Anda di halaman 1dari 113

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA

PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER


KALIMANTAN TIMUR

RIVAN LESTARIAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
RIVAN LESTARIAN (E14050976). Penyusunan Tabel Volume Pohon Dalam
Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan
Timur. Di bawah bimbingan SUWARNO SUTARAHARDJA.
Dalam upaya mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka
pengelolaannya perlu dilakukan dengan baik melalui perencanaan hutan yang
cermat, rasional dan terarah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan, pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana
Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang
disusun berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (IHMB).
Ketersediaan alat bantu dalam IHMB adalah sangat diperlukan, untuk
mempercepat kegiatan dan memperkecil kesalahan yang terjadi dalam
pengukuran. Alat bantu tersebut salah satunya adalah tabel volume pohon yang
digunakan untuk menduga volume dari suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan
yang diukur, yang pada akhirnya untuk menduga persediaan tegakan berdiri
(standing stock). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun model
penduga tabel volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok
jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan
IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.
Untuk kegiatan penelitian ini, pohon contoh yang diambil untuk kelompok
jenis Dipterocarpaceae sebanyak 201 pohon contoh dengan rincian 135 pohon
untuk pemodelan dan 66 pohon untuk validasi. Sementara itu, untuk kelompok
jenis Rimba Campuran sebanyak 192 pohon contoh yang terdiri dari 129 pohon
untuk pemodelan dan 63 pohon untuk validasi. Pohon contoh tersebut dipilih
secara purposive sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon,
kelas diameter, kelas tinggi pohon dan tersebar di seluruh areal IUPHHK-HA PT.
Ratah Timber Kalimantan Timur. Pohon contoh yang diambil adalah pohon yang
pertumbuhannya baik dan sehat.
Dari hasil penelitian yang melalui tahap pemodelan dan validasi data
diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik untuk tabel volume standar
kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dengan R2 =
99,8% dan Se = 0,24%. Sementara itu untuk tabel volume lokalnya adalah V =
0,000199 D2,43 dengan R2 = 98,2% dan Se = 0,59%. Sedangkan untuk tabel volume
lokal kelompok jenis Rimba Campuran adalah V = 0,000199 D2,41 dengan R2 =
98,5% dan Se = 0,65%. Hasil penggabungan persamaan regresi tabel volume lokal
diperoleh V = 0,000199 D2,42 dengan R2 = 98,33% dan Se = 0,45%. Persamaan
inilah yang digunakan untuk menyusun tabel volume kelompok jenis
Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran yang digunakan sebagai
alat bantu IHMB untuk menduga potensi hutan, yang nantinya berguna dalam
kegiatan perencanaan hutan di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.

Kata kunci : Tabel volume, Dipterocarpaceae, Rimba Campuran, Standing Stock.


PERNYATAAN

Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Tabel


Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah
Timber Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Rivan Lestarian
NIM E14050976
Judul Skripsi : Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan
IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur
Nama : Rivan Lestarian
NIM : E14050976

Menyetujui :
Dosen Pembimbing

Ir. Suwarno Sutarahardja


NIP. 19450113 197106 1 001

Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr


NIP. 19611126 198601 1 001

Tanggal lulus :
PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA
PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER
KALIMANTAN TIMUR

RIVAN LESTARIAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
RIVAN LESTARIAN (E14050976). The Arrangement of Trees’ Volume on
IHMB Implementation in IUPHHK-HA PT. Ratah Timber East Kalimantan.
Supervised by: SUWARNO SUTARAHARDJA

A good management is needed to create a sustainable forest through


accurate, rational, and directed forest management. Therefore, based on the
Government Regulation No. 6 Year 2007 about Forest Arrangement and Forest
Management Planning Composing as well as Forest Utilization, the Exertion
Permission Licensees of Wood Forest Product on Natural Forest (IUPHHK-HA)
and the Exertion Permission Licensees of Wood Forest Product on Forest
Plantation (IUPHHK-HT) have to arrange ten years Activities Plan of Wood
Forest Production Effort (RKUPHHK) based on ten years periodic forest
inventory (IHMB). Availability of auxiliary apparatus was extremely needful to
accelerate activities and minimize measurement error. One of the auxiliary
apparatus was trees’ volume table used for presuming volume from one tree in
measured timber standing, which finally for presuming the standing stock. The
research had aim to arrange a presuming model of trees’ volume table on
Dipterocarpaceae and Mixture Forest wood species, as an auxiliary apparatus on
IHMB activities implementation in PT. Ratah Timber East Kalimantan.
For research, 201 Dipterocarpaceae sample trees were taken 135 trees for
modeling and 66 trees for validation. Meanwhile on Mixture Forest group, 192
trees were taken, consist of 129 trees for modeling and 63 trees for validation. The
sample trees chosen by purposive sampling with provision were spreads on every
species, diameter class, trees’ high class, and whole area of IUPHHK-HA PT.
Ratah Timber East Kalimantan. The taken sample trees were well and healthy
growth trees.
From the research result which passes through modeling and data validation,
the best presuming model of tree volume for standard volume table of
Dipterocarpaceae species group was V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 with R2 = 99,8%
and Se = 0,24%. Meanswhile for local volume table species group is V =
0,000199 D2,43 with R2 = 98,2% and Se = 0,59%. Whereas for local volume table
of Mixture Forest species group is V = 0,000199 D2,41 with R2 = 98,5% and Se =
0,65%. The result combination of regretion equation local volume table acquired
V = 0,000199 D2,42 with R2 = 98,33% and Se = 0,45%. This equation was used for
creating of Dipterocarpaceae species and Mixture Forest species that used as
IHMB auxiliary apparatus to presume forest potential, which useful in forest plan
activity on PT. Ratah Timber East Kalimantan in the future.

Keywords: Volume table, Dipterocarpaceae, Mixture Forest, Standing stock.


© Hak cipta IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau
menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa seizin IPB.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjar, Provinsi Jawa Barat, pada


tanggal 7 Februari 1987 sebagai putra pertama dari tiga
bersaudara keluarga pasangan Bapak Drs. Rakhmat Susanto,
MPd dan Ibu Kartilah, SPd. Penulis menempuh pendidikan dasar
di SD Negeri 2 Banjar pada tahun 1993 dan menyelesaikannya
pada tahun 1999. Lalu penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Banjar
sampai tahun 2002, kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri 1 Banjar dan lulus pada
tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Manajemen Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Pada semester 6 tahun 2008 penulis memilih bidang Perencanaan
Hutan dibagian Inventarisasi Hutan.
Dalam masa studinya penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan pada tahun 2007 di Indramayu-Kuningan Jawa Barat, kemudian
Praktek Pengelolaan Hutan pada tahun 2008 di HPGW Sukabumi dan Perhutani
Unit III Cianjur Tanggeng Jawa Barat. Tahun 2009 penulis mengikuti Praktek
Kerja Lapang di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan diantaranya sebagai pengurus dan anggota Staf bidang Poleksos
Kehutanan Himpunan Mahasiswa Profesi Forest Management Student Club
(Himpro FMSC) tahun 2006-2007, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Futsal IPB tahun 2005-2006. Penulis juga aktif sebagai panitia dan peserta
seminar baik tingkat lokal maupun nasional. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Inventarisasi Hutan tahun 2006-2007, dan asisten Teknik Inventarisasi
Hutan tahun 2007-2008.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul Penyusunan Tabel
Volume Pohon Dalam Rangka Pelaksanaan IHMB Di IUPHHK-HA PT. Ratah
Timber Kalimantan Timur di bawah bimbingan Bapak Ir. Suwarno Sutarahardja.
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, atas terselesaikannya karya ilmiah dengan judul
Penyusunan Tabel Volume Pohon dalam Rangka Pelaksanaan Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) Di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan
Timur. Tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada teladan terbaik
seluruh umat manusia, Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya,
dan sampai kepada kita semua selaku umatnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menyusun model penduga tabel volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae
dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu dalam pelaksanaan
kegiatan IHMB di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini dengan baik
dan benar. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada
Bapak Ir. Suwarno Sutarahardja, selaku Pembimbing skripsi. Selain itu
penghargaan penulis disampaikan pula kepada PT. Ratah Timber yang telah
memberikan izin lokasi penelitian. Kepada Bapak Ir. Jatmiko MBA, Bapak Ir.
Wahyul, dan Bapak Kurnia yang telah membantu memfasilitasi penulis selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada
Bapak, Ibu, Adik tercinta, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala dukungan
doa dan kasih sayangnya.
Kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penyusunan karya ilmiah ini
sangat diharapkan. Akhirnya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembangunan hutan di Indonesia.

Bogor, September 2009

Penulis
PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON DALAM RANGKA
PELAKSANAAN IHMB DI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER
KALIMANTAN TIMUR

RIVAN LESTARIAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Singkat Hutan Hujan Tropis ................................. 4
2.2 Deskripsi Singkat Famili Dipterocarpaceae .......................... 6
2.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala .............................. 9
2.4 Volume Pohon ....................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 14
3.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 14
3.3 Prosedur Analisis Data .......................................................... 21
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELIIAN
4.1 Sejarah Perusahaan ................................................................ 36
4.2 Letak dan Luas Perusahaan ................................................... 37
4.3 Kondisi Hutan ....................................................................... 38
4.4 Jenis Tanah dan Topografi .................................................... 42
4.5 Iklim dan Hidrologi ............................................................... 44
4.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya .................................. 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penentuan Data Pohon Contoh .............................................. 49
5.2 Analisa Hubungan Antara Diameter dengan Tinggi
Bebas Cabang (Tbc) .............................................................. 51
iii

5.3 Pengujian Koefisien Korelasi Antara Diameter dengan


Tinggi Bebas Cabang (Tbc) .................................................. 53
5.4 Scatter Diagram dan Penentuan Model Penyusunan
Tabel Volume ........................................................................ 54
5.5 Analisa Model Persamaan Penduga Volume Pohon ............. 57
5.6 Pemilihan Model Persamaan Penduga
Volume Pohon Terbaik ......................................................... 60
5.7 Validasi Model Penduga Volume Pohon .............................. 61
5.8 Penyusunan Tabel Volume Pohon ....................................... 63
5.9 Penggabungan Persamaan Regresi ........................................ 64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 67
6.2 Saran ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 69
LAMPIRAN ............................................................................................. 71
iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia 8
2. Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu ..... 14
3. Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran atau kelompok
komersial II ....................................................................................... 17
4. Pohon-pohon kelompok jenis kayu Eboni/kelompok Indah I ........... 19
5. Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II ..................................... 19
6. Pemilahan pohon contoh pada setiap kelompok jenis ...................... 23
7. Analisa keragaman pengujian regresi (Anova) ................................. 31
8. Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan
hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Timur ................................ 38
9. Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK
PT. Ratah Timber pada setiap fungsi hutan ...................................... 39
10. Potensi tegakan jenis komersial di areal kerja IUPHHK
PT. Ratah Timber berdasarkan laporan interpretasi foto udara ........ 40
11. Potensi tegakan di areal hutan primer berdasarkan survei potensi
dengan intensitas sampling 1 % ……………………………………. 40
12. Potensi tegakan di areal hutan bekas tebangan berdasarkan survey
potensi dengan intensitas sampling 1 % .......................................... 41
13. Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber 41
14. Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah ...... 43
15. Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ............... 43
16. Data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan rata-rata .............. 44
17. Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata ................ 44
18. Luas sub DAS, debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa
titik sungai di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ..................... 45
19. Prediksi laju erosi dan sedimentasi dari masing-masing sub DAS
di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ........................................ 46
20. Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas
tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae .......... 50
v

21. Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas
tinggi bebas cabang untuk kelompok jenis Rimba Campuran .......... 51
22. Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang ...... 52
23. Hasil uji transformasi Z-fisher untuk setiap kelompok jenis ................ 53
24. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume standar
Kelompok jenis Dipterocarpace ........................................................ 58
25. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal
Kelompok jenis Dipterocarpace ........................................................ 58
26. Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal
Kelompok jenis Rimba Campuran .................................................... 58
27. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume standar
untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ........................................... 60
28. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal
untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae ........................................... 60
29. Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal
untuk kelompok jenis Rimba Campuran ........................................... 61
30. Hasil validasi model persamaan terbaik ........................................... 61
31. Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman
slope regresi ...................................................................................... 65
32. Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman
elevasi regresi .................................................................................... 65
vi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Plot contoh IHMB skala 1 : 10.000 .................................................. 21
2. Contoh Scatterplot diagram .............................................................. 27
3. Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis
Dipterocarpaceae ............................................................................... 55
4. Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis
Rimba Campuran .............................................................................. 56
5. Scatter diagram (diagram tebar) hasil penggabungan regresi ……... 66
vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Hasil pengolahan data tabel volume standar kelompok jenis
Dipterocarpaceae ................................................................................. 72
2. Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis
Dipterocarpaceae ................................................................................. 75
3. Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis
Rimba Campuran ................................................................................. 77
4. Hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y)
dengan logaritma diameter pohon (X) ……………………………….. 79
5. Tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae .................... 80
6. Tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae ....................... 85
7. Tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran ....................... 86
8. Tabel volume lokal hasil penggabungan …………………………….. 87
9. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae
tahap pemodelan .................................................................................. 88
10. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae
tahap validasi .................................................................................... 91
11. Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk
tahap pemodelan ............................................................................... 93
12. Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae untuk
tahap validasi .................................................................................... 96
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merupakan komunitas yang tetap menjadi perhatian khusus saat ini,
karena kemampuan hutan untuk memberikan berbagai manfaat berupa barang dan
jasa lingkungan yang sangat begitu besar bagi kehidupan manusia dan seluruh
kehidupan di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa tingginya
jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan diikuti
dengan peningkatan kebutuhan hidupnya. Maka kebutuhan manusia terhadap
barang dan jasa lingkungan hutan akan terus meningkat. Banyak sekali manfaat
hutan yang sangat dibutuhkan manusia antara lain hutan sebagai penghasil kayu
yang digunakan sebagai bahan baku industri, sebagai tempat penyimpanan
karbon, sebagai tempat pemeliharaan keanekaragaman hayati, sebagai obyek
ekoturisme dan rekreasi alam, serta hutan dapat memberikan perlindungan
terhadap siklus air dalam DAS dan pengendalian erosi, dan juga berbagai manfaat
lainnya yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Mengingat begitu besarnya peranan hutan, baik sebagai penghasil kayu
maupun peranannya secara keseluruhan bagi kehidupan maka keberadaan hutan
dan lingkungannya perlu dipertahankan agar tetap lestari. Dalam upaya
mewujudkan keberadaan hutan yang lestari maka pengelolaannya perlu dilakukan
dengan baik melalui perencanaan hutan yang cermat, rasional dan terarah. Oleh
karena itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan,
pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam
(IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun
berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan. Hal ini diberlakukan
bertujuan untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock)
secara berkala, serta sebagai bahan pematauan kecenderungan (trend) kelestarian
sediaan tegakan hutan di areal KPH maupun di areal IUPHHK.
2

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) sepuluh tahunan ini


penting untuk dilakukan pada setiap IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT yang
digunakan sebagai dasar dalam menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan. Potensi tegakan suatu areal
IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT dapat diperoleh dari hasil IHMB yang baik dan
benar. Salah satu tujuan dari kegiatan IHMB ini adalah untuk menyajikan
taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut suatu urutan klasifikasi seperti
jenis atau kelompok jenis, ukuran, kualitas dan sebagainya. Dalam kegiatan
IHMB, untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengukuran terhadap dimensi-
dimensi pohon maupun tegakan, yang kadang-kadang sulit dan tidak praktis
diukur secara langsung dilapangan. Oleh karena itu, ketersediaan alat bantu dalam
IHMB adalah sangat diperlukan, untuk mempercepat kegiatan dan memperkecil
kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Pengertian alat bantu dalam
inventarisasi hutan ini adalah alat yang digunakan untuk mempercepat
pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan selain alat-alat ukur dimensi pohon
maupun dimensi tegakan, salah satunya adalah tabel volume pohon.
Penyusunan tabel volume pohon yang digunakan sebagai alat bantu dalam
kegiatan inventarisasi hutan adalah untuk menduga volume pohon per pohon dari
suatu pohon berdiri dalam tegakan hutan yang diukur, yang pada akhirnya untuk
menduga persediaan tegakan berdiri (standing stock). Dengan tersedianya tabel
volume pohon ini maka akan mempercepat dan memperlancar kegiatan
inventarisasi hutan, terutama dalam inventarisasi tegakan hutan dengan areal yang
luas.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
ditujukan untuk menyusun model penduga volume pohon kelompok jenis
Dipterocarpaceae dan kelompok jenis kayu Rimba Campuran sebagai alat bantu
dalam pelaksanaan kegiatan IHMB di PT. Ratah Timber Kalimantan Timur. Dari
model penduga volume pohon tersebut dapat disusun tabel volume pohon.
3

1.3 Manfaat Penelitian


1. Menghasilkan alat bantu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber
Kalimantan Timur.
2. Memudahkan dan mempercepat pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Singkat Hutan Hujan Tropis


Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan
dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan.
Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa, dan alam
lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem
ekologi atau ekosistem. Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan
tumbuh secara dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur
melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi,
persaingan, penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Proses
inilah yang disebut suksesi. Secara singkat suksesi adalah suatu proses perubahan
komunitas tumbuh-tumbuhan secara teratur mulai dari tingkat pionir sampai pada
tingkat klimaks di suatu tempat tertentu. Macam-macam suksesi berdasarkan
proses terjadinya terdapat dua macam suksesi yaitu (Soerianegara & Indrawan
2005) :
1. Suksesi primer (prisere) adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat tak
bervegetasi hingga mencapai masyarakat yang stabil dan klimaks. Suksesi
primer ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan primer. Hutan primer
terbentuk dari daratan yang mengalami suksesi yang ideal berkembang mulai
dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuh-
tumbuhan herba (terna), semak, perdu, dan pohon, hingga tercapai hutan
klimaks.
2. Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi apabila klimaks atau suksesi
yang normal terganggu atau dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan,
penebangan, penggembalaan, dan kerusakan-kerusakan lainnya. Suksesi
sekunder ini yang akan mengakibatkan terbentuknya hutan sekunder.
Contohnya jika hutan hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau
manusia (penebangan atau perladangan) maka suksesi sekunder yang terjadi
biasanya dimulai dengan vegetasi rumput atau semak. Apabila keadaan
tanahnya tidak banyak menderita kerusakan oleh erosi, maka sesudah 15–20
5

tahun akan terjadi hutan sekunder muda, dan sesudah 50 tahun akan terjadi
hutan sekunder tua yang secara berangsur-angsur akan mencapai klimaks.
Letak geografis Indonesia yang berada diantara benua-benua Asia dan
Australia, di sekitar khatulistiwa mengakibatkan adanya berbagai macam tipe-tipe
hutan, salah satunya hutan hujan tropis (tropical rain forest). Hutan hujan tropis di
Indonesia memiliki luas ± 89.000.000 ha, terutama terdapat di Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Iklim selalu basah,
2. Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah,
3. Di pedalaman, pada tanah rendah rata atau berbukit (< 1000 m dpl) dan pada
tanah tinggi (s/d 4000 m dpl),
4. Dapat dibedakan menjadi tiga zone menurut ketinggiannya yaitu (Soerianegara
& Indrawan 2005) :
- Hutan hujan bawah 2-1000 m dpl, jenis kayu yang penting antara lain dari
genus famili Dipterocarpaceae yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops,
dan Vatica. Genus-genus lain antaralain Agathis, Altingia, Dialium,
Duabanga, Dyera, Gossanepinus, Koompasia, dan Octomeles.
- Hutan hujan tengah 1000-3000 m dpl, jenis kayu yang umum terdiri dari
famili Lauraceae, Fagaceae, Castanea, Nothofagus, Cunoniaceae,
Magnoliaceae, Hammamelidaceae, Ericaceae, dan lain-lain.
- Hutan hujan atas 3000-4000 m dpl, jenis kayu utama yaitu Coniferae
(Araucaria, Dacrydium, Podocarpus), Ericaceae, Loptospermum, Clearia,
Quercus, dan lain-lain.
Hutan hujan tropis secara fisiognomi merupakan hutan yang sifatnya
menutupi kawasan, dengan keanekaragaman jenis yang paling kaya bila
dibandingkan dengan seluruh tipe vegetasi. Hutan hujan tropis juga merupakan
hutan tipe kanopi yang evergreen (pohon yang selalu berdaun hijau) dengan
ketinggian pohon maksimum rata-rata 30 m, pohon-pohon berasosiasi dengan
Herbs, Climbers, Epiphytes, Stranglers, Saprophytes, dan Parasites. Hutan hujan
tropis memilki peranan antaralain habitat utama untuk flora dan fauna, sumber
daya pembangunan ekonomi, pemeliharaan keseimbangan kondisi iklim lokal dan
6

global, selain itu juga sebagai konservasi tanah, air, nutrisi, dan biodiversitas.
(Soerianegara & Indrawan 2005).

2.2 Deskripsi Singkat Famili Dipterocarpaceae


Menurut Heyne (1987) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri pohonnya
besar, tinggi, batangnya lurus, silinder, dan berbanir. Pohon dari famili
Dipterocarpaceae ini persebarannya banyak terdapat di Sumatra dan
Kalimantan. Pohon-pohon ini tumbuh mulai dari dataran rendah hingga tinggi di
pegunungan, namun juga banyak di rawa-rawa gambut. Tingginya biasanya 30-
40 m dan bagian batangnya yang bebas cabang biasanya 20-25 m panjangnya.
Batang-batangnya hampir selalu lurus, tetapi dekat pada tajuknya sering agak
bengkok.
Menurut Heyne (1987) untuk kualitas kekuatannya jenis-jenis pohon famili
Dipterocarpaceae ini dapat digolongkan kedalam kelas II, III, atau IV.
Sedangkan menurut kualitas keawetannya kedalam kelas III atau IV. Karena
banyak ditemukan dan bentuk batangnya yang baik serta mudah dikerjakan maka
kayu ini di Sumatra dan Kalimantan termasuk jenis-jenis yang paling banyak
digunakan. Jenis-jenis yang ringan, yang dapat lama bertahan terhadap bubuk
namun kurang terhadap pengaruh cuaca, oleh penduduk biasa dipakai untuk
papan, kasau pada bangunan rumah, dan untuk sampan. Sementara itu jenis-jenis
yang lebih berat, yang lebih kuat, dan lebih awet digunakan untuk gelegar, papan
lantai, dan bahkan papan geladak jembatan. Untuk di Eropa yang pada umumnya
menuntut syarat-syarat yang lebih berat, biasanya memakai Meranti Merah
hanya untuk maksud-maksud semi permanen, untuk dinding hias, dan terutama
untuk acuan pada bangunan beton, serta untuk perancah pada bangunan gedung.
Tetapi jenis-jenis yang lebih baik konon lambat laun dipakai juga untuk
pekerjaan permanen. Meranti adalah jenis kayu perdagangan yang terpenting
dari Sumatra dan Kalimantan, terutama di daerah-daerah yang ada kemugkinan
pengangkutan di air. Jumlah-jumlah besar diekspor dari Bengkalis, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Barat dengan tujuan Singapura, Cina, dan Australia.
Menurut Samingan (1973) famili Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri umum
berbentuk pohon raksasa hingga tinggi 65 m, biasanya berbatang lurus, silindris
7

setinggi 20-40 m. Kulit batang yang halus biasanya mengelupas dalam kepingan-
kepingan tipis yang lebar-lebar. Kayu gubal putih, putih kekuning-kuningan atau
coklat muda dan biasanya mengandung banyak sekali resin. Kayu gubal ini jelas
beda daripada kayu terasnya yang berwarna merah atau coklat kemerahan.
Untuk persebarannya menunjukkan bahwa Sumatra dan Kalimantan bersama-
sama dengan Semenanjung Malaya serta Filipina merupakan pusat daerah
Dipterocarpaceae.
Menurut Prawira dan Tantra (1973) Shorea leprosula Miq atau Meranti
Tembaga yang termasuk golongan Meranti Merah yang termasuk kedalam famili
Dipterocarpaceae memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
1. Habitus : Pohon tinggi mencapai 50 m, batang bebas cabang 30 m,
diameter mencapai 100 cm atau lebih, banir tinggi 3,5 m.
2. Batang : Kulit luar tebalnya kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau
coklat, sedikit beralur tidak dalam, mengelupas agak besar-besar dan tebal.
Penampang berwarna coklat muda sampai merah, bagian dalamnya kuning
muda. Kayu gubal tebalnya 1-8 cm, berwarna kuning muda sampai
kemerahan. Kayu teras berwarna coklat muda sampai merah, peralihannya
dari gubal keteras terjadi secara berangsur.
3. Daun : Rata, hampir menyerupai segiempat memanjang atau bulat telur
terbalik yang memanjang, pangkal daun membulat, ujung runcing, panjangnya
rata-rata 3-13 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas helaian daun mengkilat dan
permukaan bawah suram.
4. Buah : Berbentuk bulat telur, ujungnya agak lancip, berbulu halus
berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm, diameter kira-kira 1 cm dan sayap-
sayapnya tipis.
5. Tumbuh : terdapat banyak di Sumatra dan Kalimantan dalam hutan primer
5-800 m dpl. Pada tanah liat dan berpasir yang selamanya tidak digenangi air,
kadang terdapat pula pada pinggir rawa, dan hidup berkelompok.
6. Penggunaan : Kayu mempunyai BJ 0,52 dengan kelas awet III-IV,
dipergunakan untuk bangunan rumah, perabot rumah tangga dan perahu.
Damarnya dipakai untuk menambal perahu dan lampu.
8

Menurut Djamhuri, Hilwan, Istomo, dan Soerianegara (2002) famili


Dipterocarpaceae merupakan pohon raksasa, berdamar, kadang-kadang
berbanir, serta kulit batang mengelupas. Daun tunggal berseling, tetapi rata,
berdaun penumpu (besar dan tidak rontok), tulang daun ada yang berbentuk
tangga (Scalariform veination). Bunga biseksual, beraturan, tersusun dalam
malai, kelopak bunga ada lima helai, bebas atau bersatu di pangkal. Buah berbiji
satu, keras tidak pecah dan bersayap, sayap merupakan perkembangan dari
kelopak bunga. Famili ini mendominasi hutan hujan dataran rendah dan tersebar
di kawasan Tropika Asia (India, Srilangka, Myanmar, Malaysia, Filipina,
Indonesia, Cina Selatan, dan Papua Nugini), di Indonesia terbanyak di
Kalimantan dan Sumatra. Famili Dipterocarpaceae ini sudah tercatat 512 jenis
dalam 16 marga. Di Indonesia sendiri dijumpai sembilan marga, yaitu Shorea
(Shorea leprosula, shorea pinanga, shorea multiflora, shorea hopeifolia, shorea
polyandra, shorea leavifolia), Dryobalanops (Dryobalanops aromatic,
Dryobalanops lanceolata, dan Dryobalanops oblongifolia), Dipterocarpus
(Dipterocarpus cornutus, Dipterocarpus crinitus), Hopea (Hopea mengarawan,
hopea dryobalanoides), Anisoptera (Anisoptera marginata, Anisoptera costata),
Vatica (vatica rassak, Vatica wallichii), Parashorea, Upuna, dan Cotylelobium.
Manfaat yang dapat diperoleh dari famili Dipterocarpaceae antaralain sebagai
bahan konstruksi, plywood, damar.

Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia


Jumlah jenis (Number of species)
Marga Wilayah penyebaran
Jawa Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Bali Irian
1. Shorea 1 50 127 2 3 0 0
Endemik 0 3 82 0 1 0 0
Non endemik 1 47 45 2 2 0 0
2. Hopea 1 14 42 2 2 1 13
Endemik 0 3 22 1 0 0 11
Non endemik 1 11 20 1 2 1 2
3. Dryobalanops 0 2 7 0 0 0 0
Endemik 0 0 5 0 0 0 0
Non endemik 0 2 2 0 0 0 0
4. Vatica 3 11 35 2 1 0 1
Endemik 1 4 23 1 0 0 0
Non endemik 2 7 12 1 1 0 1
5. Catylelobium 0 1 3 0 0 0 0
Endemik 0 0 1 0 0 0 0
Non endemik 0 1 2 0 0 0 0
6. Anisoptera 1 4 5 1 1 0 1
Endemik 0 0 2 0 0 0 0
Non endemik 1 4 3 1 1 0 1
9

Lanjutan Tabel 1 Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di


Indonesia
Jumlah jenis (Number of species)
Marga Wilayah penyebaran
Jawa Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Bali Irian
7. Dipterocarpus 4 25 41 0 0 2 0
Endemik 1 1 15 0 0 0 0
Non endemik 3 24 26 0 0 2 0
8. Parashorea 0 3 6 0 0 0 0
Endemik 0 1 4 0 0 0 0
Non endemik 0 2 2 0 0 0 0
9. Upuna 0 0 1 0 0 0 0
Endemik 0 0 1 0 0 0 0
Non endemik 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : Dendrologi, 2002

2.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala


Menurut Husch (1987) inventarisasi hutan adalah suatu usaha atau
kegiatan untuk menyajikan taksiran-taksiran kuantitas kayu di hutan menurut
suatu urutan klasifikasi seperti spesies, ukuran, dan kualitas. Menurut Simon
(1996) tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang
areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat
dilaksanakan dengan pengindraan jauh, pengamatan langsung dilapangan, atau
gabungan dari keduanya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan,
pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam
(IUPHHK-HA) dan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Tanaman (IUPHHK-HT), diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) sepuluh tahunan yang disusun
berdasarkan inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan (Departemen
Kehutanan Republik Indonesia 2007b).
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 34/Menhut-II/2007 tentang
Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi. Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi
tentang kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock), yang dilaksanakan
secara berkala satu kali dalam sepuluh tahun pada seluruh petak di dalam
10

kawasan hutan produksi setiap wilayah unit pengelolaan/unit managemen.


Tujuan dari IHMB tersebut antaralain (Departemen Kehutanan Republik
Indonesia 2007a) :
1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock)
secara berkala.
2. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam hutan alam dan atau
RKUPHHK dalam hutan tanaman atau KPH sepuluh tahunan.
3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan
tegakan hutan di areal KPH dan atau IUPHHK.
Dalam kegiatan IHMB ini diperlukan alat bantu IHMB yang digunakan
untuk memperlancar kegiatan inventarisasi hutan, alat bantu ini terdiri dari :
1. Kurva tinggi yaitu kurva yang memberikan gambaran tentang hubungan
diameter dengan tinggi. Hubungan antara diameter dan tinggi dibentuk dengan
melalui pengukuran diameter dan tinggi sejumlah individu pohon, kemudian
menghubungkan keduanya dengan analisis regresi sehingga bisa dibentuk
sebuah persamaan kurva tinggi.
2. Tabel volume yaitu suatu tabel yang disusun untuk memperoleh taksiran
volume pohon melalui pengukuran diameter atau beberapa peubah lain penentu
volume pohon. Tabel volume yang digunakan adalah tabel volume lokal
maupun tabel volume standar.
3. Tabel berat pohon yaitu tabel yang menunjukkan hubungan antara diameter
dengan berat segar (fresh weight) pohon. Tabel berat ini penting
keberadaannya untuk menduga potensi kayu pulp dalam HTI pulp dan untuk
menduga biomassa serta banyaknya unsur karbon dalam hutan alam.

2.4 Volume Pohon


Menurut Husch (1963) volume pohon adalah ukuran tiga dimensi, yang
tergantung dari lbds (diameter setinggi dada atau diameter pangkal), tinggi atau
panjang batang, dan faktor bentuk batang.
Menurut Simon (1996) diameter merupakan salah satu parameter pohon
yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan
untuk keperluan pengelolaan. Diameter setinggi dada diukur pada 1,30 m (4,3
11

feet) di atas pangkal batang (untuk pohon yang berdiri pada lereng, titik
pengukuran harus ditentukan pada bagian atas lereng). Simon (1996)
menyatakan bahwa terdapat beberapa macam tinggi pohon di dalam inventarisasi
hutan yaitu :
1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon dipermukaan tanah sampai puncak
pohon,
2. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang permukaan tanah
sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis
conifer, yang membentuk tajuk,
3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual
dalam perdagangan, dan
4. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu
penebangan.
Menurut Husch (1963), Penentuan volume suatu benda dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain :
1. Cara langsung, yaitu berdasarkan prinsip perpindahan cairan. Alat yang
digunakan disebut Xylometer. Penentuan volume dengan cara ini dilakukan
terhadap benda-benda yang bentuknya tidak beraturan,
2. Cara analitik, yaitu penentuan volume dilakukan dengan menggunakan rumus-
rumus volume. Cara ini dilakukan terhadap benda-benda yang bentuknya
beraturan, seperti segi banyak, prisma, piramida, prismoid, dan benda-benda
seperti kerucut, silinder, paraboloid, dan neiloid, dan
3. Cara grafik, yaitu cara ini dilakukan untuk penentuan volume berbagai benda
putar tanpa memandang ciri-ciri permukaannya.
Untuk menentukan volume dolok (sortimen kayu) sebagai bagian dari
volume kayu/pohon, telah dikembangkan rumus-rumus matematik (Spurs 1952;
Loetsch et al 1973) sebagai berikut :
Rumus Smalian : V = 0,5 x (B + b) x L
Rumus Huber : V = B1/2 x L
Rumus Brereton : V = {0,625 x  x (D + d)2 x L}
Rumus Newton : V = {B + (B1/2 x 4) + b} x L x 1/6
Rumus Schiffel : V = {(0,16 x B) + (0,66 x B1/2) x L
12

Dimana : V = Volume dolok (logs) atau batang pohon dalam m3


B = Luas bidang dasar pangkal batang dalam m2
b = Luas bidang dasar ujung batang pohon dalam m2
B1/2 = Luas bidang dasar bagian tengah batang pohon dalam m2
D = Diameter pangkal batang pohon dalam meter
d = Diameter ujung batang pohon dalam meter
L = Panjang batang pohon
Penentuan volume sortimen (batang pohon) dengan menggunakan rumus-
rumus diatas, jika makin pendek panjang batang (L) akan menghasilkan volume
yang lebih tepat, karena rumus-rumus diatas merupakan perhitungan volume yang
mendasarkan kepada bentuk benda teratur, yaitu bentuk silinder, sedangkan
bentuk pohon pada umumnya tidak teratur dan lebih kearah bentuk neiloid.
Berdasarkan volume sortimen-sortimen kayu yang diukur maka volume pohon
dapat diketahui, yaitu merupakan penjumlahan dari volume sortimennya.
Rumus Smalian mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan
dengan rumus Huber dan rumus Newton. Namun demikian rumus Smallian
banyak digunakan karena cukup praktis dan mudah dalam penerapannya. Rumus
Newton memberikan ketelitian yang tinggi dibanding dengan rumus lainnya,
namun rumus ini memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan tengah batang,
sehingga penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis untuk digunakan
dilapangan.
Menurut Spurr (1952) angka bentuk batang adalah rasio antar volume aktual
dengan volume silinder yang berdiameter dan tinggi sama dengan diameter
setinggi dada dan tinggi pangkal tajuk pohon tersebut.
Menurut Husch (1987) Tabel volume ini merupakan pernyataan sistematik
mengenai volume sebatang pohon menurut semua atau sebagian dimensi yang
ditentukan dari Dbh, tinggi, dan angka bentuk pohon. Tipe-tipe tabel volume
pohon terdiri dari :
1. Tabel volume lokal (local volume tables)
Tabel volume lokal menyajikan volume menurut dimensi pohon diameter
setinggi dada (Dbh). Tabel volume ini tidak memerlukan pengukuran tinggi
13

pohon, meskipun pada penyusunan aslinya tinggi tetap dihitung, tetapi


dihilangkan di dalam bentuk akhirnya. Istilah ”lokal” digunakan karena tabel-
tabel tipe ini hendaknya hanya dipergunakan untuk wilayah terbatas yang
merupakan asal hubungan tinggi dan diameter yang dimanfaatkan kedalam
tabelnya.
2. Tabel volume normal (general standard volume tables)
Tabel volume standar didasarkan kepada pengukuran diameter setinggi dada
(Dbh), maupun tinggi. Tinggi dapat berupa tinggi pohon total atau tinggi kayu
perdagangan. Tabel volume standar dapat disusun untuk individu spesies
maupun kelompok spesies dari berbagai wilayah-wilayah geografis.
3. Tabel volume kelas bentuk (form class volume tables)
Tabel volume kelas bentuk disiapkan untuk menunjukkan volume menurut
beberapa ukuran bentuk pohon disamping diameter setinggi dada (Dbh) dan
tinggi pohon. Tabel volume ini dapat dipakai bilamana saja bentuk suatu pohon
yang bersangkutan secara jelas ditunjukkan oleh karakteristik-karakteristik
bentuk yang telah dimasukan dalam penyusunan tabel-tabelnya, tanpa
memandang spesies atau tempat.
Menurut Spurr (1952) menyatakan bahwa untuk menentukan volume,
apabila pengukuran dilakukan hanya pada satu peubah, maka dipakai diameter
setinggi dada (Dbh), bila menggunakan dua peubah maka yang diukur adalah
diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon tersebut. Sedangkan bila
menggunakan tiga peubah selain mengukur diameter setinggi dada (Dbh) dan
tinggi pohon ditambahkan juga angka bentuk.
Penyusunan tabel volume pohon dimaksudkan untuk memperoleh taksiran
volume pohon melalui pengukuran satu atau beberapa peubah penentu volume
pohon serta untuk mempermudah kegiatan inventarisasi hutan dalam menduga
potensi tegakan. Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam
penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan,
diusahakan dalam penyusunan tabel volume pohon memperkecil jumlah peubah
bebas penentu volume pohon dan diberlakukan pada daerah setempat. Tabel yang
dimaksud adalah tabel volume pohon lokal atau tarif volume.
14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Februari–April tahun 2009, yang
dilaksanakan di PT. Ratah Timber yang berlokasi di Desa Mamahaq Teboq,
Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain data IHMB PT. Ratah
Timber khususnya data hasil pengukuran pohon contoh. Alat yang digunakan
antara lain peta hutan, alat tulis, Clinometer, pita ukur/phi band, meteran, tally
sheet, kamera digital, perangkat keras PC (Personal Computer), Software Minitab
14, MS Excel 2007, MS Word 2007 dan alat hitung berupa kalkulator. Sedangkan
data yang digunakan untuk penelitian adalah pohon contoh kelompok jenis
Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba Campuran. Pengelompokkan jenis
pohon ini berdasarkan SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003 tentang
pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan iuran kehutanan (Departemen
Kehutanan Republik Indonesia, 2003). Untuk pohon kelompok jenis
Dipterocarpaceae (Meranti) termasuk kedalam kelompok komersial I, pohon-
pohon yang termasuk komersial I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu


Nama
No Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
1 Agathis Dama (Sulawesi), Damar (Jawa), (Agathis spp)
Damar Sigi (Sumatera), Damar
Bindang (Kalimantan)
2 Balau Damar Laut, Semantok (Aceh ), (Shorea spp; Parashorea
Selangan Batu, Anggelam, Amperok spp)
3 Balau Balau laut, Batu tuyang, Damar laut (Shorea spp)
Merah merah, Putang, Lempung abang
4 Bangkirai Benuas, Balau mata kucing, Hulo (Shorea laevis Ridl);
dereh, Kerangan, Puguh, Jangkang (Shorea laevifolia Endert);
putih (Hopea spp); Shorea
kunstleri
5 Damar Damar (Araucaria spp)
15

Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu


No Nama
Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
6 Durian Durian burung, Lahong, Layung, (Durio carinatus Mast);
Apun, Begurah, Punggai, Durian (Durio spp, Coelostegia
hantu, Enggang spp)
7 Gia Delingsem, Kayu batu, Melunas, (Homalium tomentosum
Kayu kerbau, Momala (Roxb) Benth, Homalium
Foetidum (Roxb) Benth)
8 Giam Resak batu, Resak gunung (Cotylelobium spp)
9 Jelutung Pulai nasi, Pantung gunung, (Dyera spp)
Melabuai
10 Kapur Kamper, Ky. kayatan, Empedu, (Dryobalanops spp)
Keladan
11 Kapur Kapur Guras (Dryobalanops
Petanang oblongifolia Dyer)
12 Kenari Kerantai, Ki tuwak, Binjau, Asam- (Canarium spp, Dacryodes
asam, Kedondong, Resung, Bayung, spp, Trioma spp, Santiria
Ranggorai, Mertukul spp)
13 Keruing Tempuran, Lagan, Merkurang, (Dipterocarpus spp)
Kawang, Apitong, Tempudau
14 Kulim Kayu bawang hutan (Scorodocarpus borneensis
Becc)
15 Malapari Malapari (Pongamia Pinnata (L)
Pierre)
16 Matoa Kasai, Taun, Kungki, Hatobu, K. (Pometia spp)
sapi (Jawa), Tawan (Maluku), Ihi
mendek (Irian Jaya)
17 Medang Sintuk, Sintok lancing, KitTeja, Ki (Cinnamomum spp)
tuha, Ki sereh, Selasihan
18 Meranti Damar tanduk, Damar buah, Damar Shorea acuminatissima
Kuning hitam, Damar kelepek Sym, Shorea
balanocarpoides Sym,
Shorea faguetiana Heim,
Shorea Scollaris, V. Sloot;
Shorea gibbosa Brandis
19 Meranti Banio, Seraya merah, Kontoy bayor, (Shorea Palembanica Miq,
Merah Campaga, Lempong, Kumbang, Shorea lepidota BI, Shorea
Majau, Meranti ketuko, Ketrahan, ovalis BI, Shorea
Ketir, Cupang Johorensis Foxw, Shorea
leptoclados Sym, Shorea
leprosula Miq) (Shorea
Platyclados sloot. Ex
foxw.)
16

Lanjutan tabel 2 Pohon-pohon kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu


No Nama Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
20 Meranti Baong, Baung, Kebaong, (Shorea Virescens Parijs),
Putih Belobungo, Bayong (Sumatera, Shorea retionodes V.SI),
Kalimantan), Damar kaca, Damar (Shorea Javanica K. et.
kucing, Kikir, Udang, Udang ulang, Val), (Shorea bracteolata
Damar hutan, Anggelam tikus, Dyer), (Shorea ochracea
Kontoi tembaga, Maharam potong, Sym),(Shorea lamellata
Damar mata kucing, Bunyau, Foxw), (Shorea assamica
Pongin, Awan punuk, Mehing Dyer), (Shorea koordesii
(Sumatera, Kalimantan), Damar Brandis )
tenang putih, Honi (Maluku), Damar
lari-lari, Temungku (Sulawesi),
Lalari, Tambia putih (Sulawesi),
Hili (Maluku)
21 Merawan Ngerawan, Cengal, Amang besi, (Hopea spp); Hopea dyeri;
Cengal balaw, Emang, Tekam (Hopea sangal Kort)
22 Merbau Anglai, Ipil, Tanduk (Maluku), (Intsia spp)
Kayu besi (Papua), Maharan
(Sumatera)
23 Mersawa Damar kunyit, Masegar, Ketimpun, (Anisoptera spp)
Tabok, Tahan, Cengal padi
24 Nyatoh Suntai, Balam, Jongkong, (Palaquium spp); (Payena
Hangkang, Katingan, Mayang batu, spp, Madhuca spp)
Bunut, Kedang, Bakalaung, Ketiau,
Jengkot, Kolan
25 Palapi Mengkulang, Teraling, Dungun, Heritiera (Tarrietia spp)
Talutung, Lesi-Lesi.
26 Penjalin Rempelas, Ki jeungkil, Ki endog (Celtis spp)
(Sunda), Cengkek (Jawa), Pusu
(Sumbawa)
27 Perupuk Kerupuk, Pasana, Aras, Mandalaksa (Lophopetalum spp)
28 Pinang Melunak, Ki sigeung, Kelembing, (Pentace spp)
Ki sinduk
29 Pulai Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau, (Alstonia spp)
Basung, Pule, Pulai miang
30 Rasamala Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa), (Altingia excelsa
Mandung (Mnkb) Noronha)
31 Resak Damar along, Resak putih (Vatica spp)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Sementara itu untuk pohon-pohon yang termasuk kedalam kelompok jenis


Rimba Campuran adalah kelompok jenis komersial II, termasuk di dalamnya
kelompok jenis kayu Eboni/kelompok Indah I, dan kelompok jenis kayu Indah II.
17

Untuk macam-macam pohon yang termasuk kedalam jenis-jenis di atas dapat


dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok


komersial II
Nama
No Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
1 Bakau Tumu, Lenggadai, Jangkar, Tanjang, (Rhizophora spp dan
Putut, Busing, Mata buaya Bruguiera spp)
2 Bayur Walang, Wayu, Balang, Wadang (Pterospermum spp)
3 Benuang Benuang bini, Winuang (Octomeles sumatrana
Miq)
4 Berumbung Kayu lobang, Barumbung, Kayu (Adina minutiflora Val);
gatal Pertusadina spp
5 Bintangur Bunoh, Nyamplung, Penaga (Calophyllum spp)
6 Bipa Kayu wipa (Pterygota spp)
7 Bowoi Rayango, Merang, Terangkuse Serianthes minahassae
Merr & Perry (Syn
Albizia minahasae
Koord)
8 Bugis Grepau (Koordersiodendron
pinnatum Merr)
9 Cenge Cenge, Cingo (Mastixia tostrata BI)
10 Duabanga Benuang laki, Takir, Aras (Duabanga moluccana
BI)
11 Ekaliptus Ampupu (Sulawesi), Aren (Maluku), (Eucalyptus spp)
Leda, Tampai, Kayu putih
12 Gelam Kayu putih (Melaleuca spp)
13 Gempol Wosen, Klepu pasir, Anggrit (Nauclea spp)
14 Gopasa Teraut, Laban (Vitex spp)
15 Gerunggang/ Madang baro, Adat, Temau, (Cratoxylum spp)
Derum Mampat, Butun, Kemutul
16 Jabon Kelampayan, Laran, Semama (Anthocephalus spp)
17 Jambu- Kelat, Ki tembaga, Jambu (Eugenia spp)
jambu
18 Kapas- Hapas-hapas, Tapa-tapa, Leman (Exbucklandia populnea
kapasan R. Brown)
19 Kayu kereta Rengas sumpung, Merpauh, Bagel (Swintonia spp)
mirah
20 Kecapi Papung, Kelam, Sentul (Sandoricum spp)
21 Kedondong Coco, Kacemcem, Leuweung (Spondias spp)
Hutan
18

Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok


komersial II
No Nama
Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
22 Kelumpang Kepuh, Kalupat, Lomes (Sterculia spp)
23 Kembang Merpayang, Kepayang (Scaphium macropodum
semangkok J. B)
24 Kempas Impas, Tualang ayam, Hampas (Koompassia malaccensis
Maing)
25 Kenanga Kananga (Cananga sp)
26 Keranji Kayu lilin, Maranji (Dialium spp)
27 Ketapang Kalumpit, Jelawai, Jaha, Klumprit (Terminalia spp)
28 Ketimunan Seranai, Temirit, Kayu reen (Timonius spp)
29 Lancat Kundur, Modjiu, Raimagago (Mastixiodendron spp)
30 Lara Lompopaito, Nani, Langera (Metrosideros spp dan
Xanthostemon spp)
31 Mahang Merkubung, Mara, Benua (Macaranga spp)
32 Medang Manggah, Huru kacang, Keleban, (Litsea firma Hook f;
Wuru, Kunyit Dehaasia spp)
33 Mempisang Mahabai, Hakai rawang, Empunyit, (Mezzetia parviflora
Jangkang, Banitan, Pisang-pisang Becc); (Xylopia spp);
Alphonsea spp; Kandelia
candell Druce
34 Mendarahan Tangkalak, Au-au, Ki mokla, Myristica spp, Knema spp
Kumpang, Ky luo, Darah-darah,
Huru
35 Menjalin Lilin, Ki endog, Segi landak (Xanthophyllum spp)
36 Mentibu Jongkong, Merebung (Dactylocladus
stenostachys Oliv)
37 Merambung Merambung (Vernonia arborea Han)
38 Punak Kayu malaka, Cerega (Tetramerista glabra Miq)
39 Puspa Sinar telu, Madang getah, Seru (Schima spp)
40 Rengas Rengas tembaga, Rangas (Gluta aptera (King) Ding
Hou
41 Saninten Sarangan, Kalimorot, Ki hiur (Castanopsis argentea A.
DC)
42 Sengon Jeungjing, Tawa kase, Sika (Paraserianthes falcataria
(Maluku) (L) Nielsen Syn)
43 Sepat Waru gunung, Kalong (Berrya cordofolia Roxb)
44 Sesendok Kayu bulan, Sendok-sendok, Kayu (Endospermum spp)
raja, Garung, Kayu labu
45 Simpur Sempur, Segel, Janti, Dongi (Dillenia spp)
46 Surian Kalantas, Suren (Toona sureni Merr)
47 Tembesu Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu (Fragraea spp)
48 Tempinis Damuli, Kayu besi (Sloetia elongata Kds)
19

Lanjutan tabel 3 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Rimba Campuran/kelompok


komersial II
No Nama Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
49 Tepis Banitan, Pemelesian, Kayu tinyang, (Polyalthia glauca Boerl)
Kayu bulan, Banet, Kayu kalet
50 Tenggayun Buku ongko, Pejatai, Purut bulu (Parartocarpus spp)
51 Terap Tara, Cempedak, Kulur, Teureup (Artocarpus spp)
52 Terentang Tumbus, Pauh lebi (Campnosperma spp)
53 Terentang Pauhan, Antumbus, Talantang (Buchanania spp)
ayam
54 Tusam Pinus, Damar batu, Uyam (Pinus spp)
55 Utup Utup (Aromadendron sp)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Tabel 4 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Eboni/kelompok kayu Indah I


Nama
No Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
1 Eboni Bergaris Maitong, Kayu lotong, Sora, (Diospyros celebica Bakh)
Amara
2 Eboni Hitam Kayu hitam, Maitem, Kayu (Diospyros rumphii Bakh)
waled
3 Eboni Baniak, Toli-toli, Kayu arang, (Diospyros spp D. ebenum
Kanara, Gito-gito, Bengkoal, Koen, D. ferrea Bakh, D.
Malam lolin Bakh, D. macrophylla
BI, D. cauliflora BI, D.
areolata King et G)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003

Tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II


Nama
No Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
1 Bongin Pauh kijang, Sepah, Kayu batu (Irvingia malayana Oliv)
2 Bungur Wungu, Tekuyung, Benger, Ketangi (Lagerstroemia speciosa
Pers)
3 Cempaka Minjaran, Wasian, Manglid, (Michelia spp,
Sitekwok, Kantil, Capuka Elmerrillia spp Dandy)
4 Cendana Kayu kuning, Lemo daru (Santalum album L)
5 Dahu Dao, Sengkuang, Basuong, Koili (Dracontomelon spp)
6 Johar Juar, Trenggguli, Sebusuk, (Cassia spp)
Bobondelan
7 Kuku Kayu laut, Papus, Nani laut (Pericopsis mooniana
Thw)
8 Kupang Kayu ruan, Saga (Ormosia spp)
20

Lanjutan tabel 5 Pohon-pohon kelompok jenis kayu Indah II


No Nama Nama daerah Nama ilmiah
perdagangan
9 Lasi Adina, Kilaki (Adinauclea fagifolia
Ridsd)
10 Mahoni Mahoni (Swietenia spp)
11 Melur Sampinur tali, Jamuju, Ki merah, (Dacrydium junghuhnii
Cematan, Alau, Kayu embun, Kayu Miq); (Podocarpus spp);
cina, Sandu, Sampinur bunga (Dacrydium spp)
12 Membacang Limus piit, Ambacang, Wani, (Mangifera spp)
Mempelam, Asam. Mangga
13 Mindi Bawang kungut (Melia spp)
14 Nyirih Nyireh, Niri (Xylocarpus granatum j.
Konig)
15 Pasang Mempening, Baturua, Kasunu, Triti (Quercus spp)
16 Perepat Darat Marapat, Teruntum batu (Combretocarpus
rotundatus Dans)
17 Raja Bunga Segawe, Klenderi, Saga (Adenanthera spp)
18 Rengas Ingas, Suloh, Rangas, Rengas (Gluta spp);
burung (Melanorrhoea spp)
19 Ramin Gaharu buaya, Medang keladi, (Gonystylus bancanus
Keladi, Miang Kurz)
20 Sawo kecik Subo, Ki sawo (Manilkara spp)
21 Salimuli Kendal, Klimasada, Purnamasada (Cordia spp)
22 Sindur Sepetir, Sasumdur, Mobingo (Sindora spp)
23 Sonokembang Angsana, Linggua, Nala, Candana (Pterocarpus indicus
Willd)
24 Sonokeling Linggota, Sono sungu, Sonobrits (Dalbergia latifolia
Roxb)
25 Sungkai Jati seberang, Jati londo (Peronema canescens
Jack)
26 Tanjung Sawo manuk, Karikis (Mimusops elengi L.)
27 Tapos Kelampai, Setan, Kedui, Wayang (Elateriospermum tapos
BI)
28 Tinjau Lontar kuning (Pteleocarpus lampongus
Belukar Bakh)
29 Torem Sawai, Torem (Manikara kanosiensis
H.j. L. et B. M.)
30 Trembesi Ki hujan (Samanea saman Merr)
31 Ulin Kayu besi, Bulian, Kokon (Eusideroxylon zwageri
T.et.b.)
32 Weru Beru, Ki hiyang, Bengkal (Albizia procera Benth)
Sumber : SK Menhut No. 163/KPTS-II/2003
21

3.3 Prosedur Analisis Data


1. Pengambilan pohon contoh dilapangan
Untuk penyusunan Tabel volume pohon, didasarkan pada data pohon contoh
atau pohon model yang dipilih secara purposive sampling dengan ketentuan
tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter dan kelas tinggi pohon, pada
berbagai tipe tempat tumbuh. Pohon contoh adalah pohon yang pertumbuhannya
baik serta sehat. Pohon contoh diambil di dalam plot IHMB, apabila dalam plot
IHMB itu tidak terdapat pohon contoh maka pengambilan pohon contohnya dapat
dilakukan di luar plot IHMB. Berikut akan ditampilkan gambar plot contoh
IHMB.

Gambar 1 Plot contoh IHMB skala 1 : 10.000.


Menurut Sutarahardja (2009) plot contoh (sample unit) adalah suatu petak
dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dibuat dilapangan dimana didalam petak
22

tersebut dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap dimensi pohon/tegakan dan


pencatatan informasi-informasi tentang pohon/tegakan yang diperlukan yang
penempatannya bersifat semi permanen. Plot contoh IHMB pada hutan alam luas
0,25 Ha dengan ukuran 20m x 125m diletakkan dalam jalur inventarisasi dengan
arah Utara-Selatan dan di dalamnya terdapat beberapa sub-plot contoh. Dalam
satu plot contoh terdapat 4 sub-plot contoh yang luasnya dibedakan berdasarkan
tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada. (Lihat Gambar 1)
a. Sub-plot pancang
Diukur dari titik awal plot masing-masing 10 m ke arah Barat atau Timur,
pada ujung sisi kiri dibuat sub-plot pancang berbentuk lingkaran dengan jari-jari
plot 2,82 meter. Kemudian diamati keberadaan pancang dalam plot. Pasang pasak
pada pusat plot untuk memasang tali tersebut, setelah itu dilakukan pengamatan
plot secara berputar dengan ujung tali sebagai batas plot hingga selesai.
b. Sub-plot tiang
Dari titik awal plot, dibuat sub-plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran
10 m x 10 m di sisi kiri jalur. Dengan bantuan tali sepanjang 10 m sebanyak 2
buah dan kompas, dari titik awal plot ditarik tali ke arah kiri tegak lurus jalur
(270º) dan searah jalur (0º) lalu dipasang patok.
c. Sub-plot pohon kecil
Dibentuk plot bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, sepanjang 10 m
sebelah Barat dan 10 m sebelah Timur jalur, kemudian dirintis 20 m ke arah
Utara.
d. Sub-plot pohon besar
Bentuk plot contoh persegi panjang berukuran 20 m x 125 m adalah sebagai
perpanjangan dari sub-plot pohon kecil ke arah Utara.

2. Perhitungan volume pohon contoh


Perhitungan volume pohon contoh pada dasarnya perlu ditebang untuk
dihitung volumenya berdasarkan volume per seksinya yang terdiri dari :
a. Untuk diameter ≥ 50 cm dapat mengukur di petak tebangan
23

untuk menghitung volume aktual (Va) dari pohon rebah dihitung dengan
menjumlahkan seluruh volume tiap seksi batang dari satu pohon yaitu
dengan : Va = ∑ Vsi
Keterangan : Va = volume aktual
Vsi = Volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n
Volume seksi batang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus
Smalian yaitu :
Vs = 0,5 x (B + b) x L
Keterangan : Vs = volume seksi
B = Luas bidang dasar pangkal seksi dalam m2
b = Luas bidang dasar ujung seksi dalam m2
L = Panjang seksi
Luas bidang dasar dihitung dengan rumus : Lbds = 0,25 π D2
b. Untuk diameter 10 cm - < 50 cm pada tebangan silin atau menebang
pohon contoh pada beberapa plot contoh.
c. Untuk pelengkap dapat menggunakan rumus volume
V = 0,25 π D2 T 0,6

3. Pemilahan pohon contoh untuk model dan validasi


Tahap selanjutnya dalam tahap pengumpulan data, harus dilakukan proses
pemilahan pohon contoh. Untuk melakukan pemodelan diperlukan suatu set data
yang berbeda dengan set data yang dipakai untuk uji validasi model. Proses
pemilahan pohon contoh terdiri dari 2/3 pohon contoh untuk proses pemodelan
dan 1/3 pohon contoh lainnya untuk proses uji validasi.

Tabel 6 Pemilahan pohon contoh pada setiap kelompok jenis


Kelas Jumlah Proses Proses
diameter (cm) pohon contoh pemodelan uji validasi
10,0 – 14,9 15 10 5
15,0 – 19,9 15 10 5
20,0 – 24,9 15 10 5
25,0 – 29,9 15 10 5
30,0 – 34,9 15 10 5
35,0 – 39,9 10 7 3
40,0 – 44,9 10 7 3
45,0 – 49,9 10 7 3
50,0 – 59,9 10 7 3
60,0 – 69,9 10 7 3
70,0 – 79,9 10 7 3
≥ 80,0 10 7 3
Jumlah 145 99 46
Sumber : Permenhut P.34/Menhut-II/2007
24

4. Analisa hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon


Salah satu hipotesa dalam penyusunan tabel volume pohon lokal adalah
terdapatnya hubungan yang erat antara tinggi pohon dengan diameter pohon.
Hubungan ini dapat dilihat dari korelasi antara kedua peubah tersebut, yang
ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasinya. Apabila antara tinggi pohon
dengan diameter pohon terdapat korelasi yang erat, maka untuk menduga volume
pohon dapat hanya menggunakan peubah diameter atau tinggi pohon saja.
Mengingat pengukuran tinggi pohon lebih sulit dibandingkan mengukur diameter
pohon, maka dalam kaitan korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon
cukup erat, tabel volume dapat disusun atas dasar peubah diameter pohon.
Koefisien korelasi ( r ) antara tinggi pohon dengan diameter pohon dapat dihitung
dengan rumius :
JHK xy
r
JK x . JK y

Dalam hal ini, JKx, Jky, dan JHKxy dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
n
(  xi ) 2
n
JKx =  xi2  i 1
i 1 n

n
(  yi ) 2
n
JKy =  yi2  i 1
i 1 n

n
  
n n
 xi  yi
JHKxy =  xi yi  i 1 i 1
i 1 n

di mana :
r = Koefisien korelasi contoh
JKX = Jumlah kuadrat peubah X (misal : diameter pohon)
JKy = Jumlah kuadrat peubah Y (misal : tinggi pohon)
JHKxy = Jumlah hasil kali antara peubah X dengan peubah Y
25

Besarnya nilai koefisien korelasi adalah antara - 1 ≤ r  + 1 dimana jika nilai


r mendekati – 1 atau + 1, maka hubungan antara kedua peubah itu kuat, artinya
terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole 1993).

5. Pengujian koefisien korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon


Dalam pengujian ini dilakukan perhitungan koefisien korelasi dari kedua
peubah tersebut ( r ) sebagai penduga koefisien korelasi populasinya, yaitu ( ρ ).
Apabila r = 0 maka besar kemungkinannya untuk menyimpulkan ρ = 0 dan
apabila nilai r mendekati + 1 atau – 1, hal tersebut mencirikan bahwa ρ ≠ 0. Suatu
uji untuk menyatakan kapan nilai r berada cukup jauh dari nilai ρ adalah melalui
pengujian koefisien korelasi dengan uji Z-Fisher (Walpole 1993). Dalam uji Z-Fisher
ini, dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ kedalam Z-Fisher. Dalam penyusunan
tabel volume lokal, Fakultas Kehutanan IPB (1985) dan Sutarahardja (1982) diacu
dalam Sutarahardja (2008) mensyaratkan bahwa nilai ρ harus lebih besar dari 0,7
atau ρ  0,7 yang berarti pada nilai ρ  0,7 maka hubungan antara tinggi pohon
dengan diameter pohon dianggap cukup kuat, dimana jika ρ  0,7071 artinya ρ2
adalah  50 %.. Hubungan yang kuat dengan ρ2  50 % tersebut berarti akan
menjamin bahwa sekurang-kurangnya 50 % keragaman volume pohon yang
disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman
diameter pohon. Tahap pengujian koefisien korelasi bersyarat dengan
menggunakan transformasi Z-Fisher tersebut adalah dengan prosedur sebagai
berikut :
a. Menentukan hipotesis pengujian koefisien korelasi, yaitu :
H0 : ρ = 0,7071
H1 : ρ  0,7071
b. Menghitung nilai transformasi Z-Fisher dari nilai koefisien korelasi populasi
( ρ ) dan koefisien korelasi contoh ( r ) :
Zρ = 0,5 ln{( 1 + ρ )/( 1 – ρ )} dan
Zr = 0,5 ln{( 1 + r )/( 1 – r )}
c. Menentukan pendekatan simpangan baku dari hasil transformasi Z-Fisher,
yaitu :
26

σZr = 1/√(n-3)
Kriterium uji dalam pengujian transformasi Z-Fisher adalah :
Z-hitung = (Zr – Zρ)/ σZr
Dimana :
Z = Sebaran normal Z
σZr = Pendekatan simpangan baku transformasi Z-Fisher
d. Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika Z-hitung ≤ Z-tabel pada tingkat nyata tertentu (misalnya pada taraf nyata 5
%), maka H0 diterima artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi
pohon tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu tidak memenuhi syarat
ρ > 0,7071artinya hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap
kurang erat. Jika Z-hitung  Z-tabel pada tingkat nyata tertentu, maka H0 ditolak
artinya bahwa hubungan antara diameter pohon dengan tinggi pohon memenuhi
syarat yang telah ditetapkan artinya hubungan diameter dengan tinggi pohon
dianggap cukup erat.
Bila keputusan H0 diterima, maka tabel volume yang disusun untuk tegakan
hutan yang diukur harus menyertakan peubah lain selain peubah diameter pohon,
misalnya antara lain mengikut sertakan tinggi pohon dan atau peubah lainnya, jadi
tabel volume yang disusun adalah tabel volume standar.
Sedangkan apabila H0 ditolak dalam pengujian tersebut artinya hubungan
antara diameter pohon dengan tinggi pohon dianggap cukup erat, artinya koefisien
korelasi populasi yang dihasilkan dari pohon-pohon contoh memenuhi syarat
sekurang-kurangnya sama dengan koefisien korelasi yang telah ditetapkan, maka
dalam tegakan hutan yang diukur dapat dibuat tabel volume lokal (tarif volume),
yaitu tabel volume dengan kunci pembacanya cukup dengan menggunakan satu
peubah, yaitu diameter pohon.

6. Scatter diagram dan penentuan model penyusunan tabel volume


Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh
ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran
data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah
27

mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam
pemilihan model pendekatannya.
Salah satu contoh gambar scatterplot diagram persebaran kelas diameter
dengan volume pohon yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam
penyusunan tabel volume pohon.

Gambar 2 Contoh Scatterplot diagram.


Karakteristik paling nyata untuk diukur yang berkaitan dengan volume
pohon adalah diameter setinggi dada (diameter at breast height). Oleh karena itu
semua persamaan volume akan mempunyai diameter setinggi data serta peubah
lainnya dan yang umum ditambahkan sebagai peubah penentu volume pohon
adalah jenis peubah tinggi pohon, baik tinggi total, tinggi bebas cabang ataupun
tinggi yang lain yang dianggap mempunyai peranan dalam tujuan untuk
pendugaan potensi tegakan.
Beberapa persamaan hubungan antara volume pohon dengan peubah-peubah
penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume pohon antara lain
(Loetsch et al, 1973) :
Peubah bebas hanya diameter pohon :
1. v = a + bD2 (Kopezky-Gehrhardt)
2. v = a + bD + cD2 (Hohenadl-Krenn)
b
3. v = aD (Berkhout)
28

Dimana :
V : Volume total pohon (m³)
D : Diameter setinggi dada (cm)
a, b, dan c : Konstanta
Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya,
yaitu sebagai berikut :
1. V = a + b D² → model persamaan regresi liniernya adalah
Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1
Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
a = β0 = b0 D2 = Xi = x1
2. V = a + bD + cD² → model persamaan regresi liniernya adalah
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + b2X2 + e1
Dimana : V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
a = β0 = b0 D = X1i = x1
D2 = X2i = x2
3. V = a Db → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log D
Model persamaan regresi linearnya adalah
Y1 = β0 + β1X1 + ε1 yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1 + e1
Dimana : Log V = Y1 = yi b = β1 = b ε1 = e1 = galat sisa
Log a = β0 = b0 Log D = Xi = x1
Sedangkan untuk tabel volume standar dengan peubah bebas diameter dan
tinggi bebas cabang pohon terdiri dari :
1. Model Spurr : V = a (D²Tbc)b
2. Model Schumacher Hall : V = a DbTbcc
3. Model Stoate : V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc
Dimana :
V : Volume total pohon (m³)
D : Diameter setinggi dada (cm)
Tbc : Tinggi bebas cabang pohon (m)
a, b, dan c : Konstanta
Dari ketiga persamaan diatas dibuat model persamaan regresi liniernya,
yaitu sebagai berikut :
29

1. V = a (D²Tbc)b → transformasi logaritmis → Log V = Log a + b Log (D²Tbc)


Y1 = β0 + β1X1i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + ei
Dimana : Log V = Yi = yi b = β1 = b εi = ei = galat sisa
Log a = β0 = b0 Log(D²Tbc) = Xi = x1i
2. V = a DbTbcc → transformasi log → Log V = Log a + b Log D + c Log Tbc
Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i + ei
Dimana : Log V = Yi = yi b = β1 = b1 ε1 = ei = galat sisa
Log a = β0 = b0 c = β2 = b2
Log Tbc = X2i = x2i Log D = X1i = x1i
3. V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc → Model persamaan regresi linearnya adalah
Y1 = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + εi yang diduga oleh → y1 = b0 + b1X1i + b2X2i +
b3X3i + ei
Dimana : V = Yi = yi a = β0 = b0 c = β 2 = b2
2
D = X1i = x1i b = β1 = b1 d = β3 = b3
D2Tbc = X2i = x2i Tbc = X3i = x3i εi = ei = galat sisa

7. Penyusunan tabel volume


Tarif volume pohon maupun tabel volume pohon standar dapat disusun
dengan menggunakan analisa regresi linier dengan pengujian signifikasi
regresinya menggunakan analisa ragam (analysis of variance). Untuk penyusunan
tarif volume pohon dapat dianalisa dengan regresi linier sederhana (simple linear
regression), sedangkan untuk tabel volume pohon standar dianalisa dengan regresi
linier berganda (multiple linear regression). Banyaknya model regresi yang
dicoba sebanyak 2–3 model.

8. Menghitung koefisien regresi dan koefisien korelasi


Untuk dapat menghasilkan persamaan-persamaan regresi yang dimaksud,
maka perlu dihitung nilai-nilai dari koefisien-koefisien regresinya (Sutarahardja
et al, 1991).
a. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon lokal :
Sebagai contoh untuk model regresi linier sederhana sebagai berikut :
Yi   0  1 X i  i , dengan penduga modelnya adalah
30

yi b0  b1xi  ei , maka besarnya nilai koefisien regresi b1 sebagai

penduga dari 1 dan besarnya nilai konstanta b0 (intersept) sebagai penduga dari

 0 dapat dihitung dari nilai-nilai data pohon contoh.

JHKxy
b  dan
1 JKx
b  y b x
0 1
Dimana : y = volume pohon dalam m3 dan x = diameter pohon dalam cm.
Koefisien korelasi ( r ) antara volume pohon dengan diameter pohon dapat
dihitung dengan rumus (1) tersebut diatas atau dengan rumus :

b1 JHKxy 
r
JKy
b. Menghitung koefisien regresi pada penyusunan tabel volume pohon
standar
Sebagai contoh untuk model regresi linier berganda sebagai berikut :
Yi   0  1 X1i   2 X 2 i  i , dengan penduga modelnya

yi b0  b1x1i  b2 x2 i  ei , maka besarnya nilai-nilai penduga koefisien-

koefisien regresi ( b1 ,b2 ) serta intersept b0 dapat dihitung berdasar data pohon

contoh yang diambil.


( JKx 2 )( JHKx1 y )  ( JHKx1x2 )( JHKx2 y )
b1 
( JKx1 )( JKx 2 )  ( JHKx1x2 ) 2

b2 
 JKx1  JHKx2 y  JHKx1x2  JHKx1 y 
 JKx1  JKx 2  JHKx1x2 2
dimana :

n
x  
n 2 i 1 1i
JKx1   x1i 
2

i 1 n

n
x 
n 2 i 1 2 i
JKx 2   x2 i 
2

i 1 n
31

n
n n
  
 x1  x2
JKx1x2   x1x2  i 1 i 1
i 1 n

n
n
  
 x1  y
JKx1 y   x1 y  i 1
n

i 1
i 1 n

n
n
  
 x2  y
JKx 2 y   x2 y  i 1
n

i 1
i 1 n

b  y b x b x
0 11 2 2

Koefisien determinasi ( R 2 ) dari model regresi tersebut dapat dihitung :


JK regresi
R2 
JK total

Koefisien korelasi berganda  R  dapat diperoleh dari akar koefisien


determinasi tersebut diatas.
JK regresi b1JHKx1 y  b2 JHKx2 y

n
y
n 2 i 1 i
JK total  JKy   yi 
2
 
i 1 n

9. Analisa keragaman
Terhadap persamaan-persamaan regresi tersebut dilakukan pengujian
dengan menggunakan analisa keragaman (analysis of variance) untuk melihat
signifikasi atau adanya ketergantungan peubah-peubah yang menyusun regresi
tersebut.

Tabel 7 Analisa keragaman pengujian regresi (Anova)


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (KT) F-hitung F-tabel
keragaman bebas (JK)
Regresi k = p-1 JKregresi (JKR) KTR=JKR/k Fhitung =
Sisaan n-k-1 JKsisa (JKS) KTS=JKS/(n-k-1) KTR/KTS
Total n-1 JKtotal (JKT)
Sumber : Walpole, 1993
32

Dimana p = banyaknya konstanta (koefisien regresi dan intersept) dan n =


banyaknya pohon contoh yang digunakan dalam penyusunan regresi tersebut.
Dalam analisa tersebut hipotesa yang diuji adalah :
a. Pada regresi linier sederhana :
H 0 :  0 lawan H1:  0

b. Pada regresi linier berganda :


H 0 : i  0 dimana : i = 1,2

H1: Sekurang-kurangnya ada  i  0

Jika H1 yang diterima, maka regresi tersebut nyata, artinya ada keterkaitan
antara peubah bebas (diameter pohon dan atau tinggi pohon) dengan peubah tidak
bebasnya (volume pohon). Dengan kata lain bahwa setiap ada perubahan pada
peubah bebasnya akan terjadi perubahan pada peubah tidak bebasnya. Jika Ho
yang diterima, maka regresi tersebut tidak nyata, artinya persamaan regresi tidak
dapat untuk menduga volume pohon berdasarkan peubah bebasnya.

10. Perhitungan kesalahan sampling (Sampling Error, SE)


Kesalahan sampling adalah kesalahan yang disebabkan karena dilakukannya
pengambilan contoh (sampling). Besarnya kesalahan dapat dihitung dengan
rumus:
𝑆𝑦 2
𝐾𝑇𝑆 = 𝑆𝑦 2 → 𝑆𝑦 =
𝑛

𝑡 𝛼 /2,𝑑𝑓 ×𝑆𝑦
𝑆𝐸 = 𝑦
× 100%

Dimana : SE = Sampling Error


Y = Volume pohon (m³)
𝑦 = Rata-rata volume pohon (m³/ha)
𝑆𝑦 = Simpangan baku rata-rata
𝑑𝑓 = Derajat bebas

11. Validasi model


Hasil persamaan-persamaan regresi yang telah diuji tersebut diatas, baik
pada penyusunan regresi untuk tarif volume pohon, maupun pada penyusunan
33

untuk tabel volume pohon standar, perlu dilakukan uji validasi dengan
menggunakan pohon contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk
pengujian validasi model. Data pohon contoh tersebut tidak digunakan dalam
penyusunan model-model tabel volume diatas. Uji validasi model dapat dengan
melihat pada nilai-nilai simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan
rata-rata (mean deviation), RMSE (root mean square error), biasnya serta uji beda
nyata antara volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji
beda nyata bisa dilakukan dengan cara uji Khi-kuadrat.

12. Pengujian validasi model


Nilai-nilai pengujian validasi model tersebut dapat dihitung dengan rumus-
rumus sebagai berikut :
a. Simpangan agregat (agregative deviation)
Simpangan agregat merupakan selisih antara jumlah volume aktual (Va) dan
volume dugaan (Vt) yang diperoleh berdasarkan dari tabel volume pohon, sebagai
persentase terhadap volume dugaan (Vt). Persamaan yang baik memiliki nilai
simpangan agregat (SA) yang berkisar dari -1 sampai +1 (Spurr 1952). Nilai SA
dapat dihitung dengan rumus :
 n n 
  Vti   Vai 
 
SA   i 1 i 1 
n
  Vti 
 
 i 1 
b. Simpangan rata-rata (mean deviation)
Simpangan rata-rata merupakan rata-rata jumlah dari nilai mutlak selisih
antara jumlah volume dugaan (Vt) dan volume aktual (Va), proporsional terhadap
jumlah volume dugaan (Vt). Nilai simpangan rata-rata yang baik adalah tidak
lebih dari 10 % (Spurr 1952). Simpangan rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
  n Vti Vai  
  
  i 1 Vti  
SR    x100%
 n 
 
 
34

c. RMSE (root mean square error)


RMSE merupakan akar dari rata-rata jumlah kuadrat nisbah antara selisih
volume dugaan dari tabel volume pohon (Vt) dengan volume aktualnya (Va)
terhadap volume aktual. Nilai RMSE yang lebih kecil, menunjukkan model
persamaan penduga volume yang lebih baik. RMSE dapat dihitung dengan rumus:

n  Vti Vai 2

 Vai 
RMSE  1
i x100%
n
d. Bias
Bias (e) adalah kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena kesalahan
dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran maupun kesalahan karena alat
ukur (Sutarahardja 1999). Bias dapat dihitung dengan rumus :
  Vti Vai  
n   Vai  
e   x100%
i 1  n 
 

e. Uji beda rata-rata Khi-kuadrat (Khi-square test)


Pengujian validasi model persamaan penduga volume pohon, dapat pula
dilakukan dengan menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat), yaitu alat untuk menguji
apakah volume yang diduga dengan table volume pohon (Vt) berbeda dengan
volume pohon aktualnya (Va). Dalam hal ini hipotesa yang diuji adalah sebagai
berikut :

H : Vt  Va dan H : Vt  Va
0 1
Kriterium ujinya adalah :
n Vti Vai2
2  
hitung
i 1 Vai
Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :
2 2
 hitung   tabel ( , n 1) , maka terima H 0

2 2
 hitung   tabel ( , n 1) , maka terima H 1
35

13. Pemilihan model regesi terbaik dan valid


Model persamaan regresi untuk penyusunan tabel volume pohon yang
akurat dan valid adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Dalam analisis regresi menghasilkan nilai-nilai R² yang besar, regresi yang
nyata berdasarkan hasil analisis keragamannya serta sampling error (SE)
yang rendah.
2. Dalam uji validasi harus memenuhi standar pengujian antara lain :
- Persamaan yang baik memiliki nilai simpangan agregat (SA) yang
berkisar berada diantara -1 sampai + 1 (Spurr 1952).
- Persamaan yang baik memiliki nilai Simpangan rata-rata tidak lebih dari
10 % (Spurr 1952).
- Nilai RMSE dan Bias yang kecil menunjukan model persamaan penduga
volume yang lebih baik.
- Apabila hasil uji beda antara nilai rata-rata yang diduga dengan tabel
volume dengan nilai rata-rata nyata (actual), tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata (Ho, diterima) maka persamaan penduga volume
itu baik.
36

BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Perusahaan


PT. Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun
1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI melalui Menteri
Pertanian untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No.
526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK adalah
sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan sungai Ratah Selatan di
Provinsi Kalimantan Timur.
Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest
Agreement (FA) No. FA/J/003/1970 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan
hasil hutan kayu tersebut di atas, sesuai dengan diktum terakhir disebutkan bahwa
berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH. Dengan
demikian maka IUPHHK ini telah berakhir pada tanggal 6 Nopember 1990.
Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan
memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha.
Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan.
Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh
pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung
(HL). Ijin prinsip perpanjangan ini tertuang di dalam Surat Menhut No.
477/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993.
Berdasarkan Surat Menhut No. 2039/Menhut-IV/1993 tanggal 20 November
1993, PT. Ratah Timber memperoleh tambahan areal seluas 12.000 Ha yang
berasal dari eks IUPHHK PT. Budi Dharma Bhakti Djayaraya, sehingga luas
areal IUPHHK PT. Ratah Timber menjadi 127.000 Ha.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 95/Kpts-II/2000 tanggal 22
Desember 2000 luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber ditetapkan seluas 97.690
Ha. Pengurangan areal tersebut terjadi karena sebagian areal IUPHHK termasuk
dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 29.310 Ha. Pada
penyusunan RKUPHHK periode 1990-2010 ini luas yang digunakan adalah luas
berdasarkan SK Menhut No. 95/Kpts-II/2000 tersebut yakni seluas 97.690 Ha.
37

Berdasarkan Surat Menteri Kehutanan No. 477/Menhut-IV/1993 IUPHHK


PT. Ratah Timber diperpanjang ijin IUPHHK-nya dengan syarat menyertakan
BUMN PT. Inhutani II dan Koperasi dalam kepemilikan saham perusahaan.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, sebagaimana tertuang di
dalam akta notaris H. Azhar Alia, SH No. 2 tanggal 4 Juni 1998 susunan
pemegang saham PT. Ratah Timber adalah sebagai berikut:
– PT. Long Bangun Putra Timber : 37,5 %
– PT. Tansa Trisna : 37,5 %
– PT. Inhutani II : 20,0 %
– Koperasi : 5,0 %

4.2 Letak dan Luas Perusahaan


Areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber terletak di kelompok hutan Sungai
Ratah, Desa Mamahaq Teboq, Kecamatan Longhubung, Kabupaten Kutai Barat,
Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 114° 55’ - 115° 30’
Bujur Timur dan 0° 2’ LS - 0° 15’ LU. Menurut pembagian wilayah Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH), areal kerja termasuk ke dalam kelompok hutan Sungai
Ratah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahaq Besar, Cabang
Dinas Kehutanan (CDK) Mahakam Hulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah administratif pemerintahan
termasuk dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur. Batas-batas areal kerja tersebut adalah :
- Sebelah Utara : KBNK, Areal Perkebunan KSU Dayak Kaltim Abadi
dan IUPHHK PT. INHUTANI I (eks. IUPHHK PT.
Mulawarman Bhakti).
- Sebelah Timur : KBNK dan eks. IUPHHK PT. Hacienda Wood
Nusantara Industries.
- Sebelah Selatan : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. IUPHHK PT.
Budi Dharma Bhakti Djayaraya).
- Sebelah Barat : Hutan Lindung Batu Buring Ayok (eks. areal kerja PT.
Gata Rota)
38

Luas areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber mengalami beberapa


perubahan dimulai sejak diterbitkan SK IUPHHK tahun 1970, dengan dasar
sebagai berikut :
a. SK HPH tahun 1970 : 125.000 Ha
b. Hutan lindung (dikeluarkan) : (10.000) Ha
c. Persetujuan penggabungan areal eks IUPHHK PT. BDBD : 12.000 Ha
d. Ijin perpanjangan IUPHHK sementara (tahun 1993) : 127.000 Ha
e. SK Tata Batas Temu Gelang tahun 1998 : 126.753 Ha
f. SK IUPHHK pembaharuan tahun 2000 : 97.690 Ha
Berdasarkan Peta Paduserasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) dan TGHK Kalimantan Timur yaitu Peta Penunjukan Kawasan Hutan
dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur skala 1 : 125.000, areal IUPHHK
tersebut terdiri dari Hutan Produksi tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas
(HPT). Rincian luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan
disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan hutan
dan perairan Provinsi Kalimantan Timur
Unit I Unit II Jumlah
No Fungsi hutan
Ha Ha Ha %
1 Hutan produksi terbatas 29.620 0 29.620 30,32
2 Hutan produksi tetap 59.990 8.080 68.070 69,68
Jumlah 89.610 8.080 97.690 100
Sumber : Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur Skala 1 : 250.000, yang
dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005

4.3 Kondisi Hutan


1. Kondisi penutupan lahan
Hasil analisa dan pengukuran planimetris terhadap peta penutupan lahan
yang diperoleh dari hasil analisis antara peta interpretasi foto udara yang dikoreksi
dengan data hasil penafsiran Citra Landsat skala 1 : 100.000 (mosaik dari liputan
Mei 2006, April 2005, Juni 2005 yang dikoreksi Baplanhut sesuai surat No.
S.564/VII/Pusin-1/2006) dan realisasi tebangan sampai dengan 2005
menunjukkan bahwa areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber seluas 97.690 Ha
terdiri dari areal hutan primer seluas 10.007 Ha (10,24 %), bekas tebangan 78.072
Ha (79,92 %) dan non hutan seluas 9.611 Ha (9,84 %).
39

Dari hutan primer yang tersisa tersebut seluruhnya adalah hutan


prenges/kerangas yang tidak produktif yang mana sampai saat ini tidak dapat
dieksploitasi, sehingga dalam penataan dialokasikan untuk areal lindung, yang
secara fisik memiliki topografi yang bervariasi dari agak curam sampai dengan
curam.
Jika dilihat dari penutupan lahannya, kondisi umum di areal kerja PT. Ratah
Timber masih tergolong potensial untuk mendukung tercapainya kelestarian pada
periode rotasi berikutnya sebab hasil analisis menunjukkan bahwa dari areal
berhutan seluas 88.079 Ha, diperoleh areal berhutan efektif sebesar 64.457 Ha
yang dapat diproyeksikan untuk mendukung kelestarian hutan.

Tabel 9 Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
pada setiap fungsi hutan
Kawasan budidaya kehutanan Total
Penutupan lahan
HP HPT Ha %
Hutan primer 5.657 4.350 10.007 10,24
Hutan bekas tebangan 53.066 25.006 78.072 79,92
Non hutan 9.347 264 9.611 9,84
Total 68.070 29.620 97.690 100,00
Sumber : Hasil analisa terhadap Peta Penafsiran Citra Landsat liputan Tahun 2006 Skala 1 :
100.000, yang telah diperiksa BAPLANHUT No. 564/VII/Pusin-1/2006, 10 Agustus
2006 dan Interpretasi Foto Udara Skala 1 : 50.000 (1995) serta realisasi tebangan RKT,
yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005

2 Kondisi potensi tegakan


Informasi mengenai potensi tegakan baik pohon inti maupun masak tebang,
diperoleh berdasarkan beberapa sumber sebagai berikut :
a. Interpretasi foto udara
Berdasarkan laporan interpretasi foto udara (1995) diperoleh bahwa potensi
tegakan tingkat pohon masak tebang di areal hutan primer rata-rata sebesar 102,41
m³/Ha untuk kelas diameter > 50 cm dan 77,71 m³/Ha, sedangkan untuk kelas
diameter > 60 cm. Sedangkan di areal hutan sekunder (bekas tebangan) potensi
rata-rata untuk kelas diameter > 50 cm sebesar 91,65 m³/Ha dan untuk kelas
diameter > 60 cm sebesar 60,82 m³/Ha.
40

Tabel 10 Potensi tegakan jenis komersial di areal kerja IUPHHK PT. Ratah
Timber berdasarkan laporan interpretasi foto udara
50 - 59 cm 50 cm up 60 cm up
No Kelompok jenis
N V N V N V
HUTAN PRIMER
1 Kel. Jenis Meranti 5,97 15,53 16,32 69,19 10,35 53,66
2 Kel. Kayu Indah 0,59 1,58 1,06 3,70 0,47 2,12
3 Kel. Rimba Campuran 3,05 7,59 7,35 29,52 4,30 21,93
Jumlah 9,61 24,70 24,73 102,41 15,12 77,71
HUTAN SEKUNDER
1 Kel. Meranti 5,82 25,59 15,77 74,49 9,95 48,90
2 Kel. Kayu Indah 0,24 0,57 0,43 1,41 0,19 0,84
3 Kel. Rimba Campuran 2,10 4,67 4,49 15,75 2,39 11,08
Jumlah 8,16 30,83 20,69 91,65 12,53 60,82
Sumber : Laporan survey potret udara IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari
RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur, 2005

b. Survei potensi dengan intensitas 1 %


Berdasarkan laporan hasil survei potensi dengan intensitas sampling 1 %
(dilakukan dalam rangka penyusunan RKPHS) diperoleh data potensi tegakan
tingkat pohon di areal hutan primer rata-rata sebesar 107,22 m³/Ha untuk kelas
diameter > 50 cm dan 83,09 m³/Ha, sedangkan untuk kelas diameter > 60 cm.
Sementara itu di areal hutan bekas tebangan potensi rata-rata untuk kelas diameter
> 50 cm sebesar 62,59 m³/Ha dan untuk kelas diameter > 60 cm sebesar 48,66
m³/Ha. Data selengkapnya tercantum pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11 Potensi tegakan di areal hutan primer berdasarkan survei potensi dengan
intensitas sampling 1 %
Kelompok jenis/ 50-59 cm 50 cm up 60 cm up
No
Nama perdagangan N V N V N V
1 Dipterocarpaceae 7,69 19,41 21,21 86,01 13,52 66,60
2 Non Dipterocarpaceae 2,01 4,63 4,97 20,69 2,96 16,06
3 Niagawi lain 0,06 0,09 0,13 0,52 0,07 0,43
Jumlah jenis niagawi 9,76 24,13 26,31 107,22 16,55 83,09
Non niagawi 1,33 3,16 2,18 9,43 0,85 6,27
Total 11,09 27,29 28,49 116,65 17,40 89,36
Sumber : RKPHS IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT.
Ratah Timber, 2005
41

Tabel 12 Potensi tegakan di areal hutan bekas tebangan berdasarkan survei


potensi dengan intensitas sampling 1 %
Kelompok jenis/ 50-59 cm 50 cm up 60 cm up
No
Nama perdagangan N V N V N V
1 Dipterocarpaceae 4,96 11,93 13,15 54,84 8,19 42,91
2 Non Dipterocarpaceae 0,77 2,00 1,82 7,22 1,05 5,22
3 Niagawi lain - - 0,06 0,53 0,06 0,53
Jumlah jenis niagawi 5,73 13,93 15,03 62,59 9,30 48,66
Non niagawi 0,27 0,63 0,58 2,30 0,31 1,67
Total 6,00 14,56 15,61 64,89 9,61 50,33
Sumber : RKPHS PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah
Timber, 2005

1. Berdasarkan realisasi hasil tebangan


Kegiatan penebangan sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2005 telah
terealisasi seluas 76.123 Ha dengan produksi kayu bulat sebesar 2.271.549,89 m³
sehingga jika dihitung volume produksi rata-rata per hektarnya adalah sebesar
30,16 m³/Ha atau jika digunakan faktor eksploitasi sebesar 0,56 maka ekstraksi
potensi volume kayu per hektarnya adalah 53,86 m³/Ha. Pada awal-awal
beroperasi sampai dengan periode II pengelolaan hutan PT. Ratah Timber hanya
menebang jenis-jenis tertentu saja terutama jenis floater. Dengan demikian
sebenarnya potensi (volume) kayu berdiri sebesar 53,86 m³/Ha tersebut belum
menunjukkan potensi seluruh jenis komersial di areal tersebut.
Vegetasi hutan di areal IUPHHK PT. Ratah Timber termasuk dalam tipe
hutan Hujan Bawah yang didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae. Jenis-jenis
vegetasi komersial yang dominan di areal kerja antara lain Keruing
(Dipterocarpus spp), Meranti (Shorea spp), Kapur (Drybalanops spp), dan Kayu
Batu (Irvingia malayana). Kelompok jenis Meranti baik di hutan primer maupun
bekas tebangan pada umumnya lebih dominan dibandingkan dengan kelompok
jenis lainnya yang secara garis besar komposisinya tertuang pada Tabel 13.

Tabel 13 Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah Timber
Hutan primer (%) Hutan sekunder (%)
No Kelompok jenis Pohon
inti 50 cm up Pohon inti 50 cm up
I Kelompok Meranti 62,15 58,94 52,97 66,15
II Kelompok Kayu Indah 4,58 3,83 2,93 1,80
42

Lanjutan tabel 13 Komposisi kelompok jenis kayu di areal IUPHHK PT. Ratah
Timber
Hutan primer (%) Hutan sekunder (%)
No Kelompok jenis Pohon 50 cm Pohon 50 cm
inti up inti up
III Kelompok Rimba Campuran 23,80 26,54 31,55 18,83
IV Kelompok kayu dilindungi 4,03 5,60 4,82 6,04
V Kelompok kayu lainnya 5,44 5,09 7,73 7,17
Semua Jenis 100 100 100 100
Sumber : Laporan penafsiran foto udara areal IUPHHK PT. Ratah Timber, 1995 yang dikutip
dari RKUPHHK PT. Ratah Timber, 2005

Dengan memperhatikan potensi, komposisi dan struktur tegakan jenis


komersil yang ada, maka areal konsesi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber
mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan secara optimal dan lestari.
Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. Ratah
Timer yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar adalah rotan (Calamus
spp), durian (Durio spp), dan nangka (Arthocarpus integra). Di areal IUPHHK
PT. Ratah Timber terdapat beberapa jenis pohon yang dilindungi sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 261/Kpts-IV/1990 antara lain Ulin,
Tengkawang, Durian, Menggeris (Kempas) dan Jelutung.
Volume tebangan pada rotasi II sangat ditentukan oleh potensi tegakan di
areal bekas tebangan yang ada saat ini serta riap tegakan tersebut. Dengan
menggunakan data potensi areal bekas tebangan tersebut di atas serta
mempergunakan asumsi bahwa riap rata-rata tegakan sebesar 1 m³/Ha/tahun maka
diprediksikan potensi rata-rata tegakan pada saat memasuki siklus/rotasi
kelestarian hutan ke II (tahun 2006) adalah cukup besar.
Namun demikian, dalam rangka kehati-hatian dalam menetapkan proyeksi
JPT volume untuk rotasi II, akan digunakan angka potensi yang lebih konservatif
dengan mengabaikan asumsi riap tegakan tinggal tersebut.

4.4 Jenis Tanah dan Topografi


Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan Skala 1 : 250.000 tahun 1976,
areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah, yaitu podsolik
43

merah kuning, latosol dan aluvial. Luas masing-masing jenis tanah berdasarkan
letak arealnya secara rinci disajikan pada Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan jenis tanah
Unit I Unit II Total
No Jenis tanah
Ha % Ha % Ha %
1 Podsolik merah kuning 77.701 87 3.826 47 81.527 83
2 Latosol 9.650 11 4.254 53 13.904 14
3 Aluvial 2.259 3 - - 2.259 2
Jumlah 89.610 100 8.080 100 97.690 100
Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Tanah Hijau, Skala 1 : 250.000 (Badan Pertanahan
Nasional Unit Kalimantan Timur), yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah
Timber, 2005

Tanah podsolik merah kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar,


landai dan agak curam. Tanah latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau,
sedangkan tanah aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada
kelerengan datar yaitu terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam.
Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara
Skala 1 : 25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (± 68,50 %)
tergolong datar hingga landai. Disamping itu juga terdapat areal dengan
kelerengan > 40 % (sangat curam) seluas 705 Ha. Kondisi topografi areal kerja
selengkapnya disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber


Unit II
Unit I (Ha) Jumlah
Kelas Lereng (Ha)
HP HPT HP Ha %
A : 0 - 8 % Datar 33.634 6.741 2.518 43.893 43,91
B : 9 - 15 % Landai 15.304 6.937 1.779 24.020 24,59
C : 16 - 25 % Agak curam 7.605 6.370 2.593 16.569 16,96
D : 26 - 40 % Curam 2.508 4.956 1.048 8.512 8,71
E : > 40 % Sangat curam - - 142 705 0,72
Tidak ada data 939 4.053 - 4.992 5,11
Jumlah 59.990 29.620 6.080 97.690 100,00
Sumber : Pengukuran Planimetris Peta Kelas Lereng IUPHHK PT. Ratah Timber yang didasarkan
pada peta garis bentuk skala 1 : 25.000, yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah
Timber, 2005
44

4.5 Iklim dan Hidrologi


Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Fergusson, iklim di areal kerja
IUPHHK PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan
jumlah bulan basah adalah 12 bulan (nilai Q = 0 %). Data tentang curah hujan
rata-rata bulanan dan hari hujan bulanan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan rata-rata
No Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan
1 Januari 399 11
2 Februari 147 4
3 Maret 348 6
4 April 372 11
5 Mei 310 9
6 Juni 159 8
7 Juli 170 9
8 Agustus 80 5
9 September 404 17
10 Oktober 407 12
11 November 552 17
12 Desember 400 14
Jumlah 3748 123
Rata-rata 312 10
Sumber : Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Long Iram ( Tahun 1999), yang dikutip dari
RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005

Gambaran secara lengkap mengenai suhu dan kelembaban udara di areal


IUPHHK-HA PT. Ratah Timber disajikan pada Tabel 17. Kecepatan angin
tertinggi tercatat sebesar 17–22 knot dengan frekuensi rata-rata 23 kali setahun,
bertiup dari arah timur laut dan umumnya berlangsung antara bulan Januari–
Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4–6
knot dari arah utara ke timur laut atau barat laut.

Tabel 17 Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata


No Bulan Suhu udara (°C) Kelembaban udara (%)
1 Januari 26,4 84,6
2 Februari 26,5 84,3
3 Maret 26,9 82,5
45

Lanjutan tabel 17 Data suhu udara dan kelembaban udara bulanan rata-rata
No Bulan Suhu udara (°C) Kelembaban udara (%)
4 April 26,7 84,2
5 Mei 26,5 85,5
6 Juni 26,5 86,4
7 Juli 25,8 85,8
8 Agustus 26,1 85,1
9 September 26,4 84,1
10 Oktober 26,7 85,5
11 November 26,6 85,7
12 Desember 26,4 85,9
Rata-rata 26,4 85,1
Sumber : Cabang dinas pertanian Kecamatan Long Iram (tahun 1999), yang dikutip dari
RKUPHHK-HA PT. Ratah Timber, 2005

Bentuk presipitasi yang terjadi sepanjang dua puluh tahun terakhir berupa
embun dan hujan air. Selama musim penghujan, embun turun disertai kabut yang
cukup pekat kira-kira sampai jam 8.00 pagi. Areal kerja IUPHHK PT. Ratah
Timber berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa sub
DAS, yaitu : sub DAS Mahakam Ulu, sub DAS Ratah, sub DAS Hubung, sub
DAS Long Gelawang, sub DAS Benturak, sub DAS Nyerubung, sub DAS Pari
dan sub DAS Jerumai.
Berdasarkan studi Semdal diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat dan
kandungan sedimen dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK PT.
Ratah Timber tersebut di atas, disajikan pada Tabel 18. Sedangkan prediksi laju
erosi pada masing-masing sub DAS disajikan pada Tabel 19.

Tabel 18 Luas sub DAS, debit sungai dan kandungan sedimen dari beberapa titik
sungai di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
Debit Residu total Sedimen
No Stasiun pengamatan
(m³/detik) (mg/l) (ton/tahun)
1 S. Mahakam *) 17,0 -
2 S. Benturak 1.290 8,0 0,89
3 S. Benturak Ilir 5.435 24,0 11,27
4 S. Nyerubung Hilir 19.210 12,0 19,82
5 S. Ratah Hulu 26.540 7,0 17,20
6 S. Ratah Hilir 30.784 120,0 319,17
7 S. Pari 7.184 8,5 5,28
Sumber : Studi SEL PT. Ratah Timber, 1991 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah
Timber, 2005
46

Tabel 19 Prediksi laju erosi dan sedimentasi dari masing-masing sub DAS di
areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
Laju erosi Laju
SDR
No Sub DAS Luas sedimentasi
Ton/ha/thn Ton/thn (%)
(ton/tahun)
1 Long Hubung 116,23 10,30 119.73 13 15.564
2 Long Beliwan 91,45 29,13 226.39 13 34.631
3 Benturak 84,00 19,06 160.13 14 22.417
4 Nyerubungan 123,25 21,37 263.43 12 31.611
5 Pari 215,14 14,79 381.21 11 35.002
6 Jerumai 107,86 8,83 95.285 13 12.387
Sumber : Studi SEL PT. Ratah Timber, 1991 yang dikutip dari RKUPHHK-HA PT. Ratah
Timber, 2005

4.6 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Menurut administrasi pemerintahan, areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber
berada di Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur. Di Kecamatan Long Hunbung terdapat 12 desa dan 7 diantaranya berada
di sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber, yaitu:
- Desa Mamahak Teboq - Desa Datah Bilang Hulu
- Desa Lutan - Desa Long Hubung
- Desa Datah Bilang Hilir - Desa Long Gelawang
- Desa Danum Paroi
Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp)
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Di wilayah Kecamatan Long Hubung, suku
bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar. Suku Dayak Bahau dapat
dikelompokkan dalam tiga suku, yaitu suku Bahau Lat/sa, suku Bahau Lat
Busang, dan suku Bahau Modang.
Kelompok suku Dayak Bahau yang tinggal di ketujuh desa tersebut adalah
suku Bahau Latsa. Kelompok suku ini tinggal di desa-desa sepanjang Sungai
Mahakam di Kecamatan Long Hubung, kecuali untuk desa Datah Bilang Ulu dan
Datah Bilang Ilir. Kelompok suku yang tinggal di desa Datah Bilang Ulu dan
Datah Bilang Ilir adalah suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan
Long Boh dari hulu Sungai Mahakam.
Suku pendatang diketujuh desa yang terdapat di dalam areal kerja IUPHHK
PT. Ratah Timber terdiri dari suku Banjar (Kalimantan Selatan), suku Jawa dan
47

Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, suku Makasar / Bugis (Sulawesi) dan Cina.
Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat perdagangan atau
bekerja di IUPHHK PT. Ratah Timber.
Sebagian besar masyarakat menggantungkan sumber kehidupan dari alam.
Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan
bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa
perusahaan industri kayu IUPHHK serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi
pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal, akibatnya masyarakat mulai
menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang atau bekerja
di IUPHHK.
Kehidupan masyarakat ditandai dengan pola pemukiman yang
mengelompok atau pola desa (rural resettlement type) dan terpusat dalam
kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai
Ratah. Komunikasi antar desa dilakukan melalui air. Rumah-rumah mereka
beratap sirap sebagian beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu.
Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau
kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT.
Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih
dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non formal adalah hak
ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan
sebagainya masih diatur oleh hukum adat.
Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik. Tanah
garapan/ladang/pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara
administrasi berada dalam areal IUPHHK. Selain itu, penduduk juga mempunyai
kebun seperti rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding
pemilikan atas ladang karena sistem perladangan sering tidak menetap.
Dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan hasil hutan, IUPHHK-HA PT.
Ratah Timber tetap mengakui hak-hak perladangan mereka. Disamping hak-hak
perladangan, perusahaan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut
hasil hutan ikutan seperti rotan, getah jelutung, tengkawang, durian dan berburu
berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi undang-undang seperti babi.
48

Meskipun data secara pasti tentang jumlah perambahan hutan tidak tercatat,
tetapi kegiatan ini sangat dirasakan akibatnya oleh IUPHHK, yaitu berkurangnya
areal yang dapat diproduksi terutama pada lokasi yang berdekatan dengan Sungai
Ratah dan anak sungainya. Untuk mengendalikan perambahan hutan yang
dilakukan masyarakat, dilakukan intensifikasi program pertanian menetap.
Perladangan berpindah adalah budaya masyarakat setempat (Dayak Bahau
dan Dayak Kenyah). Dengan dilaksanakannya Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
(PMDH), sebagian masyarakat mengikuti program pertanian menetap. Pertanian
lahan kering (perladangan) lebih disukai masyarakat Dayak Bahau atau Dayak
Kenyah untuk mengembangkan pola pertanian menetap pada lahan kering,
misalnya tanaman semusim (padi dan palawija) dengan tanaman keras (seperti
sengon dengan tumpangsari). Tanaman jeruk nipis dan jeruk manis dapat
dipertimbangkan untuk dikelola mengingat prospek pasar yang baik.
49

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penentuan Data Pohon Contoh


Untuk penyusunan tabel volume pohon sebagai alat bantu IHMB di PT.
Ratah Timber ini diperlukan data-data dimensi pohon dari setiap pohon contoh
yang diambil. Pohon contoh yang diambil berada di dalam wilayah areal
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Pohon contoh tersebut dipilih secara purposive
sampling dengan ketentuan tersebar pada setiap jenis pohon, kelas diameter, kelas
tinggi pohon dan tersebar di seluruh areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber
Kalimantan Timur. Pohon contoh yang diambil adalah pohon yang
pertumbuhannya baik dan sehat.
Tabel volume pohon yang akan disusun terdiri dua jenis yaitu tabel volume
pohon untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan tabel volume pohon untuk
kelompok jenis Rimba Campuran yaitu mengacu pada SK Menhut No.
163/KPTS-II/2003 tentang pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan
iuran kehutanan (Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 2003). Beberapa
jenis anggota Meranti (Dipterocarpaceae) yang masuk kedalam pohon contoh
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keruing (Dipterocarpus spp),
Bengkirai (Shorea laevis), Meranti Putih (Shorea Virescens), Meranti Kuning
(Shorea acuminatissima), Meranti Merah (Shorea leprosula), Meranti Batu,
Medang (Cinnamomum spp), Kapur (Dryobalanops spp), dan Resak (Vatica spp).
Adapun pohon contoh jenis Rimba Campuran yaitu termasuk dalam kelompok
jenis komersial II, kayu indah I, dan kayu indah II adalah Banitan, Bayur
(Pterospermum spp), Benuang (Octomeles sumatrana), Bintangur (Calophyllum
spp), Jabon (Anthocephalus spp), Jenging, Karet Hutan, Kayu Halap, Kayu
Sendok, Kelumpai (Sterculia spp), Kerupuk, Kumpang (Knema spp), Mahang
(Macaranga spp), Melahak, Mendarahan (Myristica spp), Mesap, Penyalin,
Rambutan Hutan, Rengas (Gluta aptera), Sebukau, Simpur (Dillenia spp), Tanam
Haloq, Tebukau, Tebuluk, Terap (Artocarpus spp), Terentang (Campnosperma
spp), dan Ubar Gunung. Berdasarkan Permenhut No. P.34/Menhut-II/2007 dalam
penyusunan tabel volume pohon diperlukan data pohon contoh minimal sebanyak
50

145 pohon untuk setiap kelompok jenis. Pada penelitian ini data pohon contoh
yang diambil untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae sebanyak 201 pohon dan
untuk kelompok jenis Rimba Campuran sebanyak 192 pohon.
Dari 201 pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae dan 192 pohon
kelompok Rimba Campuran tersebut dikelompokan per kelas diameter setinggi
dada (Dbh) dan per kelas tinggi bebas cabang (Tbc). Untuk pohon berdiri
dikelompokan per kelas diameter setinggi dada (Dbh) dengan selang tiap kelasnya
adalah 5 cm, sedangkan untuk pohon rebah dikelompokan per kelas diameter
setinggi dada (Dbh) dengan selang tiap kelasnya adalah 10 cm, sementara itu
untuk kelas tinggi dibuat dengan selang tiap kelasnya adalah 5 m. Dalam
penelitian ini data 201 pohon contoh untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae
terdiri dari 151 pohon berdiri dengan diameter < 50 cm dan 50 pohon rebah
dengan diameter ≥ 50 cm. Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran
sebanyak192 pohon contoh yang terdiri dari 149 pohon berdiri dengan diameter <
50 cm dan 43 pohon rebah dengan diameter ≥ 50 cm. Berikut disajikan tabel
penyebaran pohon contoh menurut kelas diameter setinggi dada (Dbh) dan setiap
kelas tinggi bebas cabang (Tbc) yang digunakan untuk penyusunan tabel volume
pohon.

Tabel 20 Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi
bebas cabang untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae
Jumlah pohon contoh
Kelas Kelas tinggi bebas cabang (m) Jumlah
untuk
No Diameter pohon
10- 15- 20- 25- 30-34,5 35- 40- Proses Proses
(cm) 14,9 19,9 24,9 29,9 39,9 44,9 contoh
pemodelan validasi
1 10-14,9 14 1 - - - - - 15 10 5
2 15-19,9 12 17 1 - - - - 30 20 10
3 20-24,9 8 17 5 - - - - 30 20 10
4 25-29,9 7 12 3 1 - - - 23 16 7
5 30-34,9 3 12 3 - - - - 18 12 6
6 35-39,9 4 4 11 1 - - - 20 13 7
7 40-44,9 - 4 5 1 - - - 10 7 3
8 45-49,9 - 4 6 - - - - 10 7 3
9 50-59,9 - 2 8 1 - - - 11 7 4
10 60-69,9 - - 4 5 1 - - 10 7 3
11 70-79,9 - - 6 6 1 - - 13 9 4
12 ≥ 80,0 - - 3 5 1 1 1 11 7 4
48 73 55 20 3 1 1 135 66
Jumlah
201 201 201
51

Tabel 21 Sebaran pohon contoh pada setiap kelas diameter dan setiap kelas tinggi
bebas cabang untuk kelompok jenis Rimba Campuran
Jumlah pohon contoh
Kelas Kelas tinggi bebas cabang (m) Jumlah
untuk
No Diameter pohon
5-9,9 10- 15- 20- 25- 30- Proses Proses
(cm) contoh
14,9 19,9 24,9 29,9 34,5 pemodelan validasi
1 10-14,9 2 14 2 - - - 18 12 6
2 15-19,9 2 11 11 - - - 24 16 8
3 20-24,9 - 7 15 - - - 22 15 7
4 25-29,9 - 4 14 5 - - 23 15 8
5 30-34,9 - 4 11 5 - - 20 13 7
6 35-39,9 - 1 9 4 1 - 15 10 5
7 40-44,9 - 1 7 5 - - 13 9 4
8 45-49,9 - - 6 8 - - 14 9 5
9 50-59,9 - 1 6 4 2 - 13 9 4
10 60-69,9 - 1 2 4 3 - 10 7 3
11 70-79,9 - - - 10 - - 10 7 3
12 ≥ 80,0 - - - 5 4 1 10 7 3
4 44 83 50 10 1 129 63
Jumlah
192 192 192

Dari data pohon contoh sebanyak 201 untuk kelompok jenis


Dipterocarpaceae dan 192 untuk kelompok jenis Rimba Campuran tersebut
kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 pohon untuk proses
penyusunan pemodelan dan 1/3 pohon untuk proses validasi model. Pembagian
data tersebut dilakukan secara acak dengan tetap memperhatikan keterwakilan
dari tiap kelas diameter. Sehingga secara keseluruhan data pohon contoh untuk
kelompok jenis Dipterocarpaceae terdiri dari 135 pohon untuk pemodelan dan 66
pohon untuk validasi, sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran
terdiri dari 129 pohon untuk pemodelan dan 63 pohon untuk validasi.

5.2 Analisa Hubungan Antara Diameter Pohon Dengan Tinggi Bebas


Cabang (Tbc)

Salah satu hipotesa atau asumsi yang digunakan dalam penyusunan tabel
volume lokal adalah terdapatnya hubungan yang erat antara diameter pohon
dengan tinggi pohon. Hubungan ini dapat dilihat dari korelasi antara kedua
peubah tersebut, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi ( r ) dan
koefisien determinasinya (R²). Apabila antara tinggi pohon dengan diameter
pohon terdapat korelasi yang erat, maka untuk menduga volume pohon dapat
52

hanya menggunakan peubah diameter atau tinggi pohon saja. Mengingat


pengukuran tinggi pohon lebih sulit dibandingkan mengukur diameter pohon,
maka dalam kaitan korelasi antara tinggi pohon dengan diameter pohon cukup
erat, maka tabel volume dapat disusun atas dasar peubah diameter pohon.
Menurut Walpole (1993) besarnya nilai koefisien korelasi adalah antara - 1 ≤ r  +
1 dimana jika nilai r mendekati – 1 atau + 1, maka hubungan antara kedua peubah
itu kuat, artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Dari hasil analisa
hubungan diameter pohon dengan tinggi pohon, diperoleh data seperti disajikan
pada Tabel 22.

Tabel 22 Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang


Analisa hubungan
No Kelompok jenis Persamaan Dbh dengan Tbc
r R²
1 Dipterocarpaceae Log Tbc = 0,731 + 0,354 Log D 0,77 59,3%

2 Rimba Campuran Log Tbc = 0,760 + 0,322 Log D 0,79 62,4%

Pada tabel diatas terlihat bahwa secara umum nilai koefisien korelasi ( r )
kelompok jenis Dipterocarpaceae dan Rimba Campuran mendekati +1 maka
berdasarkan data pohon contoh hubungan antara kedua peubah diameter dengan
tinggi pohon tersebut kuat artinya terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya.
Analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang kelompok jenis
Dipterocarpaceae menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,77 menunjukan
adanya hubungan linear yang sangat baik antara diameter dan tinggi bebas cabang
pohon. Karena R² = 59,3% maka dapat dikatakan bahwa 59,3% keragaman tinggi
bebas cabang pohon dapat dijelaskan oleh keragaman diameter pohon. Sementara
itu analisa hubungan diameter pohon dengan tinggi bebas cabang pohon-pohon
contoh kelompok jenis Rimba Campuran menghasilkan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,79 menunjukan adanya hubungan linear yang sangat baik antara
diameter dengan tinggi bebas cabang pohon. Karena R² = 62,4% maka dapat
53

dikatakan bahwa 62,4% keragaman tinggi bebas cabang pohon dapat dijelaskan
oleh keragaman diameter pohon.

5.3 Pengujian Koefisien Korelasi Antara Diameter Dengan Tinggi Bebas


Cabang (Tbc)

Pengujian koefisien korelasi ini dilakukan untuk menentukan tabel volume


yang akan disusun, yaitu apakah tabel volume lokal ataukah tabel volume standar.
Besarnya nilai koefisien korelasi ( r ) antara diameter setinggi dada dengan tinggi
bebas cabang yang merupakan nilai dugaan bagi parameter sebenarnya ρ yang
nilainya tidak diketahui akan diuji dengan menggunakan uji Z-fisher pada tingkat
nyata α = 5%. Dalam uji Z-fisher ini dilakukan transformasi nilai-nilai r dan ρ
kedalam Z-fisher. Dalam penyusunan tabel volume lokal, mensyaratkan bahwa nilai
ρ harus lebih besar dari 0,7 atau ρ > 0,7 yang berarti pada nilai ρ > 0,7 maka
hubungan antara diameter setinggi dada dengan tinggi bebas cabang cukup kuat.
Artinya bahwa sekurang-kurangnya 50% keragaman volume pohon yang
disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman
diameter pohon. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian transformasi Z-fisher
adalah :
H0 : ρ = 0,7071
H1 : ρ > 0,7071
Hasil transformasi Zfisher untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae
Zρ = 0,5 ln{(1 + 0,7071)/(1 – 0,7071)} = 0,88
Zr = 0,5 ln{(1 + 0,77)/(1 – 0,77)} = 1,02
σZr = 1/√(135-3) = 0,087
Hasil transformasi Zfisher untuk kelompok jenis Rimba Campuran
Zρ = 0,5 ln{(1 + 0,7071)/(1 – 0,7071)} = 0,88
Zr = 0,5 ln{(1 + 0,79)/(1 – 0,79)} = 1,07
σZr = 1/√(129-3) = 0,089
Dari hasil pengujian Z-fisher diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil uji transformasi Z-fisher untuk setiap kelompok jenis.
No Kelompok Jenis Z hitung Z tabel Kaidah keputusan
1 Dipterocarpaceae 1,61 1,64 Z hitung < Z tabel
2 Rimba Campuran 2,14 1,64 Z hitung > Z tabel
54

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji transformasi Z-fisher untuk kelompok jenis
Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z hitung < Z tabel (α = 0,05), yang berarti bahwa
hipotesa H0 : ρ = 0,7071 diterima, dan menolak hipotesa H1 : ρ > 0,7071. H0
diterima artinya hubungan antara tinggi pohon dengan diameter pohon kurang erat
dalam batas yang telah disyaratkan diatas sehingga untuk kelompok jenis
Dipterocarpaceae tabel volume yang disusun harus menyertakan peubah lain
selain peubah diameter pohon. Tabel yang dihasilkan biasa disebut dengan tabel
volume standar.
Mengingat dan melihat hasil dari uji transformasi Z-fisher untuk kelompok
jenis Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z hitung < Z tabel (α = 0,05) yang berselisih
sangat kecil yaitu 0,04 dalam hal ini dimana Z hitung relatif mendekati Z tabel

Sehingga penyusunan tabel volume lokal untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae


perlu dicoba dalam penelitian ini.
Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran Z hitung >Z tabel (α =
0,05), yang berarti bahwa hipotesa H0 : ρ = 0,7071 ditolak, dan menerima hipotesa
H1 : ρ > 0,7071. Ini artinya menunjukkan bahwa koefisien korelasi dalam populasi
telah memenuhi persyaratan yang diminta. Volume yang diduga berdasarkan
peubah bebas diameternya akan menghasilkan pendugaan yang cukup memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 50% keragaman
peubah tak bebas dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Maka
dengan demikian tabel volume lokal layak disusun pada kelompok jenis Rimba
Campuran.

5.4 Scatter Diagram dan Penentuan Model Penyusunan Tabel Volume


Untuk membantu dalam pemilihan model, maka data pohon contoh
ditampilkan dalam Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar). Dari tebaran
data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah
mengikuti pola linier ataukah non linier, sehingga dapat membantu dalam
pemilihan model pendekatannya. Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar)
menggambarkan persebaran kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon
yang akan dijadikan model persamaan regresi dalam penyusunan tabel volume
55

pohon. Berikut ini ditampilkan bentuk scatter diagram untuk setiap kelompok
jenis.

Gambar 3 Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Dipterocarpaceae.

Dari gambar Scatter diagram kelompok jenis Dipterocarpaceae terlihat


bahwa penyebaran datanya tidak mengikuti suatu garis lurus melainkan mengikuti
pola non linier. Dari data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tersebut
terdapat satu pohon contoh yang merupakan pencilan (outlier) yaitu pohon contoh
no. 135 sehingga dalam proses penyusunan modelnya pohon tersebut dihilangkan.
Pencilan data (outlier) adalah data yang memiliki nilai ekstrim atau berada di luar
kumpulan mayoritas datanya. Jadi data pohon contoh dalam penyusunan model
tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae berjumlah 134 karena ada
satu pohon contoh yang dihilangkan yang merupakan data pencilan.
Untuk gambar Scatter diagram atau scatterplot (diagram tebar) persebaran
kelas diameter setinggi dada dengan volume pohon kelompok jenis Rimba
Campuran dapat dilihat dibawah ini.
56

Gambar 4 Scatter diagram (diagram tebar) kelompok jenis Rimba Campuran.

Dari gambar Scatter diagram kelompok jenis Rimba Campuran terlihat


bahwa penyebaran datanya tidak mengikuti suatu garis lurus melainkan mengikuti
pola non linier. Dari data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran tersebut
terdapat satu pohon contoh yang merupakan pencilan (outlier) yaitu pohon contoh
no. 129 sehingga dalam proses penyusunan modelnya pohon tersebut dihilangkan.
Jadi data pohon contoh dalam penyusunan model tabel volume lokal kelompok
jenis Rimba Campuran berjumlah 128 karena ada satu pohon contoh yang
dihilangkan yang merupakan data pencilan.
Untuk penentuan model penyusunan tabel volume yang layak disusun
berdasarkan uraian hasil pengujian uji transformasi Z-fisher kelompok jenis
Dipterocarpaceae adalah tabel volume standar. Sementara itu kelompok jenis
Rimba Campuran adalah tabel volume lokal. Model persamaan volume pohon
yang disusun dan dicoba sebanyak tiga model untuk masing-masing kelompok
jenis yaitu :
57

Untuk tabel volume lokal dengan peubah bebas hanya diameter pohon
terdiri dari :
1. Model Koperzky-Gehrhardt : V = a + b D²
2. Model Horenadl-Krenn : V = a + b D + c D²
3. Model Berkhout : V = aDb
Sedangkan untuk tabel volume standar dengan peubah bebas diameter dan
tinggi bebas cabang pohon terdiri dari :
1. Model Spurr : V = a (D²Tbc)b
2. Model Schumacher Hall : V = a DbTbcc
3. Model Stoate : V = a + bD2 +cD2Tbc + dTbc
Dimana :
V : Volume total pohon (m³)
D : Diameter setinggi dada (cm)
Tbc : Tinggi bebas cabang pohon (m)
a, b, dan c : Konstanta
Data pohon contoh yang terpilih dianalisa dengan model-model persamaan
yang sesuai berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi antara diameter dengan
tinggi bebas cabang dengan menggunakan program software statistik (Minitab
versi 14).

5.5. Analisa Model Persamaan Penduga Volume Pohon


Model persamaan regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan
menggunakan minitab akan diperoleh berbagai alternatif model yang harus
dianalisa lagi sehingga diperoleh model penduga volume pohon yang terbaik dari
semua model. Model-model persamaan penduga volume itu dianalisa dengan cara
membandingkan dari nilai koefisien determinasi (R²), nilai sampling error (Se),
dan hasil uji keberartian persamaan regresi (F-test) dari setiap model penduga
volume. Berikut ini disajikan tabel nilai R², Se, dan F-test dari tiap model dalam
setiap kelompok jenis.
58

Tabel 24 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume standar
kelompok jenis Dipterocarpaceae
Nilai
No Persamaan penduga F tab F tab
R² r Se F hit
(α = 5 %) (α = 1%)
1 V = 0,0000372
(D²Tbc)1,03 99,8 0,99 0,24 46357,0** 3,91 6,83
2 V = 0,000039 D2,06 Tbc 99,8 0,99 0,24 23179,0** 3,07 4,77
3 V = 0,237 + 0,000236 D²
+ 0,000047 D²Tbc – 97,5 0,98 4,85 1713,46** 2,67 3,94
0,0251 Tbc
Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %

Tabel 25 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal
kelompok jenis Dipterocarpaceae
Nilai
F tab
No Persamaan Penduga F tab
R² r Se F hit (α = 5
(α = 1%)
%)
1 V = - 0,769 + 0,00166 D² 92,6 0,96 8,30 1653,97** 3,91 6,83
2 V = 1,53 – 0,115 D + 0,00271 D² 95,3 0,98 6,78 1314,36** 3,06 4,77
3 V = 0,000199 D2,43 98,2 0,99 0,59 7142,45** 3,91 6,83
. Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %

Tabel 26 Nilai R², Se, dan F-test pada penyusunan model tabel volume lokal
kelompok jenis Rimba Campuran
Nilai
No Persamaan Penduga F tab F tab
R² r Se F hit
(α = 5 %) (α = 1%)
1 V = - 0,457 + 0,00135 D² 95,3 0,98 5,24 2538,0** 3,92 6,84
V = 0,695 – 0,0617 D +
2 96,6 0,98 4,44 1789,2** 3,07 4,78
0,00199 D²
2,41
3 V = 0,000199 D 98,5 0,99 0,65 8512,0** 3,92 6,84
. Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf α = 5 % dan α = 1 %

Perhitungan nilai koefisien determinasi (R²) adalah untuk melihat tingkat


ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas (diameter setinggi dada)
dengan peubah tak bebasnya (volume pohon). Menurut Suharlan, Boestomi, dan
Soemarna (1976), nilai koefisien determinasi sebesar 50% merupakan batas
minimal yang digunakan dalam penyusunan model volume pohon yang dianggap
cukup memadai. Semakin besar nilai R2, maka persamaan regresi tersebut
semakin baik.
Dari hasil analisa regresi pada Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan
V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 dan persamaan V = 0,000039 D2,06 Tbc memiliki nilai
R² yang lebih besar yaitu sebesar 99,8%. Untuk Tabel 25 dapat dilihat bahwa
persamaan V = 0,000199 D2,43 memiliki Nilai R² terbesar yaitu sebesar 98,2%.
59

Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki


nilai R2 terbesar yaitu sebesar 98,5%. Berdasarkan nilai R2 maka keempat
persamaan ini merupakan persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding
persamaan lainnya.
Ketelitian ditunjukkan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan
dugaan volumenya. Nilai simpangan baku berbanding lurus dengan nilai sampling
error (SE), artinya semakin tinggi nilai simpangan baku suatu model maka SE
model tersebut akan semakin tinggi. Perhitungan nilai sampling error (SE) adalah
untuk melihat besarnya kesalahan yang disebabkan karena dilakukannya
pengambilan contoh (sampling). Semakin kecil nilai SE suatu persamaan maka
persamaan regresi tersebut semakin baik dalam menduga volume pohon.
Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,0000372
(D²Tbc)1,03 dan persamaan V = 0,000039 D2,06 Tbc memiliki nilai SE yang lebih
kecil yaitu sebesar 0,24%. Sedangkan pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa
persamaan V = 0,000199 D2,43 yang memiliki SE terkecil yaitu sebesar 0,59%.
Pada Tabel 26 dapat diketahui bahwa persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki
nilai SE terkecil yaitu sebesar 0,65%. Berdasarkan nilai SEnya maka keempat
persamaan ini merupakan persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding
persamaan lainnya.
Untuk menguji mengenai keberartian persamaan regresi yaitu untuk
mengetahui apakah ada hubungan regresi yang nyata atau tidak nyata antara
peubah bebas (diameter setinggi dada maupun tinggi bebas cabang) dengan
peubah tak bebasnya (volume) maka dilakukan uji signifikasi F-test dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%).
Berdasarkan Tabel 24, 25, dan 26 pada setiap persamaan diperoleh nilai
Fhitung > Ftabel pada tingkat nyata 1 % dan 5%. Dengan demikian Ho ditolak,
sehingga ini berarti bahwa peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model
persamaan regresi sangat berpengaruh nyata dalam menduga peubah tidak
bebasnya yaitu volume pohon.
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa persamaan persamaan V =
0,0000372 (D²Tbc)1,03 memiliki nilai Fhitung yang lebih besar dari tiga persamaan
lainnya pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%) yaitu sebesar 46357. Sedangkan
60

pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa persamaan V = 0,000199 D2,43 memiliki nilai
Fhitung terbesar pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%) yaitu sebesar 7142,45.
Pada Tabel 26 persamaan V = 0,000199 D2,41 memiliki nilai Fhitung terbesar yaitu
sebesar 8512. Berdasarkan nilai Fhitung maka ketiga persamaan ini merupakan
persamaan penduga volume pohon terbaik dibanding persamaan lainnya.

5.6 Pemilihan Model Persamaan Penduga Volume Pohon Terbaik


Pemilihan model penduga volume pohon terbaik adalah suatu proses untuk
memilih satu model persamaan volume pohon terbaik yang diperoleh dari
persamaan penduga volume yang memilki keunggulan-keunggulan dibandingkan
dengan model-model lainnya. Keunggulan-keunggulan tersebut dapat diperoleh
dengan cara membandingkan dari nilai koefisien determinasi (R²), nilai sampling
error (Se), dan hasil uji keberartian persamaan regresi (F-test) dari setiap model
penduga volume.
Untuk memperoleh persamaan penduga volume yang terbaik maka
dilakukan pemberian peringkat pada setiap persamaan. Penentuan peringkat
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 27 Penentuan peringkat model terbaik tabel volume standar untuk


kelompok jenis Dipterocarpaceae
Peringkat
No Persamaan penduga Peringkat
R² Se F hit ∑
gabungan
1 V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 1.5 1.5 1 4 1
2 V = 0,000039 D2,06 Tbc 1.5 1.5 2 5 2
V = 0,237 + 0,000236 D² + 0,000047
3 D²Tbc – 0,0251 Tbc 2 2 3 7 3

Tabel 28 Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok
jenis Dipterocarpaceae
Peringkat
No Persamaan penduga Peringkat
R² Se F hit ∑
gabungan
1 V = - 0,769 + 0,00166 D² 3 3 2 8 3
2 V = 1,53 – 0,115 D + 0,00271 D² 2 2 3 7 2
3 V = 0,000199 D2,43 1 1 1 3 1
61

Tabel 29 Penentuan peringkat model terbaik tabel volume lokal untuk kelompok
jenis Rimba Campuran
Peringkat
No Persamaan penduga Peringkat
R² Se F hit ∑
gabungan
1 V = - 0,457 + 0,00135 D² 3 3 2 8 3
2 V = 0,695 – 0,0617 D + 0,00199 D² 2 2 3 7 2
3 V = 0,000199 D2,41 1 1 1 3 1

Untuk menduga tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae


diperoleh persamaan terbaik yaitu persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03.
Sedangkan tabel volume lokalnya kelompok jenis Dipterocarpaceae yaitu
persamaan V = 0,000199 D2,43. Sementara itu untuk tabel volume lokal kelompok
jenis kayu Rimba Campuran diperoleh persamaan terbaik yaitu persamaan
V = 0,000199 D2,41.

5.7 Validasi Model Penduga Volume Pohon


Persamaan terbaik yang digunakan untuk menduga volume pohon yang
telah dibahas di atas, perlu dilakukan uji validasi dengan menggunakan pohon
contoh yang telah dialokasikan sebelumnya khusus untuk pengujian validasi
model. Kriteria yang perlu diperhatikan dalam validasi model adalah nilai-nilai
simpangan agregasinya (agregative deviation), simpangan rata-rata (mean
deviation), RMSE (root mean square error), bias, dan uji beda nyata antara
volume yang diduga dengan tabel terhadap volume nyatanya. Uji beda nyata bisa
dilakukan dengan cara uji khi-kuadrat.
Berikut disajikan hasil uji validasi pada model persamaan volume pohon
terpilih pada proses penyusunan model.

Tabel 30 Hasil validasi model persamaan terbaik


Nilai
Kelompok χ² tab χ² tab
No Model penduga
jenis SA SR RMSE Bias χ² hit (α=0.05) (α=0.01)

1 Dipterocarp V = 0.0000372 0.03 3.54 7.25 5.78 1.78 84.82 94.42


aceae (tabel (D²Tbc)1.03
volume
standar)
2 Dipterocarp V = 0.000199 D2.43 0.04 1.70 17.15 6.28 3.96 84.82 94.42
aceae (tabel
volume
lokal)
2 Rimba
Campuran V = 0.000199 D2.41 -0.01 2.29 18.55 1.22 4.12 81.38 90.8
62

Dalam tahap validasi model nilai-nilai simpangan agregatif (SA) dan


simpangan rata-rata (SR) menggambarkan tentang ketelitian model. Penilaian
akan ketelitian model penduga volume akan menentukan model pendugaan
volume pohon terbaik. Menurut Spurr (1952) persamaan yang baik memiliki nilai
SA yang berkisar dari -1 sampai +1 dan nilai SR yang lebih kecil dari 10%.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 30 dapat diketahui bahwa
persamaan-persamaan penduga volume untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae
dan kelompok jenis Rimba Campuran memiliki nilai SA diantara -1 sampai + 1
dan nilai SR lebih kecil dari 10%, artinya persamaan penduga volume yang telah
terpilih pada proses penyusunan model telah memenuhi kriteria model penduga
volume pohon yang baik.
Tahapan validasi model yang ketiga adalah RMSE (Root Mean Square
Error). Tingkat ketepatan dari suatu model dapat ditunjukkan oleh besarnya nilai
RMSE yang dihasilkan oleh model tersebut. Semakin kecil nilai RMSE maka
semakin baik model tersebut.
Dari Tabel 30 dapat diketahui bahwa persamaan penduga tabel volume
standar kelompok jenis Dipterocarpaceae memiliki nilai RMSE sebesar 7,25%.
Sedangkan nilai RMSE pada tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae
adalah sebesar 17,15%. Untuk kelompok Rimba Campuran memiliki nilai RMSE
sebesar 18,55%. Nilai RMSE ketiga persamaan tersebut merupakan nilai RMSE
yang kecil sehingga telah memenuhi kriteria model penduga volume pohon yang
baik.
Suatu model penduga volume pohon dikatakan baik apabila nilai bias yang
dihasilkan semakin kecil. Menurut Simon (1996), bias (e) adalah suatu error
sistematik yang berpengaruh kepada semua pengukuran dengan cara yang sama,
dapat juga diartikan sebagai distorsi yang terjadi secara sistematik yang berasal
dari kesalahan dalam pengukuran atau metode sampling yang tidak benar. Bias
dapat pula dikatakan sebagai kesalahan sistematis yang dapat terjadi karena
kesalahan dalam pengukuran, kesalahan teknis pengukuran, maupun kesalahan
dalam pengukuran (Sutarahardja, 1999)
Berdasarkan Tabel 30, dapat dilihat bahwa nilai bias pada model penduga
tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae memiliki nilai bias 5,78%
63

dan nilai bias untuk tabel volume lokalnya adalah sebesar 6,28%. Sementara itu
nilai bias pada kelompok jenis Rimba Campuran, dapat dilihat memiliki nilai bias
sebesar 1,22%. Dapat disimpulkan bahwa nilai bias ketiga persamaan ini termasuk
nilai bias yang kecil sehingga memiliki tingkat ketepatan yang baik.
Tahap terakhir dari proses validasi adalah pengujian validasi model
persamaan penduga volume pohon. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat) yaitu alat untuk menguji apakah volume yang
diduga dengan tabel volume pohon (Vt) berbeda nyata ataukah tidak berbeda
nyata dengan volume pohon aktualnya (Va).
Dari hasil uji χ² (Khi-kuadrat) berdasarkan Tabel 30 untuk tabel volume
standar dan tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae, dapat dilihat
memiliki nilai χ2hitung sebesar 1,78 dan 3,96. Nilai χ2hitung kedua persamaan ini jauh
lebih kecil dari nilai χ2tabel taraf α = 0,01 sebesar 84,82 dan taraf α = 0,05 sebesar
94,42. Sementara itu untuk kelompok jenis Rimba Campuran berdasarkan Tabel
30, memiliki nilai χ² hitung sebesar 4,12 yang jauh lebih kecil dari χ² tabel pada
taraf α = 0,01 sebesar 90,8 dan taraf α = 0,05 sebesar 81,38. Dapat disimpulkan
bahwa untuk uji χ² (Khi-kuadrat) bagi ketiga persamaan model tabel volume
terpilih merupakan persamaan yang baik artinya persamaan tersebut memberikan
nilai dugaan volume pohon yang tidak berbeda nyata.

5.8 Penyusunan Tabel Volume Pohon


Dari hasil penelitian maka model yang akan digunakan dalam penyusunan
tabel volume standar dan tabel volume lokal untuk kelompok jenis
Dipterocarpaceae di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur ini
setelah melalui tahap pemodelan dan validasi model, dapat diperoleh model
penduga volume pohon yang terbaik adalah :
1. V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 (model Spurr) untuk tabel volume standar.
2. V = 0,000199 D2,43 (model Berkhout) untuk tabel volume lokal.
Sementara itu untuk penyusunan tabel volume lokal untuk kelompok jenis
Rimba Campuran di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Kalimantan Timur ini
setelah melalui tahap pemodelan dan validasi model, dapat diperoleh model
penduga volume pohon yang terbaik adalah :
64

V = 0,000199 D2,41 (model Berkhout)


Keterangan : V = Volume kayu bebas cabang dengan kulit (m³).
D = Diameter setinggi dada (cm).
Tbc = Tinggi bebas cabang (m).
Tabel volume kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kelompok jenis Rimba
Campuran yang disusun berdasarkan model penduga volume yang terpilih di atas
yang digunakan sebagai alat bantu IHMB untuk menduga potensi hutan, yang
nantinya berguna dalam kegiatan perencanaan hutan di PT. Ratah Timber
Kalimantan Timur.
Tabel volume yang dihasilkan dalam penelitian ini di PT. Ratah Timber
Kalimantan Timur dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk tabel volume standar dan
Lampiran 6 untuk tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae, serta pada
Lampiran 7 untuk tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran.

5.9 Penggabungan Persamaan Regresi


Menurut Haeruman (1977), suatu persamaan regresi dapat disederhanakan
menjadi satu bentuk regresi jika dua persamaan regresi memiliki adanya
keseragaman hubungan. Untuk melihat kemungkinan penggabungan kedua
persamaan regresi tersebut, dilakukan test signifikasi keseragaman slope dan test
keseragaman elevasi regresi. Dalam pemilihan model terbaik penduga volume
pohon diperoleh persamaan regresi penduga volume pohon yang memiliki
keseragaman hubungan pada kedua kelompok jenis yang diteliti (kelompok jenis
Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran). Persamaan tersebut adalah V =
0,000199 D2,43 pada kelompok jenis Dipterocarpaceae dan V = 0,000199 D2,41
pada kelompok jenis kayu rimba campuran. Dengan adanya keseragaman
hubungan pada kedua kelompok jenis tersebut, maka bentuk persamaan regresi
dari kedua kelompok jenis dapat disederhanakan menjadi satu bentuk regresi.
Test signifikasi keseragaman slope dilakukan dengan analisa varian deviasi
regresi, dimana sumber variasinya adalah sum of square deviasi regresi common,
within dan sisa. Jika nilai Fhitung < Ftabel dalam analisa varian deviasi regresi pada
taraf 1% maka slope kedua regresi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Dengan kata lain koefisien regresi dari masing-masing persamaan regresi tersebut
65

dapat disamakan. Berikut disajikan hasil perhitungan analisa test signifikasi


keseragaman slope.

Tabel 31 Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman slope regresi
F tabel
Sumber variasi df JKS KTS F hit 0.01
Regresi Common 259 1,14
Regresi Within 258 1,14 0,006
Sisa 1 0,001 0,001 0,22 6,73

Berdasarkan Tabel 31, ternyata nilai F hitung jauh lebih kecil dari nilai F tabel

pada tingkat signifikansi 0,01. Hal ini menunjukkan, bahwa slope kedua regresi
hubungan logaritma volume pohon dengan diameter pohon pada kedua kelompok
jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran) tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain koefisien regresi dari
masing-masing persamaan regresi tersebut dapat disamakan..
Test signifikasi keseragaman elevasi regresi dilakukan dengan analisa varian
deviasi regresi, dimana sumber keragamannya adalah regresi total, regresi
common dan sisa. Jika nilai Fhitung < Ftabel dalam analisa varian deviasi regresi test
keseragaman elevasi regresi pada taraf 1% maka kedua regresi tersebut
menunjukkan elevasi yang tidak nyata, sehingga elevasi kedua regresi tersebut
dapat disamakan. Hasil perhitungan analisa varian test keseragaman elevasi
regresi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 32 Analisa varian deviasi regresi, test signifikasi keseragaman elevasi


regresi
F tabel
Sumber variasi df JKS KTS F hit 0.01
Regresi total 260 1,5
Regresi Common 259 1,46 0,006
Sisa 1 0,03 0,031154 5,51 6,73

Dari Tabel 32 di atas, ternyata nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel pada
tingkat signifikansi 0,01. Berdasarkan hasil test tersebut, ternyata kedua regresi
dari masing-masing kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu
66

rimba campuran) menunjukkan elevasi yang tidak nyata, sehingga elevasi kedua
regresi tersebut dapat disamakan.
Dengan hasil test signifikasi keseragaman slope dan elevasi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon
dari kedua kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae dan kayu rimba
campuran) adalah seragam, sehingga kedua regresi tersebut dapat digabungkan
menjadi satu bentuk persamaan regresi gabungan. Bentuk persamaan regresi
gabungan hubungan antara volume pohon dengan diameter pohon merupakan
regresi common dari kedua regresi tersebut, yaitu: V = 0,000199 D2,42
Hubungan regresi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 5 Scatter diagram (diagram tebar) hasil penggabungan regresi.


67

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Persamaan penduga volume pohon untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae di
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah tabel volume standar sehingga tidak
dapat disusun hanya dengan menggunakan satu peubah bebas Dbh (diameter
setinggi dada) saja, tetapi memasukan peubah bebas lain yaitu tinggi bebas
cabang.
2. Persamaan penduga volume pohon untuk kelompok jenis Rimba Campuran di
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah tabel volume lokal sehingga dapat
disusun dengan menggunakan satu peubah bebas yaitu diameter setinggi dada
(Dbh).
3. Berdasarkan hasil penelitian melalui tahap pemodelan dan validasi data seperti
koefisien determinasi, sampling error, uji F-test, simpangan agregat,
simpangan rata-rata, RMSE, bias, dan uji χ² (Khi-kuadrat), maka diperoleh
model tabel volume standar untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae adalah V =
0,0000372 (D²Tbc)1,03 dengan R2 = 99,8% dan Se = 0,24% sedangkan untuk
tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran adalah V = 0,000199
D2,41 dengan R2 = 98,5% dan Se = 0,65%.
4. Mengingat dan melihat hasil dari uji transformasi Z-fisher untuk kelompok jenis
Dipterocarpaceae diperoleh bahwa Z hitung <Z tabel (α = 0,05) yang berselisih
sangat kecil yaitu 0,04 dalam hal ini dimana Z hitung relatif mendekati Z tabel

Sehingga penyusunan tabel volume lokal untuk kelompok jenis


Dipterocarpaceae perlu dicoba dalam penelitian ini yaitu V = 0,000199 D2,43
dengan R2 = 98,2% dan Se = 0,59%.
68

5. Berdasarkan hasil test signifikasi keseragaman slope dan keseragaman elevasi,


maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara volume pohon dengan
diameter pohon dari kedua kelompok jenis (kelompok jenis Dipterocarpaceae
dan kayu rimba campuran) adalah seragam, sehingga kedua regresi tersebut
dapat digabungkan menjadi satu bentuk persamaan regresi gabungan. Bentuk
persamaan regresi gabungan hubungan antara volume pohon dengan diameter
pohon merupakan regresi common dari kedua regresi tersebut, yaitu: V =
0,000199 D2,42 dengan R2 = 98,33% dan Se = 0,45%.
6. Volume yang dimaksud dalam tabel volume yang disusun adalah volume kayu
pertukangan bebas cabang dengan kulit untuk pohon berdiri (standing stock)
baik untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae, maupun untuk kelompok jenis
Rimba Campuran.

6.2 Saran
1. Untuk penelitian-penelitian yang sejenis tentang tabel volume pohon,
diusahakan dalam pengambilan pohon contoh dilapangan harus diperhatikan
besarnya seluruh diameter dan tinggi pohon dalam setiap kelasnya sehingga
diusahakan tidak terdapat data pencilan yang akan mempengaruhi dalam proses
pemodelan tabel volume.
2. Volume pohon contoh sebaiknya dihitung berdasarkan volume nyata yang
dihasilkan dari perhitungan volume per seksi, sehingga dapat memperkecil
bias.
3. Dalam penggunaan tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae V =
0,000199 D2,43 dan tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran V =
0,000199 D2,41 yang dihasilkan dalam penelitian ini untuk keperluan menduga
volume pohon di daerah atau tempat lain, perlu diperhatikan dahulu
karakteristik dari daerah tersebut yang harus memiliki karakteristik tempat
yang sama dengan tempat penelitian. Karakteristik tempat yang dimaksud
terdiri dari keadaan/sifat tanah, iklim, vegetasi, dan topografinya.
69

DAFTAR PUSTAKA

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri


Kehutanan Nomor : 163/Kpts-II/2003, tentang Pengelompokan Jenis Kayu
Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan
Republik Indonesia.

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007(a). Peraturan Menteri


Kehutanan No. P.34/Menhut-II/2007, tentang Pedoman Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pada Hutan Produksi. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

[Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007(b). Peraturan


Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta: Departemen
Kehutanan Republik Indonesia.

Djamhuri E, Hilwan I, Istomo, Soerianegara I. 2002. Dendrologi. Bogor:


Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Fakultas Kehutanan IPB. 2007. Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir


Mahasiswa Program Sarjana. Bogor: IPB Press.

Haeruman H, Hadjib A, Sutarahardja S, Darmawangsa T, Rachmatsjah O, Ontarjo


J, Gadas SR. 1977. Studi Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-
Sumber Kehutanan Ditinjau Dari Segi Perencanaan dan Pengelolaan
Sumber Alam. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Kehutanan.

Husch B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. New York: The Ronald Press
Company.

Husch B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. Setyarso A, penerjemah.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Husch B, Beers TW, and Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration. Fourth Edition.
New York: John Wiley & Sons, Inc.

Iriawan N, Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Menggunakan


Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Loetsch F, Zohrer F, and Haller KE. 1973. Forest Inventory. Volume II.
Munchen: BLV Verlagsgesellschaft.
70

Prawira BSA, Tantra IGM. 1973. Pengenalan Jenis-Jenis Pohon Penting (89
Jenis Pohon). Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

PT. Ratah Timber. 2005. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pada Hutan Alam (RKUPHHK-HA) PT. Ratah Timber. Jakarta.

Purwita I. 2005. Penyusunan Tabel Volume Pohon Untuk Jenis Mahoni Daun
Besar Di BPKH Gunung Kencana KPH Banten Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten. [Skripsi]. Departemen Manajeman Hutan.
Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Samingan T. 1973. Dipterocarpaceae. Bogor: Proyek Peningkatan Mutu


Perguruan Tinggi IPB.

Simon H. 1996. Manual Inventore Hutan. Yogyakarta: Aditya Media.

Soerianegara I, Indrawan A. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:


Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Spurr SH. 1952. Forest Inventory. New York: The Ronald Press Company, Inc.

Suharlan, Boestami AS, dan Sumarna K. 1976. Tabel Volume Lokal Pinus
merkusii Jungh et de Vriese. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.

Sutarahardja S, Sumarna K, dan Witjaksono MH. 1991. Studi Kesaksamaan


Beberapa Persamaan Regresi Guna Pendugaan Volume Tegakan Meranti
(Shorea spp.) di Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Sutarahardja S. 1999. Metode Sampling Dalam Inventarisasi Hutan. Laboratorium


Inventarisasi Hutan Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.

Sutarahardja S. 2008. Penyusunan Alat Bantu Dalam Inventarisasi Hutan. Bagian


Perencanaan Hutan. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.

Sutarahardja S. 2009. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala Sebagai Basis


Untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan Tegakan Hutan. Bagian
Perencanaan Hutan. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan
IPB. Bogor.

Walpole ER. 1993. Pengantar Statistik Edisi Ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
71

LAMPIRAN
72

Lampiran 1 Hasil pengolahan data tabel volume standar kelompok jenis


Dipterocarpaceae

Regression Analysis: Log V versus Log D²Tbc

The regression equation is


Log V = - 4.43 + 1.03 Log D²Tbc

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -4.42925 0.01891 -234.17 0.000
Log D²Tbc 1.02641 0.00440 233.08 0.000

S = 0.0292117 R-Sq = 99.8% R-Sq(adj) = 99.8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 46.357 46.357 54325.86 0.000
Residual Error 132 0.113 0.001
Total 133 46.470

Unusual Observations

Log
Obs D²Tbc Log V Fit SE Fit Residual St Resid
106 4.59 0.20140 0.27714 0.00291 -0.07574 -2.61R
109 4.87 0.66745 0.57144 0.00370 0.09601 3.31R
111 4.87 0.63448 0.56801 0.00369 0.06647 2.29R
113 4.94 0.72591 0.64601 0.00394 0.07990 2.76R
117 5.08 0.68664 0.78136 0.00440 -0.09472 -3.28R
119 5.08 0.88081 0.78924 0.00443 0.09157 3.17R
121 5.06 0.86510 0.76694 0.00435 0.09817 3.40R
126 5.11 0.89154 0.82063 0.00454 0.07090 2.46R
127 5.20 0.99123 0.91072 0.00487 0.08051 2.80R
131 5.52 1.33345 1.24151 0.00613 0.09194 3.22R
133 5.70 1.34183 1.41687 0.00682 -0.07504 -2.64RX
134 5.64 1.41027 1.36274 0.00661 0.04753 1.67 X

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: Log V versus Log D, Log Tbc

The regression equation is


Log V = - 4.41 + 2.06 Log D + 1.00 Log Tbc

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -4.41234 0.02914 -151.42 0.000
Log D 2.06339 0.01639 125.91 0.000
Log Tbc 1.00046 0.03421 29.24 0.000

S = 0.0292414 R-Sq = 99.8% R-Sq(adj) = 99.8%


73

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 2 46.358 23.179 27108.14 0.000
Residual Error 131 0.112 0.001
Total 133 46.470

Source DF Seq SS
Log D 1 45.627
Log Tbc 1 0.731

Unusual Observations

Obs Log D Log V Fit SE Fit Residual St Resid


106 1.70 0.20140 0.28109 0.00608 -0.07969 -2.79R
109 1.75 0.66745 0.57115 0.00372 0.09630 3.32R
111 1.76 0.63448 0.56875 0.00382 0.06573 2.27R
113 1.79 0.72591 0.64642 0.00398 0.07949 2.74R
117 1.82 0.68664 0.78019 0.00465 -0.09355 -3.24R
119 1.84 0.88081 0.78911 0.00444 0.09170 3.17R
121 1.85 0.86510 0.76794 0.00453 0.09716 3.36R
126 1.89 0.89154 0.82268 0.00528 0.06886 2.39R
127 1.89 0.99123 0.91091 0.00488 0.08031 2.79R
131 2.00 1.33345 1.23979 0.00656 0.09366 3.29R
133 2.03 1.34183 1.41282 0.00868 -0.07099 -2.54RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: V versus D², D²Tbc, Tbc

The regression equation is


V = 0.237 + 0.000236 D² + 0.000047 D²Tbc - 0.0251 Tbc

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.2369 0.3021 0.78 0.434
D² 0.00023581 0.00009209 2.56 0.012
D²Tbc 0.00004694 0.00000302 15.55 0.000
Tbc -0.02510 0.01773 -1.42 0.159

S = 0.640186 R-Sq = 97.5% R-Sq(adj) = 97.5%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 3 2107.56 702.52 1714.14 0.000
Residual Error 130 53.28 0.41
Total 133 2160.84

Source DF Seq SS
D² 1 2001.13
D²Tbc 1 105.61
Tbc 1 0.82
74

Unusual Observations

Obs D² V Fit SE Fit Residual St Resid


117 4356 4.8600 6.1756 0.1103 -1.3156 -2.09R
127 6084 9.8000 8.4974 0.1274 1.3026 2.08R
129 6889 6.9800 8.0354 0.2274 -1.0554 -1.76 X
130 7921 9.7100 10.6193 0.2012 -0.9093 -1.50 X
131 9801 21.5500 17.4087 0.2297 4.1413 6.93RX
132 10404 13.3100 15.1209 0.2532 -1.8109 -3.08RX
133 11449 21.9700 25.1429 0.4862 -3.1729 -7.62RX
134 12544 25.7200 22.9461 0.3315 2.7739 5.07RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.
75

Lampiran 2 Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis


Dipterocarpaceae

Regression Analysis: V versus D²

The regression equation is


V = - 0.769 + 0.00166 D²

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -0.7695 0.1211 -6.36 0.000
D² 0.00166483 0.00004094 40.67 0.000

S = 1.09995 R-Sq = 92.6% R-Sq(adj) = 92.6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 2001.1 2001.1 1653.97 0.000
Residual Error 132 159.7 1.2
Total 133 2160.8

Unusual Observations

Obs D² V Fit SE Fit Residual St Resid


124 5402 5.6900 8.2243 0.1743 -2.5343 -2.33R
129 6889 6.9800 10.6995 0.2278 -3.7195 -3.46R
130 7921 9.7100 12.4176 0.2667 -2.7076 -2.54RX
131 9801 21.5500 15.5475 0.3398 6.0025 5.74RX
132 10404 13.3100 16.5514 0.3635 -3.2414 -3.12RX
133 11449 21.9700 18.2911 0.4050 3.6789 3.60RX
134 12544 25.7200 20.1141 0.4487 5.6059 5.58RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: V versus D, D²

The regression equation is


V = 1.53 - 0.115 D + 0.00271 D²

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 1.5323 0.2865 5.35 0.000
D -0.11487 0.01345 -8.54 0.000
D² 0.0027131 0.0001271 21.35 0.000

S = 0.884866 R-Sq = 95.3% R-Sq(adj) = 95.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 2 2058.3 1029.1 1314.36 0.000
Residual Error 131 102.6 0.8
Total 133 2160.8
76

Source DF Seq SS
D 1 1701.3
D² 1 357.0

Unusual Observations

Obs D V Fit SE Fit Residual St Resid


124 74 5.6900 7.7464 0.1510 -2.0564 -2.36R
129 83 6.9800 10.6888 0.1832 -3.7088 -4.28R
130 89 9.7100 12.7996 0.2192 -3.0896 -3.60R
131 99 21.5500 16.7516 0.3075 4.7984 5.78RX
132 102 13.3100 18.0430 0.3406 -4.7330 -5.80RX
133 107 21.9700 20.3038 0.4021 1.6662 2.11RX
134 112 25.7200 22.7004 0.4711 3.0196 4.03RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: Log V versus Log D

The regression equation is


Log V = - 3.70 + 2.43 Log D

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -3.69929 0.04361 -84.82 0.000
Log D 2.43077 0.02876 84.51 0.000

S = 0.0799257 R-Sq = 98.2% R-Sq(adj) = 98.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 45.627 45.627 7142.45 0.000
Residual Error 132 0.843 0.006
Total 133 46.470

Unusual Observations

Obs Log D Log V Fit SE Fit Residual St Resid


73 1.51 -0.20066 -0.04062 0.00691 -0.16004 -2.01R
106 1.70 0.20140 0.43051 0.00902 -0.22912 -2.89R
131 2.00 1.33345 1.15164 0.01591 0.18181 2.32R
134 2.05 1.41027 1.28188 0.01731 0.12839 1.65 X

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.
77

Lampiran 3 Hasil pengolahan data tabel volume lokal kelompok jenis Rimba
Campuran

Regression Analysis: V versus D²


The regression equation is
V = - 0.457 + 0.00135 D²

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -0.45709 0.06849 -6.67 0.000
D² 0.00134887 0.00002672 50.49 0.000

S = 0.564474 R-Sq = 95.3% R-Sq(adj) = 95.3%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 812.16 812.16 2548.89 0.000
Residual Error 126 40.15 0.32
Total 127 852.31

Unusual Observations

Obs D² V Fit SE Fit Residual St Resid


100 2500 1.7900 2.9151 0.0537 -1.1251 -2.00R
122 6241 9.2400 7.9612 0.1298 1.2788 2.33RX
123 6400 7.4300 8.1757 0.1337 -0.7457 -1.36 X
124 7056 11.2500 9.0606 0.1501 2.1894 4.02RX
125 7225 7.8600 9.2885 0.1544 -1.4285 -2.63RX
126 7396 8.8200 9.5192 0.1587 -0.6992 -1.29 X
127 7921 10.8800 10.2273 0.1721 0.6527 1.21 X
128 8010 13.9100 10.3477 0.1744 3.5623 6.64RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: V versus D, D²


The regression equation is
V = 0.695 - 0.0617 D + 0.00199 D²

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.6947 0.1791 3.88 0.000
D -0.061679 0.009060 -6.81 0.000
D² 0.00198798 0.00009663 20.57 0.000

S = 0.484051 R-Sq = 96.6% R-Sq(adj) = 96.5%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 2 823.02 411.51 1756.29 0.000
Residual Error 125 29.29 0.23
Total 127 852.31

Source DF Seq SS
D 1 723.85
D² 1 99.17
Lampiran 4 Hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y) dengan logaritma diameter pohon (X)

No Kelompok jenis Regresi n ∑y y rata2 ∑x x rata2 ∑y² ∑xy ∑x²


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Dipterocarpaceae Log V = -3,70 + 2,43 Log D 134 -8,041 -0,060 200,62 1,50 46,94 6,73 308,08
2 Non-Dipterocarpaceae Log V = -3,70 + 2,41 Log D 128 -8,596 -0,067 192,41 1,50 43,70 4,70 296,54
3 Gabungan Log V = -3,70 + 2,42 Log D 262 -16,637 -0,063 393,03 1,50 90,63 11,43 604,62
sisa 1
common 252
within 251
sisa 1

Lanjutan tabel hasil perhitungan regresi hubungan logaritma volume pohon (Y) dengan logaritma diameter pohon (X)

df total JKY JHKXY JKX A B JKR r df sisa JKS KTS SE R


12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
133 46,45 18,77 7,72 -3,698 2,430 45,61 0,99 132 0,847 0,006 0,01 0,61 98,18
127 43,12 17,62 7,31 -3,693 2,412 42,50 0,99 126 0,616 0,005 0,01 0,65 98,57
261 89,58 36,39 15,03 -3,695 2,421 88,08 0,99 260 1,496 0,006 0,00 0,45 98,33
1 1 0,031 0,031
260 89,57 36,39 15,03 -3,696 2,421 88,11 0,99 259 1,464 0,006 0,01
259 258 1,463 0,006
1 1 0,001 0,001
Lampiran 5 Tabel volume standar kelompok jenis Dipterocarpaceae
Tabel Volume Standar
Kelompok Jenis Dipterocarpaceae
Persamaan V = 0,0000372 (D²Tbc)1,03 R² = 99,8% Se = 0,24%
Tinggi bebas cabang
Diameter
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

10 0,046 0,050 0,055 0,060 0,065 0,069

11 0,056 0,061 0,067 0,073 0,079 0,085

12 0,067 0,074 0,080 0,087 0,094 0,101

13 0,079 0,087 0,095 0,103 0,111 0,119 0,127 0,136

14 0,092 0,101 0,110 0,120 0,129 0,139 0,149 0,158

15 0,106 0,116 0,127 0,138 0,149 0,160 0,171 0,182

16 0,133 0,145 0,158 0,170 0,183 0,196 0,208

17 0,151 0,165 0,179 0,193 0,207 0,222 0,236

18 0,169 0,185 0,201 0,217 0,233 0,249 0,265 0,281 0,298 0,314 0,330

19 0,189 0,207 0,225 0,243 0,261 0,279 0,297 0,315 0,333 0,351 0,369

20 0,211 0,230 0,250 0,270 0,290 0,310 0,330 0,350 0,370 0,390 0,410

21 0,233 0,255 0,276 0,298 0,320 0,342 0,364 0,387 0,409 0,431 0,453

22 0,256 0,280 0,304 0,328 0,353 0,377 0,401 0,425 0,450 0,474 0,499

23 0,281 0,307 0,333 0,360 0,386 0,413 0,440 0,466 0,493 0,520 0,546

24 0,306 0,335 0,364 0,393 0,422 0,451 0,480 0,509 0,538 0,567 0,597

25 0,333 0,365 0,396 0,427 0,459 0,490 0,522 0,554 0,585 0,617 0,649 0,681

26 0,395 0,429 0,463 0,497 0,532 0,566 0,600 0,635 0,669 0,704 0,738

27 0,427 0,464 0,501 0,538 0,575 0,612 0,649 0,686 0,723 0,760 0,798

28 0,461 0,500 0,540 0,580 0,619 0,659 0,699 0,739 0,779 0,820 0,860
78

Unusual Observations

Obs D V Fit SE Fit Residual St Resid


106 57.5 4.8300 3.7209 0.0693 1.1091 2.32R
107 58.0 4.8300 3.8049 0.0695 1.0251 2.14R
116 70.0 5.0900 6.1183 0.0839 -1.0283 -2.16R
122 79.0 9.2400 8.2290 0.1180 1.0110 2.15R
123 80.0 7.4300 8.4834 0.1233 -1.0534 -2.25R
124 84.0 11.2500 9.5408 0.1468 1.7092 3.71RX
125 85.0 7.8600 9.8151 0.1533 -1.9551 -4.26RX
126 86.0 8.8200 10.0934 0.1601 -1.2734 -2.79RX
127 89.0 10.8800 10.9520 0.1820 -0.0720 -0.16 X
128 89.5 13.9100 11.0986 0.1858 2.8114 6.29RX

R denotes an observation with a large standardized residual.


X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Regression Analysis: Log V versus Log D


The regression equation is
Log V = - 3.70 + 2.41 Log D

Predictor Coef SE Coef T P


Constant -3.69575 0.03977 -92.93 0.000
Log D 2.41357 0.02613 92.38 0.000

S = 0.0706203 R-Sq = 98.5% R-Sq(adj) = 98.5%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 42.560 42.560 8533.70 0.000
Residual Error 126 0.628 0.005
Total 127 43.188

Unusual Observations

Obs Log D Log V Fit SE Fit Residual St Resid


12 1.16 -0.74473 -0.89270 0.01090 0.14797 2.12R
13 1.19 -1.04576 -0.82280 0.01029 -0.22296 -3.19R
23 1.27 -0.82391 -0.63734 0.00877 -0.18657 -2.66R
100 1.70 0.25285 0.40484 0.00807 -0.15199 -2.17R

R denotes an observation with a large standardized residual.


Tinggi bebas cabang
Diameter
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

29 0,495 0,538 0,580 0,623 0,666 0,709 0,752 0,795 0,838 0,881 0,924

30 0,531 0,576 0,622 0,668 0,714 0,760 0,806 0,852 0,898 0,945 0,991

31 0,568 0,617 0,666 0,715 0,764 0,813 0,862 0,912 0,961 1,011 1,060

32 0,606 0,658 0,711 0,763 0,815 0,868 0,921 0,973 1,026 1,079 1,132

33 0,646 0,702 0,757 0,813 0,869 0,925 0,981 1,037 1,093 1,150 1,206

34 0,687 0,746 0,805 0,864 0,924 0,983 1,043 1,103 1,163 1,223 1,283 1,343

35 0,792 0,855 0,918 0,981 1,044 1,107 1,171 1,234 1,298 1,362 1,425 1,489

36 0,839 0,906 0,973 1,039 1,106 1,173 1,241 1,308 1,375 1,443 1,510 1,578

37 0,888 0,958 1,029 1,100 1,171 1,242 1,313 1,384 1,455 1,527 1,598 1,670

38 1,013 1,087 1,162 1,237 1,312 1,387 1,462 1,537 1,613 1,688 1,764 1,840 1,916 1,992 2,068

39 1,068 1,147 1,226 1,305 1,384 1,463 1,542 1,622 1,701 1,781 1,861 1,941 2,021 2,101 2,181

40 1,125 1,208 1,291 1,375 1,458 1,541 1,625 1,709 1,793 1,877 1,961 2,045 2,129 2,214 2,298

41 1,271 1,359 1,446 1,534 1,622 1,710 1,798 1,886 1,975 2,063 2,152 2,240 2,329 2,418

42 1,336 1,428 1,520 1,612 1,704 1,797 1,889 1,982 2,075 2,168 2,261 2,354 2,448 2,541

43 1,402 1,499 1,595 1,692 1,789 1,886 1,983 2,081 2,178 2,276 2,373 2,471 2,569 2,667

44 1,470 1,571 1,673 1,774 1,876 1,977 2,079 2,181 2,284 2,386 2,488 2,591 2,694 2,797

45 1,540 1,646 1,752 1,858 1,965 2,071 2,178 2,285 2,392 2,499 2,606 2,714 2,821 2,929

46 1,611 1,722 1,833 1,944 2,056 2,167 2,279 2,391 2,503 2,615 2,727 2,840 2,952 3,065

47 1,684 1,800 1,916 2,032 2,149 2,265 2,382 2,499 2,616 2,733 2,851 2,968 3,086 3,204

48 1,759 1,880 2,001 2,122 2,244 2,366 2,488 2,610 2,732 2,854 2,977 3,100 3,223 3,346

49 1,835 1,962 2,088 2,215 2,341 2,468 2,596 2,723 2,851 2,978 3,106 3,234 3,362 3,491

50 1,913 2,045 2,177 2,309 2,441 2,573 2,706 2,839 2,972 3,105 3,238 3,372 3,505 3,639
Tinggi bebas cabang
Diameter
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

51 2,267 2,405 2,542 2,680 2,819 2,957 3,095 3,234 3,373 3,512 3,651 3,791

52 2,360 2,503 2,646 2,790 2,934 3,078 3,222 3,366 3,511 3,655 3,800 3,945

53 2,454 2,603 2,752 2,901 3,051 3,201 3,351 3,501 3,651 3,802 3,952 4,103

54 2,551 2,705 2,860 3,015 3,171 3,326 3,482 3,638 3,794 3,951 4,108 4,264

55 2,649 2,809 2,970 3,131 3,293 3,455 3,616 3,778 3,941 4,103 4,266 4,429

56 2,749 2,916 3,083 3,250 3,417 3,585 3,753 3,921 4,090 4,258 4,427 4,596

57 2,851 3,024 3,197 3,371 3,544 3,718 3,892 4,067 4,242 4,416 4,591 4,767

58 3,494 3,674 3,854 4,034 4,215 4,396 4,577 4,759 4,941

59 3,619 3,805 3,992 4,179 4,366 4,554 4,742 4,929 5,118

60 3,746 3,939 4,133 4,326 4,520 4,714 4,909 5,103 5,298

61 3,876 4,076 4,276 4,476 4,677 4,878 5,079 5,280 5,481

62 4,008 4,215 4,421 4,629 4,836 5,044 5,252 5,460 5,668

63 4,142 4,356 4,570 4,784 4,998 5,213 5,428 5,643 5,858

64 4,279 4,499 4,720 4,941 5,163 5,385 5,607 5,829 6,051 6,274 6,497 6,720

65 4,418 4,645 4,873 5,102 5,330 5,559 5,789 6,018 6,248 6,478 6,708 6,938

66 4,559 4,794 5,029 5,265 5,501 5,737 5,973 6,210 6,447 6,685 6,922 7,160

67 4,702 4,945 5,187 5,430 5,674 5,917 6,161 6,406 6,650 6,895 7,140 7,385

68 4,848 5,098 5,348 5,599 5,850 6,101 6,352 6,604 6,856 7,109 7,361 7,614

69 4,996 5,254 5,511 5,770 6,028 6,287 6,546 6,806 7,066 7,326 7,586 7,846

70 5,146 5,412 5,677 5,943 6,210 6,476 6,743 7,011 7,278 7,546 7,814 8,083

71 5,299 5,572 5,846 6,119 6,394 6,668 6,943 7,218 7,494 7,770 8,046 8,322

72 5,454 5,735 6,016 6,298 6,581 6,863 7,146 7,429 7,713 7,997 8,281 8,565

73 5,611 5,900 6,190 6,480 6,770 7,061 7,352 7,644 7,935 8,227 8,520 8,812
Tinggi bebas cabang
Diameter
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

74 5,771 6,068 6,366 6,664 6,963 7,262 7,561 7,861 8,161 8,461 8,762 9,063

75 5,932 6,238 6,544 6,851 7,158 7,465 7,773 8,081 8,390 8,698 9,007 9,317

76 6,096 6,411 6,725 7,040 7,356 7,672 7,988 8,305 8,622 8,939 9,257 9,575

77 6,263 6,586 6,909 7,233 7,557 7,881 8,206 8,531 8,857 9,183 9,509 9,836

78 6,432 6,763 7,095 7,427 7,760 8,093 8,427 8,761 9,096 9,430 9,765 10,101

79 6,603 6,943 7,284 7,625 7,967 8,309 8,651 8,994 9,337 9,681 10,025 10,369 10,714 11,059

80 6,776 7,125 7,475 7,825 8,176 8,527 8,878 9,230 9,583 9,935 10,288 10,642 10,995 11,350

81 6,952 7,310 7,669 8,028 8,388 8,748 9,108 9,469 9,831 10,193 10,555 10,918 11,280 11,644

82 7,130 7,497 7,865 8,233 8,602 8,972 9,342 9,712 10,083 10,454 10,825 11,197 11,569 11,942

83 7,310 7,687 8,064 8,442 8,820 9,199 9,578 9,957 10,338 10,718 11,099 11,480 11,862 12,244

84 8,652 9,040 9,428 9,817 10,206 10,596 10,986 11,376 11,767 12,158 12,550

85 8,866 9,263 9,661 10,059 10,458 10,857 11,257 11,657 12,057 12,458 12,859

86 9,082 9,489 9,897 10,305 10,713 11,122 11,531 11,941 12,351 12,762 13,173

87 9,301 9,718 10,135 10,553 10,971 11,390 11,809 12,229 12,649 13,069 13,490

88 9,523 9,949 10,377 10,804 11,233 11,661 12,091 12,520 12,950 13,381 13,812

89 9,747 10,184 10,621 11,059 11,497 11,936 12,375 12,815 13,255 13,696 14,137

90 10,868 11,316 11,765 12,214 12,663 13,113 13,564 14,015 14,466 14,918

91 11,119 11,577 12,036 12,495 12,955 13,415 13,876 14,337 14,799 15,261

92 11,372 11,840 12,310 12,780 13,250 13,721 14,192 14,664 15,136 15,609

93 11,628 12,107 12,587 13,067 13,548 14,030 14,512 14,994 15,477 15,960

94 11,887 12,377 12,867 13,359 13,850 14,342 14,835 15,328 15,822 16,316

95 12,149 12,650 13,151 13,653 14,155 14,658 15,162 15,666 16,170 16,675
Tinggi bebas cabang
Diameter
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

96 12,414 12,925 13,438 13,951 14,464 14,978 15,493 16,008 16,523 17,039

97 12,682 13,204 13,728 14,252 14,776 15,301 15,827 16,353 16,880 17,407

98 14,021 14,556 15,092 15,628 16,165 16,702 17,240 17,778 18,317

99 14,317 14,864 15,411 15,958 16,506 17,055 17,604 18,154 18,704

100 14,617 15,175 15,733 16,292 16,852 17,412 17,973 18,534 19,096

101 14,919 15,489 16,059 16,630 17,201 17,773 18,345 18,918 19,491

102 15,225 15,806 16,388 16,970 17,553 18,137 18,721 19,306 19,891

103 15,534 16,127 16,721 17,315 17,910 18,505 19,101 19,697 20,294

104 15,847 16,451 17,057 17,663 18,270 18,877 19,485 20,093 20,702

105 16,162 16,779 17,397 18,015 18,634 19,253 19,873 20,494 21,115

106 16,481 17,110 17,740 18,370 19,001 19,633 20,265 20,898 21,531

107 16,803 17,444 18,086 18,729 19,372 20,016 20,661 21,306 21,951

108 17,128 17,782 18,436 19,091 19,747 20,403 21,060 21,718 22,376

109 17,456 18,122 18,789 19,457 20,125 20,794 21,464 22,134 22,805

110 17,788 18,467 19,146 19,827 20,508 21,189 21,872 22,555 23,238

111 18,122 18,814 19,506 20,200 20,893 21,588 22,283 22,979 23,675 24,372

112 18,460 19,165 19,870 20,576 21,283 21,991 22,699 23,408 24,117 24,827

113 18,801 19,519 20,237 20,957 21,676 22,397 23,118 23,840 24,563 25,286

114 19,146 19,876 20,608 21,340 22,073 22,807 23,542 24,277 25,012 25,749

115 19,493 20,237 20,982 21,728 22,474 23,221 23,969 24,717 25,467 26,216

116 19,844 20,602 21,360 22,119 22,879 23,639 24,400 25,162 25,925 26,688

117 20,198 20,969 21,741 22,513 23,287 24,061 24,836 25,611 26,387 27,164

118 20,555 21,340 22,125 22,912 23,699 24,486 25,275 26,064 26,854 27,645

119 20,916 21,714 22,513 23,313 24,114 24,916 25,718 26,521 27,325 28,129

120 21,279 22,092 22,905 23,719 24,533 25,349 26,165 26,982 27,800 28,619
85

Lampiran 6 Tabel volume lokal kelompok jenis Dipterocarpaceae

Persamaan V = 0,000199 D2,43 R = 98,2% Se = 0,59%


Diameter
Diameter satuan (cm)
puluhan (cm)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0,054 0,068 0,084 0,102 0,122 0,144 0,168 0,195 0,224 0,255

2 0,289 0,326 0,365 0,406 0,451 0,498 0,548 0,600 0,656 0,714

3 0,775 0,839 0,907 0,977 1,051 1,127 1,207 1,290 1,377 1,467

4 1,560 1,656 1,756 1,859 1,966 2,076 2,190 2,308 2,429 2,554

5 2,682 2,814 2,950 3,090 3,234 3,381 3,533 3,688 3,847 4,010

6 4,177 4,349 4,524 4,703 4,887 5,074 5,266 5,462 5,662 5,867

7 6,076 6,289 6,506 6,728 6,954 7,185 7,420 7,659 7,903 8,151

8 8,404 8,662 8,924 9,191 9,462 9,738 10,019 10,305 10,595 10,890

9 11,189 11,494 11,803 12,118 12,437 12,761 13,089 13,423 13,762 14,106

10 14,454 14,808 15,167 15,531 15,900 16,274 16,653 17,037 17,427 17,822

11 18,221 18,627 19,037 19,453 19,874 20,300 20,732 21,169 21,611 22,059

12 22,512
86

Lampiran 7 Tabel volume lokal kelompok jenis Rimba Campuran

Persamaan : V = 0,000199 D2,41 R = 98,5% Se = 0,65%


Diameter Diameter satuan (cm)
Puluhan (cm) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0,050 0,060 0,080 0,100 0,120 0,140 0,160 0,180 0,210 0,240
2 0,270 0,310 0,340 0,380 0,420 0,470 0,510 0,560 0,610 0,670
3 0,720 0,780 0,840 0,910 0,980 1,050 1,120 1,200 1,280 1,360
4 1,440 1,530 1,630 1,720 1,820 1,920 2,020 2,130 2,240 2,360
5 2,470 2,590 2,720 2,850 2,980 3,110 3,250 3,390 3,540 3,690
6 3,840 3,990 4,150 4,320 4,480 4,660 4,830 5,010 5,190 5,380
7 5,570 5,760 5,960 6,160 6,360 6,570 6,790 7,000 7,220 7,450
8 7,680 7,910 8,150 8,390 8,640 8,890 9,140 9,400 9,660 9,930
9 10,200
87

Lampiran 8 Tabel volume lokal hasil penggabungan

Persamaan V = 0,000199 D2,42 R = 98,33% Se = 0,45%


Diameter Diameter satuan (cm)
puluhan (cm) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0,052 0,066 0,081 0,099 0,118 0,140 0,163 0,189 0,217 0,247

2 0,280 0,315 0,353 0,393 0,435 0,481 0,529 0,579 0,632 0,688

3 0,747 0,809 0,874 0,941 1,012 1,085 1,162 1,241 1,324 1,410

4 1,499 1,591 1,687 1,786 1,888 1,994 2,102 2,215 2,331 2,450

5 2,573 2,699 2,829 2,962 3,099 3,240 3,384 3,532 3,684 3,840

6 3,999 4,162 4,330 4,500 4,675 4,854 5,037 5,223 5,414 5,609

7 5,808 6,010 6,217 6,428 6,643 6,863 7,086 7,314 7,546 7,782

8 8,023 8,268 8,517 8,770 9,028 9,291 9,557 9,829 10,104 10,384

9 10,669 10,958 11,252 11,550 11,853 12,160 12,472 12,789 13,111 13,437

10 13,767 14,103 14,443 14,788 15,138 15,493 15,852 16,217 16,586 16,960

11 17,339 17,723 18,112 18,506 18,904 19,308 19,717 20,131 20,550 20,974

12 21,403
88

Lampiran 9 Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae tahap


pemodelan

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt(m) Tbc (m) Va(m³)
1 Bengkirai Dipterocarpaceae 10 96 0 21 60 19.79 12.93 0.06
2 Bawang Dipterocarpaceae 12 88 -15 7 55 20.23 14.23 0.10
3 Bengkirai Dipterocarpaceae 12 110 2 25 70 20.28 13.33 0.09
4 Kapur Dipterocarpaceae 12 84 -12 14 49 16.27 10.88 0.07
5 Bengkirai Dipterocarpaceae 13 76 -19 8 40 15.57 10.24 0.08
6 Bunyau Dipterocarpaceae 13 52 -36 -15 20 18.26 12.17 0.10
7 Medang Dipterocarpaceae 13 92 1 25 59 16.67 11.17 0.09
8 Meranti merah Dipterocarpaceae 13 92 -12 11 59 19.59 13.85 0.11
9 Meranti putih Dipterocarpaceae 13.5 110 5 20 71 29.50 19.10 0.16
Meranti
10 kuning Dipterocarpaceae 14 75 5 23 45 17.06 10.39 0.10
11 Bengkirai Dipterocarpaceae 15 84 -30 -12 32 26.83 15.28 0.16
12 Bunyau Dipterocarpaceae 15 75 -1 15 34 20.50 10.25 0.11
13 Kapur Dipterocarpaceae 15 106 7 26 64 22.34 13.50 0.14
14 Meranti putih Dipterocarpaceae 15 108 -11 12 72 22.20 15.93 0.17
15 Bunyau Dipterocarpaceae 16 94 5 18 54 28.88 16.58 0.20
16 Kapur Dipterocarpaceae 16 104 -10 14 62 20.50 13.50 0.16
17 Meranti putih Dipterocarpaceae 17 98 -11 12 58 20.46 13.50 0.18
18 Bengkirai Dipterocarpaceae 18 112 -34 -12 74 28.05 21.14 0.32
19 Kapur Dipterocarpaceae 18 140 11 31 100 27.30 19.30 0.29
20 Medang Dipterocarpaceae 18 135 -2 23 90 23.42 16.22 0.25
21 Meranti merah Dipterocarpaceae 18 98 -15 6 56 23.02 15.02 0.23
22 Meranti merah Dipterocarpaceae 18 148 15 37 112 25.68 19.14 0.29
23 Bengkirai Dipterocarpaceae 19 108 -10 9 66 26.34 17.50 0.30
24 Bengkirai Dipterocarpaceae 19 122 0 21 72 24.74 15.21 0.26
25 Kapur Dipterocarpaceae 19 128 7 28 92 24.55 17.69 0.30
26 Medang Dipterocarpaceae 19 102 16 27 62 32.77 18.23 0.31
27 Meranti merah Dipterocarpaceae 19 92 -8 15 60 18.89 13.33 0.23
28 Meranti merah Dipterocarpaceae 19 94 -6 12 55 23.72 15.06 0.26
29 Meranti putih Dipterocarpaceae 19 88 -32 -10 42 23.32 14.95 0.25
30 Meranti putih Dipterocarpaceae 19 92 -12 7 56 23.39 15.82 0.27
31 Bengkirai Dipterocarpaceae 20 124 -23 -1 84 28.23 20.95 0.39
32 Medang Dipterocarpaceae 20 92 13 25 60 27.83 17.17 0.32
33 Meranti merah Dipterocarpaceae 20 112 0 19 75 25.08 17.29 0.33
34 Bengkirai Dipterocarpaceae 21 78 -35 -13 39 22.05 14.95 0.31
35 Keruing Dipterocarpaceae 21 92 4 16 60 30.83 20.17 0.42
36 Meranti merah Dipterocarpaceae 21 78 -26 -4 44 20.41 14.23 0.30
37 Meranti merah Dipterocarpaceae 21 122 9 31 94 22.05 16.95 0.35
38 Meranti putih Dipterocarpaceae 21 98 -33 -10 55 24.28 16.80 0.35
39 Meranti merah Dipterocarpaceae 22 110 4 18 65 31.79 18.93 0.43
40 Meranti merah Dipterocarpaceae 22 114 -15 6 74 26.07 18.45 0.42
41 Bengkirai Dipterocarpaceae 23 132 7 29 84 24.23 15.50 0.39
42 Meranti merah Dipterocarpaceae 23 130 -4 24 94 20.64 15.50 0.39
43 Meranti merah Dipterocarpaceae 23 88 -30 -8 49 22.95 15.86 0.40
44 Meranti putih Dipterocarpaceae 23 114 -13 11 67 22.67 14.83 0.37
45 Meranti putih Dipterocarpaceae 23 92 -18 -4 44 32.93 19.21 0.48
89

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt(m) Tbc (m) Va(m³)
46 Bunyau Dipterocarpaceae 24 102 -2 20 70 20.41 14.59 0.40
Meranti
47 kuning Dipterocarpaceae 24 136 12 35 96 23.07 16.11 0.44
48 Meranti merah Dipterocarpaceae 24 110 -32 -11 70 28.55 20.93 0.57
49 Meranti merah Dipterocarpaceae 24 122 -34 -13 64 31.21 20.17 0.55
50 Resak Dipterocarpaceae 24 132 3 26 86 23.93 15.93 0.43
51 Bengkirai Dipterocarpaceae 25 104 -15 7 61 23.14 15.32 0.45
52 Bunyau Dipterocarpaceae 25 103 -4 16 48 22.90 11.90 0.35
Meranti
53 kuning Dipterocarpaceae 25 66 -22 -4 30 21.06 13.06 0.38
54 Meranti putih Dipterocarpaceae 25 122 -11 15 80 21.96 15.50 0.46
55 Bengkirai Dipterocarpaceae 26 142 6 30 96 24.17 16.50 0.53
56 Keruing Dipterocarpaceae 26 120 5 22 90 28.56 21.50 0.68
57 Meranti batu Dipterocarpaceae 26 124 10 32 74 22.23 13.14 0.42
58 Meranti merah Dipterocarpaceae 26 150 -14 13 104 25.80 18.98 0.60
59 Keruing Dipterocarpaceae 27 142 -18 10 65 24.36 13.36 0.46
60 Meranti batu Dipterocarpaceae 27 82 -24 -3 33 21.69 12.36 0.42
61 Meranti merah Dipterocarpaceae 27 114 9 28 80 23.61 16.45 0.56
Meranti
62 kuning Dipterocarpaceae 27.5 100 -12 12 65 20.17 14.33 0.51
63 Kapur Dipterocarpaceae 29 128 -24 -3 78 30.45 20.93 0.83
64 Medang Dipterocarpaceae 29 106 -35 -16 45 31.18 18.34 0.73
65 Meranti merah Dipterocarpaceae 29 114 -34 -5 74 21.91 16.40 0.65
66 Meranti merah Dipterocarpaceae 29 128 0 20 88 27.10 19.10 0.76
67 Keruing Dipterocarpaceae 30 138 -4 17 84 28.55 18.26 0.77
68 Meranti merah Dipterocarpaceae 30.5 110 -11 6 64 29.97 19.15 0.84
69 Bengkirai Dipterocarpaceae 31 108 -10 9 68 26.34 17.92 0.81
70 Meranti merah Dipterocarpaceae 31 138 -9 16 94 25.02 17.98 0.81
71 Meranti merah Dipterocarpaceae 31 128 -8 14 90 26.23 19.32 0.87
72 Keruing Dipterocarpaceae 32 118 -26 -4 57 27.68 16.59 0.80
Meranti
73 kuning Dipterocarpaceae 32 114 -12 11 55 23.41 13.15 0.63
74 Meranti batu Dipterocarpaceae 33 138 -6 16 94 27.68 19.68 1.01
75 Keruing Dipterocarpaceae 34 114 -8 18 72 20.27 13.81 0.75
76 Meranti merah Dipterocarpaceae 34 120 -15 7 76 26.05 18.05 0.98
77 Meranti putih Dipterocarpaceae 34 90 -29 -8 50 24.17 16.55 0.90
78 Meranti merah Dipterocarpaceae 34.5 143 0 17 90 35.15 22.68 1.27
79 Bunyau Dipterocarpaceae 35 110 -14 6 80 26.30 20.30 1.17
80 Keruing Dipterocarpaceae 35 138 -31 -10 76 33.69 21.88 1.26
81 Meranti merah Dipterocarpaceae 35 130 -20 1 90 30.07 22.45 1.30
82 Meranti merah Dipterocarpaceae 35 148 -15 7 106 31.14 23.50 1.36
83 Medang Dipterocarpaceae 36 124 -14 12 72 22.73 14.73 0.90
Meranti
84 kuning Dipterocarpaceae 36 132 11 36 96 20.86 15.10 0.92
85 Meranti merah Dipterocarpaceae 36 138 -3 18 98 28.36 20.74 1.27
86 Bunyau Dipterocarpaceae 37 148 10 30 108 29.10 21.10 1.36
87 Meranti merah Dipterocarpaceae 37 125 -23 10 80 19.44 13.98 0.90
88 Meranti merah Dipterocarpaceae 37 132 -4 26 94 19.63 14.57 0.94
89 Medang Dipterocarpaceae 38.5 148 -13 5 102 37.28 27.06 1.89
90 Meranti batu Dipterocarpaceae 39 148 6 28 112 27.32 20.77 1.49
91 Resak Dipterocarpaceae 39 144 3 26 104 26.02 19.07 1.37
Meranti
92 kuning Dipterocarpaceae 40 100 -33 -9 50 23.67 15.33 1.16
93 Meranti merah Dipterocarpaceae 40 146 -20 3 88 30.37 20.28 1.53
90

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt(m) Tbc (m) Va(m³)
94 Meranti batu Dipterocarpaceae 41 130 -10 15 90 23.90 17.50 1.39
95 Meranti merah Dipterocarpaceae 41 146 -25 -2 110 31.24 24.98 1.98
Meranti
96 kuning Dipterocarpaceae 43 140 -11 12 110 27.76 22.54 1.96
97 Meranti merah Dipterocarpaceae 43 150 15 34 132 29.92 26.13 2.28
98 Meranti merah Dipterocarpaceae 44 126 0 19 78 28.03 17.92 1.63
99 Meranti merah Dipterocarpaceae 45 142 -5 16 98 29.50 21.12 2.01
100 Keruing Dipterocarpaceae 46 130 -6 14 67 28.70 16.10 1.60
101 Keruing Dipterocarpaceae 46 150 11 31 112 29.30 21.70 2.16
102 Kapur Dipterocarpaceae 47 122 -22 2 68 25.50 16.50 1.72
103 Meranti batu Dipterocarpaceae 47 142 -10 12 108 29.14 22.95 2.39
Meranti
104 kuning Dipterocarpaceae 47 118 0 22 88 22.95 17.50 1.82
105 Meranti merah Dipterocarpaceae 49 146 5 25 110 29.70 22.50 2.54
Meranti
106 kuning Dipterocarpaceae 50 124 -3 16 63 28.24 15.39 1.59

107 Keruing Dipterocarpaceae 51 135 -5 14 84 30.97 20.24 2.73


108 Keruing Dipterocarpaceae 54 144 10 30 92 28.30 17.90 2.54

109 Meranti merah Dipterocarpaceae 56 137 -3 13 86 36.50 23.75 4.65


110 Meranti merah Dipterocarpaceae 57 138 -5 12 104 35.15 27.15 4.88

111 Meranti merah Dipterocarpaceae 58 127 2 19 89 30.91 21.97 4.31


112 Meranti merah Dipterocarpaceae 58 139 -26 -4 93 31.50 23.14 4.31
113 Meranti merah Dipterocarpaceae 61.5 148 -4 14 94 35.28 23.28 5.32
114 Meranti batu Dipterocarpaceae 62 132 -2 13 97 37.23 27.90 5.15

115 Kapur Dipterocarpaceae 64 130 -14 4 93 33.50 25.28 5.29


116 Meranti merah Dipterocarpaceae 64 135 3 17 106 39.21 30.93 5.64
117 Meranti Dipterocarpaceae 66 142 -2 15 108 35.38 27.38 4.86

118 Meranti merah Dipterocarpaceae 67 144 -1 16 97 35.62 24.56 5.82


119 Meranti putih Dipterocarpaceae 69 140 -1 15 95 36.75 25.50 7.60

120 Meranti merah Dipterocarpaceae 70 136 0 17 86 33.50 21.74 5.82


121 Meranti merah Dipterocarpaceae 70.3 132 -3 12 79 37.50 23.37 7.33
Meranti
122 kuning Dipterocarpaceae 71 147 -4 13 90 37.03 23.62 6.31
123 Meranti merah Dipterocarpaceae 71 135 -14 1 75 41.23 25.23 6.62
Meranti
124 kuning Dipterocarpaceae 73.5 143 2 19 82 34.68 20.32 5.69
125 Meranti batu Dipterocarpaceae 76 110 -15 -1 82 37.21 29.21 7.63

126 Meranti putih Dipterocarpaceae 77 146 -6 11 81 37.26 21.97 7.79


127 Bengkirai Dipterocarpaceae 78 149 -9 8 96 38.68 26.21 9.80
128 Meranti putih Dipterocarpaceae 79 148 -3 11 108 44.64 33.21 9.53
129 Kapur Dipterocarpaceae 83 137 2 17 74 37.50 20.70 6.98

130 Buan Dipterocarpaceae 89 141 -12 5 86 37.50 24.56 9.71


131 Meranti putih Dipterocarpaceae 99 134 -12 0 86 50.17 34.17 21.55
132 Kapur Dipterocarpaceae 102 144 -3 12 92 40.70 26.83 13.31
Meranti
133 kuning Dipterocarpaceae 107 148 -16 -3 120 51.96 43.35 21.97
Meranti
134 kuning Dipterocarpaceae 112 148 -11 2 98 50.42 35.04 25.72

135 Bengkirai Dipterocarpaceae 160 149 -11 1 67 54.83 27.50 37.58

Keterangan : No pohon 135 adalah pohon contoh yang termasuk pencilan


91

Lampiran 10 Data pohon contoh kelompok jenis Dipterocarpaceae untuk


tahap validasi

Dbh
No Nama jenis Kelompok jenis (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) va (m³)
1 Bengkirai Dipterocarpaceae 12 90 -5 17 60 18.77 13.32 0.09
2 Meranti kuning Dipterocarpaceae 12 100 1 24 60 18.72 11.76 0.08
3 Medang Dipterocarpaceae 13 65 -9 10 33 17.08 10.34 0.08
4 Bengkirai Dipterocarpaceae 14 80 -20 1 42 20.55 13.31 0.12
5 Meranti putih Dipterocarpaceae 14.5 84 -22 -2 34 22.70 12.70 0.13
6 Bengkirai Dipterocarpaceae 15 70 -30 -12 30 23.72 14.83 0.16
7 Kapur Dipterocarpaceae 15 104 -4 17 60 22.07 13.69 0.15
8 Bunyau Dipterocarpaceae 16 120 -10 9 55 28.87 15.18 0.18
9 Meranti batu Dipterocarpaceae 16.5 75 -11 3 43 26.07 16.93 0.22
10 Bunyau Dipterocarpaceae 18 82 -15 7 46 19.14 12.59 0.19
11 Meranti batu Dipterocarpaceae 18 75 5 16 45 26.95 16.05 0.24
12 Meranti putih Dipterocarpaceae 18 112 -10 13 70 22.72 15.41 0.24
13 Kapur Dipterocarpaceae 19 94 -8 15 52 19.24 11.93 0.20
14 Meranti batu Dipterocarpaceae 19 112 -10 13 64 22.72 14.37 0.24
15 Meranti merah Dipterocarpaceae 19 98 -2 21 55 18.89 11.41 0.19
16 Kapur Dipterocarpaceae 20 114 5 26 76 22.26 15.02 0.28
17 Meranti merah Dipterocarpaceae 20 80 -27 -6 30 21.88 12.36 0.23
18 Meranti merah Dipterocarpaceae 21 92 -18 5 56 20.63 14.37 0.30
19 Meranti merah Dipterocarpaceae 21 128 -7 16 92 24.98 18.72 0.39
20 Meranti merah Dipterocarpaceae 22 128 -4 19 80 24.46 16.11 0.37
21 Bunyau Dipterocarpaceae 23 110 -15 10 47 21.50 11.42 0.28
22 Meranti merah Dipterocarpaceae 23 148 6 28 108 27.32 20.05 0.50
23 Bengkirai Dipterocarpaceae 24 112 -10 11 79 24.74 18.45 0.50
24 Meranti merah Dipterocarpaceae 24 128 -5 17 88 25.68 18.41 0.50
25 Meranti putih Dipterocarpaceae 24 94 -10 12 55 20.41 13.32 0.36
26 Medang Dipterocarpaceae 25 124 -18 7 76 24.22 16.54 0.49
27 Meranti merah Dipterocarpaceae 25.5 130 -9 6 90 38.57 27.90 0.85
28 Medang Dipterocarpaceae 26 135 7 22 75 35.63 19.63 0.63
29 Meranti merah Dipterocarpaceae 26 128 6 27 84 24.74 16.36 0.52
30 Meranti merah Dipterocarpaceae 27 124 -7 12 86 29.08 21.08 0.72
31 Meranti putih Dipterocarpaceae 27.5 120 -7 20 72 20.31 13.20 0.47
32 Meranti merah Dipterocarpaceae 29 134 7 30 88 23.59 15.59 0.62
33 Medang Dipterocarpaceae 30 118 -16 2 50 31.28 16.17 0.69
34 Meranti merah Dipterocarpaceae 31 144 15 35 94 27.30 17.30 0.78
35 Bengkirai Dipterocarpaceae 32 111 -30 -9 69 28.36 20.36 0.98
36 Meranti merah Dipterocarpaceae 32 144 4 33 96 20.81 14.19 0.68
37 Bunyau Dipterocarpaceae 34 112 -34 -14 55 30.70 19.30 1.05
38 Meranti merah Dipterocarpaceae 34 132 5 25 98 26.90 20.10 1.09
39 Buan Dipterocarpaceae 35 126 -6 15 65 26.64 15.02 0.87
40 Meranti merah Dipterocarpaceae 35 140 3 30 90 21.80 14.39 0.83
41 Meranti merah Dipterocarpaceae 35 150 27 48 110 24.93 17.31 1.00
42 Meranti merah Dipterocarpaceae 36 134 -20 0 90 32.30 23.50 1.43
43 Keruing Dipterocarpaceae 37 148 -14 7 100 32.36 23.21 1.50
92

Dbh
No Nama jenis Kelompok jenis (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt(m) Tbc (m) Va(m³)
44 Meranti merah Dipterocarpaceae 37 138 -14 7 92 30.45 21.69 1.40
45 Meranti merah Dipterocarpaceae 39 145 -8 16 104 27.00 20.17 1.44
46 Bunyau Dipterocarpaceae 41 124 -16 3 74 30.97 20.45 1.62
47 Meranti batu Dipterocarpaceae 43 110 -35 -15 62 30.50 20.90 1.82
48 Buan Dipterocarpaceae 44 110 -14 6 58 26.30 15.90 1.45
49 Meranti merah Dipterocarpaceae 45 132 -13 7 96 30.50 23.30 2.22
50 Meranti merah Dipterocarpaceae 46 142 -15 7 88 30.05 20.23 2.02
51 Bunyau Dipterocarpaceae 48 95 -16 0 50 29.25 18.00 1.95

52 Meranti putih Dipterocarpaceae 50 137 -2 16 89 32.39 21.72 2.49


53 Meranti batu Dipterocarpaceae 54 140 -13 8 91 30.64 21.31 2.91

54 Keruing Dipterocarpaceae 58 137 -10 8 80 34.17 21.50 4.21

55 Meranti merah Dipterocarpaceae 59 130 -6 10 82 35.50 23.50 3.78

56 Meranti kuning Dipterocarpaceae 60.5 127 2 16 78 37.21 23.21 4.80

57 Meranti batu Dipterocarpaceae 63 139 1 18 92 33.97 22.91 3.99

58 Meranti merah Dipterocarpaceae 65 120 -12 3 89 36.70 28.43 5.99

59 Keruing Dipterocarpaceae 71 146 1 15 96 42.93 28.64 6.98

60 Kapur Dipterocarpaceae 71.5 120 -35 -19 73 40.25 28.50 6.37

61 Meranti kuning Dipterocarpaceae 76 129 -15 1 90 37.50 27.75 9.00

62 Nyatoh Dipterocarpaceae 78 138 -8 12 102 30.70 23.50 7.59

63 Meranti putih Dipterocarpaceae 82 138 -15 1 72 39.75 23.25 10.10

64 Keruing Dipterocarpaceae 98 129 0 13 92 41.19 29.81 17.21

65 Meranti merah Dipterocarpaceae 106 150 1 15 91 44.07 27.21 16.10

66 Meranti putih Dipterocarpaceae 120 149 -14 1 76 44.97 25.50 17.51


93

Lampiran 11 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk


tahap pemodelan

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³)
1 Mendarahan Rimba Campuran 10 65 -3 17 50 15.10 12.10 0.06
2 Simpur Rimba Campuran 10 58 -12 10 40 14.23 10.95 0.05
3 Banitan Rimba Campuran 11 72 -2 19 44 15.60 10.26 0.06
4 Penyalin Rimba Campuran 11 74 -10 9 48 19.18 13.71 0.08
5 Tanam haloq Rimba Campuran 11 90 7 27 63 18.10 12.70 0.07
6 Mendarahan Rimba Campuran 12 46 -14 5 30 14.13 10.76 0.07
7 Bintangur Rimba Campuran 13 75 -2 15 50 19.62 13.74 0.11
8 Jenging Rimba Campuran 13 82 -9 10 46 20.66 13.08 0.10
9 Laban Rimba Campuran 13 58 -30 -10 18 19.10 11.10 0.09
10 Terentang Rimba Campuran 13 74 -12 7 44 19.61 13.29 0.11
11 Ubar gunung Rimba Campuran 14 105 -10 16 65 19.19 13.04 0.12
12 Ubar gunung Rimba Campuran 14.5 65 -4 8 45 24.50 17.83 0.18
13 Kayu Halap Rimba Campuran 15.5 72 -3 17 30 16.50 8.10 0.09
14 Mendarahan Rimba Campuran 15.5 65 -15 2 40 20.32 14.44 0.16
15 Bintangur Rimba Campuran 16 102 -14 12 57 19.35 12.42 0.15
16 Kayu sendok Rimba Campuran 16 90 -5 12 55 23.85 15.62 0.19
17 Ubar gunung Rimba Campuran 16 134 -14 15 86 21.91 15.29 0.18
18 Kayu Halap Rimba Campuran 16.5 86 0 20 55 18.70 12.50 0.16
19 Kelumpai Rimba Campuran 17 96 -30 -9 56 25.50 17.88 0.24
20 Mendarahan Rimba Campuran 17 120 8 32 76 20.17 12.83 0.17
21 Mendarahan Rimba Campuran 18 90 -13 10 42 19.41 11.07 0.17
22 Mendarahan Rimba Campuran 18 102 -12 8 72 24.30 18.30 0.28
23 Mendarahan Rimba Campuran 18.5 72 -3 16 35 17.29 9.50 0.15
24 Rambutan hutan Rimba Campuran 18.5 102 -15 8 70 21.85 16.28 0.26
25 Banitan Rimba Campuran 19 110 -13 7 60 26.10 16.10 0.27
26 Banitan Rimba Campuran 19 126 12 34 88 22.23 15.32 0.26
27 Melahak Rimba Campuran 19 86 5 24 49 18.55 10.76 0.18
28 Mesak Rimba Campuran 19 78 -25 -6 42 23.18 15.61 0.27
29 Kayu Halap Rimba Campuran 20.5 112 11 33 92 19.86 16.23 0.32
30 Ubar gunung Rimba Campuran 20.5 96 -28 -8 42 26.30 15.50 0.31
31 Kayu sendok Rimba Campuran 21 90 -9 10 60 22.34 16.03 0.33
32 Mendarahan Rimba Campuran 21 98 -6 14 64 22.30 15.50 0.32
33 Ubar gunung Rimba Campuran 21 94 -27 -5 50 23.50 15.50 0.32
34 Karet hutan Rimba Campuran 22 120 -2 18 84 25.90 18.70 0.43
35 Kumpang Rimba Campuran 22 106 -4 16 61 23.50 14.50 0.33
36 Rengas Rimba Campuran 22 70 -34 -12 31 20.41 13.32 0.30
37 Ubar gunung Rimba Campuran 22 114 4 25 62 22.45 12.55 0.29
38 Ubar gunung Rimba Campuran 22 98 -18 7 50 20.06 12.38 0.28
39 Tengkawang Rimba Campuran 23 140 -18 15 113 20.65 17.38 0.43
40 Melahak Rimba Campuran 24 68 -30 -10 42 21.10 15.90 0.43
41 Ubar gunung Rimba Campuran 24 104 -6 15 50 22.45 12.17 0.33
42 Banitan Rimba Campuran 24.5 116 -5 15 82 25.70 18.90 0.53
43 Mendarahan Rimba Campuran 24.5 110 -6 14 67 24.70 16.10 0.46
44 Mesak Rimba Campuran 25 96 -4 17 63 20.55 14.26 0.42
45 Penyalin Rimba Campuran 26 106 -2 16 79 25.50 19.50 0.62
94

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³)
46 Sebukau Rimba Campuran 26 100 6 21 70 26.57 18.57 0.59
47 Mendarahan Rimba Campuran 26.5 115 -12 5 70 31.38 20.79 0.69
48 Bintangur Rimba Campuran 27 85 -2 13 50 24.70 15.37 0.53
49 Jabon Rimba Campuran 27 134 7 28 96 25.69 18.45 0.63
50 Kerupuk Rimba Campuran 27 100 -25 -5 56 26.50 17.70 0.61
51 Ubar gunung Rimba Campuran 27 106 -30 -9 69 27.40 20.36 0.70
52 Keranji Rimba Campuran 28 130 5 25 80 26.50 16.50 0.61
53 Tebuluk Rimba Campuran 28 95 -5 11 50 26.50 15.25 0.56
54 Terap Rimba Campuran 28 123 9 25 95 30.00 23.00 0.85
55 Terap Rimba Campuran 28.5 90 -33 -13 60 26.10 20.10 0.77
56 Kerupuk Rimba Campuran 29 148 11 33 102 26.41 18.05 0.71
57 Ubar gunung Rimba Campuran 29 142 -15 17 100 21.13 15.88 0.63
58 Ubar gunung Rimba Campuran 29 124 10 30 92 24.30 17.90 0.71
59 Mendarahan Rimba Campuran 30 146 2 22 94 30.30 19.90 0.84
60 Terap Rimba Campuran 30 136 14 36 98 23.68 16.77 0.71
61 Jabon Rimba Campuran 31 134 -31 -11 80 34.50 23.70 1.07
62 Keranji Rimba Campuran 32 136 7 28 90 26.07 17.31 0.83
63 Resak Rimba Campuran 32 150 -18 12 75 23.90 13.90 0.67
64 Kerupuk Rimba Campuran 33 135 -12 10 70 28.23 16.41 0.84
65 Kerupuk Rimba Campuran 33 110 -2 17 61 25.08 14.76 0.76
66 Mahang Rimba Campuran 33 140 0 21 98 28.17 20.17 1.03
67 Bayur Rimba Campuran 34 106 -44 -23 70 30.07 23.21 1.26
68 Bintangur Rimba Campuran 34 126 -10 10 72 28.70 17.90 0.97
69 Mendarahan Rimba Campuran 34 142 5 25 72 28.90 14.90 0.81
70 Mendarahan Rimba Campuran 34 132 -6 14 86 29.10 19.90 1.08
71 Terap Rimba Campuran 34.5 110 -15 7 67 24.23 16.41 0.92
72 Mahang Rimba Campuran 35 132 -15 5 88 30.90 22.10 1.28
73 Penyalin Rimba Campuran 35.5 132 2 23 90 26.26 18.26 1.08
74 Tengkawang Rimba Campuran 36 136 13 33 100 26.10 18.90 1.15
75 Mahang Rimba Campuran 37 148 10 31 106 27.79 19.79 1.28
76 Melahak Rimba Campuran 37 140 17 36 100 27.39 18.97 1.22
77 Kerupuk Rimba Campuran 38 138 -10 10 62 31.10 15.90 1.08
78 Penyalin Rimba Campuran 38 108 -5 17 70 22.05 15.14 1.03
79 Ubar gunung Rimba Campuran 38 142 -17 3 84 33.30 21.70 1.48
80 Bintangur Rimba Campuran 38.5 100 -40 -20 51 29.50 19.70 1.38
81 Jabon Rimba Campuran 39 146 5 26 100 28.36 19.60 1.40
82 Jabon Rimba Campuran 40 150 6 27 94 28.93 18.26 1.38
83 Rambutan hutan Rimba Campuran 40.5 98 -20 1 52 23.98 15.21 1.18
84 Kerupuk Rimba Campuran 41 146 -4 17 112 30.07 23.60 1.87
85 Mesap Rimba Campuran 41 123 -2 20 80 24.23 16.41 1.30
86 Bintangur Rimba Campuran 43 144 0 19 80 31.82 18.34 1.60
87 Karet hutan Rimba Campuran 43 144 3 20 82 34.68 20.09 1.75
88 Jabon Rimba Campuran 43.5 90 -7 8 66 27.37 20.97 1.87
89 Melahak Rimba Campuran 44 122 -4 14 78 29.50 19.72 1.80
90 Ubar gunung Rimba Campuran 44 128 -25 -4 55 30.64 16.74 1.53
91 Melahak Rimba Campuran 45 136 -26 -6 84 33.90 23.50 2.24
92 Mesak Rimba Campuran 45 115 -9 10 72 27.61 18.55 1.77
93 Jabon Rimba Campuran 46 112 -5 17 78 22.77 16.59 1.65
94 Mahang Rimba Campuran 46 134 -35 -13 69 32.23 20.41 2.03
95

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (Cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³)
95 Mahang Rimba Campuran 47 146 12 33 92 27.02 16.74 1.74
96 Mahang Rimba Campuran 47 148 5 25 98 30.10 20.10 2.09
97 Melahak Rimba Campuran 48 128 -26 -2 60 27.17 15.83 1.72
98 Melahak Rimba Campuran 49 148 8 28 102 29.50 20.30 2.30
99 Ubar gunung Rimba Campuran 49 142 -9 12 104 30.26 23.02 2.60
100 Ubar gunung Rimba Campuran 50 125 -2 16 60 29.72 15.28 1.79
101 Mendarahan Rimba Campuran 51 125 -4 15 67 28.66 16.45 2.35
102 Melahak Rimba Campuran 52 130 -3 17 72 28.10 16.50 2.20
103 Tebukau Rimba Campuran 52 138 -4 14 85 33.06 21.28 3.00
104 Terap Rimba Campuran 53 119 -7 10 59 31.15 17.03 2.72
105 Keranji Rimba Campuran 54 148 -2 17 109 33.08 24.87 3.37
106 Mesap Rimba Campuran 57.5 141 -5 12 97 35.85 25.50 4.83
107 Mesap Rimba Campuran 58 141 2 18 100 36.25 26.00 4.83
108 Ubar gunung Rimba Campuran 59 145 5 20 91 38.83 24.43 4.16
109 Jabon Rimba Campuran 60 133 -15 3 104 34.39 27.94 4.77
110 Jabon Rimba Campuran 60 133 -10 9 83 31.61 21.08 4.31
111 Kerupuk Rimba Campuran 61 127 -13 8 69 28.17 17.12 3.48
112 Mesap Rimba Campuran 61 140 -5 13 76 33.72 19.50 4.31
113 Jabon Rimba Campuran 62 135 -8 11 109 31.61 26.13 3.87
114 Jabon Rimba Campuran 62 145 -3 18 112 29.69 23.40 4.56
115 Ubar gunung Rimba Campuran 67 148 1 18 107 36.09 26.44 5.92
116 Jinging Rimba Campuran 70 138 -9 10 93 32.45 22.97 5.09
117 Jenging Rimba Campuran 71 127 -5 11 82 34.50 23.25 6.37
118 Kayu sendok Rimba Campuran 72 139 -5 11 83 37.50 23.50 6.85
119 Mesap Rimba Campuran 73 141 -7 11 91 34.39 23.28 5.92
120 Kerupuk Rimba Campuran 77 128 -24 -3 83 30.45 21.88 6.86
121 Ubar gunung Rimba Campuran 77 134 -15 5 99 31.30 24.30 7.85
122 Ubar gunung Rimba Campuran 79 119 -30 -10 85 31.30 24.50 9.24
123 Mesap Rimba Campuran 80 146 -2 16 86 34.39 21.06 7.43
124 Mahang Rimba Campuran 84 139 -5 9 100 42.64 31.50 11.25
125 Mahang Rimba Campuran 85 140 1 18 93 34.21 23.15 7.86
126 Kerupuk Rimba Campuran 86 136 11 27 98 32.75 23.25 8.82
127 Penyalin Rimba Campuran 89 133 -20 -1 89 33.71 24.45 10.88
128 Binuang Rimba Campuran 89.5 132 -34 -15 95 36.45 28.66 13.91
129 Kayu sendok Rimba Campuran 106 133 -15 2 96 36.32 27.62 16.31

Keterangan : No pohon 129 adalah pohon contoh yang termasuk pencilan


96

Lampiran 12 Data pohon contoh kelompok jenis Rimba Campuran untuk


tahap validasi

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³)
1 Kayu Halap Rimba Campuran 10 43 -12 8 32 12.50 10.30 0.05
2 Ubar gunung Rimba Campuran 10 92 -2 19 55 19.40 12.36 0.06
3 Rengas Rimba Campuran 11 50 -15 5 27 14.50 9.90 0.06
4 Rengas Rimba Campuran 12.5 82 -4 16 34 18.70 9.10 0.07
5 Karet hutan Rimba Campuran 13 96 4 23 57 20.87 12.66 0.10
6 Terap Rimba Campuran 14 96 -3 13 52 26.25 15.25 0.14
7 Tengkawang Rimba Campuran 15 45 -25 -14 25 26.95 19.68 0.21
8 Banitan Rimba Campuran 16 92 -13 8 50 21.50 13.50 0.16
9 Mendarahan Rimba Campuran 16 140 11 37 96 21.35 14.58 0.18
10 Banitan Rimba Campuran 17 102 -1 19 68 22.10 15.30 0.21
11 Kayu sendok Rimba Campuran 17.5 90 -10 12 50 19.68 12.41 0.18
12 Ubar gunung Rimba Campuran 18 84 -15 5 43 21.30 13.10 0.20
13 Ubar gunung Rimba Campuran 18.5 110 -6 14 55 24.70 13.70 0.22
14 Melahak Rimba Campuran 19 120 -6 14 84 26.70 19.50 0.33
15 Tengkawang Rimba Campuran 20 112 -12 9 70 25.12 17.12 0.32
16 Kayu Halap Rimba Campuran 21 98 -2 19 56 20.55 12.55 0.26
17 Mesak Rimba Campuran 21 132 -1 20 86 26.83 18.07 0.38
18 Keramo Rimba Campuran 22 80 4 16 45 26.83 15.17 0.35
19 Terap Rimba Campuran 22 128 4 27 88 23.07 16.11 0.37
20 Ubar gunung Rimba Campuran 22 102 -19 2 57 24.55 15.98 0.36
21 Rambutan hutan Rimba Campuran 24 112 -2 18 59 24.30 13.70 0.37
22 Terap Rimba Campuran 25 130 -7 14 80 27.60 18.07 0.53
23 Ubar gunung Rimba Campuran 26 98 -9 12 58 21.88 14.26 0.45
24 Jabon Rimba Campuran 27 136 5 29 100 23.33 17.33 0.60
25 Rengas Rimba Campuran 27 120 -26 -7 35 32.24 14.34 0.49
26 Melahak Rimba Campuran 28 98 -2 19 54 20.55 12.17 0.45
27 Terap Rimba Campuran 28 100 -9 12 70 22.26 16.55 0.61
28 Tanam haloq Rimba Campuran 29 116 -5 17 80 23.50 16.95 0.67
29 Ubar gunung Rimba Campuran 29 138 2 22 98 28.70 20.70 0.82
30 Mendarahan Rimba Campuran 30 122 -14 9 78 25.15 17.50 0.74
31 Mahang Rimba Campuran 31.5 146 10 32 108 26.23 19.32 0.90
32 Keranji Rimba Campuran 33 118 0 21 86 23.98 17.88 0.92
33 Mahang Rimba Campuran 33 148 10 31 112 27.79 20.93 1.07
34 Karet hutan Rimba Campuran 33.5 142 1 22 102 28.36 20.74 1.10
35 Kerupuk Rimba Campuran 34 140 -12 17 84 22.47 14.74 0.80
36 Terap Rimba Campuran 34.5 80 -34 -11 55 21.33 16.98 0.95
37 Mahang Rimba Campuran 37 150 12 34 96 26.59 16.77 1.08
38 Kerupuk Rimba Campuran 38 136 -15 9 65 26.67 14.83 1.01
39 Tengkawang Rimba Campuran 38 140 -28 -7 96 33.50 25.12 1.71
40 Karet hutan Rimba Campuran 38.5 134 3 22 92 29.08 20.24 1.41
41 Ubar gunung Rimba Campuran 39 120 -11 9 82 27.70 20.10 1.44
42 Binuang Rimba Campuran 40 98 -35 -13 50 25.68 16.95 1.28
43 Jenging Rimba Campuran 41 110 -20 1 45 26.26 13.88 1.10
44 Binuang Rimba Campuran 42 150 -12 10 114 30.95 24.41 2.03
45 Banitan Rimba Campuran 43.5 132 -10 10 88 29.90 21.10 1.88
97

No Nama jenis Kelompok jenis Dbh (cm) Ht (%) Hb (%) Hp (%) Hcp (%) Tt (m) Tbc (m) Va (m³)
46 Kerupuk Rimba Campuran 45 126 -26 -5 82 30.45 22.07 2.11
47 Bayur Rimba Campuran 46 92 -34 -12 58 24.41 18.23 1.82
48 Kerupuk Rimba Campuran 47 144 -24 -2 98 32.05 23.68 2.46
49 Mahang Rimba Campuran 48 144 2 23 94 28.55 19.02 2.06
50 Mahang Rimba Campuran 48.5 148 0 20 120 31.10 25.50 2.83

51 Jabon Rimba Campuran 52 148 1 20 102 32.45 22.76 3.34

52 Mendarahan Rimba Campuran 52.5 129 -2 17 73 29.08 17.29 2.01

53 Mahang Rimba Campuran 55 127 3 24 68 25.12 13.88 2.40

54 Terap Rimba Campuran 59 132 1 18 72 32.32 18.21 3.60

55 Keranji Rimba Campuran 60 125 -5 12 78 32.09 21.03 4.52

56 Ubar gunung Rimba Campuran 61.5 133 -2 17 58 29.92 14.13 2.53

57 Ubar gunung Rimba Campuran 65 142 -2 16 92 33.50 22.39 3.67

58 Ubar gunung Rimba Campuran 71 128 -5 12 83 32.79 22.21 5.78

59 Penyalin Rimba Campuran 73 147 11 30 112 30.13 22.76 7.84

60 Penyalin Rimba Campuran 77 130 -32 -11 80 32.36 22.83 7.63

61 Melahak Rimba Campuran 85 140 1 18 93 34.21 23.15 7.86

62 Keranji Rimba Campuran 88 142 -10 8 106 35.28 27.28 12.26

63 Jabon Rimba Campuran 92 147 -28 -8 90 36.50 25.10 9.93

Anda mungkin juga menyukai