Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
RINGKASAN
Kata kunci: Kegiatan HTI, prestasi kerja, biaya kegiatan teknis, biaya total.
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang, 25 April 1987 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Totok Purwanto dan Betty Roesnani Daryanti.
Tahun 1991-1993 penulis memulai pendidikan di TK Kertanegara I Kediri.
Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Baleharjo II Pacitan, dilanjutkan di SLTP
Negeri I Pacitan. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 7 Kediri dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Mayor Teknologi Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2008 memilih Bio-
Komposit sebagai bidang keahlian.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai staf Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan 2006-2007, staf Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan
2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan internal kampus. Penulis
pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Linggarjati
dan Indramayu, melaksanakan Praktek Pegelolaan Hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi. Selain itu, penulis juga melakukan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Kab. Pelalawan,Riau.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dalam bidang Bio-komposit dengan judul Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (Studi Kasus: PT. RAPP Sektor Tesso) di bawah bimbingan Ir. E.G. Togu
Manurung, MS, Ph.D.
Cultivation Cost Industrial Plantation Forest
THH in Tesso Estate, Riau Andalan Pulp and Paper Ltd.
Nila Rosa Purwanti1, Ir. E.G. Togu Manurung, MS, Ph.D2
METHODS: The research is done in Tesso Sector of Riau Andalan Pulp and
Paper, Ltd, Riau. The plant which is developed is Acacia mangium. The data
which are gathered include primary data and secondary data. Primary data
includes species, amount, tools cost, labor achievement, and material amount in
IPF exertion. Secondary data includes IPF supporting cost, felling realitation,
general condition, and economic indicator.
RESULT: The result showed that technical cost incliding seedling, plantation,
plant caring, forest protection, and harvesting is IDR 8.028.790/Ha or IDR
47.240/m3 (USD 5,61/m3) based on constant cost in 2000. Supporting cost and
others cost is IDR 3.195.554/Ha or IDR 25.012,68/m3 (USD 2,97/m3) including
planning, logistic construction, general and administration, diklat and litbang,
state obligation, society obligation and IPF appreciation. Total cost of IPF
exertion is IDR 11.227.000/Ha or IDR 72.190/m3 (USD 8,57/m3), and gross profit
is USD 15,65/m3 (constant cost in 2000).
KEY WORD: IPF, labour achievement, technical cost, supporting cost, total cost.
Kata kunci: Kegiatan HTI, prestasi kerja, biaya kegiatan teknis, biaya total.
i
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Hutan Tanaman Industri ............................................................................. 5
2.1.1 Penyusunan Rencana ............................................................................ 5
2.1.2 Tata Batas ............................................................................................ 6
2.1.3 Penataan Hutan .................................................................................... 6
2.1.4 Pembukaan Wilayah Hutan .................................................................. 7
2.1.5 Penanaman ........................................................................................... 7
2.1.6 Pemeliharaan........................................................................................ 7
2.1.7 Perlindungan Hutan.............................................................................. 7
2.1.8 Pemanenan Hutan ................................................................................ 8
2.2 Tinjauan Pembiayaan Pengusahaan HTI ................................................... 10
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 11
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 11
3.2 Jenis Data ................................................................................................. 11
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 11
3.4 Metode Pengamatan Waktu Kerja ............................................................. 11
3.4.1 Waktu produktif ................................................................................. 11
3.4.2 Waktu Non Produktif ......................................................................... 12
3.5 Pengukuran Waktu Kerja .......................................................................... 12
3.6 Cara Perhitungan Biaya ............................................................................ 13
3.6.1 Biaya Tetap (Fixed Cost).................................................................... 13
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
Salah satu industri kehutanan yang menggunakan bahan baku dari HTI
adalah industri pulp dan kertas, dimana industri ini makin berkembang pesat
akhir-akhir ini. Perkembangan industri tersebut akan menuntut tersedianya bahan
baku yang mencukupi dan daya dukung lingkungan sekitarnya. Kondisi yang
umum terjadi di Indonesia adalah kapasitas industri kurang mampu diimbangi
2
ketersediaan bahan baku dan daya dukung lingkungan. Kelangkaan bahan baku
telah mengancam perkembangan industri khususnya yang menggunakan bahan
baku kayu.
daur pengusahaan, meliputi lokasi, jumlah tenaga kerja dan kualitasnya, jumlah
sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlah biaya yang dibutuhkan dan system
pelaksanaan (tata waktu). RKPH disusun paling lambat sebelum kegiatan
pembangunan dilaksanakan.
Sedangkan RKT merupakan rincian kegiatan-kegiatan termasuk
pembiayaan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. RKT
disusun paling lambat satu tahun sebelum kegiatan tahunan yang bersangkutan
dilaksanakan.
2.1.5 Penanaman
Kegiatan penanaman merupakan kegiatan yang paling penting dalam tahap
pembangunan hutan. Kegiatan penanaman ini dilakukan pada setiap petak atau
anak petak berdasarkan rencana penanaman yang talah ditetapkan. Kegiatan
penanaman meliputi pengadaan benih (dilaksanakan paling lambat satu tahun
sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan), pengadaan bibit/persemaian,
penyiapan lahan, dan penanaman bibit di lapangan (Timor 2003)
2.1.6 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan tanaman muda dan
pemeliharaan tegakan. Pemeliharaan tanaman muda kegiatannya meliputi,
penyulaman, penyiangan, pendangiran, pembebasan gulma serta tanaman
pengganggu lainnya, dan pemupukan.
Sedangkan kegiatan pemeliharaan tegakan meliputi, pembebasan tanaman
pengganggu, pemangkasan cabang untuk meningkatkan kualitas batang melalui
peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang, dan penjarangan untuk
menciptakan ruang tumbuh yang optimal.
Pengangkutan kayu, kegiatan untuk membawa kayu dari TPn ke TPK dan
dimulai saat kayu dimuat di tempat pengumpulan. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggunakan truk atau alat angkut di air seperti tongkang atau
kapal.
Wf =
12
Keterangan:
Wf = waktu tetap (menit)
Wf1 = elemen waktu tetap ke-i (menit)
Wv =
Keterangan:
Wv = waktu variabel (menit)
Wv1 = elemen waktu variabel ke-i (menit)
Metode kombinasi null stop dan berturut, metode ini menggunakan lebih
dari satu stop watch dimana setiap elemennya dihitung dengan kedua
metode di atas untuk menghilangkan kesalahan.
P = Penyusutan (Rp/tahun)
M = Harga beli alat (Rp)
R = Nilai sisa alat (Rp)
N = Masa pakai alat (tahun)
( )( )
Bunga Modal (BM) = [{ + R}x i %]
Keterangan:
BM = Bunga modal (Rp/tahun)
M = Harga beli alat (Rp)
R = Nilai sisa alat (Rp)
N = Masa pakai alat (tahun)
I% = Suku bunga atau asuransi (%)
14
Vegetasi yang ditanam pada sektor Tesso adalah Acacia mangium karena
Tesso merupakan wilayah dry land. Areal hutan produksi tetap pada kawasan ini
yang ditanamai Acacia mangium seluas 21.818 Ha atau 68,72%, areal konservasi
seluas 7.694 Ha atau 20,89%, dan sarana/prasarana (infrastruktur dan tanaman
kehidupan/KPPA) seluas 4.105 Ha atau 9,69%. Data ini diperoleh berdasarkan SK
NO. 137/Kpts-II/1997/SK No. 356/Menhut-II/2004.
4.3.2 Topografi
Areal HTI pada Sektor Tesso berada pada ketinggian 20-160 m dpl.
Berdasarkan pada RKT 2009 PT. RAPP maka dapat diketahui kelas kelerengan
sektor Tesso yaitu untuk Tesso timur, datar (5.300 Ha); landai (6.210 ha); agak
curam (790 Ha). Sedangkan untuk Tesso Barat, datar (12.455 Ha); landai (4.555
Ha); agak curam (990 Ha).
4.3.3 Tanah
Jenis tanah pada sektor Tesso ini sangat beragam, tetapi jenis yang paling
dominan pada sektor ini adalah jenis tanah podsolik merah kuning, podsolik
kromik, oksisol kromik, kambisol distrik. Sedangkan jenis lainnya misalnya
adalah gleisol, organosol, dan alluvial.
18
4.3.4 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson, areal HTI Sektor Tesso
termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan rata-rata adalah 2.315
mm/thn dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah
pada bulan Juli. Jumlah hari hujan adalah 129 hari/thn. Suhu udara berkisar antara
25 0C sampai 27 0C dengan temperatur maksimum 350C dan minimum 190C.
kelembaban rata-rata sebesar 83%.
4.3.5 Hidrologi
Areal HTI PT. RAPP termasuk dalam daerah aliran sungai/anak sungai
antara lain, sungai Kampar, Nilo, Bt. Kuantan, Denalo, Kampar Kiri, Segati,
Singingi, Putik, Tapi, Siak, Mandau, Selampayan Kanan, Selampayan Kiri, dan
sungai Tesso.
untuk ditanam di HTI dimasukkan ke kardus atau wadah plastik. Kardus dapat
memuat 100 bibit sedangkan wadah plastik hanya dapat memuat 50 bibit.
5.1.2 Penanaman
Komponen kegiatan utama yang dilakukan di penanaman antara lain,
persiapan lahan (preplant sprying), penanaman bibit (planting) dan pemupukan,
penyiangan tanaman yang telah mati/sisip (blanking), dan weeding chemical
round 1-4 (pemeliharaan). Kegiatan penanaman di PT. RAPP ini merupakan
kerjasama antara PT. RAPP dengan contractor.
Persiapan lahan (preplant sprying) merupakan kegiatan penebasan dan
penyemprotan gulma yang dilakukan secara manual sebelum tanam. Kegiatan ini
dilakukan ±2 minggu sebelum waktu penanaman. Hal ini dilakukan agar diperoleh
kualitas lahan yang baik.
Kemudian dilakukan kegiatan penanaman (planting), yaitu menanam
sebagian besar bibit Acacia mangium dan sisanya adalah bibit Eucalyptus. Ada
beberapa jarak tanam yang digunakan di PT. RAPP ini yaitu 3m x 3m; 3m x 2,5m;
3m x 2m; 3m x 1,5m; dan 3m x 1m. jarak tanam yang sekarang digunakan untuk
Acacia mangium adalah 3m x 2,5m. Ukuran lubang tanam adalah 20cm x 20 cm
dengan kedalaman 20 cm untuk normal soil dan 30cm x 30cm dengan kedalaman
40cm untuk compact soil (tanah padat). Compact soil pada setiap kompartemen
biasanya sebesar 8% dimana tanah ini akan membutuhkan pupuk yang lebih
banyak dibandingkan dengan normal soil. Sistem penanaman menggunakan 15
orang, dimana pembagiannya 10 orang membuat lubang dan memberi pupuk, 2
orang operator sling, 2 orang untuk menanam dan 1 orang untuk distribusi bibit
dan pupuk. Dalam kegiatan penanaman dibantu dengan pembuatan ajir (base line)
dan menggunakan sling. Peralatan lain yang digunakan adalah dodos untuk
membuat lubang tanam.
Setelah kegiatan penanaman akan dilakukan blanking (penyiangan
tanaman yang sudah mati) tapi sebelumnya dilakukan dahulu weeding chemical
round 1 yaitu untuk memberantas gulma di sekitar tanaman akasia. Weeding
chemical round 1 dan blanking ini sama-sama dilakukan 1 bulan setelah tanam.
22
5.1.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada HTI PT. RAPP merupakan
pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman (weeding chemical round 1)
dilakukan pada saat 1 bulan setelah tanam. Weeding chemical untuk akasia
dilakukan mulai round 1-4 sedangkan untuk eucalyptus dilakukan mulai dari
round 1-7 kecuali pada kondisi tertentu. Weeding chemical round 2 dilakukan 3
bulan setelah tanam, Weeding chemical round 3 dilakukan 6 bulan setelah tanam,
dan Weeding chemical round 4 dilakukan 10 bulan setelah tanam. Setelah
Weeding chemical round 3 & Weeding chemical round 4 dilakukan PQA
(Plantation Quality Assesment) kemudian dilakukan singling (pemotongan cabang
yang bukan batang utama) dimana kegiatan ini dilakukan ketika tanaman
mencapai tinggi 1,5m - 2,5m.
Berdasarkan SMU (Soil Managemen Unit) pupuk yang digunakan pada
kegiatan penanaman adalah TSP (Triple Sulfur Phospate), MOP/KCL (Muriate of
Phospate), dan ZA (Zwavelzure Amoniak). Pupuk MOP dan ZA dicampur dan
ditaburkan di samping tanaman, sedangkan pupuk TSP diaduk dengan tanah yang
digunakan sebagai media tanam.
23
penentuan main trail, spur road, lokasi TPn, maupun arah pergerakan alat
mekanisasi penebangan misalnya skidder yang tujuannya adalah untuk
mengetahui gambaran umum kondisi lahan dan tegakan.
2. Harvesting Process
Harvesting process meliputi kegiatan penebangan (felling), pemotongan
(bucking), pengupasan kulit penuh (grand debarked), penumpukan kayu
(stacking), extraction ke TPn, dan hauling ke mill. Pada kegiatan penebangan
sampai stacking dilakukan oleh beberapa group, dimana satu group terdiri dari 6-
10 orang. Contractor ini ada yang pekerja lokal dengan produktivitas 2,0
m3/day/orang dan pekerja dari Sambas dengan produktivitas 2,5 m3/day/orang.
Satu group hanya memilki satu buah chainsaw untuk menebang pohon. Sebelum
pohon tersebut ditebang, dilakukan predebark pada saat pohon masih berdiri yang
tujuannya adalah untuk memudahkan proses debarking lanjutan setelah pohon
rebah dan dipotong. Pohon yang ditebang adalah yang memiliki diameter minimal
3cm. Kemudian kayu tersebut akan dipotong sesuai ukuran dengan panjang
sortimen kayu 4m. Komponen kerja penebangan yang dilakukan dimulai dari
merobohkan pohon, pengupasan kulit, membagi batang, dan stacking di tepi jalur
sarad. Penumpukan kayu (stacking) pada petak tebang memiliki ukuran tinggi dan
lebar 1m x 1m atau 1m x 2m. Penyaradan (extraction) dapat dilakukan dengan
menggunakan skidder, forwarder, dan ponton darat.
Kegiatan skidding adalah menarik tumpukan kayu dengan alat mekanis
yang dinamakan skidder. Skidder ini dioperasikan oleh satu orang operator dan
satu orang helper. Tumpukan kayu (stacking) diletakkan pada ponton darat dan
akan ditarik ke TPn menggunakan skidder. Rata-rata kerja skidder slegh adalah 12
jam/hari dengan produktivitas sebesar 25 m3/jam. Kegiatan extraction juga dapat
dilakukan dengan menggunakan forwarder. Forwarder ini dioperasikan oleh satu
orang operator. Rata-rata kerja forwarder adalah 20 jam/hari dengan
produktivitas 35 m3/jam.
Kegiatan hauling merupakan pengangkutan kayu dari TPn ke mill.
Pemuatan (loading) kayu dari TPn ke truk menggunakan excavator. Adapun jenis-
jenis truk untuk pengangkutannya antara lain, tronton dengan kapasitas 25-35 ton,
26
trinton kapasitas 35-45 ton, trailer kapasitas 40-60 ton, dan road train kapasitas
70-130 ton.
3. Post Harvesting Process
Guna pengawasan kesesuaian kontrak kerja antara kontraktor maupun
Riaufiber akan proses pemanenan kayu yang telah dilakukan, maka proses post
harvesting sangat dibutuhkan. Post harvesting ini meliputi penilaian mutu
pemanenan (Residual Wood Assesment) sebagai dasar kepastian pemanfaatan
optimal seluruh kayu pulp yang tersedia dengan menghitung tiap potongan kayu
yang tertinggal. Pemenuhan persyaratan dalam penilaian lingkungan
(Enviromental Assesment) akan dampak kegiatan pemanenan terhadap daerah-
daerah konservasi maupun terlarang. Selain itu, areal yang telah melalui tahapan
proses pemanenan kemudian akan dipersiapkan untuk ditanami (handing over
area to plantation).
Tabel 11 Prestasi kerja kegiatan pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso
Kegiatan HTI Satuan Prestasi Kerja
Pengadaan bibit*) HOK/Ha 4,39
Penanaman HOK/Ha 17,55
Pemeliharaan tanaman HOK/Ha 26,00
Perlindungan hutan HOK/Ha 1,10
Pemanenan kayu HOK/Ha 18,19
*)
Keterangan: Total prestasi kerja kegiatan pengadaan bibit sebesar 23.711,76
HOK/th dibagi luas areal penanaman tahun 2009 seluas 5400 Ha.
Tabel 12 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis biaya
(harga tahun 2009)
Jenis Biaya Biaya Biaya Persentase (%)
3 *)
(Rp ribu/Ha) (Rp ribu/m )
Biaya Tetap 13.144,49 77,32 68,81
Penyusutan 12.145,37 71,44 63,58
Bunga Modal 774,34 4,55 4,05
Asuransi 224,77 1,32 1,18
Biaya Tidak Tetap 5.958,41 63,36 31,19
Tenaga Kerja 3.279,66 19,29 17,17
Material 2.678,75 15,76 14,02
Total 19.102,90 112,37 100,00
Keterangan: *) Biaya per Ha dibagi realisasi produksi kayu di PT. RAPP sektor
Tesso sebesar 170 m3/Ha.
28
Tabel 13 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis
kegiatan (harga tahun 2009)
Kegiatan HTI Biaya Biaya Persentase (%)
(Rp ribu/Ha) (Rp ribu/m3)*)
Pengadaan bibit 246,77 1,45 1,29
Penanaman 1.965,49 11,56 10,29
Pemeliharaan 1.490,93 8,77 7,80
Perlindungan hutan 75,89 0,45 0,40
Pemanenan kayu 15.323,82 90,14 80,22
Total 19.102,90 112,37 100,00
Keterangan: *) Biaya per Ha dibagi realisasi produksi kayu di PT. RAPP sektor
Tesso sebesar 170 m3/Ha.
29
Tabel 14 Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Kegiatan HTI PT. RAPP Sektor Tesso
Kegiatan HTI
Uraian Unit Pengadaan Pemanenan Kayu Total %
Penanaman Pemeliharaan Perlindungan
Bibit Alat Alat
Hauling Sub Total
Manual Mekanis
Biaya tetap
Penyusutan Rp ribu/th 260516.32 1455.00 5806.00 179036.60 980771.43 3172310.00 960000.00 5113081.43 5559895.35
Rp ribu/Ha 48.24 2.43 12.27 23.27 2313.14 7481.86 2264.15 12059.15 12145.37 63.58
Bunga Modal Rp ribu/th 8299.26 10.71 45.70 18600.30 141384.47 137935.66 47275.00 326595.13 353551.10
Rp ribu/Ha 1.54 0.02 0.10 2.42 333.45 325.32 111.50 770.27 774.34 4.05
Asuransi Rp ribu/th 2404.69 0.00 0.00 5396.30 41047.10 40045.84 13725.00 94817.94 102618.93
Rp ribu/Ha 0.45 0.00 0.00 0.70 96.81 94.45 32.37 223.63 224.77 1.18
Sub Total Rp ribu/th 271220.26 1465.71 5851.74 203033.27 1163203.00 3350291.50 1021000.00 5534494.50 6016065.48
Rp ribu/Ha 50.23 2.45 12.37 26.39 2743.40 7901.63 2408.02 13053.05 13144.49 68.81
Biaya Tidak
Tetap
Tenaga Kerja Rp ribu/Ha 152.39 789.75 1170.00 49.50 880.80 139.22 98.00 1118.02 3279.66 17.17
Material Rp ribu/Ha 44.15 1173.29 308.56 0.00 246.57 348.67 557.51 1152.75 2678.75 14.02
Sub Total Rp ribu/Ha 196.54 1963.04 1478.56 49.50 1127.37 487.89 655.51 2270.77 5958.41 31.19
Total Rp ribu/Ha 246.77 1965.49 1490.93 75.89 3870.77 8389.52 3063.53 15323.82 19102.90
Presentase (%) 1.29 10.29 7.80 0.40 20.26 43.92 16.04 80.22 100.00
1. Luas persemaian satelit Tesso adalah 5 Ha yang dapat mensuplai area penanaman PT. RAPP Sektor Tesso seluas 5400 Ha
2. Areal penanaman sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 598.3 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 17,55 HOK/Ha
3. Areal pemeliharaan sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 473 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 26,00 HOK/Ha
4. Areal tanaman yang dilindungi sektor Tesso seluas 7694 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 1,10 HOK/Ha
5. Pemanenan kayu berturut-turut untuk 1 regu penebangan (6 orang). Berdasarkan RKT 2009, areal penebangan seluas 7.705 Ha. Sedangkan yang telah ditebang dari
bulan Januari-Maret seluas 424,0 Ha.
30
kayu pada PT. RAPP sektor Tesso yang memiliki realisasi tebangan tahun 2009
sebesar 170 m3 per Ha maka di areal pengusahaan hutan Tesso terdapat kelebihan
nilai jual kayu terhadap biaya total kegiatan pengusahaan atau keuntungan kotor
sebesar USD 15,65 per m3.
Tingkat keuntungan sebesar USD 15,65 per m3 di HTI PT. RAPP sektor
Tesso tidak menunjukkan profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya. Nilai per
m3 kayu tersebut belum memperhitungkan biaya-biaya seperti pungutan tidak
resmi dan biaya-biaya siluman serta biaya sosial dan lingkungan akibat adanya
pembangunan HTI.
32
Tabel 15 Biaya total kegiatan pengusahaan HTI (harga konstan tahun 2000)
Kegiatan HTI Biaya Biaya Persentase
(Rp (Rp (%)
ribu/Ha) ribu/m3)
Kegiatan Teknis1)
Pengadaan Bibit 103,71 0,61 0,85
Penanaman 826,08 4,86 6,73
Pemeliharaan 626,63 3,69 5,11
Perlindungan Hutan 31,90 0,19 0,26
Pemanenan Kayu 6.440,48 37,89 52,48
Kegiatan Penunjang2)
Perencanaan 101,87 0,79 1,09
Pembangunan Sarana dan Prasarana 1.303,00 10,17 14,09
Administrasi dan Umum 1.126,00 8,79 12,18
Diklat dan Litbang 434,06 3,39 4,70
Lain-lain
Kewajiban Kepada Negara3) 91,92 0,72 1,00
4)
Kewajiban Kepada Lingkungan Sosial 96,36 0,75 1,04
4)
Penilaian HTI 45,17 0,35 0,48
Tabel 16 Perbandingan biaya pengusahaan HTI PT. RAPP Sektor Tesso dan HTI
lainnya (harga konstan tahun 2000)
Keterangan:
1. Dihitung berdasarkan data lapangan PT. RAPP (2009: Rp. 13.052.600 per
Ha : GDP Deflator = 237,93 : Kurs 1 USD tahun 2000= Rp. 8421,78,-).
2. Dihitung berdasarkan tiga buku studi kelayakan masing-masing PT. Kiani
Lesatari (1991: Rp. 509.458 : GDP Deflator = 26,86), PT. Ekawana
Lestari Dharma (1993: Rp. 1.031.861 : GDP Deflator = 30,81), dan PT.
Kelawit Wana Lestari (1993: Rp. 1.133.660 : GDP Deflator = 30,81).
3. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/Kpts-
11/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) per satuan
hasil hutan kayu (1999: Rp. 82.815 per Ha : GDP Deflator = 90,10).
4. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 389/Kpts-
11/1994 tentang Biaya Satuan Pembangunan HTI tahun 1994/1995 (1994:
Rp. 32.000 per Ha dan Rp. 15.000 per Ha : GDP Deflator = 33,21).
34
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di HTI PT. RAPP sektor Tesso,
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil perhitungan biaya lima kegiatan teknis
pengusahaan HTI (dengan harga konstan tahun 2000) yaitu, biaya pengadaan bibit
Rp. 103.710/Ha (0,92%) dengan prestasi kerja 4,39 HOK/Ha, kegiatan
penanaman sebesar Rp. 826.080/Ha (7,36%) dengan prestasi kerja 17,55
HOK/Ha, kegiatan pemeliharaan tanaman sebesar Rp. 626.630/Ha (5,58%)
dengan prestasi kerja 26,00 HOK/Ha, kegiatan perlindungan hutan sebesar Rp.
31.900/Ha (0,28%) dengan prestasi kerja 1,10 HOK/Ha, dan kegiatan pemanenan
kayu sebesar Rp 6.440.480/Ha (57,36%) dengan prestasi kerja 18,19 HOK/Ha.
Berdasarkan perhitungan harga konstan tahun 2000, total dari lima biaya kegiatan
teknis pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso sebesar Rp. 8.028.790/Ha atau
Rp. 47.240/m3 (USD 5,61/m3).
Hasil perhitungan biaya kegiatan penunjang HTI berdasarkan harga
konstan tahun 2000 sebesar Rp. 3.195.554/Ha atau Rp. 25.012,68/ m3 (USD 2,97/
m3) yang terdiri dari kegiatan perencanaan Rp. 101.868/Ha, pembangunan sarana
dan prasarana Rp. 1.303.518/Ha, administrasi dan umum Rp. 1.125.665/Ha, diklat
dan litbang Rp. 434.064/Ha, kewajiban kepada Negara Rp. 91.915/Ha, kewajiban
kepada lingkungan dan sosial Rp. 96.357/Ha, dan terakhir adalah penilaian HTI
Rp. 45.167/Ha.
Besarnya biaya total pengusahaan HTI adalah Rp 11.227.000,- per Ha atau
Rp. 72.190,- per m3 (USD 8,57 per m3) dari nilai kayu, dengan kelebihan
(keuntungan kotor) sebesar USD 15,65 per m3 (kurs 1 USD tahun 2000 = Rp.
8.421,78).
36
6.2 Saran
Diperlukan pengkajian yang lebih lanjut terhadap biaya-biaya yang sulit
diidentifikasi, misalnya pungutan-pungutan tidak resmi dan biaya-biaya siluman
serta biaya sosial dan lingkungan akibat adanya pembangunan HTI. Apabila
biaya-biaya ini dapat diperoleh maka akan didapatkan tingkat keuntungan
sebenarnya yang diperoleh perusahaan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1991. Studi Kelayakan Hutan Tanaman Industri PT. Kiani Lestari dan
PT. Inhutani I Unit Batu Ampar Propinsi Dati I, Kalimantan Timur. PT.
Ifdeco Wana Bangun. Jakarta.
Hendromono, Yetti Heryati dan Nina Mindawati,. editor. 2006. Teknik Silvikultur
Hutan Tanaman Industri. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
38
[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2007. Panduan Teknis Kerja
Manual Harvesting. Riau: Riaufiber, Harvesting Departement.
[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2007. Panduan Teknis Kerja
Mekanis Harvesting. Riau: Riaufiber, Harvesting Departement.
[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2009. Buku Panduan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) Hutan Tanaman. Riau: Riaufiber, PT. RAPP.
Silalahi, Yoan M.P. 2007. Analisis Biaya Produksi Pulp. Studi Kasus di PT. Riau
Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) Pangkalan Kerinci – Riau [Skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Timor, A.F.R. 2003. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT. Musi
Hutan Persada Propinsi Sumatera Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan IPB.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1 Peralatan Lapangan Kegiatan Pengadaan Bibit, Penanaman, Perlindungan, dan Pemanenan
Pencampuran media
Sekop 21.00 1.00 1.00 21.00 1.63 22.63
Pelangsiran bibit
Colt diesel 250000.00 8.00 7.00 218750.00 10898.44 3164.06 232812.50
Penanaman bibit
Dodos 28.00 2.00 40.00 560.00 1.63 561.63
Ember pupuk 14.00 1.00 40.00 560.00 1.09 561.09
Tali ajir 2.00 1.00 100.00 200.00 0.16 200.16
Singling/Pemangkasan
Gunting pangkas 750.00 5.00 20.00 3000.00 34.88 3034.88
42
Toolkit Pompa
4 stage pump and tool kit 7,776.00 8.00 1.00 972.00 338.99 98.42 1,409.40
Toll mark 3 engine 6,480.00 8.00 1.00 810.00 282.49 82.01 1,174.50
Standart MK3 tool kit 1,539.00 4.00 1.00 384.75 74.55 21.64 480.94
Hose washer 4,979.50 5.00 2.00 1,991.80 231.55 67.22 2,290.57
Peralatan Pendukung
Plastik water tank 800 liter 960.00 4.00 1.00 240.00 46.50 13.50 300.00
Radio komunikasi HT 1,800.00 5.00 5.00 1,800.00 83.70 24.30 1,908.00
mobil patroli 260,000.00 8.00 1.00 32,500.00 11,334.38 3,290.63 47,125.00
Alat ukur
Rain gauge 1,440.00 5.00 1.00 288.00 66.96 19.44 374.40
GPS 5,544.00 5.00 1.00 1,108.80 257.80 74.84 1,441.44
RH meter 2,400.00 4.00 1.00 600.00 116.25 33.75 750.00
Excavator Loading Hitachi 1,118,700.00 10.00 3.00 335,610.00 47,684.59 13,843.91 397,138.50
Excavator Cutterpillar 975,000.00 3.00 8.00 2,600,000.00 50,375.00 14,625.00 2,665,000.00
1. Luas persemaian satelit Tesso adalah 5 Ha yang dapat mensuplai area penanaman PT. RAPP Sektor Tesso seluas 5400 Ha.
2. Areal penanaman sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 598.3 Ha.
3. Areal pemeliharaan sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 473 Ha.
4. Areal tanaman yang dilindungi sektor Tesso seluas 7694 Ha.
5. Pemanenan kayu berturut-turut untuk 1 regu penebangan (6 orang): chainsaw 2.64 m3/jam, skider 25 m3/jam, forwarder 35
m3/jam, excavator loading 25 m3/jam, dan kegiatan hauling 3.75 m3/jam.
45
Upah
Kebutuhan Total (Rp
Kegiatan HTI (Rp1000/
(HOK) 1000/ha)
HOK)
Pengadaan Bibit₁₎ 200.85
Tabung (kumpul dan susun dalam tray) 936.72 45.00 7.81
Buang media bekas 589.80 45.00 4.92
Transfer tube dan tray ke gudang produksi media 289.56 45.00 2.41
Produksi media 1327.08 45.00 11.06
Sowing benih 1592.52 45.00 13.27
Consolidasi 1218.48 45.00 10.15
Moving ke open area 1096.56 45.00 9.14
Fertilizing 5070.00 45.00 42.25
Pest and deseases 507.60 45.00 4.23
Spasing 731.04 45.00 6.09
Adding peat/tambah media/top dressing 312.00 45.00 2.60
Seleksi I 1494.72 45.00 12.46
Seleksi II 1345.20 45.00 11.21
Seleksi III 1195.68 45.00 9.96
Merapihkan 724.32 45.00 6.04
Transfer bibit ke TPn 256.32 48.00 2.28
Muat bibit 224.16 45.00 1.87
Watering 900.00 48.00 8.00
Weeding manual 900.00 45.00 7.50
Utility (bed maintenance, loading, unloading media
bekas) 1500.00 45.00 12.50
Foreman kontraktor 1200.00 48.00 10.67
Supervisi 300.00 80.00 4.44
Penanaman₂₎ 789.75
Sourvey boundary 0.75 45.00 33.75
Pre plant spraying 2.75 45.00 123.75
Operator sling/ajir 2.00 45.00 90.00
Pembuatan lubang dan pemupukan (Planting) 9.65 45.00 434.25
Distribusi bibit dan pupuk 1.50 45.00 67.50
Blanking 0.90 45.00 40.50
46
Harga Total
Kegiatan HTI Unit Kebutuhan (Rp. (Rp.
1000/unit) 1000/Ha)
PENGADAAN BIBIT 314253.90
Pelangsiran bibit
Solar Liter 20.00 45.00 0.17
Open area
Fertilizer
Kaliphos Kg
1,648.08 25.55 42,103.50
Red Provit Kg
2,540.16 28.14 71,472.48
Green Provit Kg
952.56 31.14 29,665.58
NPK Hydro Complex Kg
2,585.52 10.39 26,850.63
Growmore Kg
181.44 36.40 6,604.60
NPK blue Kg 384.00 3.00 0.21
NPK mutiara Kg 384.00 3.00 0.21
Sterilisasi media
Cocopeat Kg
33,600.00 1.70 57,120.00
Chemical
Antracol Kg
19.15 54.11 1,036.39
Anvil Liter
19.15 127.03 2,432.86
Dursban Liter
18.14 53.20 965.19
Score Liter
136.80 388.58 53,157.72
Decis Liter
9.07 146.38 1,327.98
Confidor Liter
9.07 540.00 4,898.88
Agreft Kg
7.18 500.00 3,591.00
Delsene Kg
19.15 93.00 1,781.14
Bavistine Kg
19.15 198.71 3,805.77
Agristic Liter
10.89 34.95 380.50
Metsulindo Kg
0.30 150.00 45.36
Gromoxone Liter
77.41 27.17 2,103.35
48
Others
plastik satin Putih m
806.40 6.00 4,838.40
Selotip Pcs
6.00 12.00 72.00
PENANAMAN 1173.29
Pre plant sprying (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14
Pemupukan TSP Kg 108.8 6.30 685.44
Pemupukan MOP Kg 66.67 6.00 400.02
Pemupukan ZA Kg 6.4 0.87 5.57
Pemupukan Urea Kg 4.27 1.20 5.12
Lampiran 4. Dokumentasi
Penanaman Pemeliharaan
(Weeding chemical)
Pemanenan kayu
Hauling (Pengangkutan)