Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS FECES

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 :

1. Andi Wafiq Alfiyah Muthasyah Wahyudi


2. Norma Oknita
3. Nur Azizah
4. Nurul Istiqamah
5. Nuryunika
6. Nurul Zahwah

PRODI D-III TEKHNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah tentang “Analisis Feces” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi referensi bagi penulis dan para pembaca.

Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 26 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2.1 Pengertian Feces…………………………………………………………………………
2.2 Bau Feces………………………………………………………………………………..
2.3 Dekomposisi Tinja………………………………………………………………………
2.4 Macam-macam Warna Feces……………………………………………………………
2.5 Akibat Buruknya Pembuangan Feces…………………………………………………..
2.6 Pemeriksaan Feces……………………………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO 2 sebagai hasil dari proses pernapasan. saat ini
akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai
kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada
terpenuhinya akses sanitasi masyarakat,khususnya jamban. Namun akses tersebut selain
berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada,
seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970gram dan
menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka
setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila
pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya
penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat ,masalah pembuangan kotoran manusia
merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Kurangnya perhatian terhadap
pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat
penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces)
adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber
pada faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Feses
2. Bau Feses
3. Dekomposisi Feses
4. Macam-Macam Warna Feses
5. Akibat Dari Buruknya Pembuangan Tinja

6. Pemeriksaan Feses
1.3 Tujuan
1.      Agar dapat mengetahui pengertian dari feses
2.      Untuk mengetahui Bau dari feses
3.      Untuk mengetahui bagaimana dekomposisi feses
4.      Untuk mengetahui penyebab perbedaan warna feses
5.      Agar dapat mengetahui akibat dari buruknya penanganan buangan feses
6.      Untuk mengetahui pemeriksaan feses
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Feces
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit
yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan
infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah,tinja juga mengundang kedatangan lalat
dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-
kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia
lalu memakan-makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi
atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan
menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau
mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal 100-200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3X / hari – 3X / minggu.

2.2 Bau Feces


Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, danthiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas
hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau
tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau
tinja.
2.3 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan
tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
 Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan
yanglebih sederhana dan lebih stabil;
 Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80 %) dari bahan yang
mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen
yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu
meresap kedalam tanah di bawahnya.
 Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam
proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa yang tengah
mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi.
Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat
udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
daritumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat, atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang relative
kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini,
pertama-tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian,
diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang
timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah
menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa
hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan
hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi
pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya
karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen
itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa,yang bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat
memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman (fertilizer). Kadang-
kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah
memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen,
namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman
hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia,nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan
selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan
nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.

2.4 Macam-macam Warna Feces


Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan bilirubin (sel darah merah yang mati,
yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning
yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan
melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning
kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis,
makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah
sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
1. Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya
adalah warna ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses
mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yang disebut bilirubin. Nah, ketika
bilirubin ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna
cokelat kekuning - kuningan.
2. Warna Hitam Feses
berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam
ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb
(sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3. Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es
bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan
yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan
yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,
khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
4. Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan
radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah.
Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna
merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin.
Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5. Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali
ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang
empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang
empu akan berwarna abu-abu atau pucat.

2.5 Akibat Buruknya Pembuangan Feces


Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan
buangan tinja :
1. Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.
Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela
typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab
hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di
Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000
penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
2. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia
dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati.
Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS
(kandungan bahan organik). 
Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh
materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir
40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu
mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.
3. Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur
cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap
berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia.
Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa
mencapai 70 persen dari balita.
      Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa
sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,
sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar
25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).
Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga
ikan dan hewan lainnya mati.

2.6 Pemeriksaan Feces


Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai
bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
1.      Indikasi Pemeriksaan :
 Adanya diare dan konstipasi
 Adanya ikterus
 Adanya gangguan pencernaan
 Adanya lendir dalam tinja
 Kecurigaan penyakit gastrointestinal
 Adanya darah dalam tinja
2.      Syarat Pengumpulan Feces :
 Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan.
Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
 Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
 Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
 Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu
 Pasien konstipasi Saline Cathartic
 Kasus Oxyuris Schoth Tape & object glass
3. Alur  pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan
tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur
darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
      Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang : konsistensi, warna,
darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil
sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram /
hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang
mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di
karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna
pada feses dan urin).

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.

Hindarko,S. 2003. Mengolah Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.

ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.

www.yandang.blogspot.com.Tanggal Akses 14 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai