Anda di halaman 1dari 63

51

BIAYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI


DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER
SEKTOR TESSO

NILA ROSA PURWANTI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
52

BIAYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI


DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER
SEKTOR TESSO

Nila Rosa Purwanti


E24054374

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
53

RINGKASAN

NILA ROSA PURWANTI. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT.


Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Tesso. Di bawah bimbingan Ir. E.G. Togu
Manurung, MS, Ph.D.

Hutan Tanaman Industri (HTI) dibangun untuk meningkatkan potensi dan


kualitas hutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan kayu yang dapat dilakukan
dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumberdaya
hutan dan lingkungannya (Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008). Hutan
Tanaman Industri merupakan masa depan untuk pembangunan kehutanan di
Indonesia karena selain sebagai pemasok bahan baku kayu juga dapat digunakan
sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan, dan sebagai
upaya untuk pelestarian sumberdaya hutan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di
areal HTI merupakan tanaman yang cepat tumbuh (fast growing species) dan
dapat digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan, seperti: Acacia mangium,
Gmelina arborea, Eucalyptus sp, dan jenis-jenis lainnya.
Penelitian ini dilakukan di PT. RAPP sektor Tesso Propinsi Riau. Jenis
tanaman yang dikembangkan adalah Acacia mangium. Data yang dikumpulkan
terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi jenis, jumlah,
harga alat, prestasi kerja dari tenaga kerja, dan jumlah material yang diperlukan
dalam kegiatan pengusahaan HTI di lapangan. Data sekunder meliputi biaya-biaya
kegiatan penunjang HTI, realisasi tebangan, kondisi umum, dan indikator
ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total besarnya prestasi kerja kegiatan
HTI PT. RAPP Sektor Tesso adalah 67,23 HOK/Ha. Sedangkan besarnya biaya
kegiatan teknis yang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan
tanaman, perlindungan hutan, dan pemanenan kayu sebesar Rp. 8.028.790/Ha atau
Rp. 47.240/m3 (USD 5,61/m3) berdasarkan harga konstan tahun 2000. Biaya
kegiatan penunjang yang meliputi perencanaan, pembangunan sarana dan
prasarana, administrasi dan umum, diklat dan litbang, kewajiban kepada Negara,
kewajiban kepada lingkungan sosial serta penilaian HTI sebesar Rp. 3.195.554/Ha
atau Rp. 25.012,68/ m3 (USD 2,97/m3) berdasarkan harga konstan tahun 2000.
Besarnya biaya total pengusahaan HTI adalah Rp. 11.227.000,- per Ha atau Rp.
72.190,- per m3 (USD 8,57 per m3) dari nilai kayu, dengan kelebihan (keuntungan
kotor) sebesar USD 15,65 per m3 (kurs 1 USD tahun 2000 = Rp. 8.421,78).

Kata kunci: Kegiatan HTI, prestasi kerja, biaya kegiatan teknis, biaya total.
54

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang, 25 April 1987 sebagai anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Totok Purwanto dan Betty Roesnani Daryanti.
Tahun 1991-1993 penulis memulai pendidikan di TK Kertanegara I Kediri.
Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Baleharjo II Pacitan, dilanjutkan di SLTP
Negeri I Pacitan. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 7 Kediri dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Mayor Teknologi Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Pada tahun 2008 memilih Bio-
Komposit sebagai bidang keahlian.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai staf Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan 2006-2007, staf Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan
2007-2008. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan internal kampus. Penulis
pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Linggarjati
dan Indramayu, melaksanakan Praktek Pegelolaan Hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi. Selain itu, penulis juga melakukan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Kab. Pelalawan,Riau.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian
dalam bidang Bio-komposit dengan judul Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (Studi Kasus: PT. RAPP Sektor Tesso) di bawah bimbingan Ir. E.G. Togu
Manurung, MS, Ph.D.
Cultivation Cost Industrial Plantation Forest
THH in Tesso Estate, Riau Andalan Pulp and Paper Ltd.
Nila Rosa Purwanti1, Ir. E.G. Togu Manurung, MS, Ph.D2

INTRODUCTION: Industrial Plantation Forest (IPF) is built to increase


production forest potention and quality silviculture implementation so it can fulfit
raw materials necessity of forest industries. This Industrial Plantion Forest is the
future for forestry construction in Indonesia because beside as a wood supplier, it
can be a work field for native society around the forest. It also can to be an effort
to keep forest resources sustainable. Plant species which is planted in IPF are fast
growing species and it can be as a industrial forest product raw material, such as
Acacia mangium, Gmelina arborea, Eucaliyptus sp, and etc.

METHODS: The research is done in Tesso Sector of Riau Andalan Pulp and
Paper, Ltd, Riau. The plant which is developed is Acacia mangium. The data
which are gathered include primary data and secondary data. Primary data
includes species, amount, tools cost, labor achievement, and material amount in
IPF exertion. Secondary data includes IPF supporting cost, felling realitation,
general condition, and economic indicator.

RESULT: The result showed that technical cost incliding seedling, plantation,
plant caring, forest protection, and harvesting is IDR 8.028.790/Ha or IDR
47.240/m3 (USD 5,61/m3) based on constant cost in 2000. Supporting cost and
others cost is IDR 3.195.554/Ha or IDR 25.012,68/m3 (USD 2,97/m3) including
planning, logistic construction, general and administration, diklat and litbang,
state obligation, society obligation and IPF appreciation. Total cost of IPF
exertion is IDR 11.227.000/Ha or IDR 72.190/m3 (USD 8,57/m3), and gross profit
is USD 15,65/m3 (constant cost in 2000).

KEY WORD: IPF, labour achievement, technical cost, supporting cost, total cost.

1. Student of Forest Products Departement, Faculty of Forestry IPB


2. Faculty member, Faculty of Forestry IPB
RINGKASAN

NILA ROSA PURWANTI. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT.


Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Tesso. Di bawah bimbingan Ir. E.G. Togu
Manurung, MS, Ph.D.

Hutan Tanaman Industri (HTI) dibangun untuk meningkatkan potensi dan


kualitas hutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan kayu yang dapat dilakukan
dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumberdaya
hutan dan lingkungannya (Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008). Hutan
Tanaman Industri merupakan masa depan untuk pembangunan kehutanan di
Indonesia karena selain sebagai pemasok bahan baku kayu juga dapat digunakan
sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan, dan sebagai
upaya untuk pelestarian sumberdaya hutan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di
areal HTI merupakan tanaman yang cepat tumbuh (fast growing species) dan
dapat digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan, seperti: Acacia mangium,
Gmelina arborea, Eucalyptus sp, dan jenis-jenis lainnya.
Penelitian ini dilakukan di PT. RAPP sektor Tesso Propinsi Riau. Jenis
tanaman yang dikembangkan adalah Acacia mangium. Data yang dikumpulkan
terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi jenis, jumlah,
harga alat, prestasi kerja dari tenaga kerja, dan jumlah material yang diperlukan
dalam kegiatan pengusahaan HTI di lapangan. Data sekunder meliputi biaya-biaya
kegiatan penunjang HTI, realisasi tebangan, kondisi umum, dan indikator
ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total besarnya prestasi kerja kegiatan
HTI PT. RAPP Sektor Tesso adalah 67,23 HOK/Ha. Sedangkan besarnya biaya
kegiatan teknis yang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan
tanaman, perlindungan hutan, dan pemanenan kayu sebesar Rp. 8.028.790/Ha atau
Rp. 47.240/m3 (USD 5,61/m3) berdasarkan harga konstan tahun 2000. Biaya
kegiatan penunjang yang meliputi perencanaan, pembangunan sarana dan
prasarana, administrasi dan umum, diklat dan litbang, kewajiban kepada Negara,
kewajiban kepada lingkungan sosial serta penilaian HTI sebesar Rp. 3.195.554/Ha
atau Rp. 25.012,68/ m3 (USD 2,97/m3) berdasarkan harga konstan tahun 2000.
Besarnya biaya total pengusahaan HTI adalah Rp. Rp 11.227.000,- per Ha atau
Rp. 72.190,- per m3 (USD 8,57 per m3) dari nilai kayu, dengan kelebihan
(keuntungan kotor) sebesar USD 15,65 per m3 (kurs 1 USD tahun 2000 = Rp.
8.421,78).

Kata kunci: Kegiatan HTI, prestasi kerja, biaya kegiatan teknis, biaya total.
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan sesuai waktunya. Penelitan tentang Biaya Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri (HTI) yang mengambil tempat di PT. Riau Andalan Pulp and
Paper Sektor Tesso ini bertujuan untuk mengetahui biaya-biaya pengusahaan HTI
yang didasarkan pada prestasi kerja tiap-tiap tahap kegiatannya di lapangan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi
pada Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor. Ucapan terimakasih dan penghargaan tak luput penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir. E.G. Togu Manurung, MS, Ph.D atas kesabaran dan keikhlasan
dalam memberikan bimbingan ilmu dan nasehat kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc dari Departemen Manajemen Hutan
selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
kritik dan saran kepada penulis untuk perbaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dari Departemen Silvikultur selaku dosen
penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan
saran kepada penulis untuk perbaikan tugas akhir ini.
4. Ibu Dr. Ir. Arzyana Sungkar, M.Sc dari Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis
untuk perbaikan tugas akhir ini.
5. Manajer Estate Tesso, Bapak Antonius Silalahi dan seluruh karyawan
Estate Tesso yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis
melakukan penelitian ini.
6. Papa, mama, adik, dan segenap keluarga penulis atas dukungan baik moral
maupun material dan rasa sayangnya kepada penulis.
7. Teman-teman Lab bio-Komposit dan THH angkatan 42: Desli, Mer-G,
Poye, Iie, Evelin, Ijup, Lita, Opik, Aconk, Widy, Stefi, Rita, Rentry, Icha,
basecamp’ers, dan teman mahasiswa THH 42 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
ii

8. Teman-teman Pondok Diastin atas segala dukungan dan kebersamaannya.


9. Agoeng Prayitno L. yang selalu memberikan dukungan dan kasih
sayangnya kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dan pelaksanaan penelitian
ini.

Bogor, November 2009

Penulis
iii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Hutan Tanaman Industri ............................................................................. 5
2.1.1 Penyusunan Rencana ............................................................................ 5
2.1.2 Tata Batas ............................................................................................ 6
2.1.3 Penataan Hutan .................................................................................... 6
2.1.4 Pembukaan Wilayah Hutan .................................................................. 7
2.1.5 Penanaman ........................................................................................... 7
2.1.6 Pemeliharaan........................................................................................ 7
2.1.7 Perlindungan Hutan.............................................................................. 7
2.1.8 Pemanenan Hutan ................................................................................ 8
2.2 Tinjauan Pembiayaan Pengusahaan HTI ................................................... 10
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 11
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 11
3.2 Jenis Data ................................................................................................. 11
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 11
3.4 Metode Pengamatan Waktu Kerja ............................................................. 11
3.4.1 Waktu produktif ................................................................................. 11
3.4.2 Waktu Non Produktif ......................................................................... 12
3.5 Pengukuran Waktu Kerja .......................................................................... 12
3.6 Cara Perhitungan Biaya ............................................................................ 13
3.6.1 Biaya Tetap (Fixed Cost).................................................................... 13
iv

3.6.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ..................................................... 14


3.6.3 Biaya Total (Total Cost) ..................................................................... 14
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................... 15
4.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................... 15
4.2 Luas dan Letak ......................................................................................... 16
4.3 Keadaan Lapangan ................................................................................... 16
4.3.1 Vegetasi ............................................................................................. 16
4.3.2 Topografi ........................................................................................... 17
4.3.3 Tanah ................................................................................................. 17
4.3.4 Iklim .................................................................................................. 18
4.3.5 Hidrologi............................................................................................ 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 19
5.1 Kegiatan Pengusahaan .............................................................................. 19
5.1.1 Pengadaan Bibit ................................................................................. 19
5.1.2 Penanaman ......................................................................................... 21
5.1.3 Pemeliharaan...................................................................................... 22
5.1.4 Perlindungan Hutan............................................................................ 23
5.1.5 Pemanenan Kayu ............................................................................... 24
5.2 Biaya Pengusahaan ................................................................................... 27
5.2.1 Biaya Kegiatan Teknis ....................................................................... 30
5.2.2 Biaya Total ........................................................................................ 30
5.2.3 Perbandingan Biaya ........................................................................... 33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 35
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 35
6.2 Saran ........................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
LAMPIRAN ...................................................................................................... 39
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produksi kayu bulat berdasarkan sumber produksi .................................. 1


Tabel 2. Rekapitulasi data perkembangan tanaman HTI Tahun 2008 .................... 2
Tabel 3 Realisasi penanaman IUPHHK-HTI periode 2002-2008 ......................... 3
Tabel 4 Tata waktu kegiatan pengusahaan HTI ................................................... 9
Tabel 5 Perhitungan biaya kegiatan pengusahaan HTI....................................... 14
Tabel 6 Prestasi kerja kegiatan pengadaan bibit ................................................. 20
Tabel 7 Prestasi kerja kegiatan penanaman ........................................................ 22
Tabel 8 Prestasi kerja kegiatan pemeliharaan .................................................... 23
Tabel 9 Prestasi kerja kegiatan perlindungan hutan ........................................... 24
Tabel 10 Prestasi kerja kegiatan pemanenan kayu ............................................. 26
Tabel 11 Prestasi kerja kegiatan pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso....... 27
Tabel 12 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis biaya
(harga tahun 2009) ............................................................................................. 27
Tabel 13 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis
kegiatan (harga tahun 2009) ............................................................................... 28
Tabel 14 Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Kegiatan HTI PT. RAPP Sektor
Tesso ................................................................................................................. 29
Tabel 15 Biaya total kegiatan pengusahaan HTI (harga konstan tahun 2000)..... 32
Tabel 16 Perbandingan biaya pengusahaan HTI PT. RAPP Sektor Tesso dan HTI
lainnya (harga konstan tahun 2000) .................................................................... 33
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta lokasi penelitian ......................................................................... 17


vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peralatan Lapangan Kegiatan Pengadaan Bibit, Penanaman,


Perlindungan, dan Pemanenan............................................................................ 40
Lampiran 2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Pengadaan Bibit,
Penanaman, Perlindungan, dan Pemanenan ........................................................ 45
Lampiran 3 Perhitungan Biaya Material Lapangan Kegiatan Pengadaan Bibit,
Penanaman, Perlindungan, dan Pemanenan ........................................................ 47
Lampiran 4. Dokumentasi .................................................................................. 50
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan Tanaman Industri (HTI) dibangun untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan kayu yang dapat dilakukan
dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumberdaya
hutan dan lingkungannya (Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008). Hutan
Tanaman Industri merupakan masa depan untuk pembangunan kehutanan di
Indonesia karena selain sebagai pemasok bahan baku kayu juga dapat digunakan
sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan, dan sebagai
upaya untuk pelestarian sumberdaya hutan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di
areal HTI merupakan tanaman yang cepat tumbuh (fast growing species) dan
dapat digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan, seperti: Acacia mangium,
Gmelina arborea, Eucalyptus sp, dan jenis-jenis lainnya.

Tabel 1 Produksi kayu bulat berdasarkan sumber produksi


Sumber Produksi (m3) Jumlah
Tahun Hutan Areal Kayu Hutan Hutan Tanaman
alam Konversi Rakyat Tanaman Industri
1996/1997 15.286.134 8.021.328 682.006 1.632.545 474.268
1997/1998 15.784.161 10.038.228 1.266.455 1.821.297 610.180 29.520.322
1998/1999 10.179.406 6.056.174 628.818 1.682.336 480.210 19.026.944
1999/2000 10.373.932 7.271.907 187.831 1.890.901 895.371 20.619.942
2000 3.450.133 4.564.592 488.911 1.511.001 3.783.604 13.798.240
2001 1.809.100 2.323.614 --- 1.455.403 5.567.282 11.155.400
2002 3.019.839 182.708 --- 1.559.026 4.242.532 9.004.105
2003 4.104.914 956.472 59.538 976.806 5.325.772 11.423.501
2004 3.510.752 1.631.885 153.640 923.632 7.329.028 13.548.938
2005 5.720.515 3.614.347 1.311.584 757.993 12.818.199 24.222.638
Sumber: Departemen Kehutanan (2006)

Salah satu industri kehutanan yang menggunakan bahan baku dari HTI
adalah industri pulp dan kertas, dimana industri ini makin berkembang pesat
akhir-akhir ini. Perkembangan industri tersebut akan menuntut tersedianya bahan
baku yang mencukupi dan daya dukung lingkungan sekitarnya. Kondisi yang
umum terjadi di Indonesia adalah kapasitas industri kurang mampu diimbangi
2

ketersediaan bahan baku dan daya dukung lingkungan. Kelangkaan bahan baku
telah mengancam perkembangan industri khususnya yang menggunakan bahan
baku kayu.

Tabel 2. Rekapitulasi data perkembangan tanaman HTI Tahun 2008


Real
Luas Areal Jumlah Rencana Real Real Kum
NO Kelompok Usaha Kum s/d
Kerja (Ha) (Unit) 2008 2008 s/d 2007
2008
BUMN
Tahap SK
Definitif 298.307 6 5.311 - 155.814 155.814
1 Tahap SK
Sementara 346.380 9 - - 136.741 136.741
Tahap
Pencadangan - - - - 8.134 -
TOTAL 644.687 15 5.311 - 300.689 292.555
PATUNGAN
Tahap SK
Definitif 2.732.655 68 106.903 72.295 1.389.362 1.461.657
2 Tahap SK
Sementara 180.100 19 - - 81.403 81.403
Tahap
Pencadangan - - - - 40.061 -
TOTAL 2.912.755 87 106.903 72.295 1.510.826 1.543.060
SWASTA
MURNI
Tahap SK
Definitif 4.414.038 486.276 233.168 1.800.232 2.045.357
3 Tahap SK
Sementara 34.880 423.000 - 23.914 11.956
Tahap
Pencadangan 1.787.635 - - 369.625 409.686
TOTAL 6.236.553 486.699 233.168 2.193.771 2.466.999
TOTAL (1+2+3) 9.793.995 598.913 305.463 4.005.285 4.310.748
Sumber : Departemen Kehutanan (2009)
3

Tabel 3 Realisasi penanaman IUPHHK-HTI periode 2002-2008

Tahun Luas Tanaman Tahunan (Ha)


2002 118.508,00
2003 124.691,00
2004 131.914,00
2005 163.125,00
2006 231.953,87
2007 357.200,00
2008 286.937,00
Jumlah total 1.414328,87
Sumber: Departemen Kehutanan (2009)

Secara garis besar, kegiatan pembangunan HTI terdiri atas kegiatan


pembangunan hutan dan pengelolaan hutan. Kegiatan pembangunan hutan yaitu
kegiatan yang dimulai dari membangun tegakan hutan sampai menjadi tegakan
normal, sedangkan pengelolaan hutan yaitu kegiatan pemungutan hasil hutan dan
kegiatan seterusnya secara berulang setelah daur pertama (Timor 2003).
Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI meliputi kegiatan penyiapan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran
(Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008).
Biaya pembangunan HTI meliputi pengeluaran dalam bentuk uang dan
dalam jangka waktu yang lama. Pembiayaan ini dilaksanakan terhadap seluruh
komponen kegiatan pembangunan dan pengelolaannya.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya aktual
pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang didasarkan pada prestasi kerja
aktual di lapangan.
4

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi pengusaha HTI mengenai biaya-biaya aktual yang
dikeluarkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan HTI.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi mahasiswa
mengenai persoalan dan pembangunan HTI, khususnya yang menyangkut
mengenai pembiayaan pembangunan HTI.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Tanaman Industri


Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2008 jo Peraturan
Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan, yang dimaksud dengan Hutan Tanaman
adalah hutan yang dibangun untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan
produksi dengan cara menerapkan sistem silvikultur yang intensif. Peraturan
Pemerintah nomor 6 tahun 2007 menjelaskan hutan tanaman industri yang
selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi
bahan baku industri hasil hutan.
Pada dasarnya, hutan tanaman ini digunakan untuk memenuhi keperluan
masyarakat, pembangunan, industri, dan ekspor. Sedangkan di lapangan,
pembangunan HTI bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas lingkungan pedalaman yang berorientasi pada azas
produktivitas, profitabilitas, dan keseimbangan hasil. Selain itu, pembangunan
HTI juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu untuk industri
perkayuan, peningkatan devisa negara, untuk mengembangkan pusat pertumbuhan
ekonomi negara/pedesaan, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
serta untuk melestarikan manfaat sumberdaya hutan. Karena areal HTI
berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan, maka kegiatan
pengusahaan HTI ini turut berperan aktif dalam kegiatan masyarakat, misalnya
berpartisipasi dalam program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Timor 2003).
Untuk mencapai sasaran dari kegiatan pembangunan dan pengelolaan HTI,
maka perlu dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut (Timor 2003):

2.1.1 Penyusunan Rencana


Rencana yang disusun meliputi Rencana Karya Pengusaha Hutan (RKPH)
dan Rencana Karya Tahunan (RKT). RKPH merupakan rencana yang memuat
seluruh kegiatan yang menunjang pembangunan dan pengolahan HTI dalam satu
6

daur pengusahaan, meliputi lokasi, jumlah tenaga kerja dan kualitasnya, jumlah
sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlah biaya yang dibutuhkan dan system
pelaksanaan (tata waktu). RKPH disusun paling lambat sebelum kegiatan
pembangunan dilaksanakan.
Sedangkan RKT merupakan rincian kegiatan-kegiatan termasuk
pembiayaan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun. RKT
disusun paling lambat satu tahun sebelum kegiatan tahunan yang bersangkutan
dilaksanakan.

2.1.2 Tata Batas


Kegiatan tata batas ini bertujuan untuk memperoleh kepastian
administratif, kewenangan, dan hukum sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
dan pemanfaatan areal tidak akan terjadi konflik dengan pihak lain. Kegiatan tata
batas terdiri atas tata batas areal HTI dengan areal bukan HTI (tata batas luar) dan
tata batas untuk areal di dalam HTI (tata batas dalam areal).
Pelaksanaan kegiatan tata batas ini meliputi pekerjaan pembuatan
trace/rintis batas, pemancangan pal batas, pengukuran dan pemetaan batas, serta
pengukuhan administrasi dari batas tersebut. Tata batas luar harus dilaksanakan
paling lambat lima tahun sesudah RKPH pertama dilaksanakan.

2.1.3 Penataan Hutan


Penataan hutan bertujuan untuk menata areal menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil sehingga pemanfaatannya lebih efisien. Kegitatan penataan hutan ini
terdiri atas, kegiatan penataan batas dan kegiatan pembagian hutan. Dimana
kegiatan penataan batas meliputi penentuan garis batas dan pemacangan pal batas
sedangkan kegiatan pembagian hutan meliputi pemisahan areal menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil yaitu bagian hutan, petak, dan anak petak. Hasil dari
kegiatan penataan batas ini akan diproyeksikan di atas peta. Pelaksanaan kegiatan
ini diselesaikan dalam lima tahun pertama sesudah kegiatan pembangunan
dijalankan.
7

2.1.4 Pembukaan Wilayah Hutan


Pembukaan wilayah hutan menyediakan prasarana jaringan jalan angkutan
dan bangunan hutan untuk menjamin kelancaran dan kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan. Semua jalan utama maupun
jalan penunjang harus sudah selesai dibangun pada akhir daur pertama.

2.1.5 Penanaman
Kegiatan penanaman merupakan kegiatan yang paling penting dalam tahap
pembangunan hutan. Kegiatan penanaman ini dilakukan pada setiap petak atau
anak petak berdasarkan rencana penanaman yang talah ditetapkan. Kegiatan
penanaman meliputi pengadaan benih (dilaksanakan paling lambat satu tahun
sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan), pengadaan bibit/persemaian,
penyiapan lahan, dan penanaman bibit di lapangan (Timor 2003)

2.1.6 Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan tanaman muda dan
pemeliharaan tegakan. Pemeliharaan tanaman muda kegiatannya meliputi,
penyulaman, penyiangan, pendangiran, pembebasan gulma serta tanaman
pengganggu lainnya, dan pemupukan.
Sedangkan kegiatan pemeliharaan tegakan meliputi, pembebasan tanaman
pengganggu, pemangkasan cabang untuk meningkatkan kualitas batang melalui
peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang, dan penjarangan untuk
menciptakan ruang tumbuh yang optimal.

2.1.7 Perlindungan Hutan


Kegiatan perlindungan hutan bertujuan untuk melindungi hutan dari
gangguan hama dan penyakit serta gangguan lain baik hewan maupun manusia.
Kegiatan perlindungan hutan ini meliputi, penerapan silvikultur yang tepat,
penyuluhan, pembuatan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan,
penanggulangan hama dan penyakit, serta pembentukan organisasi pengamanan.
Hendromono, dkk. (2006) menyebutkan bahwa kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah setiap usaha yang dilakukan, baik bersifat
8

preventif maupun represif guna menekan kerusakan hutan akibat kebakaran.


Misalnya, dengan cara penyuluhan terhadap masyarakat, melalui pendekatan
silvikultur, penanggulangan dan penghentian menjalarnya api, dan adanya
pengawasan.

2.1.8 Pemanenan Hutan


Kegiatan pemanenan hutan secara tebang habis baru dapat dilaksanakan
pada akhir daur pertama. Pemanenan dilakukan pada tegakan yang telah mencapai
umur yang sama dengan daur.
Kegiatan pemanenan hutan (Octofivtin 2004) antara lain:
 Pengadaan sarana dan prasarana, dilakukan pada saat eksploitasi yang
dimulai dengan jalan angkut, jalan sarad, base camp, tempat pengumpulan
kayu (TPn), tempat penimbunan kayu (TPK), dan peralatan eksploitasi
seperti chain saw, traktor sarad, dan truk angkutan kayu.
 Timber crushing, dilakukan untuk mengetahui potensi (volume) tegakan
yang akan ditebang. Hasil dari kegiatan ini untuk mengatur pelaksanaan
penebangan yang berdaya guna dan mengetahui tingkat efisiensi
pemanenan hasil hutan (besarnya realisasi hasil yang dipungut
dibandingkan dengan volume tegakan).
 Penebangan pohon, dimulai dari penentuan arah rebah sampai pohon
selesai dirobohkan. Dalam menentukan arah rebah perlu diperhatikan
keadaan lapangan dan posisi pohon. Penebangan harus dilakukan secara
hati-hati untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik.
 Pembagian batang, pekerjaan memotong pohon yang telah direbahkan
menjadi bagian-bagian batang yang lebih kecil dengan memperhatikan
syarat-syarat seperti, ukuran yang diminta pasar, kebijakan penjualan
kayu, kemudahan penyaradan dan pengangkutan, dan adanya industri yang
mengerjakan kayu serta pesanan-pesanan.
 Penyaradan, yaitu membawa kayu dari tempat tebangan ke tempat
pengumpulan (TPn) yang dapat dilakukan dengan bantuan hewan dan
manusia atau secara mekanis dengan menggunakan sistem
kabel/traktor/skidder.
9

 Pengangkutan kayu, kegiatan untuk membawa kayu dari TPn ke TPK dan
dimulai saat kayu dimuat di tempat pengumpulan. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggunakan truk atau alat angkut di air seperti tongkang atau
kapal.

Tabel 4 Tata waktu kegiatan pengusahaan HTI


Tahun Ke-
Kegiatan HTI
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 dst
Perencanaan
RKPH
RKT
Tata Batas
Penataan Hutan
PWH
Penanaman
Pemeliharaan
Tanaman Muda
Dan Tegakan
Perlindungan
Pemanenan
Sumber: Octofivtin (2004)
10

2.2 Tinjauan Pembiayaan Pengusahaan HTI


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 1999 tentang Hak
Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi, Pedoman
Pelaporan Keuangan Pengusahaan Hutan tahun 1995, dan hasil-hasil penelitian di
lapangan (Timor 2003), biaya pembangunan HTI secara umum terdiri atas:
1. Biaya perencanaan
2. Biaya penanaman
3. Biaya pemeliharaan dan pembinaan hutan
4. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan
5. Biaya pemungutan hasil hutan
6. Biaya pemenuhan kewajiban kepada Negara
7. Biaya pemenuhan kewajiban pada lingkungan dan sosial
8. Biaya pembangunan sarana dan prasarana
9. Biaya administrasi dan umum
10. Biaya pendidikan dan latihan
11. Biaya penelitian dan pengembangan
12. Biaya penilaian HTI
11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Riau
Andalan Pulp & Paper (RAPP) Sektor Tesso, Propinsi Riau. Adapun waktu
penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009.

3.2 Jenis Data


Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi jenis, jumlah, harga alat, prestasi kerja dari tenaga kerja, dan
jumlah material yang diperlukan dalam kegiatan pengusahaan HTI di lapangan.
Data sekunder meliputi biaya-biaya kegiatan penunjang HTI, realisasi tebangan,
kondisi umum, dan indikator ekonomi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dan wawancara
secara langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dengan cara mengutip arsip
perusahaan dan literatur yang terkait dengan penelitian.

3.4 Metode Pengamatan Waktu Kerja


Nugroho (2002) menyebutkan bahwa waktu kerja merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Waktu kerja dibagi menjadi dua,
yaitu waktu produktif dan waktu non produktif.

3.4.1 Waktu produktif


Waktu produktif merupakan bagian dari waktu kerja yang digunakan
untuk memproduksi output dalam pekerjaan utama maupun pekerjaan pendukung.
Ada 3 macam waktu produktif, yaitu:
 Waktu tetap merupakan waktu produktif yang bersifat tetap dan tidak
dipengaruhi oleh volume pekerjaan utama. Secara matematis dirumuskan:

Wf =
12

Keterangan:
Wf = waktu tetap (menit)
Wf1 = elemen waktu tetap ke-i (menit)

 Waktu variabel merupakan waktu produktif yang dipengaruhi oleh waktu


kerja utama. Secara matematis dirumuskan:

Wv =
Keterangan:
Wv = waktu variabel (menit)
Wv1 = elemen waktu variabel ke-i (menit)

 Waktu total merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan


semua pekerjaan. Biasanya dapat dihitung dengan menjumlahkan waktu
tetap dan waktu variabel.

3.4.2 Waktu Non Produktif


Waktu non produktif merupakan bagian dari waktu-waktu yang tidak
berproduksi seperti pemeliharaan rutin, perbaikan kerusakan, pemogokan
karyawan, dan penghentian pekerjaan karena cuaca buruk.

3.5 Pengukuran Waktu Kerja


Ada beberapa metode untuk pengukuran waktu kerja (Timor, 2003), antara
lain:
 Metode null stop, metode ini menggunakan dua buah stop watch yang
dapat membaca seketika dan pada setiap awal elemen kerja dikembalikan
ke angka nol.
 Metode berturut, metode ini hanya memakai satu buah stop watch dari
awal hingga akhir pekerjaan yang dihitung dengan cara mengurangi dua
waktu yang berurutan. Pengambilan contoh kontraktor yang diukur dengan
penarikan secara acak sederhana, sehingga setiap kontraktor memiliki
peluang yang sama untuk dipilih.
13

 Metode kombinasi null stop dan berturut, metode ini menggunakan lebih
dari satu stop watch dimana setiap elemennya dihitung dengan kedua
metode di atas untuk menghilangkan kesalahan.

3.6 Cara Perhitungan Biaya


Nugroho (2002) menyebutkan bahwa perhitungan biaya didasarkan pada
prestasi kerja masing-masing kegiatan dimana biaya-biaya tersebut
dikelompokkan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost).

3.6.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam satuan unit
waktu tertentu tetapi akan berubah per satuan unitnya jika volume produksi per
satuan waktu tersebut berubah. Komponen biaya tetap terdiri atas penyusutan,
bunga modal, asuransi, gaji karyawan, dan pajak. Besarnya pajak ditentukan
berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk penyusutan dan bunga modal dapat
dihitung dengan rumus seperti di bawah ini:
Penyusutan (P) = Keterangan:

P = Penyusutan (Rp/tahun)
M = Harga beli alat (Rp)
R = Nilai sisa alat (Rp)
N = Masa pakai alat (tahun)

( )( )
Bunga Modal (BM) = [{ + R}x i %]

Keterangan:
BM = Bunga modal (Rp/tahun)
M = Harga beli alat (Rp)
R = Nilai sisa alat (Rp)
N = Masa pakai alat (tahun)
I% = Suku bunga atau asuransi (%)
14

3.6.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)


Biaya tidak tetap merupakan biaya yang per satuan unit produksinya tetap
tetapi akan berubah jumlah totalnya jika volume produksinya berubah. Komponen
biaya tidak tetap (biaya variabel) terdiri atas upah, bahan baku, pemeliharaan, dan
perbaikan.

3.6.3 Biaya Total (Total Cost)


Perhitungan biaya total akan disajikan dalam bentuk tabel pembiayaan
kegiatan pengusahaan HTI yang dihitung berdasarkan prestasi kerja masing-
masing kegiatan pada setiap areal kerja (Rp/ha). Biaya total terdiri atas biaya tetap
dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Perhitungan kegiatan pengusahaan HTI
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Perhitungan biaya kegiatan pengusahaan HTI


Kegiatan HTI Unit Biaya Tetap Biaya Biaya Total
Variabel
Perencanaan Rp/ha …….. …….. ……..
Pengadaan bibit Rp/ha …….. …….. ……..
Penanaman Rp/ha …….. …….. ……..
Pemeliharaan tanaman Rp/ha …….. …….. ……..
Perlindungan hutan Rp/ha …….. …….. ……..
Pemanenan kayu Rp/ha …….. …….. ……..
Kewajiban kepada Negara Rp/ha …….. …….. ……..
Kewajiban kepada lingkungan Rp/ha …….. …….. ……..
sosial …….. …….. ……..
Pembangunan sarana dan Rp/ha …….. …….. ……..
prasarana …….. …….. ……..
Administrasi dan umum Rp/ha …….. …….. ……..
Pendidikan dan latihan Rp/ha …….. …….. ……..
Penelitian dan pengembangan Rp/ha
Penilaian HTI Rp/ha

Jumlah …….. …….. ……..


Sumber: Timor (2003)
15

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan


PT. Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP) merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang pulp dan kertas. PT. RAPP didirikan oleh Bapak Sukanto
Tanoto. Awalnya merupakan bisnis keluarga tetapi sekarang menjadi bisnis
internasional. Pada mulanya proyek yang dibangun adalah plywood mill
(pengolahan kayu lapis) dalam skala kecil. Proyek ini diselesaikan dalam waktu
11 bulan 15 hari, kemudian diberi nama Raja Garuda Mas (RGM). Pada bulan
Agustus 1975, plywood mill ini diresmikan oleh Presiden Soeharto. Plywood mill
ini merupakan dasar dari RGM group.
Proyek berikutnya adalah PT. Indorayon Utama yang mulai beroperasi
pada tahun 1989 yang bergerak dalam industri tekstil. Setelah itu, didirikan kraft
pulp mill (Riau Pulp) pada tahun 1992 dan mulai beroperasi sejak tahun 1995.
Pada awal operasinya perusahaan ini mampu memproduksi sekitar 750.000 ton
pulp/tahun dengan kualitas pulp internasional..
Perusahaan ini tergabung dalam APRIL Group (Asia Pasific Resources
International Limited) yang berpusat di Singapura. Salah satu pemegang saham
utama APRIL Group adalah RGMI (Raja Garuda Mas Internasional) yang
memiliki 82 buah perusahaan terbesar di Indonesia dan mancanegara. Bidang
usaha yang digeluti RGM antara lain, bisnis kayu, perbankan property, serta
perkebunan kelapa sawit.
Visi APRIL adalah menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar
di dunia dengan manajemen terbaik, paling menguntungkan, berkelanjutan serta
merupakan perusahaan pilihan bagi para pelanggan dan para karyawan.
Sekitar 85% pulp hasil dari proses produksi didistribusikan ke luar negeri
sedangkan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Negara-negara tujuan
ekspor pulp PT RAPP antara lain : Eropa, Amerika, China, Korea, India, Taiwan,
Jepang, Australia serta negara-negara di Asia Tenggara.
16

4.2 Luas dan Letak


PT. RAPP terletak di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan
Pangkalan Kerinci yang berjarak ± 75 km sebelah Timur dari Pekanbaru, ibukota
Provinsi Riau. Sedangkan kantor pusat dan urusan administrasi serta kerjasama
terletak di Jl. Teluk Betung No. 31 Jakarta Pusat 10230. Lokasi produksi yang
terletak di Pangkalan Kerinci merupakan lokasi yang strategis karena dekat
dengan sumber bahan baku (HTI) dan memiliki iklim yang sesuai dengan
pertumbuhan pohon yang menjadi bahan baku pulp dan kertas. Bahan baku
pendukung produksi berupa air juga mudah diperoleh karena lokasi pabrik dekat
dengan aliran sungai kampar yang berjarak sekitar 4 km.
PT. RAPP memiliki 8 sektor HTI yaitu Sektor Baserah, Sektor Cerenti,
Sektor Langgam, Sektor Logas, Sektor Mandau, Sektor Pelalawan, Sektor Tesso,
dan Sektor Ukui. Berdasarkan keputusan IUPHHK pada HTI, SK.356/Menhut-
II/2004 tanggal 1 Oktober 2004, PT. RAPP memiliki luas areal hutan tanaman
sebesar 235.140 Ha. Dimana luas areal ini terbagi menjadi dua yaitu untuk lahan
kering (dry land) seluas 151.500 Ha dan daerah rawa (peat land) seluas 83.640
Ha.
Salah satu HTI PT. RAPP adalah sektor Tesso. Tesso terbagi atas Tesso
Barat dan Tesso Timur tetapi semua kegiatan administrasinya terdapat di Tesso
Timur. Tesso memiliki letak astronomis yaitu untuk wilayah Tesso Barat pada
0003’53’’ - 0042’58’’ LS dan 100014’19’’ – 100 023’45’’ BT sedangkan untuk
wilayah Tesso timur pada 0010’00’’ - 0001’00’’ LS dan 101018’00’’ - 101033’00’’
BT. Tesso memiliki luas wilayah 41.482,8 Ha.

4.3 Keadaan Lapangan


4.3.1 Vegetasi
PT. RAPP memiliki areal HTI seluas 235.140 Ha dimana jenis tanaman
yang dikembangkan adalah jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa. Selain
itu juga terdapat beberapa jenis Eucalyptus. Jenis Acacia mangium ditanam di
daerah tanah mineral (dry land) sedangkan Acacia crassicarpa ditanam di daerah
rawa (peat land).
17

Vegetasi yang ditanam pada sektor Tesso adalah Acacia mangium karena
Tesso merupakan wilayah dry land. Areal hutan produksi tetap pada kawasan ini
yang ditanamai Acacia mangium seluas 21.818 Ha atau 68,72%, areal konservasi
seluas 7.694 Ha atau 20,89%, dan sarana/prasarana (infrastruktur dan tanaman
kehidupan/KPPA) seluas 4.105 Ha atau 9,69%. Data ini diperoleh berdasarkan SK
NO. 137/Kpts-II/1997/SK No. 356/Menhut-II/2004.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

4.3.2 Topografi
Areal HTI pada Sektor Tesso berada pada ketinggian 20-160 m dpl.
Berdasarkan pada RKT 2009 PT. RAPP maka dapat diketahui kelas kelerengan
sektor Tesso yaitu untuk Tesso timur, datar (5.300 Ha); landai (6.210 ha); agak
curam (790 Ha). Sedangkan untuk Tesso Barat, datar (12.455 Ha); landai (4.555
Ha); agak curam (990 Ha).

4.3.3 Tanah
Jenis tanah pada sektor Tesso ini sangat beragam, tetapi jenis yang paling
dominan pada sektor ini adalah jenis tanah podsolik merah kuning, podsolik
kromik, oksisol kromik, kambisol distrik. Sedangkan jenis lainnya misalnya
adalah gleisol, organosol, dan alluvial.
18

4.3.4 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson, areal HTI Sektor Tesso
termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan rata-rata adalah 2.315
mm/thn dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah
pada bulan Juli. Jumlah hari hujan adalah 129 hari/thn. Suhu udara berkisar antara
25 0C sampai 27 0C dengan temperatur maksimum 350C dan minimum 190C.
kelembaban rata-rata sebesar 83%.

4.3.5 Hidrologi
Areal HTI PT. RAPP termasuk dalam daerah aliran sungai/anak sungai
antara lain, sungai Kampar, Nilo, Bt. Kuantan, Denalo, Kampar Kiri, Segati,
Singingi, Putik, Tapi, Siak, Mandau, Selampayan Kanan, Selampayan Kiri, dan
sungai Tesso.

4.4 Pengusahaan HTI


Berdasarkan buku Rencana Karya Tahunan (RKT) PT. RAPP sektor Tesso
tahun 2009, luas penanaman tanaman pokok (HTI) sektor Tesso adalah 5.400 Ha
sedangkan untuk keseluruhan HTI PT. RAPP adalah 57.000 Ha. Luas areal
tebangan berdasarkan RKT tahun 2009 seluas 7.705 Ha, dan memiliki areal
persemaian bibit seluas 5 Ha dengan produksi bibit 869.493 bibit/bulan.

4.5 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat


Tesso terbagi menjadi dua wilayah yaitu Kampar Kiri dengan total
penduduk 56.084 jiwa dan Kuansing Dalam dengan total penduduk 115.407 jiwa.
Mayoritas penduduk di wilayah ini beragama Islam (88%), Katholik/Protestan
(10%), dan lainnya (2%). Penduduk di wilayah Tesso ini memiliki mata
pencaharian sebagai petani (50%), pedagang (14%), dan lain-lain (36%).
Fasilitas pendidikan di wilayah ini cukup lengkap, antara lain untuk
wilayah Kampar Kiri memiliki 58 unit Sekolah Dasar, 7 unit SLTP, dan 3 unit
SLTA. Sedangkan untuk wilayah Kuansing Dalam memiliki 96 unit Sekolah
Dasae, 20 unit SLTP, dan 9 unit SLTA.
19

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kegiatan Pengusahaan


Kegiatan pengusahaan HTI PT. RAPP meliputi pengadaan bibit,
penanaman, pemeliharaan tanaman, perlindungan hutan, dan pemanenan kayu.
PT. RAPP memiliki hari efektif kerja 25 hari dalam 1 bulan.

5.1.1 Pengadaan Bibit


Nursery yang terdapat di Estate Teso ini disebut Satelit Teso. Satelit Teso
ini meiliki luas sebesar 5 Ha dimana jumlah produksi bibitnya adalah 869.493
bibit/bulan. Jenis tanaman yang dikembangkan pada tahun 2009 ini adalah Acacia
mangium. Biasanya Satelit Teso ini juga mengembangkan bibit Eucalyptus dan
Acacia crassicarva, namun sekarang ini bibit tersebut diperoleh dari Baserah
Central Nursery (BCN).
Benih diperoleh dari Departemen R&D di Head Office (HO). Pengadaan
bibit di Satelit Teso ini dilakukan dengan cara penanaman biji (direct seedling).
Benih Acacia mangium yang akan ditanam ini sebelumnya mengalami beberapa
perlakuan, antara lain direndam dulu dalam air panas ±15 menit kemudian benih
ini direndam dalam air dingin selama 12 jam. Setelah direndam, benih tersebut
akan siap untuk ditanam di media tanam. Media yang digunakan adalah campuran
serbuk kelapa (50%) dan tanah gambut (50%) yang biasanya disebut cocopeat.
Kegiatan direct seedling ini terdiri atas sterilisasi media, penanaman, dan
pemeliharaan di seed area selama 12-14 hari, kemudian dikeluarkan ke open area
sampai umur 10 minggu (siap tanam). Penyiraman dilakukan 2x sehari. Bibit
mulai diberi pupuk pada saat berumur 21 hari sebanyak 3x seminggu. Kemudian,
penjarangan mulai dilakukan ketika bibit berumur 6 minggu. Dari semua benih
yang ditanam menjadi bibit, hanya 50% saja yang akan ditanam di HTI karena
yang lainnya mati dan tidak layak untuk ditanam.
Pupuk yang digunakan untuk pembibitan ini adalah NPK Blue dan NPK
mutiara. Hama tanaman yang sering dijumpai antara lain, ulat daun, kepik, tikus,
dll. Cara pemberantasan hama ini dengan menggunakan pestisida yang
disemprotkan 2x seminggu atau tergantung kondisi bibit tersebut. Bibit yang siap
20

untuk ditanam di HTI dimasukkan ke kardus atau wadah plastik. Kardus dapat
memuat 100 bibit sedangkan wadah plastik hanya dapat memuat 50 bibit.

Tabel 6 Prestasi kerja kegiatan pengadaan bibit


Kegiatan Besar Prestasi kerja
(HOK/th)
Tabung (kumpul dan susun dalam tray) 936,72
Buang media bekas 589,8
Transfer tube dan tray ke gudang produksi media 289,56
Produksi media 1327,08
Sowing benih 1592,52
Consolidasi 1218,48
Moving ke open area 1096,56
Fertilizing 5070
Pest and deseases 507,6
Spasing 731,04
Adding peat/tambah media/top dressing 312
Seleksi I 1494,72
Seleksi II 1345,2
Seleksi III 1195,68
Merapihkan 724,32
Transfer bibit ke TPn 256,32
Muat bibit 224,16
Watering 900
Weeding manual 900
Utility (bed maintenance, loading, unloading media 1500
bekas)
Foreman kontraktor 1200
Supervise 300
Total 23711,76

Prestasi kerja total kegiatan pengadaan bibit adalah 23711,76 HOK/th.


21

5.1.2 Penanaman
Komponen kegiatan utama yang dilakukan di penanaman antara lain,
persiapan lahan (preplant sprying), penanaman bibit (planting) dan pemupukan,
penyiangan tanaman yang telah mati/sisip (blanking), dan weeding chemical
round 1-4 (pemeliharaan). Kegiatan penanaman di PT. RAPP ini merupakan
kerjasama antara PT. RAPP dengan contractor.
Persiapan lahan (preplant sprying) merupakan kegiatan penebasan dan
penyemprotan gulma yang dilakukan secara manual sebelum tanam. Kegiatan ini
dilakukan ±2 minggu sebelum waktu penanaman. Hal ini dilakukan agar diperoleh
kualitas lahan yang baik.
Kemudian dilakukan kegiatan penanaman (planting), yaitu menanam
sebagian besar bibit Acacia mangium dan sisanya adalah bibit Eucalyptus. Ada
beberapa jarak tanam yang digunakan di PT. RAPP ini yaitu 3m x 3m; 3m x 2,5m;
3m x 2m; 3m x 1,5m; dan 3m x 1m. jarak tanam yang sekarang digunakan untuk
Acacia mangium adalah 3m x 2,5m. Ukuran lubang tanam adalah 20cm x 20 cm
dengan kedalaman 20 cm untuk normal soil dan 30cm x 30cm dengan kedalaman
40cm untuk compact soil (tanah padat). Compact soil pada setiap kompartemen
biasanya sebesar 8% dimana tanah ini akan membutuhkan pupuk yang lebih
banyak dibandingkan dengan normal soil. Sistem penanaman menggunakan 15
orang, dimana pembagiannya 10 orang membuat lubang dan memberi pupuk, 2
orang operator sling, 2 orang untuk menanam dan 1 orang untuk distribusi bibit
dan pupuk. Dalam kegiatan penanaman dibantu dengan pembuatan ajir (base line)
dan menggunakan sling. Peralatan lain yang digunakan adalah dodos untuk
membuat lubang tanam.
Setelah kegiatan penanaman akan dilakukan blanking (penyiangan
tanaman yang sudah mati) tapi sebelumnya dilakukan dahulu weeding chemical
round 1 yaitu untuk memberantas gulma di sekitar tanaman akasia. Weeding
chemical round 1 dan blanking ini sama-sama dilakukan 1 bulan setelah tanam.
22

Tabel 7 Prestasi kerja kegiatan penanaman


Kegiatan Besar Prestasi Kerja
(HOK/Ha)
Sourvey boundary 0,75
Pre plant spraying 2,75
Operator sling/ajir 2,00
Pembuatan lubang dan pemupukan (Planting) 9,65
Distribusi bibit dan pupuk 1,50
Blanking 0,90
Total 17,55

Total prestasi kerja untuk kegiatan penanaman adalah 17,55 HOK/Ha.

5.1.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada HTI PT. RAPP merupakan
pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman (weeding chemical round 1)
dilakukan pada saat 1 bulan setelah tanam. Weeding chemical untuk akasia
dilakukan mulai round 1-4 sedangkan untuk eucalyptus dilakukan mulai dari
round 1-7 kecuali pada kondisi tertentu. Weeding chemical round 2 dilakukan 3
bulan setelah tanam, Weeding chemical round 3 dilakukan 6 bulan setelah tanam,
dan Weeding chemical round 4 dilakukan 10 bulan setelah tanam. Setelah
Weeding chemical round 3 & Weeding chemical round 4 dilakukan PQA
(Plantation Quality Assesment) kemudian dilakukan singling (pemotongan cabang
yang bukan batang utama) dimana kegiatan ini dilakukan ketika tanaman
mencapai tinggi 1,5m - 2,5m.
Berdasarkan SMU (Soil Managemen Unit) pupuk yang digunakan pada
kegiatan penanaman adalah TSP (Triple Sulfur Phospate), MOP/KCL (Muriate of
Phospate), dan ZA (Zwavelzure Amoniak). Pupuk MOP dan ZA dicampur dan
ditaburkan di samping tanaman, sedangkan pupuk TSP diaduk dengan tanah yang
digunakan sebagai media tanam.
23

Tabel 8 Prestasi kerja kegiatan pemeliharaan


Kegiatan Besar Prestasi Kerja
(HOK/Ha)
Weeding chemical round 1 2,75
Weeding chemical round 2 2,75
Weeding chemical round 3 2,50
PQA 1 (Plantation Quality Assesment) 7,00
Weeding chemical round 4 2,50
PQA 2 (Plantation Quality Assesment) 7,00
Singling 1,50
Total 26,00

Total prestasi kerja untuk kegiatan pemeliharaan adalah 26,00 HOK/Ha.

5.1.4 Perlindungan Hutan


Luas areal tanaman yang dilindungi sampai pada tahun 2009 di sektor
Tesso adalah 7.694 Ha. Kegiatan yang paling diutamakan pada perlindungan
hutan adalah pencegahan kebakaran hutan. Pencegahan kebakaran yang dilakukan
bersifat preventif yaitu dengan cara sosialisasi kepada masyarakat dan patroli. Ada
beberapa lokasi yang menjadi tanggung jawab sektor Tesso antara lain, areal yang
ada tanaman (HTI/akasia); areal non tanaman (jalan sarad); areal masyarakat
(konsesi); areal masyarakat di luar konsesi; dan areal konservasi termasuk hutan
alam. Adanya kawasan konservasi juga merupakan salah satu dari kegiatan
perlindungan hutan, tetapi pada areal konservasi ini tidak diperlukan adanya
tenaga kerja. Berikut adalah besar prestasi kerja perlindungan hutan.
24

Tabel 9 Prestasi kerja kegiatan perlindungan hutan


Kegiatan Besar Prestasi Kerja
(HOK/Ha)
Pencegahan kebakaran dan hama 1,00
penyakit
Pemeliharaan hutan lindung 0,10
Total 1,10

Kegiatan yang dilakukan untuk perlindungan hutan di sektor Tesso adalah


pencegahan kebakaran dan hama penyakit serta pemeliharaan hutan lindung. Total
prestasi kerja kegiatan perlindungan hutan adalah 1,10 HOK/Ha.

5.1.5 Pemanenan Kayu


Berdasarkan rencana produksi RKT 2009 untuk sektor Tesso diperlukan
akasia 1.140.605 m3 kayu untuk diproduksi dari areal tebangan seluas 7368,7 Ha
dan eucalyptus 57.346 m3 kayu untuk diproduksi dari areal tebangan seluas 336,3
Ha. Keseluruhan kegiatan pemanenan kayu di PT. RAPP dikerjakan oleh
contractor kerja pemanenan dari PTSI (Pec Tech Service Indonesia). Kegiatan
pemanenan kayu pada HTI PT. RAPP meliputi proses sebelum pemanenan (pre
harvesting process), proses pemanenan (harvesting process), dan proses setelah
pemanenan (post harvesting process).
1. Pre Harvesting Process
Kegiatan manual yang dilakukan sebelum pemanenan kayu antara lain, (1)
pengimasan (underbrushing) yaitu pembersihan areal dalam kompartemen dari
tumbuhan bawah, anakan, pohon mati, tumbuhan merambat dan liana, terkecuali
yang berada di kawasan riparian/daerah konservasi; (2) pengecekan batas
kompartemen (boundary demarcation) yaitu penandaan batas-batas petak,
kawasan penyangga, dan kawasan-kawasan terlarang, selain itu juga meliputi
kegiatan identifikasi dan penandaan spesies pohon yang dilindungi atau pohon
yang oleh masyarakat setempat diusahakan seperti palem sagu dan pohon
madu/sialang; (3) perencanaan mikro pemanenan kayu (microplanning) dimana
dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan penebangan, terutama dalam
25

penentuan main trail, spur road, lokasi TPn, maupun arah pergerakan alat
mekanisasi penebangan misalnya skidder yang tujuannya adalah untuk
mengetahui gambaran umum kondisi lahan dan tegakan.
2. Harvesting Process
Harvesting process meliputi kegiatan penebangan (felling), pemotongan
(bucking), pengupasan kulit penuh (grand debarked), penumpukan kayu
(stacking), extraction ke TPn, dan hauling ke mill. Pada kegiatan penebangan
sampai stacking dilakukan oleh beberapa group, dimana satu group terdiri dari 6-
10 orang. Contractor ini ada yang pekerja lokal dengan produktivitas 2,0
m3/day/orang dan pekerja dari Sambas dengan produktivitas 2,5 m3/day/orang.
Satu group hanya memilki satu buah chainsaw untuk menebang pohon. Sebelum
pohon tersebut ditebang, dilakukan predebark pada saat pohon masih berdiri yang
tujuannya adalah untuk memudahkan proses debarking lanjutan setelah pohon
rebah dan dipotong. Pohon yang ditebang adalah yang memiliki diameter minimal
3cm. Kemudian kayu tersebut akan dipotong sesuai ukuran dengan panjang
sortimen kayu 4m. Komponen kerja penebangan yang dilakukan dimulai dari
merobohkan pohon, pengupasan kulit, membagi batang, dan stacking di tepi jalur
sarad. Penumpukan kayu (stacking) pada petak tebang memiliki ukuran tinggi dan
lebar 1m x 1m atau 1m x 2m. Penyaradan (extraction) dapat dilakukan dengan
menggunakan skidder, forwarder, dan ponton darat.
Kegiatan skidding adalah menarik tumpukan kayu dengan alat mekanis
yang dinamakan skidder. Skidder ini dioperasikan oleh satu orang operator dan
satu orang helper. Tumpukan kayu (stacking) diletakkan pada ponton darat dan
akan ditarik ke TPn menggunakan skidder. Rata-rata kerja skidder slegh adalah 12
jam/hari dengan produktivitas sebesar 25 m3/jam. Kegiatan extraction juga dapat
dilakukan dengan menggunakan forwarder. Forwarder ini dioperasikan oleh satu
orang operator. Rata-rata kerja forwarder adalah 20 jam/hari dengan
produktivitas 35 m3/jam.
Kegiatan hauling merupakan pengangkutan kayu dari TPn ke mill.
Pemuatan (loading) kayu dari TPn ke truk menggunakan excavator. Adapun jenis-
jenis truk untuk pengangkutannya antara lain, tronton dengan kapasitas 25-35 ton,
26

trinton kapasitas 35-45 ton, trailer kapasitas 40-60 ton, dan road train kapasitas
70-130 ton.
3. Post Harvesting Process
Guna pengawasan kesesuaian kontrak kerja antara kontraktor maupun
Riaufiber akan proses pemanenan kayu yang telah dilakukan, maka proses post
harvesting sangat dibutuhkan. Post harvesting ini meliputi penilaian mutu
pemanenan (Residual Wood Assesment) sebagai dasar kepastian pemanfaatan
optimal seluruh kayu pulp yang tersedia dengan menghitung tiap potongan kayu
yang tertinggal. Pemenuhan persyaratan dalam penilaian lingkungan
(Enviromental Assesment) akan dampak kegiatan pemanenan terhadap daerah-
daerah konservasi maupun terlarang. Selain itu, areal yang telah melalui tahapan
proses pemanenan kemudian akan dipersiapkan untuk ditanami (handing over
area to plantation).

Tabel 10 Prestasi kerja kegiatan pemanenan kayu


Kegiatan Besar Prestasi kerja
(HOK.Ha)
Penebangan (manual) 15,00
Under brushing 10,00
Pemanenan manual 5,00
Pemanenan mekanis 1,50
Hauling 1,69
Mitsubishi trailer 0,95
Tronton 0,74
Total 18,19

Prestasi kerja untuk kegiatan penebangan (manual) sebesar 15,00


HOK/Ha, Pemanenan mekanis sebesar 1,50 HOK/Ha, dan hauling sebesar 1,69
HOK/Ha. Total prestasi kerja pemanenan kayu adalah 18,19 HOK/Ha.
27

Tabel 11 Prestasi kerja kegiatan pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso
Kegiatan HTI Satuan Prestasi Kerja
Pengadaan bibit*) HOK/Ha 4,39
Penanaman HOK/Ha 17,55
Pemeliharaan tanaman HOK/Ha 26,00
Perlindungan hutan HOK/Ha 1,10
Pemanenan kayu HOK/Ha 18,19
*)
Keterangan: Total prestasi kerja kegiatan pengadaan bibit sebesar 23.711,76
HOK/th dibagi luas areal penanaman tahun 2009 seluas 5400 Ha.

5.2 Biaya Pengusahaan


Biaya pengusahaan di PT. RAPP meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap
(operasional lapangan). Biaya tetap ditimbulkan karena adanya biaya-biaya
penyusutan, bunga modal, dan asuransi alat. Sedangkan biaya tidak tetap
ditimbulkan karena upah tenaga kerja dan material-material lapangan. Berikut ini
adalah besarnya biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis
biaya dan berdasarkan jenis kegiatan.

Tabel 12 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis biaya
(harga tahun 2009)
Jenis Biaya Biaya Biaya Persentase (%)
3 *)
(Rp ribu/Ha) (Rp ribu/m )
Biaya Tetap 13.144,49 77,32 68,81
Penyusutan 12.145,37 71,44 63,58
Bunga Modal 774,34 4,55 4,05
Asuransi 224,77 1,32 1,18
Biaya Tidak Tetap 5.958,41 63,36 31,19
Tenaga Kerja 3.279,66 19,29 17,17
Material 2.678,75 15,76 14,02
Total 19.102,90 112,37 100,00
Keterangan: *) Biaya per Ha dibagi realisasi produksi kayu di PT. RAPP sektor
Tesso sebesar 170 m3/Ha.
28

Tabel 13 Biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso berdasarkan jenis
kegiatan (harga tahun 2009)
Kegiatan HTI Biaya Biaya Persentase (%)
(Rp ribu/Ha) (Rp ribu/m3)*)
Pengadaan bibit 246,77 1,45 1,29
Penanaman 1.965,49 11,56 10,29
Pemeliharaan 1.490,93 8,77 7,80
Perlindungan hutan 75,89 0,45 0,40
Pemanenan kayu 15.323,82 90,14 80,22
Total 19.102,90 112,37 100,00
Keterangan: *) Biaya per Ha dibagi realisasi produksi kayu di PT. RAPP sektor
Tesso sebesar 170 m3/Ha.
29

Tabel 14 Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Kegiatan HTI PT. RAPP Sektor Tesso
Kegiatan HTI
Uraian Unit Pengadaan Pemanenan Kayu Total %
Penanaman Pemeliharaan Perlindungan
Bibit Alat Alat
Hauling Sub Total
Manual Mekanis
Biaya tetap
Penyusutan Rp ribu/th 260516.32 1455.00 5806.00 179036.60 980771.43 3172310.00 960000.00 5113081.43 5559895.35
Rp ribu/Ha 48.24 2.43 12.27 23.27 2313.14 7481.86 2264.15 12059.15 12145.37 63.58
Bunga Modal Rp ribu/th 8299.26 10.71 45.70 18600.30 141384.47 137935.66 47275.00 326595.13 353551.10
Rp ribu/Ha 1.54 0.02 0.10 2.42 333.45 325.32 111.50 770.27 774.34 4.05
Asuransi Rp ribu/th 2404.69 0.00 0.00 5396.30 41047.10 40045.84 13725.00 94817.94 102618.93
Rp ribu/Ha 0.45 0.00 0.00 0.70 96.81 94.45 32.37 223.63 224.77 1.18
Sub Total Rp ribu/th 271220.26 1465.71 5851.74 203033.27 1163203.00 3350291.50 1021000.00 5534494.50 6016065.48
Rp ribu/Ha 50.23 2.45 12.37 26.39 2743.40 7901.63 2408.02 13053.05 13144.49 68.81

Biaya Tidak
Tetap
Tenaga Kerja Rp ribu/Ha 152.39 789.75 1170.00 49.50 880.80 139.22 98.00 1118.02 3279.66 17.17
Material Rp ribu/Ha 44.15 1173.29 308.56 0.00 246.57 348.67 557.51 1152.75 2678.75 14.02
Sub Total Rp ribu/Ha 196.54 1963.04 1478.56 49.50 1127.37 487.89 655.51 2270.77 5958.41 31.19
Total Rp ribu/Ha 246.77 1965.49 1490.93 75.89 3870.77 8389.52 3063.53 15323.82 19102.90
Presentase (%) 1.29 10.29 7.80 0.40 20.26 43.92 16.04 80.22 100.00

1. Luas persemaian satelit Tesso adalah 5 Ha yang dapat mensuplai area penanaman PT. RAPP Sektor Tesso seluas 5400 Ha
2. Areal penanaman sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 598.3 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 17,55 HOK/Ha
3. Areal pemeliharaan sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 473 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 26,00 HOK/Ha
4. Areal tanaman yang dilindungi sektor Tesso seluas 7694 Ha dengan kebutuhan HOK sebesar 1,10 HOK/Ha
5. Pemanenan kayu berturut-turut untuk 1 regu penebangan (6 orang). Berdasarkan RKT 2009, areal penebangan seluas 7.705 Ha. Sedangkan yang telah ditebang dari
bulan Januari-Maret seluas 424,0 Ha.
30

5.2.1 Biaya Kegiatan Teknis


Dilihat dari Tabel 12, dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan teknis berdasarkan jenis biaya sebesar Rp. 19.102.900 per Ha.
Biaya ini terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 13.144.490 per Ha dan biaya tidak
tetap sebesar Rp. 5.958.410 per Ha. Biaya terbesar adalah biaya penyusutan
sebesar Rp. 12.145.370 per Ha (63,58%), diikuti biaya tenaga kerja sebesar Rp.
3.279.660 per Ha (17,17%), biaya material Rp. 2.678.750 (14,02%), bunga modal
sebesar Rp. 774.340 per Ha (4,05%), dan biaya asuransi sebesar Rp. 224.770 per
Ha (1,18%).
Sedangkan apabila dilihat dari biaya pengusahaan berdasarkan jenis
kegiatan, diketahui biaya terbesar adalah pada kegiatan pemanenan kayu sebesar
Rp. 15.323.820 per Ha (80,22%), kemudian diikuti oleh biaya penanaman sebesar
Rp. 1.965.490 per Ha (10,29%), biaya pemeliharaan sebesar Rp. 1.490.930 per Ha
(7,80%), biaya pengadaan bibit sebesar Rp. 246.770 per Ha (1,29%), dan biaya
kegiatan perlindungan hutan Rp. 75.890 per Ha (0,40%).

5.2.2 Biaya Total


Untuk mendapatkan besarnya biaya pengusahaan HTI maka perlu
dilakukan studi literatur terhadap beberapa pustaka yang terkait. Dalam hal ini
dilakukan rata-rata penjumlahan biaya pengusahaan HTI terhadap tiga buku studi
kelayakan mengenai pembiayaannya, buku tersebut antara lain: PT. Kiani Lestari
(KL) tahun 1991, PT. Ekawana Lestari Dharma (ELD) tahun 1993, dan PT.
Kelawit Wana Lestari (KWL) tahun 1993. Penjumlahan biaya pengusahaan HTI
yang dihitung dari data-data yang diperoleh dari lapangan di PT. RAPP sektor
Tesso dan rata-rata pembiayaan tiga buku studi kelayakan HTI berdasarkan harga
konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 15.
Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa biaya total kegiatan pengusahaan
HTI sebesar Rp 11.227.000,- per Ha atau Rp. 72.190,- per m3 (USD 8,57 per m3)
berdasarkan harga konstan tahun 2000, (Kurs 1 USD tahun 2000 = Rp. 8421,78).
Harga jual kayu Acacia mangium sebagai bahan baku pulp dan kertas sebesar Rp.
204.000,- per m3 atau USD 24,22 per m3 (berdasarkan harga perdagangan dan
perindustrian tahun 2000). Dapat dikatakan bahwa, dengan keadaan produksi
31

kayu pada PT. RAPP sektor Tesso yang memiliki realisasi tebangan tahun 2009
sebesar 170 m3 per Ha maka di areal pengusahaan hutan Tesso terdapat kelebihan
nilai jual kayu terhadap biaya total kegiatan pengusahaan atau keuntungan kotor
sebesar USD 15,65 per m3.
Tingkat keuntungan sebesar USD 15,65 per m3 di HTI PT. RAPP sektor
Tesso tidak menunjukkan profitabilitas perusahaan yang sesungguhnya. Nilai per
m3 kayu tersebut belum memperhitungkan biaya-biaya seperti pungutan tidak
resmi dan biaya-biaya siluman serta biaya sosial dan lingkungan akibat adanya
pembangunan HTI.
32

Tabel 15 Biaya total kegiatan pengusahaan HTI (harga konstan tahun 2000)
Kegiatan HTI Biaya Biaya Persentase
(Rp (Rp (%)
ribu/Ha) ribu/m3)
Kegiatan Teknis1)
Pengadaan Bibit 103,71 0,61 0,85
Penanaman 826,08 4,86 6,73
Pemeliharaan 626,63 3,69 5,11
Perlindungan Hutan 31,90 0,19 0,26
Pemanenan Kayu 6.440,48 37,89 52,48

Kegiatan Penunjang2)
Perencanaan 101,87 0,79 1,09
Pembangunan Sarana dan Prasarana 1.303,00 10,17 14,09
Administrasi dan Umum 1.126,00 8,79 12,18
Diklat dan Litbang 434,06 3,39 4,70

Lain-lain
Kewajiban Kepada Negara3) 91,92 0,72 1,00
4)
Kewajiban Kepada Lingkungan Sosial 96,36 0,75 1,04
4)
Penilaian HTI 45,17 0,35 0,48

Jumlah 11.227,00 72,19 100,00


Keterangan:
1. Dihitung berdasarkan data lapangan PT. RAPP (2009: Rp. 23.915.910 per
Ha : GDP Deflator = 237,93 : Kurs 1 USD tahun 2000= Rp. 8421,78,-).
2. Dihitung berdasarkan tiga buku studi kelayakan masing-masing PT. Kiani
Lesatari (1991: Rp. 509.458 : GDP Deflator = 26,86), PT. Ekawana
Lestari Dharma (1993: Rp. 1.031.861 : GDP Deflator = 30,81), dan PT.
Kelawit Wana Lestari (1993: Rp. 1.133.660 : GDP Deflator = 30,81).
3. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/Kpts-
11/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) per satuan
hasil hutan kayu (1999: Rp. 82.815 per Ha : GDP Deflator = 90,10).
4. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 389/Kpts-
11/1994 tentang Biaya Satuan Pembangunan HTI tahun 1994/1995 (1994:
Rp. 32.000 per Ha dan Rp. 15.000 per Ha : GDP Deflator = 33,21).
33

5.2.3 Perbandingan Biaya


Perbandingan biaya pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso dengan
biaya pengusahaan HTI PT. Kiani Lestari (KL) tahun 1991, PT. Ekawana Lestari
Dharma (ELD) tahun 1993, PT. Kelawit Wana Lestari (KWL) tahun 1993, PT.
Musi Hutan Persada (MHP) tahun 2002, PT. Toba Pulp Lestari (TPL) tahun 2003,
dan biaya satuan pengusahaan HTI Departemen Kehutanan (DEPHUT) disajikan
pada Tabel 16.

Tabel 16 Perbandingan biaya pengusahaan HTI PT. RAPP Sektor Tesso dan HTI
lainnya (harga konstan tahun 2000)

Biaya Pengusahaan (USD/Ha)


PT. RAPP PT. PT. PT. KL PT. ELD PT. KWL DEPHUT
Kegiatan HTI sektor TPL MHP (HTI (HTI (HTI
Tesso (HTI (HTI (HTI Pulp) Perkakas) Perkakas)
Pulp) Pulp) Pulp)
Pengadaan 12,31 28,00 16,80 61,10 56,10 18,74 60,78
bibit
Penanaman 98,10 89,00 57,19 65,20 143,86 41,88 58,63
Pemeliharaan 74,41 133,00 79,17 270,34 158,76 46,49 272,44
Perlindungan 3,79 1,00 1,88 29,26 1,87 - 38,61

Keterangan:
1. Dihitung berdasarkan data lapangan PT. RAPP (2009: Rp. 13.052.600 per
Ha : GDP Deflator = 237,93 : Kurs 1 USD tahun 2000= Rp. 8421,78,-).
2. Dihitung berdasarkan tiga buku studi kelayakan masing-masing PT. Kiani
Lesatari (1991: Rp. 509.458 : GDP Deflator = 26,86), PT. Ekawana
Lestari Dharma (1993: Rp. 1.031.861 : GDP Deflator = 30,81), dan PT.
Kelawit Wana Lestari (1993: Rp. 1.133.660 : GDP Deflator = 30,81).
3. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/Kpts-
11/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) per satuan
hasil hutan kayu (1999: Rp. 82.815 per Ha : GDP Deflator = 90,10).
4. Dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 389/Kpts-
11/1994 tentang Biaya Satuan Pembangunan HTI tahun 1994/1995 (1994:
Rp. 32.000 per Ha dan Rp. 15.000 per Ha : GDP Deflator = 33,21).
34

Pada penelitian ini, komponen-komponen biaya yang dihitung berdasarkan


pada kondisi yang terjadi di lapangan. Adanya perbedaan biaya pengusahaan
antara PT. RAPP sektor Tesso dengan HTI-HTI lainnya disebabkan karena jenis
tanaman yang dikembangkan berbeda sehingga perlakuannya juga berbeda. Selain
itu, luas areal pengusahaan, sistem kerja, dan alat-alat yang digunakan juga
berbeda.
Perbedaan biaya pengusahaan HTI PT RAPP sektor Tesso dengan sektor-
sektor lainnya adalah adanya perbedaan luas areal masing-masing kegiatan HTI
yang dikerjakan pada periode 2009 ini. Sektor Tesso juga banyak menggunakan
peralatan mekanis dalam kegiatan pemanenan kayu sehingga biaya yang
diperlukan juga lebih besar dibandingkan biaya lainnya..
35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di HTI PT. RAPP sektor Tesso,
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil perhitungan biaya lima kegiatan teknis
pengusahaan HTI (dengan harga konstan tahun 2000) yaitu, biaya pengadaan bibit
Rp. 103.710/Ha (0,92%) dengan prestasi kerja 4,39 HOK/Ha, kegiatan
penanaman sebesar Rp. 826.080/Ha (7,36%) dengan prestasi kerja 17,55
HOK/Ha, kegiatan pemeliharaan tanaman sebesar Rp. 626.630/Ha (5,58%)
dengan prestasi kerja 26,00 HOK/Ha, kegiatan perlindungan hutan sebesar Rp.
31.900/Ha (0,28%) dengan prestasi kerja 1,10 HOK/Ha, dan kegiatan pemanenan
kayu sebesar Rp 6.440.480/Ha (57,36%) dengan prestasi kerja 18,19 HOK/Ha.
Berdasarkan perhitungan harga konstan tahun 2000, total dari lima biaya kegiatan
teknis pengusahaan HTI PT. RAPP sektor Tesso sebesar Rp. 8.028.790/Ha atau
Rp. 47.240/m3 (USD 5,61/m3).
Hasil perhitungan biaya kegiatan penunjang HTI berdasarkan harga
konstan tahun 2000 sebesar Rp. 3.195.554/Ha atau Rp. 25.012,68/ m3 (USD 2,97/
m3) yang terdiri dari kegiatan perencanaan Rp. 101.868/Ha, pembangunan sarana
dan prasarana Rp. 1.303.518/Ha, administrasi dan umum Rp. 1.125.665/Ha, diklat
dan litbang Rp. 434.064/Ha, kewajiban kepada Negara Rp. 91.915/Ha, kewajiban
kepada lingkungan dan sosial Rp. 96.357/Ha, dan terakhir adalah penilaian HTI
Rp. 45.167/Ha.
Besarnya biaya total pengusahaan HTI adalah Rp 11.227.000,- per Ha atau
Rp. 72.190,- per m3 (USD 8,57 per m3) dari nilai kayu, dengan kelebihan
(keuntungan kotor) sebesar USD 15,65 per m3 (kurs 1 USD tahun 2000 = Rp.
8.421,78).
36

6.2 Saran
Diperlukan pengkajian yang lebih lanjut terhadap biaya-biaya yang sulit
diidentifikasi, misalnya pungutan-pungutan tidak resmi dan biaya-biaya siluman
serta biaya sosial dan lingkungan akibat adanya pembangunan HTI. Apabila
biaya-biaya ini dapat diperoleh maka akan didapatkan tingkat keuntungan
sebenarnya yang diperoleh perusahaan.
37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1991. Studi Kelayakan Hutan Tanaman Industri PT. Kiani Lestari dan
PT. Inhutani I Unit Batu Ampar Propinsi Dati I, Kalimantan Timur. PT.
Ifdeco Wana Bangun. Jakarta.

. 1993a. Studi Kelayakan Hutan Tanaman Industri PT. Ekawana Lestari


Dharma Unit Sungai Mempura Propinsi Dati I Riau. PT. Multi Persada.
Jakarta.

. 1993b. Studi Kelayakan Hutan Tanaman Industri PT. Kelawit Wana


Lestari Unit Sungai Kelawit Propinsi Dati I Kalimantan Timur. PT. Bakti
Multi Persada. Jakarta.

. 2006. Realisasi Penanaman Hutan Tanaman Industri per Provinsi Lima


Tahun Terakhir. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/STATISTIK/2007/IV15_06.pdf
[Diakses pada tanggal 12 Agustus 2009 ].

. 2008. Pendapatan Domestik Bruto. www.google.com. [Diakses pada


tanggal 20 Juli 2009].

Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41


Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2006. Data Stategis Kehutanan 2006. Departemen


Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang


Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan. Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2009. Rekapitulasi Data Perkembangan Tanaman HTI


tahun 2008. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2009. Realisasi Penanaman IUPHHK=HTI Periode


2002-2008. Departemen Kehutanan.

Departemen Perdagangan. 2002. SK Memperindag No.510/MPP/Kep 6/2002


tentang Penetapan Harga Patokan Barang-Barang Hasil Hutan. Jakarta.

Hendromono, Yetti Heryati dan Nina Mindawati,. editor. 2006. Teknik Silvikultur
Hutan Tanaman Industri. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
38

Mankiw, N. Gregory. 1867. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Jakarta:


Erlangga.

Nugroho, B. 2002. Analisis Biaya Proyek Kehutanan. Laboratorium Analisis


Pemanenan Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.

Octofivtin, Imelda. 2004. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT.


Toba Pulp Lestari Tbk [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2007. Panduan Teknis Kerja
Manual Harvesting. Riau: Riaufiber, Harvesting Departement.

[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2007. Panduan Teknis Kerja
Mekanis Harvesting. Riau: Riaufiber, Harvesting Departement.

[PT. RAPP] PT. Riau Andalan Pulp and Paper. 2009. Buku Panduan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK) Hutan Tanaman. Riau: Riaufiber, PT. RAPP.

Silalahi, Yoan M.P. 2007. Analisis Biaya Produksi Pulp. Studi Kasus di PT. Riau
Andalan Pulp and Paper (PT. RAPP) Pangkalan Kerinci – Riau [Skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Timor, A.F.R. 2003. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT. Musi
Hutan Persada Propinsi Sumatera Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan IPB.
39

LAMPIRAN
40

Lampiran 1 Peralatan Lapangan Kegiatan Pengadaan Bibit, Penanaman, Perlindungan, dan Pemanenan

Biaya peralatan per tahun


Umur Jumlah
Harga Bunga
Kegiatan HTI pakai kebutuhan Penyusutan Asuransi Biaya Tetap
(Rp1000) modal
(tahun) (unit/tahun)
(Rp1,000) (Rp1,000) (Rp1,000) (Rp1,000)
PENGADAAN BIBIT (direct seedling) 342784.63 10920.07 3164.06 356868.76
Sterilisasi media
ayakan gambut 35.00 1.00 1.00 35.00 2.71 37.71
sekop gambut 21.00 1.00 1.00 21.00 1.63 22.63

Pencampuran media
Sekop 21.00 1.00 1.00 21.00 1.63 22.63

Pemasukan media ke tabung


Tabung/tube 0.15 2.00 1650000.00 123750.00 0.01 123750.01

Penanaman dan pemeliharaan di seed


area
gerobak dorong 118.50 4.00 1.00 29.63 5.74 35.36

Pemeliharaan di open area


Solo pump 190.00 5.00 1.00 38.00 8.84 46.84
Ember 14.00 1.00 10.00 140.00 1.09 141.09
41

Pelangsiran bibit
Colt diesel 250000.00 8.00 7.00 218750.00 10898.44 3164.06 232812.50

PENANAMAN 1455.00 10.71 0.00 1465.71


Penyemprotan gulma
Alat penyemprot 135.00 2.00 2.00 135.00 7.85 142.85

Penanaman bibit
Dodos 28.00 2.00 40.00 560.00 1.63 561.63
Ember pupuk 14.00 1.00 40.00 560.00 1.09 561.09
Tali ajir 2.00 1.00 100.00 200.00 0.16 200.16

PEMELIHARAAN TANAMAN 5806.00 45.74 0.00 5851.74


Weeding chemical
Solo Pump 135.00 2.00 20.00 1350.00 7.85 1357.85
Apron (APD) 26.00 0.50 28.00 1456.00 3.02 1459.02

Singling/Pemangkasan
Gunting pangkas 750.00 5.00 20.00 3000.00 34.88 3034.88
42

PERLINDUNGAN HUTAN 179036.60 18600.32 5396.35 203033.27


Alat manual
Parang 30.00 1.00 20.00 600.00 2.33 602.33
Sekop 40.00 5.00 33.00 264.00 1.86 265.86
Pulaski 528.00 5.00 20.00 2,112.00 24.55 7.13 2,143.68
Kapak 75.00 2.00 15.00 562.50 4.36 566.86
Pompa gendong 3,180.00 5.00 20.00 12,720.00 147.87 42.93 12,910.80
Cangkul 75.00 2.00 37.00 1,387.50 4.36 1,391.86
Garu 1,152.00 4.00 28.00 8,064.00 55.80 16.20 8,136.00
Alat semi mekanis
Pompa Mark 3 41,280.00 5.00 4.00 33,024.00 1,919.52 557.28 35,500.80
Pompa Robyn 6,400.00 10.00 2.00 1,280.00 272.80 79.20 1,632.00
Pompa Waterous Floto 38,880.00 5.00 1.00 7,776.00 1,807.92 524.88 10,108.80
Pompa Mini Striker 12,660.00 5.00 3.00 7,596.00 588.69 170.91 8,355.60
Perlengkapan pompa
Gate way 1/4 tum 2,760.00 4.00 6.00 4,140.00 133.69 38.81 4,312.50
Ball ceck valve 840.00 2.00 4.00 1,680.00 48.83 14.18 1,743.00
Selang stafflo 1,5" 1,740.00 4.00 48.00 20,880.00 84.28 24.47 20,988.75
Selang stafflo 1" 1,296.00 4.00 49.00 15,876.00 62.78 18.23 15,957.00
MK 3 carrying pack standard 1,296.00 4.00 4.00 1,296.00 62.78 18.23 1,377.00
Nozzle cordova 1,876.80 2.00 10.00 9,384.00 109.09 31.67 9,524.76
Nozzle kombinasi 446.90 2.00 13.00 2,904.85 25.98 7.54 2,938.37
Saringan dan selang penghisap mini
striker 600.00 2.00 2.00 600.00 34.88 10.13 645.00
Saringan dan selang penghisap Mark 3 1,980.00 2.00 4.00 3,960.00 115.09 33.41 4,108.50
Scotty foam inductor 4,468.80 2.00 1.00 2,234.40 259.75 75.41 2,569.56
43

Toolkit Pompa
4 stage pump and tool kit 7,776.00 8.00 1.00 972.00 338.99 98.42 1,409.40
Toll mark 3 engine 6,480.00 8.00 1.00 810.00 282.49 82.01 1,174.50
Standart MK3 tool kit 1,539.00 4.00 1.00 384.75 74.55 21.64 480.94
Hose washer 4,979.50 5.00 2.00 1,991.80 231.55 67.22 2,290.57
Peralatan Pendukung
Plastik water tank 800 liter 960.00 4.00 1.00 240.00 46.50 13.50 300.00
Radio komunikasi HT 1,800.00 5.00 5.00 1,800.00 83.70 24.30 1,908.00
mobil patroli 260,000.00 8.00 1.00 32,500.00 11,334.38 3,290.63 47,125.00
Alat ukur
Rain gauge 1,440.00 5.00 1.00 288.00 66.96 19.44 374.40
GPS 5,544.00 5.00 1.00 1,108.80 257.80 74.84 1,441.44
RH meter 2,400.00 4.00 1.00 600.00 116.25 33.75 750.00

PEMANENAN KAYU 5113081.43 326595.13 94817.94 5534494.50


Alat manual 980771.43 141384.47 41047.10 1163203.00
Parang 30.00 1.00 15.00 450.00 2.33 0.68 453.00
Chainsaw 5,750.00 1.00 25.00 143,750.00 445.63 129.38 144,325.00
Skidder VS 95 1,782,000.00 7.00 1.00 254,571.43 78,917.14 22,911.43 356,400.00
Forwarder 1,455,000.00 10.00 4.00 582,000.00 62,019.38 18,005.63 662,025.00

Alat mekanis 3172310.00 137935.66 40045.84 3350291.50


Parang 30.00 1.00 15.00 450.00 2.33 0.68 453.00
Chainsaw 5,750.00 1.00 25.00 143,750.00 445.63 129.38 144,325.00
Debarker Hitachi 925,000.00 10.00 1.00 92,500.00 39,428.13 11,446.88 143,375.00
44

Excavator Loading Hitachi 1,118,700.00 10.00 3.00 335,610.00 47,684.59 13,843.91 397,138.50
Excavator Cutterpillar 975,000.00 3.00 8.00 2,600,000.00 50,375.00 14,625.00 2,665,000.00

Pengangkutan (Hauling) 960000.00 47275.00 13725.00 1021000.00


Mitsubishi Trailer 700000.00 10.00 3.00 210000.00 29837.50 8662.50 248500.00
Tronton 400000.00 8.00 15.00 750000.00 17437.50 5062.50 772500.00

1. Luas persemaian satelit Tesso adalah 5 Ha yang dapat mensuplai area penanaman PT. RAPP Sektor Tesso seluas 5400 Ha.
2. Areal penanaman sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 598.3 Ha.
3. Areal pemeliharaan sektor Tesso pada Januari-Maret seluas 473 Ha.
4. Areal tanaman yang dilindungi sektor Tesso seluas 7694 Ha.
5. Pemanenan kayu berturut-turut untuk 1 regu penebangan (6 orang): chainsaw 2.64 m3/jam, skider 25 m3/jam, forwarder 35
m3/jam, excavator loading 25 m3/jam, dan kegiatan hauling 3.75 m3/jam.
45

Lampiran 2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Pengadaan Bibit,


Penanaman, Perlindungan, dan Pemanenan

Upah
Kebutuhan Total (Rp
Kegiatan HTI (Rp1000/
(HOK) 1000/ha)
HOK)
Pengadaan Bibit₁₎ 200.85
Tabung (kumpul dan susun dalam tray) 936.72 45.00 7.81
Buang media bekas 589.80 45.00 4.92
Transfer tube dan tray ke gudang produksi media 289.56 45.00 2.41
Produksi media 1327.08 45.00 11.06
Sowing benih 1592.52 45.00 13.27
Consolidasi 1218.48 45.00 10.15
Moving ke open area 1096.56 45.00 9.14
Fertilizing 5070.00 45.00 42.25
Pest and deseases 507.60 45.00 4.23
Spasing 731.04 45.00 6.09
Adding peat/tambah media/top dressing 312.00 45.00 2.60
Seleksi I 1494.72 45.00 12.46
Seleksi II 1345.20 45.00 11.21
Seleksi III 1195.68 45.00 9.96
Merapihkan 724.32 45.00 6.04
Transfer bibit ke TPn 256.32 48.00 2.28
Muat bibit 224.16 45.00 1.87
Watering 900.00 48.00 8.00
Weeding manual 900.00 45.00 7.50
Utility (bed maintenance, loading, unloading media
bekas) 1500.00 45.00 12.50
Foreman kontraktor 1200.00 48.00 10.67
Supervisi 300.00 80.00 4.44

Penanaman₂₎ 789.75
Sourvey boundary 0.75 45.00 33.75
Pre plant spraying 2.75 45.00 123.75
Operator sling/ajir 2.00 45.00 90.00
Pembuatan lubang dan pemupukan (Planting) 9.65 45.00 434.25
Distribusi bibit dan pupuk 1.50 45.00 67.50
Blanking 0.90 45.00 40.50
46

Pemeliharaan Tanaman₃₎ 1170.00


Weeding chemical round 1 2.75 45.00 123.75
Weeding chemical round 2 2.75 45.00 123.75
Weeding chemical round 3 2.50 45.00 112.50
PQA 1 ( Plantation Quality Assesment ) 7.00 45.00 315.00
Weeding chemical round 4 2.50 45.00 112.50
PQA 2 ( Plantation Quality Assesment ) 7.00 45.00 315.00
Singling 1.50 45.00 67.50

Perlindungan Hutan₄₎ 49.50


Pencegahan Kebakaran dan hama penyakit 1.00 45.00 45.00
Pemeliharaan Hutan Lindung 0.10 45.00 4.50

Pemanenan Kayu₅₎ 1118.04


Penebangan (manual) 880.80
Under brushing 10.00 45.00 450.00
Pemanenan manual 5.00 86.16 430.80
Pemanenan mekanis 1.50 92.81 139.22
Hauling
Mitsubishi Trailer 0.95 58.00 55.10
Tronton 0.74 58.00 42.92
47

Lampiran 3 Perhitungan Biaya Material Lapangan Kegiatan Pengadaan Bibit, Penanaman,


Perlindungan, dan Pemanenan

Harga Total
Kegiatan HTI Unit Kebutuhan (Rp. (Rp.
1000/unit) 1000/Ha)
PENGADAAN BIBIT 314253.90
Pelangsiran bibit
Solar Liter 20.00 45.00 0.17
Open area
Fertilizer
Kaliphos Kg
1,648.08 25.55 42,103.50
Red Provit Kg
2,540.16 28.14 71,472.48
Green Provit Kg
952.56 31.14 29,665.58
NPK Hydro Complex Kg
2,585.52 10.39 26,850.63
Growmore Kg
181.44 36.40 6,604.60
NPK blue Kg 384.00 3.00 0.21
NPK mutiara Kg 384.00 3.00 0.21
Sterilisasi media
Cocopeat Kg
33,600.00 1.70 57,120.00
Chemical
Antracol Kg
19.15 54.11 1,036.39
Anvil Liter
19.15 127.03 2,432.86
Dursban Liter
18.14 53.20 965.19
Score Liter
136.80 388.58 53,157.72
Decis Liter
9.07 146.38 1,327.98
Confidor Liter
9.07 540.00 4,898.88
Agreft Kg
7.18 500.00 3,591.00
Delsene Kg
19.15 93.00 1,781.14
Bavistine Kg
19.15 198.71 3,805.77
Agristic Liter
10.89 34.95 380.50
Metsulindo Kg
0.30 150.00 45.36
Gromoxone Liter
77.41 27.17 2,103.35
48

Others
plastik satin Putih m
806.40 6.00 4,838.40
Selotip Pcs
6.00 12.00 72.00

PENANAMAN 1173.29
Pre plant sprying (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14
Pemupukan TSP Kg 108.8 6.30 685.44
Pemupukan MOP Kg 66.67 6.00 400.02
Pemupukan ZA Kg 6.4 0.87 5.57
Pemupukan Urea Kg 4.27 1.20 5.12

PEMELIHARAAN TANAMAN 308.56


Racun/chemical WR 1 (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14
Racun/chemical WR 2 (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14
Racun/chemical WR 3 (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14
Racun/chemical WR 4 (Gliphosat 486) Liter 1.90 40.60 77.14

PEMANENAN KAYU 2058.93


Pemanenan (Manual) 246.57
Bensin Liter 6.00 4.50 27.00
Oli Mesin Liter 2.10 18.27 38.37
Oli Rantai Liter 1.50 17.87 26.81
Oli Hidraulik Liter 0.03 50.00 1.50
Oli Transmisi Liter 0.03 30.00 0.90
Skidder VS 95 (solar) Liter 15.00 4.75 71.25
Forwarder (solar) Liter 17.00 4.75 80.75

Pemanenan (Mekanis) 348.67


Bensin Liter 6.00 4.50 27.00
Oli Mesin Liter 2.10 18.27 38.37
Oli Rantai Liter 1.50 17.87 26.81
Debarker Hitachi (solar) Liter 17.00 4.75 80.75
Excavator Loading Hitachi (solar) Liter 17.00 4.75 80.75
Excavator Cutterpillar (solar) Liter 20.00 4.75 95.00

Pengangkutan (hauling) 557.51


Mitsubishi Trailer (solar) Liter 62.37 4.75 296.26
Tronton (solar) Liter 55.00 4.75 261.25
49

1. Unit kebutuhan material 1 tahun kegiatan pengadaan bibit untuk mensuplai


areal penanaman tahun 2009 penanaman seluas 5400 Ha
2. Unit kebutuhan material dalam 1 Ha areal penanaman
3. Unit kebutuhan material dalam 1 Ha areal pemeliharaan
4. Unit kebutuhan material dalam 1 jam kegiatan pemanenan kayu
50

Lampiran 4. Dokumentasi

Nursery (Pembibitan) Pre Plant Sprying


(Persiapan lahan)

Penanaman Pemeliharaan
(Weeding chemical)

Pemanenan kayu
Hauling (Pengangkutan)

Anda mungkin juga menyukai