Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

‘PARASITOLOGI’
Giardia lamblia

Oleh :

Oleh :

1. Ni Putu Marsella Lestari Dewi (18071001)


2. Ni Putu Eka PuspitaDewi (18071003)
3. I Dewa Ayu Agung Diah Purnama Dewi (18071013)
4. Ade Ayu Yasinta Dewi (18071024)

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Giardia lamblia” tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Parasitologi yang diampu
oleh Bapak I.K Putra Juliantara, S.Pd., M.Si pada Semester II, Prodi Teknologi Laboratorium
Medik, Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Giardia lamblia kepada para
pembaca.
Banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan makalah ini. Namun
demikian, berkat kerja keras dan adanya bantuan dari berbagai pihak, kesulitan dan hambatan
tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penulis mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak I.K Putra Juliantara, S.Pd., M.Si, dosen pengampu
mata kuliah Parasitologi yang telah menugaskan mahasiswa untuk menyusun makalah.
Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan demi sempurnya karya-karya penulis
berikutnya. Semoga makalah ini ada manfaatnya.

Denpasar, April 2019

Penulis

i
Daftar Isi
Kata pengantar..........................................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................................ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Nama Penyakit Giardia Lamblia............................................................................................... 4
2.2 Sejarah ......................................................................................................................................... 4
2.3 Distribusi Geografi...................................................................................................................... 4
2.4 Hospes .......................................................................................................................................... 5
2.5 Habitat ......................................................................................................................................... 5
2.6 Morfologi ..................................................................................................................................... 6
2.6.1 Stadium trofozoit .................................................................................................................. 6
2.6.2 Stadium kista ........................................................................................................................ 7
2.7 Siklus Hidup ................................................................................................................................ 8
2.8 Patologi Dan Gejala Klinik ........................................................................................................ 9
2.9 Gambaran klinik ....................................................................................................................... 10
2.10 Diagnosis .................................................................................................................................. 11
2.11 Epidemiologi ............................................................................................................................ 12
BAB III................................................................................................................................................. 13
Penutup ................................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 13
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit parasit yang disebabkan baik oleh cacing, protozoa, maupun serangga
parasitik pada manusia, banyak terdapat di negara berkembang, di daerah tropis termasuk
juga Indonesia. Hal ini disebabkan banyak faktor yang menunjang untuk hidup dan
berkembang parasit, antara lain kondisi alam dan lingkungan, iklim, suhu, kelembapan serta
juga hal-hal yang berhubungan dengan orang (masyarakat) yang disebabkan pendidikan
yang kurang, sosial ekonomi rendah yang muncul antara lain sebagai keadaan sanitasi
Lingkungan kurang baik, kepadatan penduduk, higienis perorangan kurang baik,serta
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik m isalnya buang air besar dimana saja, pengunaan air
yang kurang baik untuk mencuci alat makan maupun air untuk minum, tidak memakai
sepatu waktu bekerja di tanah perkebunan, tidak mencuci tanga sebelum makan, tidak
mencuci dengan baik sayuran atau buah–buahan sebelurn dimakan , kebiasaan anak main di
tanah serta hal-hal lainnya yang kesemuanya akan sangat menunjang (Natadisastra, 2009;
Ridad, 2009).
Organisme-organisme penyebab penyakit infeksi pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi empat golongan besar, yaitu virus, bakteri, jamur dan parasit.Virus adalah
organisme yang hanya terdiri dari viral genome atau asam nukleat yang dikelilingi oleh
selaput protein yang disebut capsid.Selanjutnya, hal-hal yang terkait dengan hakekat virus,
asal-usulnya, penggolongannya, perkembangan hingga peran virus dalam terjadinya
penyakit vital, dipelajari dalam Virologi. Bakteri, hingga Saat ini dikenal sebagai organisme
yang menjadi penyebab infeksi terbanyak (Adam, 1992).
Perkembangan parasit dalam tubuh manusia, dikenal adanya masa masa tunas
prepaten serta masa klinik. Masa tunas biologi, yaitu waktu yang dibutuhkan parasit, sejak
parasit masuk ke dalam tubuh sampai berkembang biak dan salah satu stadium parasit
Ditemukan pada pereriksaan laboratorium (dari tinja atau darah). Sedangkan masa tunas
klinik, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak parasit masuk sampai munculnya gejala awal
penyakit. Biasanya masa tunas biologi lebih singkat waktunya dibandingkan dengan masa
tunas klinik. Harus diingat pula bahwa parasit baru akan dapat dilihat dan ditemukan dalam

