Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU NUTRISI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN RUMINANSIA

"SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA "

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Sani Yolanda Putri (2210622009)


2. Nurul Azizah (2210622006)
3. Neiska Andria William (2210622024)
4. Rizki Romadhon ( 2210622044)
5. Richo Hertian (2210621007)
6. Lauhul Mahfuzh Afipa (2210622037)

Dosen pengampu :

Dr. Roni Pazla, S.Pt, M.P

PROGRAM STUDI S1

PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

KAMPUS II UNIVERSITAS ANDALAS

PAYAKUMBUH

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “ Sistem apencernaan Ternak Ruminansia ”. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Roni Pazla, S.Pt, M.P
sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Nutrisi Dan Pencernaan Ruminansia yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Payakumbuh, 23 Februari
2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia 3
2.2 Alat Pencernaan Ternak Ruminansia 3
2.2.1 Saluran Pencernaan 3
2.2.1.1. Mulut 4
2.2.1.2. Esophagus...................................................................5..
2.2.1.3. Lambung.......................................................................6
2.2.1.4. Intestine (usus halus)..................................................11
2.2.1.5 Usus Besar...................................................................12
2.2.1.6 Rektum dan Anus........................................................13

BAB III PENUTUP....................................................................................................


3.1 Kesimpulan 14
3.2
Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTATAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyla


disebut juga mamalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin "ruminare"
yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Pencernaan pada ruminansia terjadi
secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada pencernaan mekanik melibatkan
organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba
(bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik melibatkan enzim pencernaan
untuk mencerna pakan yang masuk.

Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa
yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan,
menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang
berbentuk padat. Proses pencernaan makanan nya relatif lebih kompleks bila
dibandingkan dengan proses. pencernaan pada jenis ternak non ruminansia. Menurut
Sutardi (1979), proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam
mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan). Sedangkan menurut
Church (1979), pencernaan fermentatif pada ternak ruminansia terjadi dalam rumen
(retikulo- rumen) berupa perubahan-perubahan senyawa tertentu menjadi senyawa
lain yang sama sekali berbeda dari molekul zat makanan asalnya.

Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian penting, yaitu mulut,
lambung, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang. Lambung ternak
ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
Rumen dan retikulum dipandang sebagai organ tunggal yang disebut retikulo-rumen,
sedangkan sekum, kolon, dan rektum termasuk organ pencernaan bagian belakang
(Erwanto, 1995). Rumen dan retikulum dihuni oleh mikroba dan merupakan alat
fermentatif dengan kondisi anaerob suhu 39°C (Sutardi, 1976).Menurut Church
(1988), kapasitas keseluruhan dari keempat bagian perut tersebut adalah rumen 80%,
retikulum 5%, omasum 7% dan abomasum 8%.

Arora (1989) menyatakan di dalam rumen terdapat mikroorganisme yang dikenal


dengan mikroba rumen. Melalui mikroba ini maka bahan-bahan makanan yang
berasal dari hijauan yang mengandung polisakarida kompleks, selulosa, dan
lignoselulosa, sehingga dapat dipecah menjadi bagian-bagian sederhana. Selain itu,
pati, karbohidrat, dan protein dirombak menjadi asam asetat, propionat, dan butirat.

Makanan yang masuk melalui mulut ternak ruminansia akan mengalami proses
pengunyahan atau pemotongan secara mekanis sehingga membentuk bolus. Pada
proses ini, makanan akan bercampur dengan saliva kemudian masuk ke dalam rumen
melalui esofagus. Selanjutnya, di dalam rumen makanan akan mengalami proses
pencernaan fermentatif. Pada masa ternak istirahat makanan dari rumen. yang masih
kasar dikembalikan ke dalam mulut (regurgitasi) untuk dikunyah kembali
(remastikasi), kemudian makanan ditelan kembali (redegultasi), lalu decerna lagi oleh
mikroba rumen. Digesta yang halus dapat masuk ke dalam usus. dan mengalami
proses pencernaan hidrolitik. Menurut Ensminger et al. (1990), proses pencernaan
fermentatif yang terjadi di retikulorumen dibantu oleh mikroba yang jumlahnya yang
cukup besar yaitu mikroflora (bakteri) dan mikrofauna (protozoa).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia?

