Anda di halaman 1dari 89

SKRIPSI

PEMETAAN HUTAN RIPARIAN SUNGAI


PAGER KECAMATAN RAKUMPIT
KOTA PALANGKA RAYA

RODI
CCA 113 064

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2018
Pemetaan Hutan Riparian Sungai Pager Kecamatan
Rakumpit Kota Palangka Raya

RODI
CCA 113 064

Skripsi ini merupakan salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Jurusan Kehutanan

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2018
RINGKASAN

Rodi. NIM CCA 113 064. Pemetaan Hutan Riparian Sungai Pager
Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya. Dibawah bimbingan Santosa Yulianto
dan H. Setiarno.

Kawasan hutan merupakan suatu kawasan dengan berbagai karakteristik


yang khas yaitu mempunyai pontensi flora dan fauna yang beranekaragam.
Seperti halnya juga vegetasi riparian yang terdapat di Kelurahan Pager Kecamatan
Rakumpit Kota Palangka Raya oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui berapa besar luas hutan riparian.
Penelitian ini bertujuan memetakan sebaran hutan riparian Sungai Pager,
Mengetahui luasan dan karakteristik biofisik hutan riparian Sungai Pager. Objek
yang diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah Luasan Riparian Sungai Pager,
Jenis Tutupan Lahan, Vegetasi Tutupan Lahan (pengukuran tinggi pohon,
diameter pohon, serta pengambilan titik koordinat tempat penelitian) dan
pengukuran kedalaman gambut dan muka air tanah pada riparian Sungai Pager.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di hutan riparian Sungai Pager
ditemukan 28 jenis pohon dan 12 famili. Total keseluruhan luasan riparian Sungai
Pager seluas 8.750,77 ha atau 19,77 % dari luas DAS mikro Pager. Hasil uji
akurasi klasifikasi menujukan 85 % terhadap hutan.

Kata Kunci : Riparian Sungai, Sungai Pager, Vegetasi Riparian


ABSTRACT

Mapping Of River Pager Riparian Forest,


Rakumpit Subdistrict, Palangka Raya City

Rodi

The purpose of this study was to map the distribution, determine the
extend and biophysical characteristics of Pager River riparian forest. The benefit
of this research is to provide information and knowledge to the community of
Pager village and related institutions about riparian in an effort to preserve the
Pager River micro watershed as a protected area.
The method of this research is descriptive that aims to explain or reveal
facts from things that are observed and measured so as to give an idea of the
extend and distribution of riparian forests. While the quantitative analysis method
aims at collecting data, processing data, and the final results of research in the
form of numbers and biophysics. Furthermore, the results of the analysis are
verified using the Global Positioning System (GPS).
Based on the results of overlay analysis, all the determinants of the area
and biophysics of riparian forest in the Pager River border indicate that 28 species
of trees and 12 families were found. Percentage of area and biophysical
characteristics of the distribution of riparian forest density in the Pager River
border <30 m covering 116.51 ha (1.90%) high density 44%, 30-50 m covering
7.788.15 ha (89.00%) with high density 39% and medium density 39% while >50
m with an area of 796.11 ha (9.10%) with a high density of 48% and a medium
density of 48%. The area of riparian forest is 8.750,77 ha or 19.77% of the area of
the Pager watershed. The result of the classification accuracy test show 85% of
the forest. Pager River riparian forest varies, where the condition of the land in the
upper and middle boundaries are peat and peat while in the lower reaches of the
Pager River is mineral land.

Keywords: Riparian forest, Pager River, riparian vegetation.


ABSTRAK

Pemetaan Hutan Riparian Sungai Pager


Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya

Rodi

Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan sebaran, mengetahui luasan


dan karakteristik biofisik hutan riparian Sungai Pager. Manfaat penelitian ini
adalah memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Kelurahan
Pager maupun instansi terkait tentang riparian dalam upaya menjaga kelestarian
DAS mikro Sungai Pager sebagai kawasan lindung.
Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mengungkapkan fakta dari hal-hal yang diamati dan diukur
sehingga memberikan gambaran mengenai luasan dan sebaran hutan riparian.
Sedangkan metode analisis kuantitatif bertujuan untuk pengumpulan data,
pengolahan data, dan hasil akhir dari penelitian dalam bentuk angka dan
biofisiknya. Selanjutnya, hasil analisis diverifikasi menggunakan Global
Positioning Sistem (GPS).
Berdasarkan hasil analisis tumpang susun (overlay) seluruh variabel
penentu luasan dan biofisik hutan riparian di sempadan Sungai Pager menunjukan
bahwa di dalamnya ditemukan 28 jenis pohon dan 12 famili. Persentase luasan
dan karakteristik biofisik sebaran kerapatan hutan riparian di sempadan Sungai
Pager < 30 m seluas 116,51 ha (1,90%) kerapatan tinggi 44%, 30-50 m seluas
7.788,15 ha (89,00%) dengan kerapatan tinggi 39% dan kerapatan sedang 39%
sedangkan >50 m seluas 796,11 ha (9,10%) dengan kerapatan tinggi 48% dan
kerapatan sedang 48%. Luas hutan riparian 8.750,77 ha atau 19,77% dari luas
DAS Pager. Hasil uji akurasi klasifikasi menunjukkan 85% terhadap hutan. Hutan
riparian Sungai Pager bervariasi, dimana kondisi lahan di sempadan bagian hulu
dan tengah adalah termasuk gambut dan bergambut, sedangkan di bagian hilir
Sungai Pager merupakan lahan mineral.

Kata kunci : Hutan riparian, Sungai Pager, Vegetasi riparian


i
ii
RIWAYAT HIDUP

Rodi, lahir pada tanggal 09 Agustus 1994 di Tumbang


Malahoi Kecamatan Rungan Kabupaten Gunung Mas
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan anak ke-1 dari 2
bersaudara yang lahir dari pasangan Bpk Acai dan Ibu
Rusenae. Penulis memulai jenjang formal dari Sekolah
Dasar Negeri 1 Tumbang Malahoi pada tahun 2002, dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rungan
Tumbang Malahoi, lulus pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Kurun, Kabupaten Gunung Mas pada tahun 2010 dan
lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis meneruskan ke Perguruan Tinggi
Negeri dan diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya melalui jalur UMB-PTN.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah
mengikuti kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru (OMBA), di Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya, Kegiatan Pengakraban dan Pengukuhan Mahasiswa
Sylva (KP2MS), di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka
Raya. Kegiatan Akademik dan praktik yang pernah diikuti selama menjadi
mahasiswa adalah Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (K2NM) di Kelurahan Petuk
Bukit Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya, Kelompok A45 periode I Tahun
2017, yang diselenggarakan pada tanggal 11 April s/d 11 Mei 2017, dan Praktek
Kerja Lapangan (PKL/MAGANG) di perusahaan IUPHHK-HTI PT. Korintiga
Hutani yang berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Lamandau
Provinsi Kalimatan Tengah selama 1 bulan yang dimulai dari tanggal 11 Mei
2018 sampai 11 Juni 2018.
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Serjana Kehutanan pada Jurusan
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya, maka pada tahun 2018
penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pemetaan Hutan Riparian Sungai
Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya” di bawah bimbingan Bapak
Santosa Yulianto,S.Hut.,M.Sc dan Bapak Ir. H. Setiarno, M.P.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka
mendapatkan Gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Palangka
Raya tepat pada waktunya.
Judul dalam penyusunan skripsi ini adalah”Pemetaan Hutan Riparian
Sungai Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya”.
Penulis menyadari akan kemungkinan kesalahan baik dalam segi penulisan
maupun dari segi penjelasan isi dari skripsi ini. Segala upaya telah dilakukan demi
tersusunnya skripsi ini namun mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka
penyusunan skripsi ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis dengan kerendahan hati menyadari adanya akan kekurangan pada
penulisan laporan akhir penelitian ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini,
walaupun disajikan dalam bentuk yang sederhana namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Palangka Raya, November 2018


Penulis

Rodi
CCA 113 064

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penelitian hingga akhir penulisan skrisi ini, penulis sadar bahwa
karya ini terselesaikan karena adanya bantuan, dorongan, dan semangat yang
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada seluruh kalangan yang telah memberikan motivasi, saran, bantuan
dan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak Santosa Yulianto, S.Hut., M.Sc selaku Dosen Pembimbing I skripsi.
2. Bapak Ir. H. Setiarno, M.P selaku Dosen Pembimbing II skripsi.
3. Bapak Ir. Bismart Ferry Ibie., M.Si selaku Dosen Penguji I skripsi.
4. Bapak Yusuf Aguswan, S.Hut., M.Sc selaku Dosen Penguji II skripsi.
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Palangka Raya serta
jajarannya yang telah memberi izin untuk dilakukannya penelitian di wilayah
Kota Palangka Raya.
6. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya serta jajarannya
yang telah memberikan informasi serta data untuk penyelesaian skripsi.
7. Lurah Kelurahan Pager menyambut baik mahasiswa yang melakukan
penelitian di wilayahnya.
8. Bapak Ir. Cakra Birawa, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya yang telah memberikan izin penelitian hingga penyelesaian
skripsi ini.
9. Ibu Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P selaku Ketua Jurusan Kehutanan
dan seluruh Dosen berserta Staf tenaga kependidikan di Jurusan Kehutanan
Fakultas Prtanian Universitas Palangka Raya.
10. Ibu Ir.Sarinah, M.P selaku Dosen Pembimbing Akademik.
10. Kedua orang tuaku, keluarga besar, atas Do’a dan segala dorongan moril dan
materil yang tak terhingga nilainya.
11. Irwan Aditya, M. Ronda Mantra, Sandri Wittu, Tri Berti, Ebby Oktavianus
Tarigan yang telah membantu selama melaksanakan penelitian.

v
12. Bapak Harta yang berkenan membantu menyediakan alat tranportasi seperti
perahu serta menjadi perintis jalan dan menjadi pengenal jenis vegetasi
selama pelaksanaan penelitian.
13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2013 yang telah memberi saran,
masukan, dan motifasi dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas motivasi dan bantuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Penulis telah berupaya untuk menyelesaikan skripsi ini, tetapi tentu masih
terdapat beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki. Untuk itulah,
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.

Palangka Raya, November 2018

Penulis

Rodi
CCA 113 064

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGATAR ........................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Ekosistem Riparian .............................................................................. 3
2.2 Vegetasi Riparian................................................................................. 3
2.3 Karakteristik dan Fungsi ...................................................................... 5
2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................... 6
2.5 Klasifikasi Tutupan Lahan ................................................................... 7
2.6 Landsat- 8 OLI..................................................................................... 8
2.7 DEM SRTM 90 Meter ......................................................................... 10
2.8 Restorasi Citra ..................................................................................... 11
2.8.1 Koreksi Radiometrik ................................................................. 12
2.8.2 Koreksi Geometrik .................................................................... 12
2.9 NDVI (Normalized difference vegetasion index) ................................ 13
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 15
3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 16
3.4 Pengumpulan Data ............................................................................... 17
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 18
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 23
4.1 Letak, Luas dan Topografi ................................................................... 23
4.2 Iklim ..................................................................................................... 23

vii
Halaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24


5.1 Batas DAS Mikro ................................................................................ 24
5.2 Indek Sinuositas ................................................................................... 28
5.3 Tipe Penutup Lahan ............................................................................. 28
5.3.1 Pengolahan Data Citra Landsat 8 OLI ....................................... 28
a) Restorasi Citra ....................................................................... 28
b) Klasifikasi Penutup Lahan .................................................... 30
5.3.2 Titik Koordinat .......................................................................... 33
5.3.3 Akurasi Klasifikasi Penutup Lahan ........................................... 33
5.4 Kerapatan Vegetasi DAS Mikro Pager ................................................ 34
5.5 Bufeer Sempadan Sungai ..................................................................... 36
5.6 Hutan Riparian Sungai Pager............................................................... 38
5.6.1 Komponen Utama Hutan Riparian ............................................ 38
5.6.2 Kedalaman Gambut dan Muka Air Tanah ................................. 38
5.6.3 Kemiringan Lereng Riparian Sungai Pager ............................... 39
5.6.4 Jenis dan LBD Hutan Riparian Sungai Pager ............................ 42
5.6.5 Riparian Sungai Pager Bagian Hulu .......................................... 45
5.6.6 Riparian Sungai Bagian Tengah ................................................ 48
5.6.7 Riparian Sungai Bagian Hilir .................................................... 51
5.7 Kerapatan Hutan Riparian Sungai Pager ............................................. 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 62
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 62
6.2 Saran ............................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar Lebar Riparian atau Sampadan Sungai di Indonesia ............... 4


Tabel 2. Hasil Kajian Lebar Riparian Sungai Tidak Bertanggul ........................ 4
Tabel 3. Kriteria Sungai Berdasarkan Pengelolaan Kawasan Lindung .............. 5
Tabel 4. Kelas Tutupan Menurut Lahan SNI 7645-2014 .................................... 7
Tabel 5. Sensor Operational Land Imager (Sensor OLI) ................................... 9
Tabel 6. Spesipikasi Sensor SRTM..................................................................... 11
Tabel 7. Pembagian Objek Berdasarkan Nilai NDVI ......................................... 13
Tabel 8. Alat Penelitian ....................................................................................... 16
Tabel 9. Data Utama Peneitiaan .......................................................................... 17
Tabel 10. Kelas Kemiringan Lereng Daerah Penelitian...................................... 26
Tabel 11. Luas dan Persentase Kelas Tutupan Lahan DAS Mikro Pager ........... 32
Tabel 12. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Riparian Sungai Pager ............ 33
Tabel 13. Maktrik Kesalahan Klasifikasi (Confusion Matrix) dan
Akurasi Klasifikasi ............................................................................ 34
Tabel 14. Kerapatan NDVI di Pager, Kecamatan Rakumpit
Kota Palngka Raya ............................................................................. 34
Tabel 15. Vegetasi Penutup Lahan/Penutup DAS Mikro Pager
Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya ...................................... 38
Tabel 16. Kedalaman Gambut/Mineral Padat Lainnya dan Kedalaman
Muka Air Tanah Lokasi Penelitian ..................................................... 39
Tabel 17. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Sungai Pager ................................. 42
Tabel 18. Karakteristik Tutupan Lahan Kelurahan Pager Tahun 2018 Citra
Landsat 8 OLI Komposit Band 654 .................................................... 44
Tabel 19. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hulu di Segmen
Kiri Sungai Pager ............................................................................... 45
Tabel 20. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hulu di Segmen
Kanan Sungai Pager ........................................................................... 45
Tabel 21. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Tengah di Segmen
Kanan Sungai Pager ........................................................................... 48

ix
Halaman

Tabel 22. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Tengah di


Segmen Kiri Sungai Pager .................................................................. 48
Tabel 23. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hilir di Segmen Kiri
Sungai Pager ....................................................................................... 51
Tabel 24. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hilir di Segmen
Kanan Sungai Pager ............................................................................ 51

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Geometri SAR (Bamler, 1999 dalam Nugraha, 2012) ...................... 10


Gambar 2. Lokasi Penelitian ............................................................................... 15
Gambar 3. Desain Contoh Penelitiaan pada Kelompok Piksel Murni ................ 17
Gambar 4. Cuplikan Citra Landsat 8 OLI Komposit Band 654 pada Tanggal
14 Maret 2016 ................................................................................... 18
Gambar 5. Perhitungan Nilai Sinuositas Sungai Morisawa (1985) ;
Ghosh dan Mistri (2012) dalam Noviandi (2016)............................. 21
Gambar 6. Diagram Alur Penelitiaan .................................................................. 22
Gambar 7. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro Sungai Pager .............. 25
Gambar 8. Peta Kelerengan Kelurahan Pager…………………………………. 27
Gambar 9. Nilai Digital Sebelum Kalibrasi (A) dan Sesudah Kalibrasi (B)
Setiap Saluran Citra Landsat 8 OLI Tahun 2018…………………. 29
Gambar 10. Peta Tutupan Lahan Kelurahan…………………………………… 31
Gambar 11. Persentase Penutup Lahan Wilayah Penelitian Tahun 2018……… 32
Gambar 12. Peta Distribusii Kerapatan Vegetasi DAS Pager………………….. 35
Gambar 13. Peta Buffer Sempadan Sungai Pager ................................................ 37
Gambar 14. Peta Kemiringan Lereng Riparian di Sempadan Sungai Pager…… 40
Gambar 15. Persentase Jenis Pohon di Hulu, Tengah dan Hilir Sungai Pager… 43
Gambar 16. Total LBD dan Rata-rata LBD di Hulu, Tengah dan Hilir
Sngai Pager .................................................................................... 43
Gambar 17. Persentase Jenis Pohon Hutan Riparian di Bagian Hulu Kanan
dan Kiri Sungai Pager .................................................................... 46
Gambar 18 Total LBD dan Rata-rata LBD Bagian Hulu di Segmen Kanan
dan Kiri Sungai Pager ...................................................................... 46
Gambar 19. Riparian Hulu Sungai Pager Bagian Kiri (A) dan Riparian Hulu
Sungai Pager Bagian Kanan (B)...................................................... 47
Gambar 20. Bekas Aktivitas Tambang Emas Bagian Kiri Hulu (A)
dan Bagian Kanan (B) ..................................................................... 47
Gambar 21. Persentase Jenis-jenis Pohon Riparian di Bagian Tengah Kanan
dan Kiri Sungai Pager .................................................................... 49

xi
Halaman

Gambar 22. Total LBD dan Rata-rata LBD Pohon di Bagian Tengah Hutan
Riparian Sungai Pager…………………………………………... 49
Gambar 23. Riparian Tengah pada Bagian Kiri (A) dan Bagian Kanan (B)...... 50
Gambar 24. Eks Pertambangan Emas Bagian Tengah Kiri (A)
dan Bagian Tengah Kanan (B)…………………………………… 50
Gambar 25. Persentase Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian di Hilir pada
Segmen Knan dan Kiri Sungai Pager…………………………… 52
Gambar 26. Total LBD dan Rata-rata LBD di Bagian Hilir Sungai Pager
pada Segmen Kanan dan Kiri…………………………………… 52
Gambar 27. Riparian Sungai Bagian Hilir Kanan (A) dan Bagian Kiri (B)….. 53
Gambar 28. Pemamfaatan Sebagian Riparian Hilir Sungai Bagian Kiri
Terbangun Siring Penahan Jembatan (A) dan Bagian
Kanan Terbangun Pemukiman (B)……………………………….. 53
Gambar 29. Peta Kelas Kerapatan Hutan Riparian di Sempadan
Sungai Pager (NDVI)……………………………………………. 55
Gambar 30. Persentase Kerapatan Hutan Riparian Sungai Pager ....................... 56
Gambar 31. Peta Distribusi Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager ............ 57
Gambar 32. Jumlah Persentase Hutan Riparian di Setiap Segmen ..................... 58
Gambar 33. Luas Riparian, Luas Keseluruhan DAS Mikro dan Total
Peserntase Hutan Riparin ............................................................... 59
Gambar 34. Luasan Kerapatan Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager ...... 59
Gambar 35. Peta Kerapatan Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager ........... 61

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Sampai di Ujian Skripsi ..................................... 65


Lampiran 2. Jenis-jenis Pohon, Diameter, TBC, TTP, LBD di Kiri (A)
dan Kanan (B) Sungai Pager pada Lokasi Penelitian .................... 66

xiii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai Pager merupakan anak Sungai Rungan yang memiliki panjang
22,04 kilometer, sungainya berada di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota
Palangka Raya. DAS Pager tersebut adalah DAS mikro Rungan sedangkan Sungai
Rungan Sub DAS Kahayan. Pengaruh batas sub DAS mikro Rungan sebagai
pengontrol DAS Pager sangatlah penting untuk diketahui, DAS Pager sangat
terpengaruh oleh DAS mikro Rungan, jika DAS mikro Rungan airnya naik
diakibatkan hujan maka DAS Pager juga terpengaruh sehingga airnya dapat
mencapai permukaan tanah.
Riparian Sungai Pager di bagian hulu relatif baik sedangkan di tengah
dan hilir Sungai Pager mengalami kerusakan akibat aktivitas masyarakat yang
berlebihan, hal tersebut yang membuat bagian tengah dan hilir Sungai Pager
menjadi mudah tergenang disaat musim hujan
Riparian sungai sangat bermanfaat bagi masyarakat Pager jika
dimanfaatkan dengan baik dan tidak dirusak. Riparian sungai memiliki fungsi
ekologis sebagai resapan air dan tampungan air. Hal ini diartikan sebagai kawasan
sempadan sungai. Riparian sungai berfungsi antara lain: sumber air, habitat
vegetasi dan satwa Stevaux et al, (2013) dalam Noviandi (2016).
Metode pengindraan jauh dapat mengetahui luasan dan sebaran hutan
riparian di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya. Selain itu,
untuk mengetahui perubahan tutupan lahan di kawasan sungai maupun sepanjang
Sungai Pager. Peranan pengindraan jauh dalam pemetaan kawasan hutan riparian
adalah sebagai alat monitoring untuk mengetahui luasan dan sebaran kawasan
hutan riparian sungai Pager. Data yang berkaitan dengan wilayah penelitian
digunakan sebagai salah satu bahan verifikasi dalam penyusunan peta zona
tutupan lahan akan dicocokan dengan data hasil dari survei lapangan.
Penginderaan jauh juga menghasilkan citra perekaman lokasi di suatu wilayah.
Data ini digunakan dalam penyusunan luasan dan sebaran riparian di suatu
wilayah. Sampai saat ini masalah pengelolaan hutan di Indonesia merupakan suatu
2

hal yang kompleks dan rumit. Karena dalam kegiatan pengelolaan hutan
diperlukan suatu survei yang berulang-ulang, yang pada kenyataannya tidak dapat
dilaksanakan secara rutin dan konvensional. Hal tersebut disebabkan survei
lapangan dan survei udara membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang
lama, khusunya untuk kawasan hutan dengan luasan yang besar serta keadaan
medan yang sulit dan tidak mudah untuk dijangkau Sutanto (1994) dalam
Admanto (2013).
Hal tersebut menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pemetaan Hutan Riparian Sungai Pager Kecamatan
Rakumpit Kota Palangka Raya.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memetakan sebaran hutan riparian Sungai Pager.
2. Mengetahui karakteristik biofisik hutan riparian Sungai Pager.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan
informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Kelurahan Pager maupun instansi
terkait tentang riparian dalam upaya menjaga kelestarian DAS Pager sebagai
kawasan lindung.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Riparian


Mitsch (1993) dalam Siahaan (2012), mendefinisikan ekosistem riparian
adalah daratan yang berada di dekat sungai atau badan air lainnya yang tidak
secara periodik dipengaruhi oleh banjir. Ekosistem riparian ditentukan di mana
ada sungai yang pada saat tertentu dapat menyebabkan banjir luapan melampaui
badan/saluran sungai. Riparian dapat berupa lembah aluvial yang besar dengan
lebar puluhan kilometer di daerah basah atau vegetasi tepian sungai dengan lebar
sempit di daerah kering.

2.2 Vegetasi Riparian


Vegetasi riparian sungai dapat dibedakan menjadi vegetasi pendek,
sedang, dan tinggi. Contoh vegetasi pendek misalnya talas, vegetasi sedang
misalnya alang-alang dan vegetasi tinggi misalnya pepohonan (Maryono, 2002).
Pencegah banjir perlu dilakukan dengan cara yaitu vegetasi riparian
dikembalikan fungsinya seperti semula. Penegakkan peraturan pemerintah
mengenai lebar riparian minimal yang difungsikan secara ekologis (daerah hijau,
bebas pemukiman atau bangunan apapun) dari tepi sungai hurus diterapka.
Peraturan tersebut yaitu : 1.) Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 28 Tahun 2015, 2.) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Standar Sempadan Sungai ini berpariasi,
tergantung pada tipe sungai, daerah yang dilalui oleh sungai, dan Luas DAS serta
kedalaman sungai tersebut. Tabel standar lebar riparian atau sempadan sungai di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
4

Tabel 1. Standar Lebar Riparian atau Sempadan Sungai di Indonesia


Tipe Sungai Luar wilayah Perkotaan Dalam wilayah perkotaan
Kriteria Lebar Kriteria (m) Lebar
(km²) Riprian (m) Riparian
(m)
Sungai bertanggul (diukur dari - 5 - 3
kaki tanggul sebelah luar)

Sungai tak bertanggul (diutur Sungai besar 100 Kedalaman 30


dari tepi sungai) (luas DAS > > 20
500)
- - Kedalaman 15
3– 20 m

Sungai kecil 50 Kedalaman 10


(luas DAS ≤ <3
500)
Sungai yang terpengaruh - 100 - 100
pasang surut air laut (dari tepi
sungai)
Sumber : PPRI No. 38 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri PUPR No. 28 Tahun 2015

Penentuan tipe sungai masih mengacu pada Permen PU Nomor 63


Tahun 1993, yaitu berdasarkan morfologi tanpang melintang sungai yang masih
alami (tidak bertanggul). Pada tipe sungai yang bertanggul, mengacu pada aspek
legal, yaitu KEPRES Nomor 32/1990, PP Nomor 47/1997, Peraturan Menteri PU
Nomor 63 Tahun 1993 dan PPRI Nomor 38 Tahun 2011, Penentuan lebar riparian
sungainya memerlukan kajian tersendiri, karena faktor yang mempengaruhi
luapan airnya berbeda dengan sungai pada umumnya. Hasil kajian lebar riparian
sungai tidak bertanggul dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Kajian Lebar Riparian Sungai Tidak Bertanggul


Tipe Wilayah pedesaan Wilayah urban fringe Wilayah perkotaan
sungai Kriteria Lebar Kriteria Lebar Lebar sungai (L) Lebar
luas DAS riparian luas DAS riparian Tebing sungai riparian
(km²) (m) (km²) (m) (H) (m)
Tidak DAS > 300 100 DAS > 75 L > 15m 50
bertangg 300 H > 15 m
ul 50 < DAS 75 50 < DAS 50 3 < L ≤ 15m 25
≤ 300 ≤ 300 3 < H ≤ 15m
DAS ≤ 50 50 DAS ≤ 50 30 L≤ 3m 10
H ≤3m
Sumber : Noviandi (2016)
5

2.3 Karakteristik dan Fungsi Riparian


Kepres No.32/1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, menyatakan
sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai
buatan/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan fungsi sungai. Lebar sempadan sungai berbeda-beda
tergantung pada lebar sungai dan lokasi sungai. Pasal 16 menetapkan lebar
sempadan sungai luar pemukiman (≥ 100 m), anak sungai besar (≥ 50 m) dan
di daerah permukiman berupa jalan inspeksi (10-15 m). Penentuan tipe sungai
dikuatkan pada Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung. Kriteria kawasan lindung sungai dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.

Tabel 3. Kriteria Sungai Berdasarkan Pengelolaan Kawasan Lindung


Tipe Sungai Luar wilayah Perkotaan Dalam wilayah perkotaan
Kriteria (m) Lebar Kriteria Lebar
Riparian (m) (m) Riparian (m)
Sungai besar di luar 100 Sekurang- - -
pemukiman kurangnya 100

Anak sungai 50 50 10-15 10-15

Sungai di kawasan 10-15 10-15 10-15 10-15


pemukiman
kawasan sekitar 50-100 50-100 50-100 50-100
waduk/danau
Kriteria kawasan sekitar 200 200 200 200
mata air
Sumber : Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990

Pemerintah melalui PP No. 26/2008 tentang rencana tata ruang wilayah


pada Pasal 56 ayat 2 telah menetapkan batas sempadan sungai yang
bertanggul paling sedikit 5 meter dari kaki tanggul sebelah luar. Lebar
sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar permukiman paling sedikit 100
meter dari tepi sungai. Lebar sempadan anak sungai tidak bertanggul di luar
permukiman paling sedikit 50 meter dari tepi sungai.
Wilayah kanan-kiri sungai merupakan zona riparian kebanyakan
ditumbuhi pepohonan. Riparian sungai juga memiliki fungsi dan manfaat yang
6

sangat penting namun riparian mengalami acaman akibat kegiatan manusia yang
memanfaatkatnya. Pemanfaatan tepi sungai sebagai lahan pemukiman, pertanian,
industri, trasportasi, dan komunikasi (Siahaan, 2012).
Melindungi keberadaan dan keberlangsungan fungsi wilayah riparian,
tiap-tiap negara mengeluarkan peraturan yang berbeda-beda. Indonesia, misalnya,
memiliki peraturan untuk memelihara dan mempertahankan apa yang disebut
sebagai sempadan sungai. Peraturan ini pada dasarnya menganjukan pengelola
wilayah, umumnya pemegang IUPHHK-HA, untuk memelihara kawasan dengan
lebar tertentu, sejajar dan di sepanjang tepian kanan-kiri sungai. Lebar sempadan
ini bergantung kepada ukuran sungai itu sendiri, kondisi tepiannya (apakah masih
alami atau buatan), serta letaknya (apakah di hutan, kawasan perkebunan atau di
perkotaan) (https://id.m.wikipedia.org).

2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik
dan terjaga keberlajutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian
tengah akan dapat mempengaruhi fungsi dan mamfaat DAS tersebut di bagian
hilir, baik untuk pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi
masyarakat secara keseluruhan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum
didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh
pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sendimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan
keluar pada sungai utama ke laut atau danau (Linsley,1980).
DAS suatu wilayah merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan serta mengalirkan kedanau atau laut secara alami,
yang batas di darat merupakan batas pemisah topografi dan batas di laut sampai
daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (Undang-undang No. 7
Tahun 2004).
7

2.5 Klasifikasi Tutupan Lahan


Penutup lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi,
benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada dipermukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap objek tersebut. Teknik interprestasi
foto udara termasuk didalam sistem penginderaan jauh. Klasifikasi pengunaan
merupakan pedoman atau acuan dalam proses interprestasi apabila data pemetaan
penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi
supaya data yang dibuat menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7645-2014, mendefinisikan penutup
lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati
merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuaan manusia yang
dilakukan pada jenis penutuplahan tersebut. Konsep dan pendekatan dengan
standar penutup lahan ini menggunakan pendekatan pengindraan jauh, sehingga
pendepenisiaan objek penutup lahan merupakan campuran antara penutup dan
penggunaan lahan (Pedoman Standar Nasional No. 8 Tahun 2017).
Kelas tutupan lahan di dalam SNI 7645-2014. Hasil revisi dari SNI 7645:
2010 menjelaskan secara rinci. Tabel kelas tutupan lahan SNI 7645 dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kelas Tutupan Lahan Menurut SNI 7645-2104


No. Penutup Lahan Deskripsi
2.1.1.1.1 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
primer kerapatan tinggi pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
daratan tinggi, belum mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya > 70 %.
2.1.1.1.2 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
primer kerapatan pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
sedang daratan tinggi, belum mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya 41 % - 70 %.
2.1.1.1.3 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
primer kerapatan pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
rendah daratan tinggi, belum mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya 10 % - 40 %.
2.1.1.1.4 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
sekunder kerepatan pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
tinggi daratan tinggi, sudah mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya 70 %
2.1.1.1.5 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
sekunder kerapatan pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
sedang daratan tinggi, sudah mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya 41 % - 70 %
8

Lajutan Tabel 4. Kelas Tutupan Lahan Menurut SNI 7645-2104


No. Penutup Lahan Deskripsi
2.1.1.1.6 Hutan lahan tinggi Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
sekunder kerapatan pada perbukitan dan pegunungan maupun hutan tropis
rendah daratan tinggi, sudah mengelami intervensi manusia. Jika
kerapatannya 10 % - 40 %
2.1.1.2.1 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh kembang pada habitat lahan kering
primer kerapatan yang berupa hutan daratan rendah, belum mengelami
tinggi intervensi manusia. Jika kerapatannya 70 %
2.1.1.2.2 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
primer kerapatan kering yang berupa daratan rendah, belum mengelami
sedang intervensi manusi. Jika kerapatannya 41 % - 70 %
2.1.1.2.3 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
primer kerapatan kering yang berupa daratan rendah, belum mengelami
rendah intervensi manusi. Jika kerapatannya 10 % - 41 %
2.1.1.2.4 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
sekunder kerapatan kering yang berupa daratan rendah, sudah mengelami
tinggi intervensi manusi. Jika kerapatannya 70 %
2.1.1.2.5 Hutan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
sekunder kerapatan kering yang berupa daratan rendah, sudah mengelami
sedang intervensi manusi. Jika kerapatannya 41% - 70 %
2.1.1.2.6 Hutan lahan rendah Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan
sekunder kerapatan kering yang berupa daratan rendah, sudah mengelami
rendah intervensi manusi. Jika kerapatannya 10 % - 41 %
Sumber : SNI 7645-2014

2.6 Landsat- 8 OLI


Satelit Landsat-8 atau Landsat Data Continuity Mission (LDCM)
merupakan satelit sumber daya milik Amerika yang diluncurkan pada 11 Februari
2013. Satelit ini membawa 2 sensor yaitu sensor Operational Land Imager (OLI)
dan sensor Thermal Infra red Sensor (TIRS) sensor OLI mempunyai tujuh band
dengan resolusi spasial yang sama dengan Landsat-7 yaitu 30 meter untuk band 8
berbeda nilai resolusi spasialnya yaitu 15 meter. Sensor OLI dilengkapi dengan
dua band baru yaitu band 1 dengan panjang gelombang 0.43 – 0.45 mikro untuk
aerosol garis pantai dan band 9 dengan panjang gelombang 1.36 – 1.38 mikro
untuk deteksi awan cirrus. Sedangkan untuk sensor TIRS dilengkapi dengan dua
band dengan resolusi spasial sebesar 100 m untuk menghasilkan kontinuitas kanal
infra merah thermal USGS (2014) dalam Rahayu dan Candra (2014).
Data citra satelit awal yang belum diolah biasanya mangandung noise
yang ditimbulkan oleh sistem salah satu noise dapat ditimbulkan karena
perbedaan posisi matahari pada saat data diakusisi. noise tersebut dapat digunakan
sebagai koreksi radiometrik Top of Atmosfer (TOA). Koreksi TOA merupakan
9

perbaikan akibat distorsi radiometrik yang disebabkan oleh posisi matahari.


Koreksi TOA dilakukan dengan cara mengubah nilai digital number (DN) kenilai
reflektansi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengoreksi radiometrik TOA pada
data landsat-8. Hasil dari koreksi tersebut dilakukan evaluasi spektral pada obyek
vegetasi lahan terbuka dan air untuk mendukung klasifikasi penutup lahan USGS
(2014) dalam Rahayu dan Candra (2014).
Sensor Operational Land Imager (Sensor OLI), terdiri atas 9 Band,
yang dijelakan secara rinci seperti pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Sensor Operational Land Imager (Sensor OLI)


No. Band Spektral Panjang Gelombang Resolusi Spasial Keterangan
(mikrometer) (m)
1 Band 1- 0.43 – 0.45 30 Digunakan untuk
Coastal penelitiaan studi
Aerosol Coastel dan Aerosol
2 Band 2- Blue 0.450 – 0.41 30 Digunakan untuk
pemetaan batimetri,
Membedakan tanah,
dan daun dari
vegetasi konifer
3 Band 3-Green 0.53 – 0.59 30 Digunakan untuk
menekankan puncak
vegetasi untuk
menilai kekuatan
vegetasi
4 Band 4- Red 0.64 – 0.67 30 Digunakan untuk
mendiskriminasi
lereng vegetasi/
membedakan sudut
vegetasi
5 Band 5- Near Inframerah-dekat 0.85 30 Digunakan untuk
Infrared (NIR) – 0.88 dalam konten
biomassa dan garis
pantai
6 Band 6- Short- 1.57 – 1.65 30 Digunakan untuk
wave Infrared mendiskriminasikan
(SWIR) 1 kadar air tanah dan
vegetasi; menembus
awan tipis
7 Band 7- Short- 2.11 – 2.29 30 Digunakan untuk
wave Infrared penikatan kadar air
(SWIR) 2 dan vegetasi dan
penetrasi awan tipis

9 Band 9- Cirrus 1.36 – 1.38 30 Digunakan untuk


penikatan deteksi
awan sirus yang
terkontantaminasi
10

Lanjutan Tabel 5. Sensor Operational Land Imager (Sensor OLI)


No. Band Spektral Panjang Resolusi Keterangan
Gelombang Spasial (m)
(mikrometer)
Thermal Infrared Sensor (TIRS), terdapat dua band tambahan, yaitu :
10 Band 10- 10.6 – 11.19 100 Digunakan untuk
Thermal Infrared pemetaan suhu dan
(TIRS 1) perhitungan
kelembaban tanah
11 Band 11- (11.5 – 12.51 100 Digunakan untuk
Thermal Infrared pemetaan penikatan
(TIRS 2) suhu dan perhitungan
kelembaban tanah
Sumber : Rahayu dan Candra (2014)

2.7 DEM SRTM 90 Meter


SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) adalah satelit pengindraan
jauh yang bertugas memperoleh data permukaan bumi menggunakan SAR
(Synthetic Aperture Radar). SRTM merupakan hasil kerjasama antara NASA dan
NGA untuk membuat peta Digital Elevation Model (DEM) secara global
menggunakan interferometri. Instrumen SRTM terdiri dari Spaceborn Imaging
Radar-C (SIR-C) yang dipasang pada satelit antariksa Bamler (1999) dalam
Nugraha (2012).
Synthetic Aperture Radar (SAR) instrumen yang melihat suatu
penampang dari samping dan memperoleh data berupa petak-petak (swath) suatu
area secara kontinyu seperti ilustrasi pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Geometri SAR


11

Petak-petak SRTM membentang dari 30° off-Nadir sampai dengan 58°


Nadir dengan ketinggian 233 km, dan memiliki luas tiap petaknya 225 km. SRTM
telah merekam hampir 1000 petak selama 10 hari operasi Bamler (1999) dalam
Nugraha (2012).
SRTM diluncurkan pada 16 September 1999 dan beroperasi selama 11
hari. Instrumen ini telah dioperasikan secara optimal dan berhasil merekam
99.96% dari daratan yang ditargetkan paling tidak 1 kali, 94.59% dari daratan
paling tidak dua kali perekaman, dan 50% daratan terekam tiga kali atau lebih.
Tujuan dari perekaman di atas adalah untuk menggambarkan setiap segmen
daratan minimal dua kali dari sudut yang berbeda untuk mengisi area yang tidak
terekam akibat keadaan topografi tanah yang tidak rata Bamler (1999) dalam
Nugraha (2012). Tabel spesifikasi dari sensor SRTM dapat dilihat pada Tabel 6
berikut.

Tabel 6. Spesifikasi Sensor SRTM


Spesifikasi Keterangan
Peluncuran/Pendaratan September 16/27/1999
Lama Musi 11 Hari
Proyek Mulai/Berakhir Agustus 1996/Maret 2001
Berat Satelit 13.600 kg
Penggunaan Energi 900 kWh
Ketenggiaan Orbit 233 Km
Inklinasi Orbit 57°
Petak data yang diperoleh 1000 (80% keseluruhan daratan bumi)
Akuisisi data >80 Jam
Data Recording Rate 180 Mbps untuk C-band, 90 Mbps untuk X-band
Total data mentah radar 9.8 Terrabytes
Sumber : Nugraha (2012)

2.8 Restorasi Citra


Restorasi citra berkaitan dengan penghilangan atau pengurangan
degradasi pada citra yang terjadi pada saat proses akuisisi citra. Degradasi yang
dimaksud termasuk derau atau noise (yang merupakan eror dalam nilai piksel)
atau efek optis misalnya blur (kabur) akibat kamera yang tidak fokus atau karena
gerakan kamera. Teknik restorasi citra meliputi operasi neighbourhood dan juga
penggunaan proses-proses pada domain frekuensi (Susilawati, 2014).
12

2.8.1 Koreksi Radiometrik


Radiometrik yaitu ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran
radiasi (radian flux) yang dipantulkan dari suatu objek permukaan bumi, misalnya
radian pada panjang gelombang 0,6-0,7 µm direkam oleh Detector MSS band 5
dalam Voltage. Koreksi radiometrik diperlukan atas dua alasan, yaitu untuk
memperbaiki kualitas visual citra dan sekaligus memperbaiki nilai-nilai piksel
yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spectral obyek yang
sebenarnya. Koreksi radiometrik citra yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas
visual citra berupa pengisian kembali baris yang kosong karena drop-out baris
maupun masalah kesalahan awal pelarikan (scanning start). Baris atau
bagian baris yang bernilai tidak sesuai dengan yang seharusnya dikoreksi
dengan mengambil nilai piksel satu baris di atas dan di bawahnya, kemudian
dirata-ratakan Giondo (1984) dalam Arnanto (2013).

2.8.2 Koreksi Geometrik


Geometrik yang paling mendasar adalah penempatan kembali posisi
piksel sedemikian rupa, sehingga pada citra digital yang tertransformasi
dapat dilihat gambaran obyek di permukaan bumi yang terekam sensor.
Pengubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran
genjang merupakan hasil dari transformasi ini. Tahap ini diterapkan pada
citra digital mentah (langsung hasil perekaman satelit), dan merupakan
koreksi kesalahan geometrik sistematik. Koreksi geometrik merupakan proses
memposisikan citra sehingga cocok dengan koordinat peta dunia yang
sesuguhnya. Beberapa cara dalam pengoreksian ini, antara lain triangulasi,
polynomial, orthorektifikasi dengan menggunakan titik-titik control lapangan
(ground control point). Diterangkan koreksi dengan cara polynomial dengan cara
menyiapkan citra satelit yang telah terkoreksi di daerah yang sama dengan citra
yang akan dikoreksi. Koreksi citra berdasarkan citra satelit lain yang telah
dikoreksi disebut image to image. Langkah pertama dalam koreksi geometrik
dengan cara polynomial adalah menentukan titik-titik pada citra yang mudah
dikenali, misalnya potongan jalan, lekukan sungai, serta kenampakan lain yang
jelas terlihat pada citra Supriatna dan Mapper (1998) dalam Sukartono (2002).
13

2.9 NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)


NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan metode
standar yang digunakan dalam membandingkan tingkat kehijauan vegetasi
(kandungan klorofil) pada tumbuhan yang sumber datanya bersumber dari citra
satelit. Analisa NDVI biasanya digunakan pada bidang pertanian, kehutanan,
ekologi dan lingkungan dan sebagainya. NDVI merupakan index vegetasi yang
menghasilkan citra representatif untuk analisi kerapatan vegetasi NDVI
berdasarkan metode Huete et al, (1999) dalam Warandha (2015). Rumus standar
untuk menghitung nilai NDVI yaitu :

Keterangan :
NIR = Nilai reflektens pada saluran inframerah dekat.
RED = Nilai reflektans pada saluran merah.
NDVI yang dihitung yaitu klasifikasi kerapatan vegetasi seperti tinggi,
agak tinggi, dan rendah. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) adalah
perhitungan citra yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan, yang
sangat baik sebagai awal dari pembagiaan daerah vegetasi. NDVI dapat
menujukan parameter yang berhubungan dengan parameter vegetasi, antara lain
biomas dedaunan hijau, nilai yang dapat diperkirakan untuk pembagiaan vegetasi.
Komponen dasar untuk NDVI dan vegetasi saling berhubungan (Wirandha, 2015).
Latar belakang daratan berfungsi sebagai pemantulan sinyal yang
terpisah dari vegetasi, dan berinteraksi sebagai pemantulan sinyal yang terpisah
dari vegetasi, dan berinteraksi dengan vegetasi melalui hamburan yang sangat
banyak dari energi radiasi seperti Tabel 7 yang menujukan pembagian objek
berdasarkan nilai NDVI.

Tabel 7. Pembagiaan Objek Berdasarkan Nilai NDVI


Daerah Pembagiaan Nilai NDVI
Awan es, awan air, salju <0
Batuan dan lahan kosong 0 – 0.1
Padang rumput dan semak belukar 0,2 – 0,3
Hutan daerah hangat dan hutan hujan tropis 0,4 – 0,8
Sumber : Warandha (2015)
14

Bose at et, (2014) dalam Wirandha (2015) Nilai NDVI adalah antara -1,0
hingga + 1,0 nilai yang lebih besar dari 0.1 biasanya menandakan peningkatan
derajat kehijauan dan intesitas dari vegetasi. Nilai antara 0 dan 0.1 umumnya
merupakan karakteristik dari bebatuaan dan lahan kosong, dan nilai yang kurang
dari 0 kemungkinan mengindikasikan awan es, awan uap air dan salju. Permukaan
vegetasi memiliki nilai NDVI 0,1 untuk lahan savanna (padang rumput) hingga
0,8 untuk daerah hutan hujan tropis. Nilai NDVI dapat diperoleh dengan
membandingkan pengurangan data channel 2 dan channel 1 dengan penjumlahan
dari kedua channel tesebut. channel 1 terdapat dalam bagian dari spektrum
dimana klorofil menyebabkan adanya penyerapan terhadap radiasi cahaya yang
datang yang dilakukan saat fotosintesis, sedangkan channel 2 terdapat dalam
daerah spektral dimana struktur daun spongy mesophyll menyebabkan adanya
pantulan terhadap radiasi cahaya. Perbedaan respon dari kedua channel ini dapat
diketahui dengan transformasi rasio perbandingan channel dengan channel yang
lain. Perbandingan antara kedua channel adalah pertimbangan yang digunakan
untuk mengurangi variasi yang disebabkan oleh topografi dari permukaan bumi.
Hal ini merupakan konpensasi dari variasi pancaran sebagai fungsi dari elevasi
matahari untuk daerah yang berbeda dalam sebuah citra satelit. Perbandingan ini
tidak menghilangkan efek additive yang disebabkan oleh atmospheric komponen
dasar NDVI seperti pada Tabel 7 di atas.
15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit
Kota Palangka Raya. Waktu penelitian dilakukan ± 3 bulan yang dimulai dari
bulan Febuari sampai dengan bulan April 2018, meliputi kegiatan persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data dan penyususan laporan hasil penelitian.
Waktu penelitiaan dilaksanakan secara ringkas disajikan dalam bentuk Tabel di
dalam Lampiran 1, sedangkan posisi lokasi penelitian ditunjukan pada Gambar 2
berikut.

.
Gambar 2. Lokasi Penelitiaan.

3.2 Alat dan Bahan


Penelitian pemetaan hutan riparian Sungai Pager Kecamatan Rakumpit
Kota Palangka Raya menggunakan peralatan berupa : Alat tulis, Kamera,
Komputer/ Laptop, Printer Canon MP250, Meteran rol 100 m, Parang, Perahu,
Bor kedalaman Gambut, Phiband, Tongkat ukur tinggi pohon, Global Positioning
System (GPS) Garmin 60CSx, Kompas Suunto, Tali rapia, Software ENVI 5.1,
Software ArcGis 10.3, Software Global Mapper 18.1, Software microsoft Office
Excel, Software microsoft Office Word (Tabel 8).
16

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Citra satelit Landsat-
8 OLI (Operational Land manager) Level 1 dan DEM SRTM 90 meter, Peta RBI
1: 50.000 yang didapat dari sumber lain seperti www.eartheyplore.com/USGS dan
Portal.ina-sdi.or.id. Selain itu, data pendukung dari berbagai sumber yang menjadi
referensi dan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini.

Tabel 8. Alat penelitian


No. Alat penelitian Fungsi
Hardware
1 Alat tulis Untuk mencatat data hasil penelitian di lapangan
2 Kamera Digital Dokumentasi observasi lapangan
3 Komputer/Laptop Pengolahan data/untuk pembuat hasil laporan akhri
penelitian
4 Printer MP250 Untuk Print OUT Skripsi
5 Meteran rol 100 m Untuk pengukuran plot
6 Parang Untuk membuat akses jalan
7 Perahu Untuk observasi lapangan
8 GPS Garmin 60CSx Uuntuk mendapatkan titik koordinat sampel riparian
Sungai Pager
9 Kompas Suunto Untuk menentukan arah dan kelurusan penarikan tali
10 Tali rapia Untuk pembuatan plot sampel
11 Bor gambut Untuk mengukur kedalaman gambut
12 Meteran ukur Untuk mengukur keliling pohon
13 Tongkat ukur Untuk mengukur tinggi pohon
Software
1 Software ENVI 5.1 Untuk analisis penutup lahan
2 Software ArcGis 10.3 Untuk membuat layaut Peta
3 Software Global Mappar 1.81 Untuk deliniasi batas DAS Pager
4 Software microsoft Office Excel, Untuk membuat laporan akhir penelitian.
Software microsoft Office Word

3.3 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode plot tunggal.
Penentuan plot contoh dilakukan secara purvosive sampling yaitu letaknya
ditentukan sedemikian rupa, sehingga dapat mewakili keadaan yang sesuguhnya
di lapangan. Metode plot tunggal hanya satu petak sampling yang mewakili suatu
areal hutan dan dibuat juga plot pengontrol yang mengelililingi plot tunggal yang
telah diberi nomor untuk melihat tutupan lahan sesuai dengan piksel aslinya.
Lebar seluruh plot pada penelitian yang digunakan adalah 30 m x 30 m yang
terdiri dari 1 plot tunggal dan 8 plot pengontrol sehingga luas plot yang digunakan
di satu wilayah yaitu 90 m x 90 m dengan jumlah seluruh plot tunggal yaitu 6 plot
tunggal yang berada di berbagai lokasi yaitu 2 plot di hulu sungai yang berada di
17

sebelah kiri dan kanan dengan posisi dari hilir Sungai Pager, 2 plot di tengah yang
berada di kiri dan kanan sungai dengan posisi dari hilir Sungai Pager dan 2 plot di
hilir sungai yang berada di kiri dan kanan sungai dengan posisi dari hilir Sungai
Pager dengan jarak plot yang berada di hulu, di tengah dan dihilir adalah ±11
kilometer. Jumlah seluruh plot tunggal dan plot pengontrol di seluruh lokasi
penelitian yang berada di hulu, tengah, dan hilir sungai yaitu 9 x 6 = 48 plot yang
masing-masing 8 plot pengontrol yang mengelililingi plot tunggal yang
seluruhnya sesuai kelompok piksel murni. Desain penelitian pada kelompok
piksel murni yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan :
1, 2, 3...9 = Nomor plot
= Lokasi plot tunggal
(30 m x 30 m)
= Letak titik koordinat
pusat

Gambar 3. Desain Penelitian pada Kelompok Poksel Murni

3.4 Pengumpulan Data


Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan diperoleh
secara langsung dari hasil download seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Utama Penelitian
No. Uraian Data Tipe/ Format Wali Data Cloud
Data Cover (%)
1 Citra landsat-8 OLI Raster / Geotiff www.earthexpoler.com/usgs 22.07
(Operational Land
Mnager) level 1
dengan Path : 118 dan
Row : 061 tertanggal
31-01-2018 di
download pada 2
Pebruari 2-18
2 Peta RBI 1 : 50.000 Vektor/ Shapefile Portal.ina-sdi.or.id
3 DEM SRTM 90 m Raster/ Geotiff www.earthexpoler.com/usgs
18

Cuplikan dari gabungan sederhana atau komposit band pada lokasi


penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Cuplikan Citra Landsat 8 OLI Komposit Band 654


pada Tanggal 31 Januari 2018

Komposit band 654 khusus untuk pengenalan vegetasi. Pemotongan citra


(cropping) dilakukan untuk mendapat area yang menjadi fokus penelititan yaitu
Kelurahan Pager. Citra dipotong menggunakan batas administrasi Kelurahan
Pager Kota Palangka Raya. Hasil pemotongan citra seperti pada Gambar 4 di atas.
Penelitian diawali dengan memberikan gambaran awal untuk survei lapangan,
mengindentifikasi pola sebaran dan penentuan tutupan lahan yang ada di daerah
penelitian. Pada kombinasi 3 saluran yaitu: dengan format RGB (Red, Green,
Blue) yang dapat menghasilkan warna komposit band.

3.5 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini merupakan metode analisis deskriptif
yang bertujuan menjelaskan atau mengukapkan fakta dari hal-hal yang dapat
teramati dan diukur sehingga memberikan gambaran mengenai luasan dan sebaran
riparian. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan yang diselidiki.
19

Analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian meliputi


pengumpulan data, pengolahan data, dan hasil akhir dari penelitian dalam bentuk
angka yang berupa skor luasan dan sebaran riparian. Penelitian ini menilai sifat
dari kondisi-kondisi yang tampak. Metode ini digunakan unuk menyusun seluruh
parameter pembuatan peta luasan dan sebaran riparian. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah interprestasi, cek lapangan dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan ialah analisis deskriptif dengan mengunakan SIG
berupa buffer.
Tahapan pengolahan/analisis data citra satelit pada penelitian ini
meliputi:
1. Persiapan yang dilakukan pada penelitian yang dilaksanakan adalah telaah
pustaka yang berkaitan dengan judul penelitiaan seperti download data citra
lokasi penelitian/ citra landsat-8 OLI, peta RBI 1 : 50.000, DEM SRTM 90
m, mempersiapkan peralatan dan bahan penelitiaan, surat izin Penelitian, dan
Pengumpulan data wilayah penelitian dari pihak terkait seperti BAPPEDA
Kota dan BPS Kota Palangka Raya.
2. Melakukan Pengolahan citra. Pengolahan ini melalui tahapan sebagai berikut:
citra lansad-8 OLI dipotong/ disubset lalu dibuat menjadi restorasi citra.
Restorasi citra tersebut yaitu: koreksi geometrik, koreksi radiometrik,
FLAASH akan menghasilkan data citra terkoreksi.
3. Citra terkoreksi dari citra landsat 8 OLI yang telah diclip/spasial subset
kemudian diproses menjadi data citra NDVI Pager dan Klasifikasi Kerapatan
kelompok hutan. Dari clip/spasial subset citra terkoreksi tersebut, diproses
menjadi klasifikasi tutupan lahan DAS Pager, select by attribute, kelompok
hutan lalu seluruhnya di overlay.
4. Peta RBI 1:50.000 untuk mengkoreksi radiometrik, FLAASH menghasilkan
data citra terkoreksi setelah didapat citra terkoreksi kemudiaan jaringan
sungai diambil lalu dibuat buffer, lalu dihitung nilai SI (Sinuositas Sungai)
setelah itu di overlay.
5. Data DEM SRTM 90 m yaitu untuk mengetahui batas DAS Pager, kemudiaan
clip/spasial subset menghasilkan batas DAS mikro Pager yang sesuai dengan
20

resolusi spasial landsat-8 OLI. DEM SRTM 90 m juga diklasifikasi setelah


selesai diklasifikasikan lalu di overlay.
6. Pengolahan citra indek vegetasi menggunakan NDVI untuk mendapatkan
kelas tutupan lahan.
7. Klasifikasi penutup lahan DAS Pager yang terdiri dari seluruh kelas penutup
lahan dan penilaian kelompok hutan yang menggunakan NDVI dari hasil
NDVI tersebut maka akan dikelompokan atau diselect by attribute pada fitur
ArcGis.
8. Membuat buffer sungai Pager sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesi No. 38 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri PUPR No. 28 Tahun
2015.
9. Hasil dari seluruh proses yang dijelaskan dari nomor 1 sampai nomor 8 di
atas seluruhnya di overlay.
10. Data overlay tersebut akan dibuat menjadi peta tentatif.
11. Peta tentatif yang dibuat digunakan untuk bahan pengecekan lapangan.
12. Melakukan pengecakan lapangan dengan metode Purposive sampling untuk
pengambilan data sampel, titik koordinat, jenis tutupan lahan, jenis vegetasi
dan kelompok hutan yang telah dielevasi dan dibuat buffer sungai. Dari
gabungan kedua tersebut maka akan dilakukan pengujian akurasi klasifikasi
minimal 80 %, jika tidak mencapai 80 % maka proses tersebut ditolak
kemudian diulang lagi prosesnya. Jika pengujian akurasi klasifikasinya
mendapat 80 % atau lebih, proses tersebut dapat dilanjutkan atau diterima.
13. Menghitung indentifikasi sinuositas (SI) Sungai Pager menggunakan ArcGIS,
hasil perhitungan SI Sungai Pager menjadi karakteristik Sungai Pager.
14. Hasil dari survei lapang selanjutnya dicocokan dengan hasil klasifikasi
tutupan lahan yang sebelumnya dilakukan secara spasial dengan citra satelit.
Hal ini bertujuan memberikan koreksi terhadap data tutupan lahan riparian
Sungai Pager yang diketahui dari hasil survei lapangan.
15. Setelah didapat hasil pengujian akurasi klasifikasi 80%. Hasil uji akurasi
tersebut dibuat menjadi peta sebaran hutan riparian Sungai Pager.
21

Begay (2012) indeks sinuositas (SI) sungai didapatkan dengan


membandingkan panjang sungai yang berkelok dengan jarak lurus antara dua titik
atau lembah sungai tersebut (Gambar 5). Jarak dua titik atau lembah yang akan
digunakan adalah titik batas setiap segmen Sungai Pager, yaitu segmen hulu,
tengah dan hilir. Desain perhitungan nilai sinuositas sungai dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Perhitungan Nilai Sinuositas Sungai (Morisawa, 1985; Ghosh dan


Mistri, 2012 dalam Noviandi 2016)

Keterangan:
SI = Indeks sinuositas sungai (sinuosity index)
AB = Panjang sungai (km)
CD = Jarak lurus dua lembah sungai (m)
Kategori setiap segmen dapat ditentukan berdasarkan nilai (SI) yang
telah didapatkan dari hasil survei lapangan. Kategori ini dapat membantu
mengetahui karakteristik sungai dan akan digunakan untuk pengambilan
keputusan pengelolaan peta riparian Sungai Pager. Kategori sungai berdasarkan
indeks sinuositas yaitu:
a. SI < 1,05 : straight
b. 1.05 ≤ SI < 1,30 : sinuous
c. 1.30 ≤ SI < 1,50 : braided
d. 1.50 ≤ SI < 2,00 : meandering
e. SI ≥ 2,00 : anastomosing
22

3.5.1 Alur Penelitian


Alur penelitian yang akan dilaksanakan, secara ringkas disajikan dalam
bentuk diagram seperti pada Gambar 6.
Mulai Persiapan

Download Data Telaah Data

Peta RBI 1:50.000 Citra Landsat- 8 OLI SRTM DEM 90 m

Restorasi citra Batas DAS Klasifikasi Elesivasi

DAS Pager
Koreksi Geometrik Koreksi Radiometrik

Jaringan Sungai
FLAASH

Buffer Identifikasi SI
Citra Terkoreksi

Clip/Spasial Subset

Klasifikasi Tutupan
Citra NDVI Pager
Lahan DAS pager

Select by Klasifikasi
atribute Kerapatan
Hutan
Kelompok
Hutan

Overlay

Peta Tentatif

Pengecekan Lapangan

Purposive
Sampling

Kerapatan Elevasi dan Buffer


Kelompok Hutan Sungai Tidak (ditolak)

Pengujian Akurasi
Klasifikasi

Ya (diterima)

Peta Sebaran Hutan


Riparian Sungai Pager

Selesai

Gambar 6. Diagram Alur Penelitian


23

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak, Luas dan Topografi


Secara administrasi Daerah Aliran Sungai (DAS) mikro Pager masuk
dalam Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya, Provinsi
Kalimantan Tengah. Secara geografis DAS mikro Sungai Pager terletak pada
koordinat 113°30ˋ- 114°07ˋ Bujur Timur dan 1°35ˋ- 2°24ˋ lintang selatan.
Kelurahan Pager memiliki luas 197,73 km² atau 17,94 % (Badan Pusat Stasistik
Kota Palangka Raya Kecamatan Rakumpit dalam Angka 2017).
Kelurahan Pager adalah salah satu Kelurahan yang berada di Kota
Palangka Raya yang memiliki tinggi wilayah di atas permukaan laut (DPL) yaitu
49 m mempunyai bentuk permukaan tanah berbukit dan bergelombang (Badan
Pusat Stasistik Kota Palangka Raya Kecamatan Rakumpit dalam Angka 2017).

4.2 Iklim
Keadaan iklim di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka
Raya dari bulan Febuari - Mei, masing-masing setiap bulan memiliki curah hujan
yang berbeda. Pada bulan Febuari tingkat curah hujan yaitu 373,00 mm³.
Kelembapan udara berkisar antara 55- 98 % dengan kelembapan rata-rata setiap
bulan sebesar 86,86 %, kelembapan minimum 23,00 % dan maksimum 34,80 %,
bulan Maret tingkat curah hujan 248,50 mm³, kelembapan udara rata-rata 84,56 %
dan suhu udara rata-rata 28,04 ºC, minimum 21,00 ºC dan maksimum 35,60 ºC,
bulan April tingkat curah hujan 443,90 mm³, kelembapan udara yaitu 84,64 %,
dengan suhu udara rata-rata 28,15 ºC, minimum 24,00 ºC dan maksimum 35,20 ºC
dan pada bula Mei tingkat curah hujan 292,00 mm³, kelembapan udara rata-rata
83,73% dengan suhu udara rata rata 28,56 ºC, minimum 23,10 ºC dan maksimum
35,10 ºC (Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Palangka Raya 2016 dalam
BPS kota Palangka Raya Kecamatan Rakumpit dalam Angka 2017).
24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Batas DAS Mikro


Bentuk DAS Pager secara umum menyerupai kipas (Radial). DAS Pager
adalah DAS mikro Sungai Rungan sedangkan Sungai Rungai ialah Sub DAS
Kahayan merupakan DAS induknya. Karakteristik DAS Pager seperti ukuran,
bentuk, kemiringan, kerapatan jaringan sungai faktor penting yang mempengaruhi
berbagai aspek DAS. Bentuk DAS Pager merupakan salah satu karakteristik DAS
yang berpengaruh terhadap aliran air ketika terjadi hujan.
Bentuk radial terjadi karena anak-anak sungai berpusat pada satu titik
sungai utama secara radial. Gambaran bentuk DAS tersebut seperti kipas atau
lingkaran. Akibat waktu yang diperlikan aliran yang dating dari segala penjuru
arah alur sungai memerlukan waktu yang hamper bersamaan. Apabila terjadi
hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS maka akan terjadi banjir besar dalam
waktu yang cepat (Sutapa, 2006 dalam Rahayu al et, 2017). Untuk melengkapi
hal tersebut, pada Gambar 7 ditujukan peta bentuk daerah aliran sungai (DAS)
Pager yang menyerupai kipas (radial) sebagai berikut.
26

Gambar 7. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Pager

25
26

DAS Pager bagian hulu mempunyai peran penting, terutama sebagai


tempat penyedia air untuk dialirkan kebagian hilir. Bagian hilir merupakan daerah
datar dengan topografi (7-19 %). Kondisi yang datar di bagian hilir menyebabkan
aliran air mengalir lebih rendah dibandingkan bagian hulu dan tengah.
Bedasarkan hasil pembuatan batas DAS Pager dibuat data kontur DAS
Pager menjadi peta kemiringan lereng DAS Pager dengan menggunakan analisis
DEM (Digital Elevation Model)/hasil pemotongan menggunakan Global Mapper,
DAS Pager diklasifikasikan menjadi lima kelas kemiringan lereng yaitu datar
dengan sudut lereng berkisar antara (7 – 19 %), landai (20 – 32 %), agak curam
(33 – 45 %), curam (46 – 57 %), dan sangat curam (58 – 71 %). Tabel pembagian
kelas kemiringan lereng lahan Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota
Palangka Raya disajikan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Kelas Kemiringan Lereng Daerah Penelitian
Kelas Kemiringan(%) Klasifikasi Luas (Ha) Persentase (%)
I 7 – 19 Datar 38,3 2,00
II 20 – 32 Landai 15.08,08 4,00
III 33 – 45 Agak Curam 24.37,71 7,00
IV 46 – 57 Curam 24.305,74 77,00
V 58 – 71 Sangat Curam 32.18,75 10,00
Jumlah 32.377,28 100
Sumber : Hasil Analisis 2018

Berdasarkan Tabel 10 di atas wilayah Kelurahan Pager Kecamatan


Rakumpit Kota Palangka Raya didominasi wilayah curam dengan persentase
77,00 % dengan luas sebesar 24305,74 ha, sedangkan untuk kelerengan datar
sebesar 38.43 ha atau 2,00 %, landai sebesar 1508.08 Ha atau 4,00 %, agak curam
sebesar 2437,71 ha atau 7,00 %, dan sangat curam memiliki wilayah sebesar
3218,75 ha atau 10,00 %. Peta kemiringan lereng DAS Pager disajikan pada
Gambar 8 berikut.
1

Gambar 8. Peta Kelerengan Kelurahan Pager

27
28

5.2 Indek Sinuositas


Hasil perhitungan Sinuositas Index atau indeks kelengkungan dihitung
menggunakan database GIS. Tipe SI Sungai Pager termasuk ke tipe stabil (SI=
1,05) atau straight (Lurus). Penggunaan kawasan riparian yang tidak terkendali
akan berpengaruh terhadap lingkungan begitu juga halnya dengan Sungai Pager
yang memiliki panjang 22,04 kilometer, termasuk sungai yang lurus dari hasil
analisis Sinuositas Sungai Pager dapat diketahui panjang sungai 22,04 km dengan
jarak lurus kedua lembah sungai yaitu 5,22 kilometer. Nilai sinuositas dengan
indeks Sinuositas (SI=1,24) yang melebihi nilai SI= 1,05 yang stabil/ Lurus
dinyatakan sebagai sungai berkelok-kelok, hal ini dapat terjadi secara alami dan
hampir dapat ditemukan pada setiap sungai (Noviandi, 2016).

5.3 Tipe Penutup Lahan


5.3.1 Pengolahan Data Citra Landsat 8 OLI
a) Restorasi Citra
Citra landsat 8 OLI direkam oleh satelit pada tanggal 31 Januari 2018
pada path-118/row-061 yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari hasil
download dari USGS dengan Level 1 yang berarti citra telah terkoreksi sistematis
secara radiometrik dan geometrik sehingga memiliki karakteristik yang sama.
Transformasi untuk mengubah sistem koordinat piksel menjadi grid UTM
(Univesral Transverse Marcator) dengan datum WGS 1984 Zona 49 S. Koreksi
geometrik tidak dilakukan terhadap citra landsat 8 OLI level 1, dikarenakan
langsung terkoreksi sendiri.
Distribusi piksel setiap saluran ialah sama (seragam posisi koordinatnya).
Setelah semua persamaan fungsi kalibrasi nilai digital seluruhnya diperoleh, maka
perhitungan kalibrasi nilai digital saluran dilakukan dengan memasukan fungsi
persamaan tersebut pada pasilitas band math pada basic tools pada perangkat
lunak ENVI 5.1. Hasil perbandingan nilai digital saluran sebelum dan sesudah
kalibrasi setiap saluran pada citra landsat 8 OLI Level 1 pada tanggal 31 Januari
tahun 2018, secara jelas disajikan pada Gambar 9 berikut.
1

A B
Gambar 9. Nilai Digital Sebelum Kalibrasi (A) dan Sesudah Kalibrasi Citra Landsat 8 OLI Tahun 2018

Gambar 9 di atas menujukan bahwa nilai digital sebelum dan sesudah kalibrasi saluran citra ternyata sangat berbeda nilai stasistiknya
dikarenakan Gambar A belum terkoreksi radiometrik dan Gambar B sudah dilakukan koreksi radiometrik.

29
30

b) Klasifikasi Penutup Lahan


Hasil klasifikasi dari citra Landsat 8 OLI daerah hutan riparian Sungai
Pager, kemudian diverifikasi dengan menggunakan data titik koordinat dan data
hasil pengecekan lapangan pada lokasi penelitian di bagian hulu, tengah, dan hilir
sungai Pager. Hasil dari overlay tersebut di jadikan peta tutupan lahan Pager
Klasifikasi penutup lahan di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota
Palangka Raya, disamakan dengan hasil NDVI sehingga threshold NDVI dapat
dipertanggung jawabkan. Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi
terbimbing maximum likelihood classification untuk menentukan tipe penutup
lahan di Pager. Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan bumi.
Tutupan lahan dapat menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan proses
sosial. Tutupan lahan dapat menyediakan informasi yang sangat penting untuk
keperluan pemodelan serta untuk memahami fenomena alam yang terjadi
dipermukaan bumi Liang (2008) dalam Sumporno (2016).
Berdasarkan hasil interprestasi visual dan pengetahuan analisis mengenai
karakteristik tutupan lahan DAS Pager terdapat 6 kelas tutupan lahan. Gambar 10
berikut ini menujukan peta tutupan lahan DAS Pager.
1

Gambar 10. Peta Tutupan Lahan Kelurahan Pager

31
32

Hasil klasifikasi pada Gambar 10 di atas didapat luas dan persentase


tutupan lahan seperti pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Luas dan Persentase Kelas Tutupan Lahan DAS Pager
Kelas Tutupan Kode warna Luas (ha) Persentase (%)
Lahan
Hutan 19.108,82 59,72
Belukar 7.646,67 23,89
Awan 3.78,43 0,01
Semak Belukar 2.356,89 7,38
Semak 1.783,22 5,57
Lahan Terbuka 1.099,12 3,43
Total Luas 32.377,28 100
Sumber : Hasil Analisis (2018)

Klasifikasi tipe vegetasi penutup lahan ditetapkan berdasarkan hasil


observasi di lapangan dan hasil klasifikasi menggunakan ENVI yang telah
dilakukan sebelum menentukan tipe vegetasi. Secara terpisah, persentase hasil
klasifikasi tipe vegetasi penutup lahan wilayah penelitian disajikan secara lengkap
pada Gambar 11 berikut.

Persentase Penutup Lahan DAS Pager (%)

5,57% 3,43%
7,38%

0,01%

Keterangan :
Hutan
Belukar
Awan
23,89% Semak Belukar
59,72%
Semak
Lahan Terbuka

Ganbar 11. Persentase Penutup Lahan Wilayah Penelitian Tahun 2018

Persentase penutup lahan tahun 2018 yang meliputi hutan 19.108,82 ha


(59,72 %), belukar 7.646,67 ha (23,89 %), sedangkan tipe penutup lahan yang lain
secara berurutan yaitu semak belukar 2.356,89 ha (7,38 %), semak 1.783,22 ha
(5,57 %), lahan terbuka 1.099,22 ha (3,43 %) dan awan 378,43 ha (0,01%).
33

5.3.2 Titik Koordinat


Titik koordinat tempat pengambilan sampel hutan riparian Sungai Pager
yang diperoleh dari hasil observasi di Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota
Palangka Raya, terdiri dari beberapa titik dan tersebar di beberapa lokasi. Titik
koordinat pengambilan sampel disajikan pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Riparian Sungai Pager


No. S E Elavasion (m) Keterangan
1 01°48’38.0” 113°34’04.4” 22 Kanan bagian hulu sungai
2 01°48’36.2” 113°34’04.8” 30
3 01°48’34.4” 113°34’05.0” 34

1 01°48’40.2” 113°34’07.5” 41 Kiri bagian hulu sungai


2 01°48’41.6” 113°34’06.7” 43
3 01°48’43.1” 113°34’05.7” 44
1 01°48’43.8” 113°38’21.6” 26 Kanan bagian tengah sungai
2 01°48’42.5” 113°38’21.7” 20
3 01°48’40.9” 113°38’21.6” 31
1 01°48’37.1” 113°38’48.3” 30 Kiri bagian tengah sungai
2 01°48’37.9” 113°38’49.7” 34
3 01°48’38.8” 113°38’50.0” 38
1 01°47’42.5” 113°41’26.7” 17 Kanan bagian hilir sungai
2 01°47’40.9” 113°41’26.7” 26
3 01°47’39.2” 113°41’26.5” 27
1 01°47’47.5” 113°41’37.6” 24 Kiri bagian hilir sungai
2 01°47’49.2” 113°41’35.7” 24
3 01°47’50.6” 113°41’38.2” 24
Sumber : Data Lapangan (2018)

5.3.3 Akurasi Klasifikasi Penutup Lahan


Klasifikasi tutupan lahan merupakan tahapan penting untuk menentukan
tingkat akurasi peta yang diharapkan. Selama penelitian dilakukan validasi bukan
saja terhadap vegetasi tetapi kepada objek lainnya. Hasil kebenaran klasifikasi
untuk satu jenis tutupan lahan yaitu hutan sebesar 85% yang mengindikasikan
bahwa peta tematik jenis tutupan lahan yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi
yang cukup memadai dan dapat dipercayai. Klasifikasi citra dianggap benar jika
hasil perhitungan Confusion matrix ≥ 80% Short, (1982) dalam Marwati (2018).
Hasil uji tingkat ketelitian klasifikasi menggunakan matrik kesalahan
(confusion matrix) seperti disajikan pada Tabel 13 berikut.
34

Tabel 13. Maktrik Kesalahan Klasifikasi (Confusion Matrix) dan Akurasi


Klasifikasi
Data Lapangan (Training Set) Juml User’s
ah Accuracy
Hutan Semak Lahan Semak Belukar
Belukar Terbuka
Hutan 85 5 18 - - 108 85/108=
78,70%
Hasil Klasifikasi

Semak 5 19 84 - - 108 19/108=


Belukar 17,95%
Lahan 10 89 9 - - 108 9/108=
Terbuka 8,33%
Semak - - - - - - -
Belukar - - - - - - -
Jumlah 100 113 111 - - 324 -
Producer’s 85/100 = 19/113= 9/111= - - -
Accuracy 85% 16,81% 8,108%
Sumber : Hasil Analisis 2018

5.4 Kerapatan Vegetasi DAS Pager


Hasil perhitungan NDVI menujukan sebaran kerapatan vegetasi tutupan
lahan Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya berkisar antara
+ 0,084904 hingga + 0,551899. Hasil tersebut sangat cocok dengan pembagian
objek berdasarkan nilai NDVI DAS Pager memiliki kerapatan vegetasi yang
berbeda. Kerapatan vegetasi tersebut disajikan secara lengkap pada Tabel 14, dan
peta kerapatan hutan DAS Pager pada Gambar 12 berikut.
Tabel 14. Kerapatan Vegetasi di Pager, Kecamatan Rakumpit Kota Palngka Raya.
No. Kerapatan Selang Nilai Selang Kelas
1 Rendah 0,084904 - 0,24059 0,155665
2 Sedang 0,240510 - 0,396234
3 Tinggi 0,396235 - 0,551899
Sumber : Hasil Analisis 2018

Secara teoritis nilai NDVI berkisar antara – 1 hingga + 1. Nilai indek


vegetasi tutupan lahan secara umum berada pada kisaran antara + 0,1 hingga +
0,5. Nilai NDVI yang lebih besar dari kisaran ini diasosiasikan sebagai
representasi dari tingkat kesehatan vegetasi yang lebih baik (Prahasta, 2008 dalam
Waas dan Nababan 2010). Nilai kerapatan vegetasi ≤ 0 dianggap sebagai
repesentasi dari objek non vegetasi yang didapat dari citra landsat 8 OLI.
Kerapatan vegetasi DAS Pager disajikan pada Gambar 12 berikut.
32

Gambar 12. Peta Distribusi Kerapatan vegetasi DAS Pager

35
36

5.5 Buffer Sempadan Sungai


Pengolahan data jarak buffering untuk anak sungai diluar pemukiman
menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 yang
menyatakan 50 m untuk anak sungai di luar pemukiman dan tidak bertanggul.
Setelah dilakukan observasi lapangan bahwa hutan riparian Sungai Pager
dari pinggir sungai berjarak 30 m dan itu dibuktikan pada saat air naik dilakukan
pengukuran terhadap hutan riparian yang terendam sejauh 30 m. Hasil tersebut
data yang digunakan saat analisis untuk lebar riparian Sungai Pager adalah data
lapangan yang 30 m. Jarak sempadan sungai yang ditetapkan pemerintah berjarak
50 m tetap menjadi referensi tetapi tidak dianalis untuk menetukan jarak riparian
Sungai Pager.
Daerah sempadan sungai adalah kawasan di bagian kiri dan kanan
sepanjang sungai. Batasan sempadan sungai digunakan untuk penentuan riparian
sungai. Buffering sungai untuk menentukan zona riparian Sungai Pager. Zona
riparian yang ditetapkan sebagai zona perlindungan terhadap sungai tersebut.
Dalam manajemen sungai, zona riparian ditambah dengan badan sungainya
disebut koridor sungai (stream or river corridor) Sherllbeg (2001) dalam
Maryono. M (2017).
Buffering sungai berjarak 30 m yang sudah dibuat untuk penentuan
sempadan Sungai Pager untuk penentuan zona riparian khusus kawasan Sungai
Pager. Buffering Sungai Pager tersebut disajikan secara jelas pada Gambar 13
berikut.
36

Gambar 13. Peta Buffer Sempadan Sungai Pager

37
38

5.6 Hutan Riparian Sungai Pager


5.6.1 Komponen Utama Hutan Riparian
Komponen utama dari hutan riparian DAS Pager ialah jenis penutup
lahannya. Hasil observasi di lapangan terdapat beberapa jenis vegetasi penutup
lahan DAS Pager Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya, seperti yang
disajikan pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Vegetasi Penutup Lahan/Penutup DAS Pager Kecamatan Rakumpit


Kota Palangka Raya
Jarak Titik Vegetasi Penutup Lahan Keterangan Kedalaman Air Ketika
Koordinat dari Terendam/ Banjir
Sungai (m)
50 Galam Hulu di bagian 46 cm
Katiau kanan sungai
100 Meranti
50 Galam Hulu di bagian 46 cm
Tabulus burung kiri sungai
Katiau
100 Ehang
Rasak
Meranti
50 Galam Tengah di 27,7 cm
Katiau bagian kanan
100 Lutan (meranti) sungai

50 Katiau Tengah di 27,7 cm


Bintan bagian kanan
100 Rahenjang sungai
Papung
50 Kapur naga Hilir di bagian 50 cm
100 Mahalilis kiri sungai
Palepek
50 Kahui Hilir di bagian 50 cm
Belawan kanan sungai
Ehang
Jinjit
100 Hawuk
Ehang
Belawan
Sumber : Data lapangan (2018)

5.6.2 Kedalaman Gambut dan Muka Air Tanah


Hasil opservasi di lapangan bahwa tempat pengambilan sampel di bagian
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir Sungai Pager di kanan dan kiri sungai adalah
gambut. Walaupun kondisi tersebut tidak seluruhnya dijumpai di lokasi penelitian
39

hasil pengukuran kedalaman gambut dan muka air tanah tesebut disajikan secara
lengkap dalam Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Kedalaman Gambut/Mineral Padat Lainnya dan Kedalaman Muka Air
Tanah Lokasi Penelitian
Jarak titik pengeboran Kedalaman gambut/ mineral Tinggi muka Keterangan
dari pinggir sungai (m) padat lainnya (cm) air tanah(cm)
50 260 14 Hulu di bagian
100 230 21 kanan
50 58 10 Hulu di bagian
100 37 13 kiri
50 290 12 Tengah di
100 Berpasir - bagian kanan
50 240 12 Tengah di
100 50 15 bagian kiri
50 15 10 Hilir di bagian
100 Berpasir - kanan dan bekas
logpond
50 Tanah liat - Hilir di bagian
100 Tanah liat - kiri dan bekas
logpond
Sumber : Data lapangan 2018

Ketebalan gambut di lokasi penelitian berkisaran antara 37 cm – 290 cm,


hasil pengukuran kedalam gambut di kanan dan kiri Sungai Pager dan data
pengukuran tinggi muka air tanah ialah antara 10 cm – 21 cm. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa di sepanjang kiri dan kana Sungai Pager dengan jarak 50 m –
100 m dari sungai wilayah gambut. Syahruddin dan Nuraini (1997) bila lapisan
lebih tipis dari 50 cm, tidak disebut tanah gambut malainkan tanah bergambut,
dan bila C-organik tidak memenuhi persyaratan gambut seperti di atas, tanahnya
diklasifikasikan sebagai tanah berhumus. Untuk tanah gambut, Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat (1997), mengklasifikasikan kedalaman 4 kelas yaitu :
1. Gambut tipis 50-100 cm
2. Gambut sedang 101-200 cm
3. Gambut dalam 201-300 cm
4. Gambut sangat dalam >300 cm.

5.6.3 Kemiringan Lereng Riparian Sungai Pager

Berdasarkan hasil analisi kemiringan lereng hutan riparian Sungai Pager didapat
peta kemeringan lereng seperti yang disajikan secara lengkap pada Gambar 14
berikut.
38

Gambar 14. Peta Kemiringan Lereng Riparian di Sempadan Sungai Pager

40
41

Hulu DAS Pager merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan


lereng sangat curam (58 – 71 %), agak curam (33 – 45 %) dan curam (46 – 57 %).
Bagian tengah merupakan daerah dengan kelerengan landai (20 – 33 %) sampai
dengan kelerengan datar (7-19 %). Bentuk ini mengindikasikan daerah hulu
memberikan kontribusi aliran permukaan air yang cukup besar. Kemiringan
lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai (8-15 %), agak
curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam (>45 %) (Kimpraswil. D,
2007 dalam Heriyanto, 2013).
Hasil analisis kemiringan lereng hutan riparian DAS Pager tidak jauh
perbedaannya. Untuk mengklasifikasikan kelas kemiringan lereng diperlukan
suatu informasi geografis. Informasi geografis merupakan informasi mengenai
tempat-tempat yang terletak dipermukaan bumi. Semuanya dirangkai dalam suatu
sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis atau yang lebih dikenal dengan
istilah SIG.
42

5.6.4 Jenis dan LBD Hutan Riparian Sungai Pager


Berdasarkan hasil observasi vegetasi di kawasan riparian Sungai Pager,
ditemukan 28 jenis dan 12 famili. Daftar jenis vegetasi yang ditemukan pada area
penelitian ini disajikan pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Sungai Pager


No. Jenis Vegetasi
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin Famili
1 Rahenjang Jangka Kuning Xylopia maingai Annonaceae
2 Pampaning Pampaning Lithocarpus sp. Fagaceae
3 Mambalau Kandangan Shorea spp. Dipterocarpaceae
4 Nyatu Nyatu Palaquium spp. Sapotaceae
5 Resak Gia Cotylelobium spp. Dipterocarpaceae
6 Balawan Balawan Tristaniopsis whitheana Myrtaceae
(Griff)
7 Mambalau Kandangan Shorea spp. Dipterocarpaceae
8 Tabulus Tabulus Burung Litsea sp. Lauriceae
Burung
9 Katiau Katiau Madhuca motleyana Sapotaceae
10 Galam Tikus Galam Tikus Syzygium zeylanicum Myrtaceae
11 Pantung Jelutung Dyera castula Hook Apocynaceae
12 Upak Pala * * *
13 Prupuk Prupuk Lophopetalum spp. Calastraceae
14 Kapur Naga Kapur Naga Dryobalanops spp. Dipterocarpaceae
15 Bintan Bukit bintan Licania splendens Chrysobalanaceae
16 Mahambung Meranti merah Shorea smithiana Dipterocarpaceae
17 Jambu Hutan Jambu Hutan Exbucklandia populnea Myrtaceae
R. Brown
18 Jinjit Bintangor Calophyllum Calophyllaceae
dasypodum Miq.
19 Rimpahe Kayu malam-malam Diospyros areolata Ebenaceae
20 Butan * * *
21 Papang * * *
22 Mahalilis Bangkirai Shorea leavis Ridl Dipterocarpaceae
23 Karuing Karuing Dipterocarpus trinevis Dipterocarpaceae
24 Tabaras Tabaras Stemonurus scorpiodes Stemonuraceae
Becc
25 Balawan Balangeran Tristaniopsis Myrtaceae
pectinatum de Laub
26 Ehang Ehang Calophyllum Ebenaceae
dasypodum Miq.
27 Taburak * * *

28 Kahui Balangeran Shorea balangeran Dipterocarpaceae


Sumber : Data Lapangan 2018
43

Berdasarkan hasil analisi pembagian jenis-jenis pohon hutan riparian


Sungai Pager dapat diketahui persentase jumlah jenis vegetasi disetiap Segmen
disajikan pada Gambar 15 berikut.

Persentase Jumlah Jenis Vegetasi di Setiap Segmen


Sempadan Sungai Pager

31,00%
39,00%

Keterangan :
Hulu
Tengah
30,00%
Hilir

Gambar 15. Persentase Jenis Pohon di Hulu, Tengah, dan Hlir Sungai Pager

Hasil pembagian persentase di setiap wilayah seperti Gambar 15 di atas


maka didapat total LBD dan rata-rata LBD di bagian hulu, tengah, dan hilir. Data
terkait disajikan secara lengkap pada Gambar 16 berikut.

Total LBD dan Rata-Rata LBD


Total LBD Rata-Rata LBD

1,75 2,11

1,42

0,08
0,06
0,12
Hulu
Tengah
Hilir

Gambar 16. Total LBD dan Rata-rata LBD di Hulu, Tengah dan Hilir Sungai Pager
44

Karakteristik kelas tutupan lahan Kelurahan Pager Kecamatan Rakumpit


Kota Palangka Raya secara umum pada citra dan hasil di lapangan dapat dilihat
pada Tabel 18. Karakteristik tutupan lahan yang tampak di lokasi penelitian
meliputi Hutan, belukar, semak belukar, semak dan tanah terbuka. Informasi
tersebut secara lengkap disajikan dalam Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Karakteristik Tutupan Lahan Kelurahan Pager Tahun 2018 Citra
Landsat 8 OLI Komposit Band 654
Tutupan Gambar pada citra Gambar kondisi di Koordinat
lahan lapangan
Hutan S : 01°48’38.0”
E : 113°34’04.4”

Belukar S : 01°47’47”5
E : 113°41’37”

Semak S : 01°47’48.5”
Belukar E : 113°41’38”

Semak S : 01°47’48.5”
E : 113°41’38”

Lahan S : 01°47’50.6”
Terbuka E : 113°41’38.2”
45

5.6.5 Riparian Sungai Pager Bagian Hulu


Riparian Sungai Pager bagian hulu bervegetasi, yaitu vegetasi dalam
bentuk hutan. Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian hulu, masih ada penahan
sehingga air mengalir secara lambat. Jenis vegetasi riparian hulu Sungai Pager
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hulu di Segmen Kiri Sungai
Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin
1 Rahanjang Jangkang Kuning Xylopia maingai Annonaceae
2 Pampaning Pampaning Lithocarpus sp. Fagaceae
3 Mambalau Kandangan Shorea spp. Dipterocarpaceae
4 Nyatu Nyatu Palaquium spp. Sapotaceae
5 Resak Gia Cotylelobium spp. Dipterocarpaceae
6 Balawan Balawan Tristaniopsis whitheana Myrtaceae
(Griff.)
Sumber : Data Lapangan 2018

Tabel 20. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hulu di Segmen Kanan
Sungai Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagang Nama latin
1 Membalau Kandangan Shorea spp. Dipterocarpaceae
2 Tabulus burung Tabulus burung Litsea sp. Lauriceae
3 Katiau Katiau Madhuca motleyana Sapotaceae
4 Galam tikus Gelam tikus Syzygium Myrtaceae
zeylanicum
5 Jelutung Jelutung Dyera costula Hook Apocynaceae
*
6 Upak pala * *
7 Prupuk Prupuk Lophopetalum spp. Calastraceae
8 Kapur naga Kapur naga Dryobalanops spp. Dipterocarpaceae
9 Nyatu Nyatu Palaquium spp. Sapotaceae
Sumber : Data Lapangan 2018

Hasil observasi lapangan ditemukan jenis-jenis pohon hutan riparian


Sungai Pager seperti pada Tabel 19 dan 20 di atas. Hasil perhitungan didapat
persentase di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Persentase tersebut disajikan
pada Gambar 17 berikut.
46

Persentase Jumlah Jenis Vegetasi di Bagian Hulu


Sempadan Sungai Pager

40,00%

60,00% Keterangan :
Hulu bagian Kiri dari hilir

Hulu bagian Kanan dari


hilir

Gambar 17. Persentase Jenis Pohon Hutan Riparian di Bagian Hulu Kanan dan Kiri Sungai Pager

Hasil dari pembagian persentase di bagian hulu tersebut maka didapat


total LBD dan rata-rata LBD di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Pembagian
Total LBD dan rata-rata LBD tersebut disajikan pada Gambar 18 berikut.

Total LBD dan Rata-Rata LBD di Bagian Hulu


Sempadan Sungai Pager (m²)
Kanan Kiri

1,02

0,72

0,07 0,09

Total LBD
Rata-Rata LBD

Gambar 18. Total LBD dan Rata-rata LBD Bagian Hulu di Segmen Kanan dan Kiri Sungai Pager

Kondisi riparian Sungai Pager di bagian hulu di segmen kanan dan kiri
Sungai Pager seperti yang disajikan pada Gambar 19 berikut.
47

S : 01°48’39” S : 01°48’39”
E : 113°34’9” E : 113°40’9”
A B
Gambar 19. Riparian Hulu Sungai Pager Bagian Kiri (A) dan Bagian Kanan (B)

Secara umum pada riparian di bagian hulu Sungai Pager masih


ditemukan vegetasi berupa hutan dan pada spot hutan ditemukan kerusakan
riparian yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat yang melakukan
penambangan emas dengan kerusakan antara ± 20-50 m di kanan dan kiri sungai.
Gambaran kerusakan riparian Sungai Pager pada Gambar 20 berikut.

S : 01°48’44” S : 01°48’44”
E : 113°34’31” E : 113°34’30”
A B
Gambar 20. Bekas Aktivitas Tambang Emas Bagian Kiri Hulu (A)
dan di bagian hulu Sungai Pager (B)
48

5.6.6 Riparian Sungai Pager Bagian Tengah


Riparian Sungai Pager bagian tengah di kanan dan kiri juga bervegetasi,
yaitu berupa hutan dan semak. Jenis vegetasi riparian bagian tengah Sungai Pager
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Tengah di Segmen Kanan
Sungai Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin
1 Resak Gia Cotylelobium spp. Dipterocarpaceae
2 Bintan bukit Bintan Licania splendens Crissobalanaceae
3 Mahambung Meranti Merah Shorea smithiana Dipterocarpaceae
4 Jambu hutan Jambu Hutan Exbucklandia populnea Myrtaceae
R. Brown
5 Nyatu Nyatu Palaquium spp. Sapotaceae
6 Jinjit Jinjit Calophyllum dasypodum Calophyllaceae
Miq.
Sumber : Data Lapangan 2018

Tabel 22. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Tengah di Segmen Kiri
Sungai Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin
1 Rimpahe/kayu Malam-malam Diospyros areolata Ebenaceae
malam-malam
2 Butan * * *
3 Katiau Katiau Madhuca motleyana Sapotaceae
4 Papang * * *
5 Nyatu Nyatu Palaquium spp. Sapotaceae
6 Mahalilis Bengkirai Shorea leavis Ridl Dipterocarpaceae
7 Jinjit Bintangor Calophyllum Calophyllaceae
dasypodum Miq.
8 Kruing Kruing Dipterocarpus Dipterocarpaceae
trinervis
9 Tabaras Tabaras Stemonurus Stemonuraceae
scorpiodes Becc.
Sumber : Data Lapangan 2018

Hasil observasi lapangan ditemukan 6 jenis pohon pada hutan riparian


tengah pada bagian kanan Sungai Pager seperti pada Tabel 21 di atas dan
ditemukan 9 jenis pohon di bagian kiri Sungai Pager seperti pada Tabel 22 di atas.
Penemuan jenis-jenis pohon pada hutan riparian tersebut dapat diketahui
persentase di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Persentase tersebut disajikan
secara lengkap pada Gambar 21 berikut.
49

Persentase Jumlah Jenis Vegetasi di Bagian Tengah


Sempadan Sungai Pager

40,00%
60,00% Keterangan :
Tengah Bagian Kanan
Sungai Pager
Tengah Bagian Kiri
Sungai Pager

Gambar 21. Persentase Jenis-jenis Pohon Riparian di Bagian Tengah Kanan dan Kiri Sungai Pager

Persentase di bagian tengah tersebut didapat total LBD dan rata-rata LBD
di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Total LBD dan rata-rata LBD tersebut
disajikan pada Gambar 22 berikut.

Total LBD dan Rata-Rata LBD di Bagian Tengah


Sempadan Sungai Pager (m²)
Kanan Kiri

0,74
0,69

0,06 0,07

Total LBD
Rata-Rata LBD

Gambar 22. Total LBD dan Rata-rata LBD Pohon di Bagian Tengah Hutan Riparian Sungai Pager
50

Kondisi riparian Sungai Pager di bagian tengah di segmen kanan dan kiri
Sungai Pager seperti yang disajikan pada Gambar 23 berikut.

S : 01°48’46” S : 01°48’44”
E : 113°38’16” E : 113°34’43”
A B
Gambar 23. Riparian Tegah Sungai pada Bagian Kiri (A) dan
Bagian Kanan Sungai Pager (B)

Pada riparian di bagian tegah kanan dan kiri riparian Sungai Pager
ditemukan kerusakan riparian yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat, dengan
cakupan pada hutan riparian antara ± 50 - 100 m di kanan dan kiri sungai.
Kerusakan wilayah riparian pada segmen ini tersaji pada Gambar 24 berikut.

S : 01°48’38” S : 01°48’40”
E : 113°38’48” E : 113°38’33”
A B
Gambar 24. Eks Pertambangan Emas Bagian Tengah Kiri (A) dan
di bagian Tengah Kanan Sungai Pager (B)
51

5.6.7 Riparian Sungai Pager Bagian Hilir


Riparian Sungai Pager di bagian hilir kanan dan kiri bervegetasi, yaitu
dalam bentuk hutan, semak belukar dan belukar. Hal ini menunjukkan bahwa pada
bagian hilir, masih ada penyerapnya sehingga air dapat mengalir secara lambat.
Jenis vegetasi riparian bagian hilir Sungai Pager dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hilir di Segmen Kiri Sungai
Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin
1 Belawan Balawan Tristaniopsis pectinatum Myrtaceae
de Laub
2 Kahui Balangeran Shorea balangeran Dipterocarpaceae
3 Ehang Ehang Diospyros siamang Bakh Ebenaceae
4 Jinjit Bintangor Calophyllum dasypodum Calophyllaceae
Miq.
Sumber : Data Lapangan 2018

Tabel 24. Jenis-jenis Pohon Hutan Riparian Bagian Hilir di Segmen Kanan Sungai
Pager dari Hilir Sungai Pager
No. Jenis vegetasi Famili
Nama lokal Nama perdagangan Nama latin
1 Kapur naga Kapur naga Dryobalanops spp. Dipterocarpaceae
2 Mambalau Kandangan Shorea spp Dipterocarpaceae
3 Pampaning Pampaning Lithocarpus spp. Fagaceae
4 Keruing Keruing Dipterocarpus trinervis Dipterocarpaceae
5 Mahalilis Bangkirai Shorea leavis Ridl Dipterocarpaceae
6 Taburak * * *
7 Pantung Jelutung Dyera castula Hook Apocynaceae
8 Tabaras Tabaras Stemonurus scorpiodes Dipterocarpaceae
Becc.
9 Katiau Katiau Madhuca motleyana Sapotaceae
Sumber : Data Lapangan 2018

Hasil observasi lapangan ditemukan 4 jenis pohon pada hutan riparian di


hilir pada bagian kiri Sungai Pager seperti pada Tabel 23 di atas dan ditemukan 9
jenis pohon di bagian kanan Sungai Pager seperti pada Tabel 24 di atas.
Penemuan jenis-jenis pohon pada hutan riparian tersebut dapat diketahui
persentase di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Persentase tersebut disajikan
secara lengkap pada Gambar 25 berikut.
52

Persentase Jumlah Jenis Vegetasi di Bagian Hilir


Sempadan Sungai Pager

31,00%

Keterangan :
69,00%
Kiri Bagian Hilir Sungai
Pager
Kanan Bagian Hilir Sungai
Pager

Gambar 25. Persentase Jenis-Jenis Pohon Hutan Riparian di Hilir pada Segmen Kanan dan Kiri
Sungai Pager

Persentase di bagian hilir tersebut maka didapat total LBD dan rata-rata
LBD di bagian kanan dan kiri Sungai Pager. Pembagian Total LBD dan rata-rata
LBD tersebut disajikan pada Gambar 26 berikut.

Total LBD dan Rata-Rata LBD di Bagian Hilir


Sempadan Sungai Pager (m²)
Kanan Kiri

2,07

0,03
0,01 0,16

Total LBD
Rata-Rata LBD

Gambar 26. Total LBD dan Rata-Rata LBD di Bagian Hilir Sungai Pager pada Segmen Kanan
dan Kiri

Kondisi riparian Sungai Pager di bagian hilir di segmen kanan dan kiri
Sungai Pager seperti yang disajikan pada Gambar 27 berikut.
53

S : 01°47’42” S : 01°47’48”
E : 113°41’26” E : 113°41’37”
A B
Gambar 27. Riparian Sungai Bagian Hilir Kanan (A) dan Bagian Hilir Kiri Sungai Pager (B)

Pada riparian di bagian hilir kanan dan kiri Sungai Pager ditemukan spot
tertentu penggunaan lahan di kawasan riparian berupa lahan pemukiman dan
jembatan. Riparian hilir yang terbangun siring untuk menahan jembatan dan
pemukiman. Pemanfaatan riparian bagian hilir disajikan pada Gambar 28 berikut.

S : 01°48’26” S : 01°48’26”
E : 113°40’55” E : 113°40’58”
A B
Gambar 28. Pemanfaatan Sebagian Riparian Sungai Pager Bagian Kiri Terbanguan Siring
Penahan Jembatan (A) dan Bagian Kanan Terbangun Pemukiman (B)
54

5.7 Kerapatan Hutan Riparian Sungai Pager


Hasil analisis dari seluruh data parameter penentu batas riparian Sungai
Pager. Dimana seluruh data parameter tersebut terdiri dari data penutup lahan
DAS Pager, jaringan sungai dan buffering Sungai. Data-data tersebut digabungkan
dengan menggunakan overlay analysis. Analisis tersebut pada dasarnya
menggabungkan seluruh informasi dari setiap data dalam satu output. Hasil dari
analisis tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembuatan peta kelas kerapatan
riparian Sungai Pager (NDVI). Analisis tersebut didapat satu output yang berisi
seluruh informasi dari setiap data parameter yang selanjutnya dilakukan
penjumlahan total.
Perhitungan matematis ini dilakukan agar setiap informasi data yang
menyusun peta riparian sungai memiliki nilai logic yang dapat mengambarkan
kerapatan NDVI riparian sungai tersebut. Peta kerapatan riparian Sungai Pager
disajikan secara jelas pada Gambar 29 berikut.
41

Gambar 29. Peta Kelas Kerapatan Hutan di Sempadan Sungai Pager (NDVI)

55
56

Analisis kerapatan hutan riparian Sungai Pager dapat diketahui jumlah


persentasenya seperti yang disajikan secara lengkap pada Gambar 30 berikut.