1
2

bahan pemeriksaan, jika jumlah parasit telah melewati nilai ambang mikroskopik
(Natadisastra, 2009; Ridad, 2009).
Hal-hal yang terkait dengan struktur dan bentuk sel, ciri kehidupan dan
peranannya dalam menimbulkan penyakit bakterial, dipelajari dalam
Bakteriologi.Jamur/fungi yang menjadi salah satu penyebab penyakit infeksi baik yang
hanya mengenai permukaan tubuh, yaitu kulit dan mukosa (superficial mycosis) maupun
organ-organ dalam terutama paru (deep mycosis), dipelajari dalam Mikologi.Adapun
organisme yang dikenal sebagai parasit, tergolong keluarga hewan (Anima/ Kingdom) yang
menyebabkan berbagai jenis penyakit parasitik, dipelajari dalam Parasitologi Kedokteran
(Medical Parasitology).Virus dan bakteri pada umumnya dipelajari bersama-sama dalam
bidang ilmu Mikrobiologi.Beberapa pusat pendidikan memasukkan jamur/fungi dalam
bidang Mikrobioogi, tetapi ada juga yang memasukkannya ke bidang Parasitologi (Adam,
1992).
3

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah yang akan
penulis bahas, antara lain :

1. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia ?


2. Bagaimana sejarah dari Giardia lamblia ?
3. Bagaimana distribusi geografis dari Giardia lamblia ?
4. Bagaimana hospes dari Giardia lamblia ?
5. Dimana habitat dari Giardia lamblia ?
6. Bagaimana morfologi dari Giardia lamblia ?
7. Bagaimana siklus hidup dari Giardia lamblia ?
8. Bagaimana patologi dan gejala klinik dari Giardia lamblia ?
9. Bagaimana gambaran klinik (simtomatologi) dari Giardia lamblia ?
10. Bagaimana diagnosis (pemeriksaan laboratorium) dari Giardia lamblia ?
11. Bagaimana epidemiologi Giardia lamblia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui nama penyakit dari Giardia lambia.


2. Untuk mengetahui sejarah dari Giardia lambia.
3. Untuk mengetahui distribusi geografis dari Giardia lambia.
4. Untuk mengetahui hospes dari Giardia lambia.
5. Untuk mengetahui tentang habitat dari Giardia lambia.
6. Untuk mengetahui morfologi dari Giardia lambia.
7. Untuk mengetahui siklus hidup dari Giardia lambia.
8. Untuk mengetahui patologi dan gejala klinik dari Giardia lambia.
9. Untuk mengetahui gambaran klinik dari Giardia lambia.
10. Untuk mengetahui diagnosis dari Giardia lambia.
11. Untuk mengetahui epimiologi dari Giardia lambia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nama Penyakit Giardia lamblia


Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran
pencernaan manusia. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau
Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini
dapat pula menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia dinamakan giardiasis.Penyakit ini terdapat
di negara berkembang yang beriklim panas.Giardiasis lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding dewasa.Hampir 100% anak mengalami infeksi giardia lamblia saat 2 tahun
pertama kehidupannya.Infeksi oleh parasit ini kemungkinan terjadi dalam interval yang
sering sehingga sebagian orang melihat Giardia lamblia sebagai flora normal pada individu
yang tinggal di negara berkembang (Safar, 2009).

2.2 Sejarah
Parasit ini di temukan oleh Anatomi Van Ieuwenhoek (1681), sebagai mikro
organisme yang bergerak-gerak didalam tinja, dan flegellata ini pertama kali dikenal serta
dibahas oleh lambl (1859), dan diberi nama “intestinalis”. Stiles (1915) memberikan nama
baru, Giardia lambia, untuk menghormati Prof. A. Giard dari paris dan
Dr. Lambl dari Prague. Giardia lamblia (identik dengan Lamblia intestinalis dan Giardia
duodenalis) adalah protozoa parasit yang membentuk koloni dan bereproduksi di usus kecil,
menyebabkan giardiasis (infeksi usus kecil).Parasit giardia ini menambatkan dirinya ke
epithelium melalui cakram berperekat diperutnya dan bereproduksi melalui pembelahan
biner.Giardiasis tidak tersebar melalui darah, dan tidak menyebar ke bagian sistem
pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Mereka menyerap nutrisi dari lumen
(dinding dalam) usus kecil dan tidak memerlukan oksigen untuk hidupnya (anaerob) (Safar,
2009).

2.3 Distribusi Geografi


Parasit ini bersifat kosmopolit dan lebih sering ditemukan di daerah beriklim panas
dari pada di daerah beriklim dingin, dan indonesia juga ditemukan parasit ini (Safar, 2009).

4
5

Giardia Lamblia tersebar kosmoploit di daerah tropis dan subtropics. Epidemic


giardiasis pada waktu ini menjadi masalah kesehatan di Amerika dan negara-negara maju
lainnya karena merupakan New Emerging Diasease. Tingginya penderita HIV/AIDS di
negara-negara menyebabkan jumlah penderita giardiasis secara klinis sangat meningkat
karena rendahnya imunitas penderita. Penelitian Simadibrata pada tahun 2004 menunjukan
prevalensi Giardia Lamblia di Indonesia sebesar 3,63%, sedangkan dari anak-anak yang
menderita diare di Malang 1,2% daintaranya disebabkan oleh protozoa ini (Soedarto, 2016).

2.4 Hospes
Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran
pencernaan manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681
pada fesesnya sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah lamblia intestinalis atau
Giardia doudenalis. Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini
dapat pula menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba, dan
manusua merupakan hospes definitif dari Giardia lamblia (Cheng, 1973; Thomas, 1973).

2.5 Habitat
Giardia lamblia ditemukan di tanah, air, atau makanan yang telah terkontaminasi
tinja dari manusia yang terinfeksi atau protozoa.Giardia lamblia bisa berasal dari air yang
terkontaminasi yang meliputi air yang tidak direbus, disaring, atau didesinfeksi dengan
bahan kimia. Jika protozoa ini dalam usus manusia,protozoa tersebut dapat hidup di rongga
usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal jejenum dan kadang-kadang di saluran
dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan oleh hospes, maka akan terjadi ekskistasi di
duodenum, kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga
terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang berada di antara
villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada pada villi, trofozoit dengan
batill isap akan melekatkan diri pada epitel usus. Trofozoit kemudian berkembangbiak
dengan cara belah pasang longitudinal. Bila jumlahnya banyak sekali maka trofozoit yang
melekat pada mukosa dapat menutupi permukaan mukosa usus halus. Trofozoit yang tidak
melekat pada mukosa usus, akan mengikuti pergerakan peristaltik menuju ke usus bagian
distal yaitu usus besar. Enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon, bila tinja mulai menjadi
padat, sehingga stadium kista dapat ditemukan dalam tinja yang padat. Cara infeksi dengan
menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak langsung melalui air dan makanan
yang terkontaminasi, atau secara langsung melalui fecal-oral.Giardia lamblia mempunyai
6

bentuk tropozoit dan kista, dan hidup di duodenum dan di proksimal jejenum.Makan di
ambil dari isi usus, meskipun parasite ini mungkin mendapat makanan dengan
mempergunkan batil isapnya dari sel-sel epitel. Sedangkan cara berkembang biaknya
dengan cara pembelahan mitosis selama terbentuk kista (Cheng, 1973; Thomas, 1973).

2.6 Morfologi
Dalam morfologi atau bentuk dari protozoa parasit Giardia Lamblia ini mempunyai
2 stadium yaitu:
2.6.1 Stadium trofozoit
Ukuran 12-15 mikron; berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu
monyet yang bagian anteriornya membulat dan bagian posteriornya meruncing.
Permukaan dorsal cembung (konveks) dan pipih di sebelah ventral dan terdapat batil
isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan menempati setengah bagian anterior
badan parasit. Ia mempunyai sepasang inti yang letaknya di bagian anterior,
bentuknya oval dengan kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di
plasma inti. Trofozoit ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang
blefaroplas. Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal,
letaknya melintang di posterior dari batil isap. sepasang flagel keluar dari 2
blefaroplas anteriol.sepasang flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di antara
dua inti dan kedua aksonema berjalan ke anteriol.lalu saling menyilang di garis
tengah dan garis lengkung dipinggir batil isap,kemudian masing-masing keluar dari
sisi lateral kanan dan kiri .sepasang aksonema yang agak tebal (disebut aksostil)
berasal dari 2 blefaroplas median berjalan ke posterior dan keduanya keluar dari
ujung posterior .dari sepasang blefaroplas yang leteknya di tengah-tengah dua batil
isap ,keluar sepasang aksonema pendek sebagai flagel sentral.dua batang yang agak
melengkung dianggap sebagai benda parabasal ,leteknya melintang di posterior dari
batil isap. Trofozoit berukuran panjang 9-20 μm, lebar 5-15 μm. Berbentuk oval
hingga ada yang berbentuk buah pear atau bentuk hati. Bentuk trofozoit spesies ini
memiliki: sucking disc pada ujung anteriornya, yaitu area konkaf yang menutupi
setengah dari permukaan ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris bilateral.
Nuklei tersebut mengandung sedikit kromatin perifer namun memiliki kariosom
besar yang berada di tengah. Sebuah axostyle, terdiri dari 2 axonema yang membagi
dua tubuhnya. Dua buah median bodies (parabasal bodies), diduga memiliki peranan
7

dalam proses metabolisme. Empat flagella yang terletak di lateral, 2 lateral di


ventral, dan 2 terletak di kaudal (Soedarto, 2016).

Gambar 2.1 Tropozoit Giardia lamblia (keulen, 2002).

2.6.2 Stadium kista


Berbentuk oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan
kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista.
Kista yang baru terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti,
letaknya pada satu kutub. waktu kista dibentuk ,trofozoit menarik kembali flagel-
flagel kedalam aksonema ,sehingga tampak sebagai 4 pasang benda sabit yaitu sisa
dari flag.G.lamblia hidup di rongga usus kecil,yaitu duodenum dan bagian
proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu dengan
pergerakaqn flagel yang cepat trofozoit bergerak dari Satu tempat ke tempat yang
lain dengan batil isap ,melekatkan diri pada epitel usus.trofozoit berkembang biak
dengan belah pasang longitudinal dalam tinja cair biasanya hanya ditemukan
trofozoit.el.enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon,bila tinja mulai padat.bila
kista matang tertelan oleh hospes maka terjadi eksistasi di duodenum ,kemudian
sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuklah 2
trofozoit (Soedarto, 2016).
8

Gambar 2.2 Kista Giardia lamblia(keulen, 2002).

2.7 Siklus Hidup

Gambar 2.3 Siklus hidup Giardia lamblia (Cheng, 1973; Thomas, 1973).

Siklus hidup Giardia lamblia dimulai dari penularan dimulai dari menelan parasit
dalam bentuk kista. Dinding kista yang tebal akan pecah terkena asam lambung, dan
keluarlah bentuk tropozoit Bentuk tropozoit segera membelah dua, dan bergerombol dengan
9

parasit lain di daerah usus halus, yang kemudian mulai menimbulkan gejala gangguan
saluran cerna. Bentuk tropozoit ini mirip buah pear yang dibelah dan mempunyai sepasang
cambuk(flagella) untuk membantu bergerak dan berenang bebas di dalam lumen
usus.Bentuk tropozoit ini kontak dengan cairan empedu, mengubah campuran makanan dan
enzim pencernaan, Kemudian mulai menembus lapisan selaput lendir usus, sambil terus
membelah memperbanyak diri sampai bertahun tahun. Bentuk ada yang mati karena enzim
pencernaan dan ada yang berubah menjadi bentuk kista berdinding tebal dan keras.Yang
ikut aliran cairan usus, akan ikut keluar bersamakotoran, mencemari air sungai, air danau,
air selokan, atau mata air di pegunungan. Parasit Giardia lamblia mencemari air permukaan,
bersama-sama, Virus Hepatitis A, menyebabkan sakit kuning (hepatitis),
Kuman Salmonella menyebabkan penyakit demam tipus, kuman Campilobacter
menyebabkan diare pada manusia yang tertular melalui konsumsi daging babi, atau susu
mentah. Sanitasi air minum perlu diperhatikan untuk menghindari penularan parasit, virus
dan kuman penyebab penyakit tersebut. Penularan dapat terjadi dari orang ke orang melalui
tangan yang mengandung kista dari tinja orang yang terinfeksi ke mulut orang lain,
penularan terjadi terutama di asrama dan tempat penitipan anak. Cara-cara penularan seperti
ini adalah yang paling utama.Hubungan seksual melalui anus juga mempermudah
penularan.KLB terbatas dapat terjadi karena menelan kista dari air minum yang
terkontaminasi tinja penderita, dan tempat rekreasi air yang tercemar dan jarag sekali
penularan terjadi karena makanan yang terkontaminasi tinja.Kadar chlorine yang digunakan
secara rutin untuk pengolahan air bersih tidak dapat membunuh kista Giardia, khususnya
pada saat air dalam keadaan dingin; air kotor yang tidak disaring dan air danau yang terbuka
terhadap kontaminasi oleh tinja manusia dan hewan merupakan sumber infeksi (Cheng,
1973; Thomas, 1973).

2.8 Patologi dan Gejala Klinik


Parasit yang melekat pada mukosa usus dapat menyebabkan peradangan
kataral yang ringan.Kegiatan mekanik dan toksik tersebut mengganggu penyerapan vitamin
A dan lemak.Giardiasis pada binatang tidak menyebab-kan lesi.Tukak yang luas di usus
muda bagian proksimal pernah ditemukan pada hasil autopsi seorang penderita dengan
perjalanan penyakit yang tiba-tiba hebat.Kecenderungan gejala klinis yang disebabkan Oleh
giardiasis tidak ada asimtomatik. Giardia lambliadapat ditemukan pada saluran
gastrointestinal berbagai macam mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat ditularkan
10

