Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (SPUTUM)

Nama : Sindy Leonita (2010070170034)

Dosen pengampuh : Ns. Yance komela sari S.Kep, M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (SPUTUM) tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pkfl. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pemeriksaan Penunjang Laboratorium bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada NS. Yance Komela Sari S,Kep M.Kep selaku
dosen mata kuliah Pkfl yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 16 Juni 2021


DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................. 5

1.3 TUJUAN MAKALAH......................................................................................................5

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................5

2.1 DEFINISI SPUTUM.............................................................................................................. 5

2.2 CARA DAN TUJUAN PEMERIKSAAN SPUTUM DI LABORATORIUM......................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 8

4.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................8

4.2 SARAN...................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 9
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dan
menentukan keputusan mengenai suatu diagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan yang bermutu
sangat dibutuhkan. Kegiatan laboratorium meliputi kegiatan pra analitik, analitik dan paska
analitik. Kegiatan tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan karena saling
mempengaruhi satu sama lain terhadap hasil pelayanan laboratorium. Laboratorium harus
mempertimbangkan bagaimana cara menangani contoh specimen melalui berbagai tahapan dan
proses, mulai dari pengiriman, penerimaan, dan penanganannya. Penanganan specimen sangat
penting agar hasil pemeriksaan terjamin ketepatan dan ketelitiannya.

Tujuan dari pemeriksaan laboratorium adalah untuk mendeteksi dan mengukur risiko
penyakit di masa mendatang, untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan, untuk mengkaji
tingkat keparahan proses penyakit dan tentukan prognosisnya, untuk memantau kemajuan
gangguan pada suatu penyakit, untuk memantau efeknifitas pengobatan, dan untuk menetapkan
dan menyingkirkan diagnosis. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium adalah darah, urine, sputum,
dan feses.

Salah satu tes uji laboratorium yang dilakukam terhadap spesimen guna menentukan
penyakit yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum. Sputum adalah bahan yang digunakan
untuk sampel pemeriksaan laboratorium yang bertujuan agar bisa mendiagnosa berbagai macam
penyakit tertentu. Pemeriksaan sputum adalah salah satu pemeriksaan utama khususnya untuk
penyakit di paru-paru dan sekitarnya yang dapat dideteksi dengan sputum. Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi, karena kondisi sputum
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum juga dapat mendiagnosa apakah suatu pengobatan dapat berhasil atau
berjalan dengan lancar maupun sebaliknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka di dapatkan rumusan masalahnya adalah Bagaimana
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium terhadap Sputum.

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. untuk mengetahui apa itu Definisi Sputum, teknik pengambilan sputum dan indikasi
sputum ?
2. untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan laboratorium terhadap sputum ?
3. untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan sputum ?
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI SPUTUM


Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus, dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam langsung
dari bahasa Latin “meludah.”Disebut juga dahak (Kamus Kesehatan, 2017).

Sampel dahak terbaik adalah yang mengandung sangat sedikit saliva atau air liur. Karena
air liur dapat mengontaminasi sampel dengan bakteri oral. Sampel kemudian diteliti oleh
mikrobiologi klinis dengan memeriksa pewarnaan gram pada dahak. Lebih dari 25 sel epitelia
skuamosa diperbesar untuk mengetahui kontaminasi saliva.

Purulent Sputum atau dahak bernanah mengandung nanah yang terdiri dari sel-sel darah
putih, sel dan jaringan mati, cairan serus, dan cairan lendir kental (mukus). Dahak ini umumnya
berwarna kuning atau hijau dan biasanya terkait dengan gejala bronkiektasis, abses paru,
bronkitis stadium lanjut, atau infeksi saluran pernapasan atas akut seperti pilek dan laryngitis.

Produksi sputum merupakan ciri khas penyakit inflamasi saluran nafas kronis seperti
asma, bronchitis kronis, cytis fibrosis (CF) dan TBC. Sputum telah mengubah komposisi
makromolekul dan sifat biofisik yang bervariasi dengan penyakit, tetapi fitur pemersatu adalah
kegagalan pembersihan mukosiliar, mengakibatkan obstruksi jalan napas, dan kegagalan sifat
imun bawaan. Produksi dan hipersekresi glikoprotein musin yang berlebihan adalah gambaran
umum dari penyakit saluran napas inflamasi kronis, dan ini telah menjadi alasan yang mendasari
untuk menyelidiki mekanisme regulasi gen musin dan sekresi musin. Namun, dalam beberapa
kondisi patologis seperti CF, sputum saluran napas mengandung sedikit musin utuh dan telah
meningkatkan kandungan beberapa makromolekul termasuk DNA, aktin berfilamen , lipid, dan
proteoglikan . Ulasan ini akan menyoroti wawasan terbaru tentang biologi lendir dalam
kesehatan dan penyakit.

2.2 CARA DAN TUJUAN PEMERIKSAAN SPUTUM DI LABORATORIUM


Pemeriksaan sputum atau dahak secara bakteriologis adalah pemeriksaan yang sangat
sederhana mudah dan murah, dimana setiap laboratorium di Puskesmas PRM (Pusat Rujukan
Mikroskopis) dapat melakukan dan hasil pemeriksaan sangat sensitive dan spesifik. Pada
pemeriksaan mikroskopis terhadap BTA (Bakteri Tahan Asam) jumlah kuman yang ditemukan
paling sedikit ada 500 batang dalam 1 ml dahak. Dahak yang baik untuk pemeriksaan adalah
yang kental (muko purulent) dan berwarna hijau kekuning-kuningan dan sebanyak 3,5 ml untuk
setiap kali pengambilan. Pada pengambilan sputum untuk pemeriksaan BTA sering mengalami
kesulitan dalam mengeluarkan sputum. Terutama sputum yang akan diambil di lapangan untuk
penelitian.

Dalam program pengendalian tuberculosis (TBC), diagnosis ditegakkan melalui


pemeriksaan sputum secara mikroskopis langsung yang diambil 3 kali berturut-turut : Sewaktu-
Pagi-Sewaktu (SPS). Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) sputum secara mikroskopis langsung
menjadi pilihan karena nilainya setara dengan pemeriksaan sputum secara kultur atau biakan.
Pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal.

 Waktu Pengumpulan Spesimen

Dibutuhkan tiga spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis TB secara


mikroskopis. Spesimen sputum paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-
turut (pagi-pagipagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan sputum
dilakukan : Sewaktu –Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari.

 Tempat Pengumpulan Sputum

Pengumpulan sputum dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari


langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan
penularan akibat percikan sputum yang infeksius.

 Indikasi pemeriksaan sputum :

Tujuan pemeriksaan mikroskopis sputum adalah :

1. Menegakkan diagnosis TB
2. Menentukan potensi penularan
3. Memantau hasil pengobatan pasien

Tujuan pemeriksaan biologis sputum adalah :

Untuk diagnosis TB Paru pada penderita tersangka dan pemantauan kemajuan


pengobatan. Untuk keberhasilan dalam pengambilan sputum pada tersangka TB Paru
memerlukan keterampilan dalam pengambilan dan pengumpulan sputum, oleh karena itu
perlu adanya penerangan dan pengarahan yang diberikan kepada tersangka sebelum
dilakukan pengeluaran sputum.
 Pewarnaan gram ziehl – neelsen

Identifikasi bakteri (morfologi/bentuk) memerlukan suatu pewarnaan yang


menggunakan zat-zat warna yang telah ditentukan. Zat warna yang banyak digunakan
antara lain adalah fuschin karbol, biru metilen, gentian ungu dan safranin. Agar bakteri
agar dapat diwarnai , sebelumnya harus dibuat sediaan di atas kaca objek (pulasan),
dimana pulasan nantinya dikeringkan pada suhu kamar dan bakteri difiksasi dengan
pemanasan di atas nyala api. Setelah dingin pulasan diwarnai dengan zat warna tertentu
sesuai dengan pemeriksaan apa yang diinginkan.Ziehl Neelsen (ZN) adalah teknik
pewarnaan untuk mengetahui adanya Basil Tahan Asam (BTA). Disebut BTA karena
pada beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pengecatan namun setelah mendapat
pengecatan/pewarnaan, dinding bakteri tahan terhadap pencucian dengan asam tidak
mudah untuk dilunturkan dengan menggunakan zat peluntur (decolorizing agent) seperti
asam alkohol.Secara mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl Neelsen, BTA akan tampak
berwarna merah dengan warna biru di sekelilingnya.
BAB III PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dan
menentukan keputusan mengenai suatu diagnosis penyakit. Tujuan dari pemeriksaan
laboratorium adalah untuk mendeteksi dan mengukur risiko penyakit di masa mendatang, untuk
menentukan intervensi yang akan dilakukan, untuk mengkaji tingkat keparahan proses penyakit
dan tentukan prognosisnya, untuk memantau kemajuan gangguan pada suatu penyakit, untuk
memantau efeknifitas pengobatan, dan untuk menetapkan dan menyingkirkan diagnosis. Jenis-
jenis pemeriksaan laboratorium adalah darah, urine, sputum, dan feses.

Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus, dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam langsung
dari bahasa Latin “meludah. Pemeriksaan sputum atau dahak secara bakteriologis adalah
pemeriksaan yang sangat sederhana mudah dan murah, dimana setiap laboratorium di Puskesmas
PRM (Pusat Rujukan Mikroskopis) dapat melakukan dan hasil pemeriksaan sangat sensitive dan
spesifik.

4.2 SARAN
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Voynow,JA. Rubin BK. (2009). “ Mucins, Mucus, and Sputum”. In Translating Basic Research
Into Clinical Practice. Volume 135(2), 505-512.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0012369209601422 diakses pada 16
juni 2021 pukul 23.13 WIB.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN. (2017). “Buku Panduan


Pemeriksaan Sputum BTA”. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2017/09/SPUTUM-2017.pdf diakses pada 16 juni 2021 pukul 23.27 WIB.

Girsang,M. (1999). “Kesalahan-kesalahan dalam Pemeriksaan Sputum BTA pada Program


Penanggulangan TB terhadap beberapa Pemeriksaan dan identifikasi penyakit TBC”.
Media Litbang Kesehatan volume IX no 3.
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/2864/1840 diakses
pada 16 juni 2021 pukul 23.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai