteri tersebut menimbulkan reaksi mual,
muntah, diare, hingga dehidrasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari keracunan makan tutut
tesebut adalah demam, lesu, muntah-muntah,hilang selera makan, dehidrasi, otot-otot lemas
dan tubuh berasa sram sejuk.

Bakteri escherichia coli (e.coli) bakteri yang bermanfaat yang hidup dalam suatu
sistem pencernaan. Bakteri tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli
dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah
E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga.
Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli
0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah
trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan
ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan
lansia.E. coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari.Waktu tersebut dibutuhkan bakteri
untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang
menyebabkan masalah.

Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan
diare. E. coli 0157 jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut
dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis
keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu
atau lebih sebelum diare mereda.Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging,
khususnya daging sapi cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan
hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri
hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri
ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan.E. coli tidak
terpengaruh oleh obat antibiotik.
Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan
yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu
perawatan dialisis.Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia
pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh
sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia.

Bakteri salmonella salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah
demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh
bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke
orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu
dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau
melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci
dengan bersih juga dapat menyebarkan bakteri ini.

Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut
dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya
muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini
biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis
bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat
jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit
jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang

Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk
mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia
harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-
diaremungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah.

Bakteri shigella menyebabkan Infeksi Shigella atau shigellosis adalah infeksi yang
terjadi di saluran cerna. Infeksi ini disebabkan oleh kelompok bakteri Shigella, yang
menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan feses.
Setelah masuk ke mulut, bakteri Shigella akan menggandakan diri di usus kecil, lalu
menyebar ke usus besar. Bakteri ini kemudian akan melepaskan racun yang membuat usus
besar mengalami kram. Kemudian penderita akan mengalami diare, yang bisa terjadi 10-30
kali dalam sehari.
Gejala yang umum terjadi pada penderita infeksi Shigella, antara lain diare, demam,
serta nyeri atau kram perut. Umumnya, pada feses penderita terdapat darah atau lendir. Gejala
tersebut biasanya muncul 2-3 hari setelah penderita terpapar bakteri Shigella. Pada sejumlah
kasus, gejala bahkan baru muncul seminggu setelah terjadi kontak dengan bakteri.

Gejala biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Infeksi ringan yang terjadi selama
beberapa hari mungkin saja tidak memerlukan pengobatan. Meski demikian, penting untuk
tetap menjaga kadar cairan tubuh yang hilang akibat diare. Segera ke dokter bila diare masih
terjadi lebih dari 3 hari, karena dapat mengakibatkan dehidrasi.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi keracunan tutut makan
perlu pemerhatiaan terhadap :

1. Tempat pengolahan makanan, pengusaha dan penanggung jawab menyediakan


tempat pengolahan makanan atau sering disebut dapur yang memenuhi standart
persyaratan hygiene dan sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran (
kontaminasi silang dan kontaminasi ulang terhadap makanan).
2. Peralatan masak, yang dimaksud disini semua perlengkapan yang diperukan
dalam proses pengolahan makanan, baik sendok, pisau, kuali, dll. Peralatan masak
juga dapat menyebabkan keracunan pada makanan. diketahiu bahwa logam dan
senyawa kimia dapat terlarut dalam alat masak atau kontainer yang digunakan
untuk mengolah dan menyimpan makanan, dapat menyebabkan keracunan .
Logam dan senyawa kimia dapat terlaut, umumnya disebabkn karena makanan
yang bersifat asam.
3. Tenaga pengolah makanan (penjamah makanan). Seorang tenaga pengoalah
makanan, atau penjamah makanan baik dalam mempersiapkan, mengolah,
menyimpan, mengangkut, maupun menyajikan perlu memeperhatikan hyigiene
perorangannya. Salah satu contoh adalah kebersihan tangan. Biasakan mencuci
tangan sebelum makan atau mengolah makanan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Keracunan makanan yang terjadi di tiga RT di RW 7 Kampung Sawah, Kelurahan
Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor disebabkan oleh tutu yang
mengandung bakteri escherichia coli (e.coli), salmonella, dan shigella.
2. Keracunan makanan disebabkan karena kebersihan dan proses pengolahan
makanan oleh penjamah makanan yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip
hygine dan sanitasi makanan
B. SARAN
1. Diharapkan kepada pihak produsen untuk tetap memperhatikan prinsip-prinsip
hygine dan sanitasi makanan
2. Diperlukan suatu kerjasama antara pihak produsen dan instansi terkait, dengan
melaksanakan pelatihan dan keterampilan terhadap pengelolaan makanan.
Kasus I.

Bogor - Puluhan warga dari tiga RT di RW 7 Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru,
Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, terpaksa dilarikan ke Puskesmas dan rumah sakit
karena keracunan makanan. Mereka diduga mengalami keracunan usai mengkonsumsi tutut
(keong sawah) usai berbuka puasa.

"Total korban ada 55 orang. Dugaannya ini tuh keracunan makanan, keracunan setelah
mengkomsumsi tutut atau keong sawah. Itu makanan ciri khas di kampung sini ya," kata
Petugas Sosial Masyarakat (PSM) di Kelurahan Tanah Baru, Ida Farida, saat ditemui di
Puskesmas Tanah Baru, Jumat (25/5/2018) malam.

Ida Farida menyebut semua korban mengkonsumsi tutut pada Rabu (23/5) malam seusai
berbuka puasa. Tutut tersebut dibeli warga dari beberapa pedagang yang berjualan pada sore
hari.

"Tutut itu dibeli sore harinya, kemudian dimakan setelah berbuka puasa. Penjualnya ada
beberapa orang, tapi informasinya tutut itu dimasak atau diolah dari satu orang," kata Ida
Farida.

"Jadi tutut ini diolah dari satu orang, terus dititip ke beberapa pedagang untuk dijual
kembali," imbuhnya.

Puluhan warga yang mengkomsumsi tutut tersebut, mulai merasa gejala keracunan pada
keesokan paginya. Beberapa warga mengaku mengalami mual, pusing, muntah-muntah dan
demam sejak menjelang sahur.

"Beberapa ada yang berobat, tapi tidak sembuh juga. Nah hari ini warga banyak yang
mengalami hal yang sama, serempak, makanya dibawa kesini," terang Ida Farida.

Desi (27), mengaku sengaja membawa anaknya ke Puskesmas karena mengalami gejala
serupa. Awalnya, dia mengira kalau anaknya yang masih berusia 5 tahun tersebut hanya
mengalami sakit biasa.

"Saya kaget pas sampai sini (Puskesmas) ternyata banyak yang berobat juga, gejala sakitnya
sama. Pas tanya-tanya ternyata sama gara-gara makan tutut itu," kata Desi yang ditemui di
Puskesmas Tanah Baru.
Pantauan detikcom di Puskesmas Tanah Baru, mayoritas korban merupakan anak-anak.
Terlihat petugas medis Puskesmas lalu lalang bergantian memberikan pertolongan dan
memberi infus kepada warga korban keracunan.

Hingga tengah malam, beberapa warga korban keracunan masih berdatangan ke Puskesmas
untuk mendapat pertolongan medis. Beberapa korban lainnya, bahkan terpaksa dirujuk ke
rumah sakit lain karena fasilitas dan tenaga medis di Puskesmas tidak cukup menampung.

Sumber: https://m.detik.com/news/berita/d-4039252/puluhan-warga-di-bogor-diduga-
keracunan-tutut
Kasus II.

BOGOR – Makanan olahan tutut (keong sawah) yang menyebabkan puluhan warga di
Kampung Sawah, Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, keracunan, positif
mengandung beberapa bakteri.

Kabid Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Budi Santoso
mengatakan, bakteri diketahui usai uji sampel tutut di Laboratorium Kesehatan Daerah
(Labkesda) Kota Bogor.

"Hasil uji lab tersebut menunjukkan di dalam olahan tutut yang sudah matang itu
mengandung tiga jenis bakteri, yaitu escherichia coli (e.coli), salmonella, dan shigella," kata
Budi, Selasa (29/5/2018).

Selain itu, lanjut Budi, dalam air rebusan makanan olahan keong sawah yang sudah matang
tersebut juga terbukti mengandung coliform dan logam.

"Akibatnya, jika bakteri-bakteri tersebut masuk ke tubuh manusia akan menimbulkan reaksi
mual, muntah, diare, hingga dehidrasi. Bahkan, coliform bisa mencetus terjadinya kanker
pada manusia," jelasnya.

Untuk itu, pihaknya berpesan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih menu
hidangan untuk berbuka puasa. Dinkes Kota Bogor pun akan memberikan penyuluhan terkait
keamanan pangan.

"Kita terus akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang keamanan dalam
mengonsumsi makanan, apalagi bulan Ramadan ini. Jangan asal memilih makanan untuk
buka puasa," pungkasnya.Seperti diketahui, sekitar 89 warga di Kampung Sawah, Kelurahan
Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat diduga mengalami keracunan
makanan tutut pada Jumat 25 Mei 2018.

Rata-rata, mereka mengalami gejala seperti mula, muntah hingga diare hebat. Pemerintah
Kota (Pemkot) Bogor pun Telah menetapkan status kasus keracunan ini sebagai Kejadian
Luar Biasa (KLB).

Sementara itu, Polresta Bogor Kota telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka dalam
kasus tersebut. Mereka berinisial J (54), Y (52), dan S (55). Polisi juga telah melakukan
penahanan terhadap ketiganya.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2018/05/29/338/1904243/tutut-
penyebab-keracunan-massal-di-bogor-postif-mengandung-bakteri

Anda mungkin juga menyukai