Persentase Luas Kerapatan Hutan Riparian di


Sempadan Sungai Pager (ha)

1,00%

34,00%

65,00% Keterangan :
Tinggi
Sedang
Rendah

Gambar 30. Persentase Kerapatan Hutan Riparian Sungai Pager

Gambar 30 di atas menujukan hutan riparian didominasi vegetasi yang


lebat yaitu sebesar 65,00%, vegetasi sedang yaitu sebesar 34,00% dan vegetasi
jarang yaitu sebesar 1,00%. Data tersebut didapat dari hasil kerapatan vegetasi
DAS Pager kemudian dibuat buffering sungai berjarak 30 m sesuai hasil yang
didapat dari observasi dilapangan.
Pengolahan kerapatan hutan riparian Sungai Pager kemudian data
tersebut dibuat menjadi peta riparian sungai pager. Setelah peta hutan riparian
didapat kemudian dianalisis untuk mengetahui jumlah hutan riparian yang ada di
DAS Pager sesuai dengan buffering 30 m. Berdasarkan Gambar 29 di atas dapat
diketahui sebaran hutan riparian Sungai Pager secara lengkap disajikan pada
Gambar 31 berikut.
41

Pengambilan Sampel Bagian Hulu

Pengambilan Sampel Bagian Hilir

Pengambilan Sapel Bagian Hilir


Gambar 31. Peta Distribusi Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager

57
58

Hasil analisis dari Gambar 31 di atas bahwa hutan riparian Sungai Pager
memiliki hasil persentase berbeda disetiap segmen. Hasil persentase tersebut
dapat dilihat pada Gambar 32 berikut.

Persentase Luas Hutan Riparian di Sempadan Sungai


Pager (ha)
166,51 ha
(1,90%) 796,11 ha
(9,10%)
Keterangan :
7.788,15 ha
(89,00%) < 30 m
> 50 m
30 - 50 m

Gambar 32. Jumlah Persentase Hutan Riparian di Setiap Segmen

Analisis dari peta distribusi hutan riparian wilayah Sungai Pager pada
Gambar 31 di atas dapat diketahui bahwa hutan riparian > 50 m dari pinggir
sungai dengan luas 796,11 ha, < 30 m dengan luas 166,51 ha, dan 30-50 m dengan
luas 7.788,15 ha dari analasis tersebut didapat total keseluruhan hutan riparian
Sungai Pager seluas 8.750,77 ha dari seluruh DAS Pager. Setalah itu dihitung juga
luas total DAS Pager, total luas hutan DAS Pager seperti yang disajikan dalam
Gambar 33 berikut.
59

32.377,28 ha

8.750,77 ha
3.145,00 ha
(19,77%)
(7,10%)

Luas DAS Pager


Luas Hutan DAS
Pager Luas Riparian

Total

Gambar 33. Luas Riparian, Luas Keseluruhan DAS Mikro dan Total Pesentase Hutan Riparian

Hasil analisis peta kerapatan hutan riparian Sungai Pager dan hasil
analisis peta sebaran hutan riparian Sungai Pager diperoleh data untuk peta luasan
kerapatan riparian tersebut. Data tersebut di overlay atau digabungkan sehingga
menjadi peta luasan kerapatan hutan riparian Sungai Pager. Komponen utama dari
peta tersebut adalah menentukan kerapatan hutan riparian di sempadan sungai >50
m, 30-50 m dan < 30 m. Hasil analisis kerapatan hutan riparian disajikan pada
Gambar 34 berikut.

1.873,97 ha
30 - 50 m (21,41%)
5.914,09 ha
(67,58%)
Sempadan sungai

> 50 m 74,89 ha (0,86%)


721,22 ha Keterangan :
(8,24%) Sedang
Tinggi

< 30 m
166,55 ha
(1,90%)

Gambar 34. Luasan Kerapatan Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager


60

Bagian hulu Sugai Pager dengan tegakan yang diuji kerapatan tinggi dan
sedang dengan jarak >50 m dari pinggi sungai sangat jarang ditemukan kegiatan
masyarakat, tengah Sungai Pager berjarak 30 -50 m dari pinggi sungai dengan
kerapatan hutan riparian tinggi dan sedang yaitu sering ditemukan kegiatan
masyarakat sedangkan bagian hilir berjarak < 30 m dari pinggi sungai dengan
kerapatan tinggi hanya 1,90 % ditemukan hasil dari analisis data dari jumlah hutan
ripariannya. bagian hilir yang sering terkena banjir maka jarang ditemukan
kegiatan masyarakat. Penggunaan lebar sempadan sungai sebagai zona riparian
dapat diterapkan berdasarkan definisi dari beberapa peneliti yang menyebutkan
riparian sebagai zona peralihan yang berada di tepian sungai (Turner et al, 2001
dalam Ia Song 2001). Peta luasan kerapatan hutan riparian Sungai Pager diajikan
pada Gambar 35 berikut.
58

Gambar 35. Peta Kelas Kerapatan Hutan Riparian di Sempadan Sungai Pager

61
62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebaran hutan riparian Sungai Pager di bagian hulu >50 m hanya sebanyak
44%, di bagian tengah 30-50 m hanya sebanyak 51% dan di bagian hilir < 30 m
hanyak sebanyak 5%.
2. Hutan riparian Sungai Pager di dalamnya memiliki 28 jenis pohon dengan 12
famili.
3. Karakteristik biofisik sebaran kerapatan hutan riparian Sungai Pager dengan
sempadan sungai > 50 m dengan kerapatan tinggi 48% dan kerapatan sedang
48%, 30-50 m dengan kerapatan tinggi 39% dan kerapatan sedang 39%
sedangkan <30 m dengan kerapatan tinggi 44%.
4. Hutan riparian Sungai Pager bervariasi, dimana kondisi lahan di sempadan
bagian hulu dan tengah gambut dan bergambut sedangkan di bagian hilir
Sungai Pager merupakan lahan mineral.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pemetaan hutan riparian Sungai Pager
Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya yang telah dirumuskan, hal yang
direkomendasikan yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya atau pihak swasta yang
memiliki kepentingan untuk pengambilan tindakan dalam pencegahan kerusakan
kawasan sempadan sungai.
63

DAFTAR PUSTAKA

Arnanto. 2013. Pemanfaatan Transformasi Normalized Difference Vegetation


Index (NDVI) Citra Landsat Tm untuk Zonasi Vegetasi di Lereng Merapi
Bagian Selatan. Laboratorium SIG/SIP Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional Geomedia Volume 11 Nomor 2 November.
Aini, N. Muljo, S. Bangun. 2016. Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk
Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi
Kasus: Kawasan Gunung Bromo). [Jurnal]. Jurusan Teknik Geomatika,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Badan Pusat Stasistik Kota Palangka Raya. 2017. Kecamatan Rakumpit dalam
Angka. Diakses 20 September 2017.
Https:/id.m.Wikipedia.org/wiki/mintakat_riparian.Diakses pada tanggal 16
Agustus 2017.
Ia Song. 2014. Jenis-Jenis Vegetasi Riparian Sungai Ranoyapo, Minahasa
Selatan. [Jurnal]. LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsrat, Manado.
Linsley. 1980. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2018.
Maryono. 2017. Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Marwati. 2018. Analisis Perbandingan Klasifikasi Tutupan Lahan Kombinasi
Data Point Cloud Lidar dan Poto Udara Berbasis Metode Segmentasi
dan Supervised. [Jurnal]. Geodesi Undip. Depatemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Noviandi. 2016. Manajemen Langskap Riparian sebagai Strategi Pengedalian
Ruang Terbuka Biru pada Sungai Ciliwung. (Tesis) Institut Pertanian
Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26/2008. Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38/2011. Tentang Sungai. Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 63 Tahun 1993.
Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
No. 28 Tahun 2015. Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan
Garis Sempadan Danau. Jakarta.
64

Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia No. 8 Tahun 2017.


Tentang Standar Nasional Perpustakaan Kabupaten/Kota. Jakarta.
Rahayu, Candra. 2014. Koreksi Radiometrik Citra Landsat-8 Kanal
Multispektral Menggunakan Top of Atmosphere (Toa) untuk
Mendukung Klasifikasi Penutup Lahan. Universitas Jendral Sudirman.
Rahayu al et. 2017. Pengaruh Karakteristik Sub DAS Ganggang Terhadap Banjir
di Desa Ngulanan Kecamatan Danper Kabupaten Bojonegoro. [Jurnal].
Vol. 22 Nomor 2. Oktober.
Syahruddin, Nuraini. 1997. Identifikasi Gambut di lapangan [Jurnal]. Lokakarya
Fungsional Non Penelitian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Supriatna. W, Sukartono. 2002. Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi dan
Penajaman) Citra Satelit. Buletin Teknik Pertanian Vol.7.7 Nomor 1.
Siahaan, R. 2012. Peranan Vegetasi Riparian dalam Mempertahankan Kualitas
Air Sungai Cisadane. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertaniaan Bogor.
Syah. W. M, Hariyanto. T. 2013. Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan
Menggunakan Pengembangan Sistem Informasi Geografis Sebagai
Evaluasi Kesesuaian Landasan Pemukiman Berdasarkan Undang-
Undang Tata Ruang Dan Metode Fuzzy. [Jurnal]. Teknik Pomits vol. X,
No. X, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). Jurusan Teknik
Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh November.
Susilawati. 2014. Teknik Pengolahan Citra. [Jurna]. Program Studi Teknik
Informatika/Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
SNI 7645-2014. Klasifikasi Penutup Lahan. Ditetapkan di Jakarta.
Sumpurno. 2016. Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8
Operational Land Imager (Oli) Di Kabupaten Sumedang. )Laboratorium
Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik
Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran. [Jurnal] Teknotan Vol. 10 No. 2, November.
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Jakarta.
Waas. D. J. Harold, Nababan. B. 2010. Pemetaan dan Analisis Index Vegetasi
Mangrove di Pulau Saparua, Maluku Tengah. [Jurnal]. Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. IPB.
Wirandha . 2015. Klasifikasi Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Satelit Spot-
6 di Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Besar. [Jurnal]. ISSN : 2088-
9984. Syariah Kuala University, Banda Aceh.
65

LAMPIRAN
62

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Sampai di Ujian Skripsi


BULAN (2018)
No. Deskripsi kegiatan
FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER
PELAKSANAAN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan
Permohonan Penerbitan Surat
2
Pengatar Penelitiaan
3 Pelaksanaan Penelitiaan
4 Pengumpulan Data
5 Konsultasi Data Lapangan
5 Analisi Data
Penyusunan draf laporan/hasil
6
Penelitiaan
Konsultasi Laporan Hasil
7 Penelitiaan dan Penyusunan
Draf Hasil Penelitian

8 Seminar Hasil Penelitian


Konsultasi dan Perbaikan
9 Setelah Seminar Hasil
10 Ujian dan Komprehensif

65
66

Lampiran 2. Jenis-jenis Pohon, Diameter, TBC, TTP, LBD di Kiri (A) dan Kanan
(B) Sungai Pager pada Lokasi Penelitian
Plot : IA
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Rahenjang 20 13 20 0,03
2 Meranti 20,5 16 18 0,03
3 Katiau 24,2 14 17 0,04
4 Galam 23,1 12 15 0,04
5 Mahalilis 28,5 19 22 0,06
6 Pampaning 22 15 18 0,03
7 Membalau 39 30 35 0,11
8 Nyatu 47 17 25 0,17
9 Rasak 35 30 40 0,09
10 Belawan 32 25 30 0,08
Jumlah 0,72
Rata-Rata 0,07
Sumber : Data Lapangan 2018

Plot : IB
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Mambalau 23 10 14 0,04
2 Tabulus burung 29 15 17 0,06
3 Katiau 22 8 13 0,03
4 Galam tikus 45 10 13 0,15
5 Jelutung 37 11 15 0,10
6 Upak pala 32 16 20 0,08
7 Parupuk 26 15 17 0,05
8 Kapur naga 27 10 12 0,05
9 Nyatu 48 12 15 0,18
10 Kapur naga 36 27 30 0,10
11 Nyatu 42 30 35 0,13
Jumlah 1,02
Rata-Rata 0,09

Sumber : Data Lapangan 2018


67

Lanjutan Lampiran 2
Plot : IIA
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Rasak 24,8 15 20 0,04
2 Bintan 24,6 17 22 0,04
3 Bintan 22 12 15 0,03
4 Rasak 23 10 15 0,04
5 Mahambung 35 17 25 0,09
6 Jambu hutan 24 15 17 0,04
7 Nyatu 31,5 15 18 0,07
8 Rasak 24 12 15 0,04
9 Mahambung 31 10 13 0,07
10 Mahambung 32 25 28 0,08
11 Jinjit 34 15 17 0,09
Jumlah 0,68
Rata-Rata 0,06
Sumber : Data Lapangan 2018

Plot : IIB
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Rimpahe 30 15 17 0,07
2 Butan 27,5 12 15 0,05
3 Katiau 32 10 14 0,08
4 Katiau 39 11 15 0,11
5 Papang 23 10 15 0,04
6 Nyatu 40 10 16 0,12
7 Mahalilis 30 14 16 0,07
8 Jinjit 30 15 16,5 0,07
9 Karuing 20 10 13 0,03
10 Tabaras 21 15 17 0,03
11 Katiau 20 11 12 0,03
Jumlah 0,73
Rata-Rata 0,06

Sumber : Data Lapangan 2018


68

Lanjutan Lampiran 2
Plot : IIIA
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Belawan 3,1 5 7 0,00
2 Kahui 4,2 6 7,5 0,00
3 Ehang 2,5 3 6,98 0,00
4 Jinjit 2 4 6 0,03
Jumlah 0,03
Rata-Rata 0,00
Sumber : Data Lapangan 2018

Plot : IIIB
No. Jenis Vegetasi Ø (cm) TBC (m) TTP (m) LBD (m²)
1 Kapur naga 33 14 16 0,08
2 Mambalau 22 13 15 0,03
3 Kapur naga 53,5 15 17 0,22
4 Pampaning 26 16 19 0,05
5 Tabaras 31 15 22 0,07
6 Keruing 66,5 16 19,5 0,34
7 Mahalilis 41 14 16 0,01
8 Taburak 33,5 15 19 0,08
9 Taburak 22 10 12 0,03
10 Pantung 32 12 16 0,08
11 Tabaras 28 17 19 0,06
12 Katiau 28 16 19 0,06
13 Kahui 107,5 25 30 0,90
Jumlah 2,07
Rata-Rata 0,15
Sumber : Data Lapangan 2018

Ket : TBC : Tinggi Bebas Cabang (m)


TTP : Tinggi Total Pohon (m)
LBD : Luas Bidang Dasar (m²)
Ø : Diameter (cm)
69

Anda mungkin juga menyukai