melalui cara fecal-oral maupun oral-anal. Banyak sumber air seperti danau dan sungai
mengandung kista protozoa ini sebagai akibat dari kontaminasi oleh feses manusia dan
hewan. Transmisi Giardia lamblia umum terjadi pada orang yang memiliki risiko tinggi
seperti anak-anak yang berada di tempat penitipan anak, wisatawan yg mengunjungi
beberapa area, homoseksual, dan orang yg sering berhubungan dengan hewan-hewan
tertentu. Gejala Giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare dan malabsorbsi.
Diagnosis dengan ditemukannya kista dan trofozoit dalam feses (Muslim, 2009).
Patologi Giardia lamblia berawal dari akibat trofozoit Giardia lamblia melekatkan
diri diusus menggunakan bati isap (sucking disc), hal ini menimbulkan gangguan
penyerapan lemak sehingga terjadi berak lemak (steator). Selain itu, Giardia lamblia juga
menghasilkan toksin yang bersama-sama dengan iritasi serta kerusakan jaringan usu
menyebabkan terjadinya radang kataral. Infeksi ringan umumnya jarang menimbulkan
gejala klinis. Akibatnya pengaruh toksin, iritaasi usus dan kerusakan jaringan usus terjadi
radang kataral yang menyebabkan terjadinya gejala klinis dan keluhan berupa demam, nyeri
perut, gangguan perut di daerah epigastrium, mual, muntah dan kembung. Penderita juga
mengalami diare, sindrom malabsorpsi vitamin A dan lemak serta anemia. Akibat infeksi
Giardia lamblia penderita juga menunjukkan gejala alergi terhadap parasit ini (Soedarto,
2016).

2.9 Gambaran klinik


Gejala klinik pada anak serupa dengan pada orang dewasa.Konsekuensi yang paling
sering dilaporkan dan berpotensi menjadi serius adalah insufisiensi nutrisi pada bayi dan
anak.Insufisiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan anak.
Gejala Giardiasis diantaranya :
1. Diare
2. Rasa tidak nyaman di perut
3. Buang gas yang berlebihan (berbau busuk)
4. Steatorrhoea (feses berwarna pucat,berbau busuk dan licin)
5. Nyeri pada daerah epigastic(antara dada dan perut)
6. Perut sering kembung
7. Mual
8. Kurang nafsu makan
9. Mungkin (jarang) muntah-muntah yang banyak
11

10. Kehilangan berat badan


11. Lendir dan darah yang tidak biasa pada feses (Safar, 2009).
Di dalam tubuh yang sehat, biasanya tubuh dapat membatasi infeksi secara alami.
Sedangkan pada pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi
dapat berlangsung lama. Orang yamg mengalami giardiasis berulang umumnya memiliki
kekurangan IgA, dan dapat berkembang menjadi penyakit kronis. Kekurangan lactase juga
dapat mengembangkan suatu infeksi giardia, namun ini biasanya tidak berlangsung lebih
dari beberapa minggu dan pemulihan penuh akan terjadi kemudian. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa Giardiasis harus dianggap sebagai penyakit kekurangan vitamin
B12, ini akibat dari masalah-masalah yang disebabkannya di dalam sistem penyerapan usus
(Safar, 2009).

2.10 Diagnosis
Pada umumnya anak-anak yang menderita giardiasis menunjukkan keluhan dan
gejala klinis yang lebih berat daripada giardiasis pada orang dewasa. Dengan melakukan
pemeriksaan mikroskopis atas cairan duodenum dan tinja penderita dapat ditemukan kista
atau trofozoit Giardia lamblia untuk menetapkan diagnosis pasti giardiasis. Pemeriksaan
atas cairan duodenum lebih baik hasilnya daripada pemeriksaan atas tinja penderita karena
trofozoit lebih mudah ditemukan. Pada penderita giardiasis tanpa gejala atau karier
giardiasis lebih sering ditemukan bentuk kista parasit (Soedarto, 2016)
Diagnosa definitif terhadap Giardia lamblia ditegakkan melalui pemeriksaan
mikroskopis dengan menemukan bentuk tropozoit dalam tinja encer dan cairan doudenum
atau bentuk kista dalam tinja padat. Bentuk tropozoit hanya dapat ditemukan dalam tinja
segar. Dalam sediaan basah dengan larutan iodine atau dalam sediaan yang dipulas dengan
trikrom, morfologi Giardia lamblia dapat dibedakan dengan jelas dari protozoa lainnya
(keulen, 2002).
Infeksi Giardia lamblia sering tidak dapat didiagnosa (misdiagnosed). Diagnosa
yang akurat memerlukan test antigen atau jika tidak tersedia dapat dilakukan pemeriksaan
parasit dari feses. Beberapa test pada feses diperlukan kista dan tropozoit kadang tidak
konsisten terlihat pada feses. Mengingat pengujian sulit untuk menemukan infeksi termasuk
banyak negatif palsu, beberapa pasien harus dirawat berdasarkan bukti empiris yaitu
melakukan berdasarkan gejala (keulen, 2002).
12