1.2.2 Apa Saja Alat Pencernaan Ternak Ruminansia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk Mengetahui Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia

1.3.2 Untuk Mengetahui Alat Pencernaan Ternak Ruminansia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

Pencernaan ialah sesuatu proses pemecahan pakan( makromolekul) jadi


substansi yang lebih simpel (monomer penyusunnya) sehingga bisa diserap serta
dimanfaatkan oleh badan ternak. Proses pencernaan dilanjutkan dengan proses
penyerapan sari santapan oleh usus buat diedarkan ke segala badan lewat sistem
perputaran. Proses pencernaan mempunyai kedudukan yang sangat vital untuk
kehidupan serta produktivitas ternak. Tanpa terdapatnya proses pencernaan, ternak
tidak bisa menggunakan pakan selaku substrat metabolisme, sehingga ternak tidak
hendak memperoleh tenaga buat penciptaan serta reproduksi.

Bagi Mc donald et al, ( 2022) proses utama dari pencernaan merupakan secara
mekanik, enzimatik, ataupun kegiatan mikrobia. Proses mekanik terdiri dari mastikasi
ataupun pengunyahan pakan dalam mulut serta gerakan- gerakan saluran pencernaan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Pencernaan secara enzimatik dicoba oleh enzim
yang dihasilkan oleh sel- sel dalam badan hewan yang berbentuk getah- getah
pencernaan. Pencernaan oleh mikroorganisme pula dicoba secara enzimatik oleh
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam rumen

Ternak ruminansia sanggup mengolah serat agresif lumayan besar ataupun


menggunakan hijauan dalam jumlah besar baik hijauan fresh ataupun hijauan kering
sebab rumen ternak ruminansia mikroorganisme yang sanggup mendegradasi pakan.
Ternak sanggup mengganti serat agresif yang besar pada hijauan dengan dorongan
mikroba jadi energy yang dibutuhkan oleh badan. Tidak hanya itu, pakan hijauan
memiliki beberapa zat santapan lain dengan jumlah yang lebih sedikit ( Sadjadi et al,
2017).

Proses pencernaan dilaksanakan oleh sistem pencernaan ( diges- toria) yang


terdiri atas saluran pencernaan ( tractus digestivus) serta kelenjar pencernaan
( glandula digestoria). Keadaan sistem pencernaan sangat bermacam- macam
bergantung pada tipe hewan ternak serta tipe pakan yang disantap oleh ternak
semacam sapi, kerbau, kambing serta domba.

2.2 Alat Pencernaan Ternak Ruminansia

2.2.1. Saluran Pencernaan


Struktur saluran pencernaan bermacam- macam pada bermacam spesies
hewan sebab menyesuaikan diri terhadap tipe pakannya. Saluran pencernaan mulai
dari bibir (labia) serta berakhir pada dubur (anus), terdiri dari: mulut, tekak (pharynx),
tenggorokan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue) serta
usus besar (intestinum crassum). Panjang saluran itu berbeda pada masing- masing
tipe hewan. Pada hewan karnivora saluran ini lebih pendek serta simpel, sebaliknya
pada hewan herbivora lebih lebih panjang serta lingkungan.

2.2.1.1. Mulut

Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar


dilanjutkan oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam
mulut terdapat saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh
kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Komposisi dari saliva
meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut
masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah
sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai
anionnya) (Melyasari, dkk., 2014).Sedangkan komponen organik pada saliva
meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam
urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan
beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.

Mulut hewan terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah (saliva). Saliva di
dalam mulut dikeluarkan oleh kelenjar submaksilaris atau submadibularis
yang terletak pada setiap sisi rahang bawah, kelenjar sublinguanis terletak
dibawah lidah, kelenjar parotis terletak di depan kedua telinga (Kroanak et al.,
2019).Makanan yang masuk ke dalam mulut, dihancurkan gigi dengan saliva
dan tiga pasang glandula

Menurut Rianto (2011), saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3


pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga,
glandula submandibularis ( submaxillaris) yang terletak pada rahang bawah,
dan glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah

Mulut (kavum oris) merupakan organ paling kranial pada saluran


pencernaan. Organ ini merupakan rongga yang dibatasi oleh bukkal di sisi
lateral, mandibula di sisi inferior, palatum di sisi superior dan memiliki celah
di sisi anterior yang disebut dengan rima oris. Rima oris dibatasi oleh labium
(inferius dan superius). Kavum oris dilengkapi beberapa organ antara lain
dentes, lingua, organon gustus dan glandula salivalis. Organ-organ pada
kavum oris tersebut berperan dalam proses ingesio, mastikasi serta deglutisi.
Proses pencernaan kimiawi juga terjadi pada kavum oris meskipun
frekuensinya sangat rendah.

Pada ternak sapi sekresi saliva 150 liter/hari, pada ternak domba 10
liter/hari. Sekresi saliva dipengaruhi oleh pengunyahan (mastikasi),
penelanan, bentuk fisik pakan, kadar air pakan, derajat kehalusan makanan
dan faktor genetik. Pencernaan di mulut pertama kali dilakukan oleh gigi
molar yang dilanjutkan dengan proses mastikasi serta pencernaan secara
mekanis.

Mulut dan gigi-giginya berfungsi:

1) Mengunyah pakan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.


2) Merasakan dan mengecap pakan, karena adanya "taste bud
pada beberapa hewan.
3) Mencerna pakan dengan bantuan saliva.
4) Sebagai alat prehensi. Bentuk mulut dan gigi geliginya pada
berbagai hewan berbeda. Dari mulut, bahan pakan ditelan
melalui pharynx, masuk ke dalam esofagus.

Lingua (lidah) merupakan organ pelengkap lain yang terdapat pada


mulut. Lingua berperan sangat penting dalam proses pencampuran (mixing)
pakan pada saat mastikasi, Mixing merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
mencampur pakan sebagai sarana digesti. Lingua juga berperan dalam proses
deglutisi, yaitu proses transfer bolus dari mulut ke esofag. Lingua pada hewan
postnatal (baru dilahirkan) membantu proses penghisapan air susu dari
ambing induknya. Lingua bagi hewan ternak juga berperan sebagai organ
penting dalam proses perawatan neonatus (hewan yang baru saja dilahirkan)
dan perawatan luka pada tubuhnya.

2.2.1.2. Esophagus
sofagus atau kerongkongan membentang dari tekak (pharynx) ke
lambung, melewati rongga dada (thorax) dan menembus diafragma. Pada
hewan dinding esofagus itu tersusun atas 4 lapisan.

● Lamina fibrasa

● Lamina muskularis

● Submukasa

● Mukosa (selaput lendir).

Esophagus merupakan saluran makanan masuk menuju lambung.


Esofagus yang panjangnya adalah kurang lebih 20 cm dan lebarnya 2 cm
adalah jalur untuk mengalirkan makanan setelah dari faring ke lambung.
Gerakan mendorong dan meremas akan membuat bolus turun ke lambung
secara perlahan. Aktivitas menelanini termasuk pada aktivitas yang
dipengaruhi kesadaran, karena bagian atas esofagus ini tersusun atas otot lurik
(rangka) yang responnya dipengaruhi kesadaran.

Adanya mukosa yang dihasilkan di esofagus juga mempermudah


proses mendorong bolus ke arah lambung, sehingga bolus akan lebih licin,
selain itu adanya mukus akan membuat resiko gesekan berkurang dengan
licinnya permukaan, membuatnya dapat meregang untuk menampung
makanan dan air sebanyak kurang lebih 2 liter.

Kontraksi peristaltik sejati dari esofagus hanya dapat ditimbulkan oleh


gerakan menelan; dan kontraksi demikian disebut sebagai peristaltik primer
dari esofagus. Stimulasi esofagus lokal oleh masuknya bolus atau benda asing
dalam lumen esofagus akan menimbulkan pula gerakan peristaltik dan ini
dikenal sebagai peristaltik sekunder. Peristaltik sekunder adalah gelombang
primer yang ditimbulkan oleh deglutisi hanya berhasil melewatkan bolus ke
dalam bagian atas esofagus, maka bolus itu akan menyebabkan serangkaian
kontraksi refleks yang mendorong terus bolus itu. Gerakan peristaltik yang
berlawanan (gerakan anti-peristaltik) dapat terjadi dalam esofagus dan terjadi
pada waktu bersendawa (eruktasi) dan regurgitasi isi lambung ke dalam
esofagus.

2.2.1.3. Lambung

Keunggulan ternak ruminansia dari non ruminansia adalah tempat


pencernaan yang komplek pada ternak ruminansia yaitu rumen, selain itu di
lambung terjadi proses pencernaan secara fermentatif (mikroba rumen) dan
hidrolitis (enzim pencernaanya). Rumen adalah suatu ekosistem yang
komplek yang dihuni oleh beragam mikroba yang anaerob yang keberadaanya
sangat banyak tergantung pakan. Lambung ternak ruminansia mempunyai 4
ruangan yaitu retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut
buku) dan abomasum (perut sejati).

a. Rumen

Pakan yang telah melewati mulut maka akan melewati pharynx


dan melalui oesophagus menuju rumen. Menurut Rianto (2011),
rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat persediaan dan
pencampuran bahan pakan untuk fermentasi oleh mikroorganisme.
Rumen berfungsi sebagi tempat penyimpanan sementara bagi makanan
yang telah ditelan, setelah rumen terisi cukup makanan, sapi akan
beristirahat sembari mengunyah kembali makanan yang dikeluarkan
dari rumen ini. Di dalam rumen, populasi bakteri dan Protozoa
menghasilkan enzim oligosakharase, hidrolase, glikosidase, amilase,
dan enzim selulase. Enzim-enzim ini berfungsi untuk menguraikan
polisakarida termasuk selulosa yang terdapat dalam makanan alami
mereka. Enzim pengurai protein seperti enzim proteolitik dan beberapa
enzim pencerna lemak juga terdapat di sana. Aktivitas rumen yang
paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang
mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh (Volatil Fatty
Acid-VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri.
Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat
yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005).

Menurut letak dari partikel pakan yang masuk dalam rumen


maka rumen dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Gas zone, yaitu bagian yang paling atas, pada bagian ini berisi
gas-gas hasil fermentasi dari pakan yang ada dalam rumen
yang meliputi gas CH., CO. HIS, dan H₂. Pada bagian gas zone
tersebut besar kecilnya dipengaruhi oleh jenis pakan (hasil
fermentasi) yang gasnya dikeluarkan melalui kardia dengan
proses eruktasi.
2. Pad zone, yaitu bagian dari rongga rumen yang berisi fiber
(serat) yaitu suatu ingesta yang terbentuk dari serat makanan
yang dikonsumsi. Pada bagian ini juga terdapat populasi
mikroorganisme terutama yang mencerna serat seperti kapang
dan bakteri selulotik.
3. Fluid phase, yaitu rongga dari rumen yang berisi cairan. Pada
bagian ini adalah bagian yang paling besar dibandingkan
dengan rongga rumen lainnya. disamping itu juga terdapat
populasi mikroorganisme yang paling banyak.
4. High density phase, adalah bagian rongga rumen yang berisi
benda berat, benda asing di bagian tersebut seperti batu, metal
(Nuswantara, 2002).

b. Retikulum

Retikulum disebut honeycomb, hal ini dikarenakan wujudnya


yang berbentuk seperti rumah lebah. Menurut Blakely (1994), bentuk
retikulum mencegah benda- benda asing seperti misalnya kawat untuk
tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. Di reticulum,
makanan diaduk-aduk dan dicampur dengan enzim- enzim tersebut
sampai menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Pengadukan ini
dilakukan dengan bantuan kontraksi otot dinding reticulum. Pada
gumpalan makanan ini kemudian didorong kembali ke rongga mulut
untuk dimamah kedua kalinya sampai lebih sempurna saat sapi
tersebut tengah beristirahat.

Retikulum berfungsi untuk: (1) menyebarluaskan pakan untuk


dicerna, (2) membantu dalam proses ruminansi (regurgitasi), (3)
mengatur arus bahan pakan dari retikulo-rumen melelui reticular-
omasal orifice, (4) lokasi fermentasi, (5) tempat terkumpunya "junk-
high densiy material", dan (6) absorbsi dari hasil akhir proses
fermentasi (VFA, amonia, air, dan lain-lain) (Rahmadi, dkk., 2003).

Proses ruminasi terbagi menjadi empat tahap, yaitu:

● Regurgitasi: Yaitu pemuntahan kembali bolus yang


belum sempurna. Sehingga dikembalikan lagi ke mulut,
untuk dihaluskan lagi. Selanjutnya terjadi proses
remastikasi. Proses pemuntahan kembali juga
melibatkan gerak peristaltic oesophagus dan tekanan
pada lambung.
● Remastikasi: Yaitu pengunyahan kembali. Bolus akan
dikunyah kembali untuk dihaluskan.
● Resalivasi:Yaitu pemberian saliva kembali untuk
memaksimalkan pencernaak karbohidrat atau
pencernaan. secara
● Reswallowing: Yaitu penelanan kembali bolus yang
sudah mengalami regurgitasi, remastikasi, dan
resalivasi. Apabila bolus sudah halus, maka proses
pencernaan makanan akan berlanjut menuju usus halus

c. Omasum
Permukaan dinding omasum berlipat dan kasar. Menurut
Rianto (2011), omasum berdinding berlipat-lipat dan kasar, terdapat 5
lamina(daun) yang menyerupai duri (spike). Lamina adalah penyaring
partikel digesti yang akan masuk ke abomasum.Omasum (Perut
Buku). Begitu gumpalan makanan yang dikunyah lagi itu ditelan
kembali, mereka akan masuk ke omasum yang melewati rumen dan
reticulum. Di dalam omasum, kelenjar enzim akan membantu
penghalusan makanan secara kimiawi. Kadar air dari gumpalan
makanan juga dikurangi melalui proses absorpsi air yang dilakukan
oleh dinding omasum.

Lambung bagian omasum ini memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mengatur arus ingesta (bahan makanan yang telah


dicerna) ke abomasum lewat lobang yang ada di antara
omasum dan abomasum yang disebut dengan omasi-
abomasal orifice. Setelah masuk maka ingesta tersebut
didorong masuk ke dalam abomasums.
2. Omasum juga mencerna ingesta (bagian dalam terdapat
lamine) sehingga ingesta yang ada dalam omasum
tersebut seolah-olah tergilas di lamine tersebut.
3. Penyaring dengan adanya lamine pada bagian ini maka
ingesta yang lebih besar akan tertinggal di dalam
omasum sedangkan ingesta yang lebih kecil akan
diteruskan ke abomasums.
4. Omasum juga merupakan tempat absorbsi produk akhir
fermentasi seperti air sehingga jika lambung tersebut
kita buka banyak terdapat ingesta yang agak kering
(Nuswantara, 2002).

d. Abomasum
Abomasum merupakan lambung sejati karena bagian ini sudah
mulai disekresikan getah pencernaan seperti HCI dan pepsin.
Abomasum ternak ruminansia sama fungsinya dengan lambung
(abomasums pada ternak non ruminansia). Lambung tersebut dapat
dibagi dalam tiga bagian, yaitu cardia, fundus, dan pylorus. Bagian
cardia merupakan gland mucus dimana bagian ini berdekatan dengan
omasum, antara abomasums dan omasum ini dihubungkan oleh suatu
celah yang disebut dengan omaso-abomas orifice. Bagian berikutnya
adalah fundus yang berglandula (fundic- gland), pada tengah ini
banyak disekresikan enzim pencernaan, fundic gland atau kelenjar
yang mendukung terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:

1. Body chief cells yang mensekresikan seperti


prorenindan pepsinogen.
2. Nech chief cells yang mensekresikan mukos.
3. Periental cells yang mensekresikan HCl.

Dan bagian paling akhir dari abomasums adalah pylorus yang


dilengkapi dengan glandula mukosa (phyloric gland di mana bagian
pylorus ini yang menghubungkan antara abomasums dengan usus
halus). Fungsi dari abomaum ini adalahadalah mengatur arus ingesta
ke usus halus dibantu dengan adanya fold (ridges) dengan gerakan
peristaltik sedangkan kembalinya dengan gerakan anti peristaltic.
Fungsi dari fold atau ridges yaitu berfungsi mempertinggi penyerapan.
Sering juga timbul suatu kelainan dalam gerakan dari abomassum
yang dapat menyebabkan bahan makanan yang dikonsumsi tidak dapat
terus ke bagian lain yaitu usus halus sehingga terakumulasi, gejala ini
disebut dengan spasmus (menegang) untuk mengatasinya maka harus
diberi obat anti sposmodik (Nuswantara, 2002)

Di dalam abomasum terdapat unsur-unsur penyusun berbagai


nutrient yang dihasilkan melalui proses kerja cairan lambung terhadap
bakteri dan protozoa dan diserap melalui dinding usus halu. Bahan-
bahan yang tidak tercerna bergerak ke cecum dan usus besar.
Kemudian diekskresikan sebagai feses.Didalm abomasums, gumpalan
makanan dicerna melalui bantuan enzim dan asam klorida. Enzim
yang dikeluarkan oleh dinding abomasums sama dengan yang terdapat
pada lambung mamalia lain, sedangkan asam klorida (HCI) selain
membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang dikeluarkan
dinding abomasums, juga berperan sebagai desinfektan bagi bakteri
jahat yang masuk bersama dengan makanan. Seperti diketahui bahwa
bakteri akan mati pada pH yang sangat rendah.

2.2.1.4. Intestine (usus halus)

Usus halus berfungsi untuk pencernaan enzimatis dan absorpsi.


Menurut Rianto (2011), intestine terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum.

1. Duodenum
Duodenum merupakan bagian paling proximal dari usus halus,
dengan ukuran yang lebih pendek daripada bagian intestine yang lain.
Sebelum duodenum, ditemukan adanya struktur pylorus yang memiliki
M. Spinchter pilory, berfungsi sebagai alat gerak peristaltik. Pada
duodenum, proses digesti terus berlanjut.
2. Jejunum
Pada jejunum bagian proximal, proses digesti masih terus
berlanjut. Sedangkan pada bagian distal, terjadi absorbs elektrolit dan
hasil digesti. Jejunum merupakan bagian terbesar pada intestine.
3. Ileum
Ileum merupakan bagian paling distal dari intestine. Pada
ileum, terjadi absorbs elektrolit dan hasil digesti.

Panjang intestine pada sapi adalah 22-30 kali panjang. tubuhnya.


Kelenjar duodenum menghasilkan cairan alkalin yang berguna sebagai
pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidroklorat yang
masuk dari abomasum. Pada ujung duodenum terdapat kelenjar empedu
dan pankreas, kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garam
sodium dan potassium dari asam empedu. Garam-garam ini berfungsi
mengaktifkan enzim lipase yang dihasilkan pankreas dan mengemulsikan
lemak digesta sehingga mudah diserap lewat dinding usus.

Kedalam usus halus masuk 4 sekresi yakni:

1) Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer.


2) Cairan empedu: dihasilkan hati. K dan Na (mengemulsikan lemak),
mengaktifkan lipase pankreas, zat warna.
3) Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung.
4) Cairan usus.

Usus halus terletak pada lengkungan duodenum. Untuk mensekresikan


enzim:

a) Amilase: alfa amilase, maltase, sukrase.


b) Protease: tripsinogen, kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase. 3.
Lipase: lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase.
c) Nuklease: ribonuklease, deoksi ribonuklease.

2.2.1.5 Usus Besar

Menurut Rianto (2011), ada tiga pokok yang terdapat dalam kelompok usus
besar, yaitu colon, caecum, dan rektum. Berikut adalah bagian-bagian usus
besar:

a) Caecum
Caecum merupakan saluran buntu yang bersambungan dengan ileum.
b) Colon
Pada colon, terjadi absorbs vitamin, elektrolit, dan air.
c) Rectum
Rectum merupakan bagian terakhir dari sistem digestiva sebelum anus.

Pada saat digesta masuk ke dalam kolon, sebagian besar digesta yang
mengalami hidrolisis sudah terserap sehingga materi yang masuk ke dalam
colon adalah materi yang tidak dicerna.Hanya sedikit sekali digesta yang
terserap lewat dinding usus besar. Materi yang tidak terserap kemudian
dikeluarkan lewat anus sebagai feses. Materi yang keluar dari feses meliputi
air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, sekresi saluran pencernaan, sel-sel
ephitelium saluran pencernaan, garam-garam anorganik, bakteri, dan produk-
produk dari proses dekomposisi oleh mikrobia.

2.2.1.6 Rektum dan Anus

Rektum adalah bagian lubang tempat pembuangan feses dari tubuh


hewan sapi. Sebelum dibuang melalui anus, feses akan ditampung terlebih
dahulu pada bagian rektrum. Nah, apabila feses sudah siap dibuang, maka otot
spinkter rektum akan mengatur pembukaan dan penutupan pada anus. Otot
spinkter pada bagian rektrum ini adalah 2 yakni otot polos dan otot lurik.
Sementara pada bagian anus yang sebagai lubang pembuangan kotoran,
dikendalikan oleh otot sphincter yang juga membantu melindungi pembukaan
anus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini dibuat sedemikian rupa agar bisa membantu pembaca
dalam memahami sedikit rasa ingin keingintahuan mengenai Sistem pencernaan
ternak ruminansia . Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik sebab kebenaran hanya terletak pada
sang pencipta.
DAFTAR PUSTAKA

Aldian, D. (2017). LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PENCERNAAN


RUMINANSIA. Dipetik februari 25, 2024, dari Academia.edu:
https://www.academia.edu/34442873/LAPORAN_PRAKTIKUM_FISIOLOG
I_PENCERNAAN_RUMINANSIA

Pratama, N. D. (2023). Makalah Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia Dan Non


Ruminansia. Dipetik Februari 24, 2024, dari SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/690595369/Makalah-Sistem-Pencernaan-
Ternak-Ruminansia-Dan-Non-Ruminansia

Roni Pazla S Pt, M. P., Febrina, D., S Pt, M. P., & Pt, D. N. I. S. S. FISIOLOGI
PENCERNAAN RUMINANSIA. Penerbit Adab.

Syarifudin, M. (2018). SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA ( Makalah


Ilmu Ternak Ruminansia. Dipetik Februari 24, 2024, dari Academia.Edu:
https://www.academia.edu/37663172/SISTEM_PENCERNAAN_TERNAK_
RUMINANSIA_Makalah_Ilmu_Ternak_Ruminansia

Anda mungkin juga menyukai