2.11 Epidemiologi
Giardia lamblia ditemukan kosmopolit dan penyebarannya tergantung dari golongan
umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan.Prevalensi yang pernah ditemukan di Jakarta
hingga tahun 1990 adalah 4.4%. Prevalensi Giardia lamblia di Jakarta antara tahun 1993
hingga 1990 adalah 2,9 %. Sementara itu, prevalensi Giardiasis secara umum di Indonesia
adalah sebesar 3.67% (Muslim, 2009).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkanbeberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Penyakit oleh parasit giardis lamblia yaitu gardiasis.
2. Parasit giardia lamblia ditemukan oleh Van Ieuwenhoek (1681).
3. Parasit giardia lamblia bersifat kosmopolit, dan ditemukan di indonesia.
4. Parasit giardia lamblia hospes definitifnya adalah manusia.
5. Parasit giardia lamblia habitatnya adalah tanah, air atau makanan yang
terkontaminasi parasit.
6. Parasit giardia lamblia morfologinya terbagi menjadi dua stadium yaitu kista dan
tropozoit.
7. Parasit giardia lamblia siklus hidupnya yaitu kista yang keluar bersamaan dengan
feses kemudian masuk kedalam mulut saat makan
8. Patologi dan gejala klinik dari parasit giardia lamblia yaitu Parasit ini melekat pada
mukosa usus, dan ditemukan pada saluran gastrointestinal berbagai macam mamalia
termasuk manusia.
9. Gambaran klinik dari parasit giardia lamblia yaitudiare, rasa tidak nyaman di perut,
buang gas yang berlebihan (berbau busuk).
10. Diagnosis dari parasit giardia lamblia yaitu Diagnosa definitif terhadap giardia
lamblia ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopik dengan menemukan bentuk
tropozoit dalam tinja encer dan cairan doudenum atau bentuk kista dalam tinja padat.
11. Epidemologi dari parasit giardia lamblia yaitu penyebarannya tergantung dari
golongan umur yang diperiksa dan sanitasi lingkungan.

3.2 Saran
Seiring dengan berkembangnya zaman yang kiat pesat, tanpa disadari setiap
inci dalam kehidupan dapat ditemukan adanya parasit. Terlebih lagi apabila manusia
tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yang tanpa diketahui dapat
ditemukannya Giardia lamblia, dengan adanya makalah ini hendaknya kita lebih
memahami habitat serta semua hal yang berkaitan dengan penyakit yang disebabkan

13
14

oleh Giardia lamblia. Kita wajib untuk mencegah masuknya parasit Giardia lamblia
dalam tubuh dengan cara menjaga sanitasi lingkungan yang baik.
Daftar Pustaka

Adam, S. 1992. Dasar – Dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk perawat. EGC : Jakarta.
Cheng, C.Thomas. 1973. General Parasitology. Academic Press line : Florida.
Keulen, H, P.T. Macechko, S. Wade, 2002. Presence of Human Giardia in domestic, Farm
and wild Animal and Environmenta Samples Veterinary Parasitology, 108: 97-
107.
Muslim, 2009. Parasitologi untuk keperawatan. EGC : Jakarta.

Natadisastra, D.,A.Ridad. 2009. Parasitologi Kedokteran dari Organ Tubuh yang Diserang.
EGC : Jakarta.
Safar, R.2009. Parasitologi Kedoteran: Protozoologi, Entomologi dan Helmintologi. Yrama
Widya : Bandung.
Soedarto. 2016. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Hand Book of Medical Parasitology.
Sagung Seto : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai