Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN


MARGIN KEUNTUNGAN DAN ALUR PEMASARAN KAYU LOKAL DI DISTRIK
MANOKWARI UTARA

(Earning Rate of Wooden Processing Sellers Based on Profit Margin and Selling
Flow of Local Wooden Process in Manokwari Utara Sub-District)

Febriyanti Dedan Paririe1 Jonni Marwa1 dan Novita Panambe1


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, Papua Barat,
98314. Tlp/Fax: +62986211065.

Penulis Korespondensi: Email: jonnimarwa@gmail.com
Diterima: 02 Okt 2019| Disetujui: 27 Okt 2019

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan di tingkat pengusaha kayu
(pemilik hak ulayat, penampung kayu, dan pengusaha kayu), menilai margin keuntungan di
masing-masing pengusaha kayu dan mendeskripsikan alur dan mekanisme/sistem
penebangan dan pemanfaatan kayu. Penelitian ini dirancang menggunakan metode
deskriptif dengan teknik survei lapangan dan objek dalam penelitian ini adalah pengusaha
kayu gergajian yang mengolah hasil hutan di Distrik Manokwari Utara. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalan tabulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan hak ulayat sekaligus pengusaha kayu sebesar Rp.
29.400.000/tahun, pemilik hak ulayat sekaligus penampung kayu Rp. 13.100.000/tahun dan
pengusaha kayu Rp. 28.000.000/tahun. Margin keuntungan pemilik hak ulayat sekaligus
pemilik stand kayu adalah 56,112%, pemilik hak ulayat yang juga penampung kayu
35,85% dan pegusaha kayu 30,82%. Alur perdagangan kayu yang berasal dari Distrik
Manokwari Utara dijual ke pasar lokal di Distrik Manokwari Utara dan dalam kota
Manokwari dengan margin keuntungan tertinggi adalah saluran pemasaran dari stand kayu
ke konsumen akhir di kota Manokwari dan sekitarnya.
Kata kunci: tingkat pendapatan, kayu gergajian, alur pemasaran, margin keuntungan, hak
ulayat

Abstract
This study aims at revealing income rates of wood small concessioners (customary right
holder, temporarily wooden damping employee, wooden entrepreneur), assessing profit
margins at each wooden entrepreneur as well as describing a mechanism flow of wood
sortiment after cutting down. The study designed using a descriptive method by way of field
observation technique for the main object which is wooden entrepreneurs that managed
multiple forest products in the area of North Manokwari sub-district. Data obtained then
analyzed descriptively and the information presented in tabulated forms. The result noticed
the income of customary right holder as well as wooden entrepreneur earned was IDR
29,400,000/year, while for customary right holder as well as temporarily wooden damping
employee earned IDR 13,100,000/year and wooden entrepreneur was IDR 28/year. The
profit margin of customary right holder as well as wooden entrepreneur was 56.112%,
196
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

while for the customary right holder as well as temporarily wooden damping employee was
35.85% and wooden entrepreneur was about 30.82%. Wooden trade flow that initiated
from North Manokwari sub-district was then sold to the closed surrounding areas and
market in the city of Manokwari by the highest profit margin was the flow from wood
processing sellers to the ending consumers in the surrounding of Manokwari area.
Keywords: earning rate, wooden sawn, trade flow, profit margin, customary right

PENDAHULUAN Pendapatan merupakan balas jasa yang


Papua merupakan bagian dari wilayah diterima seseorang dalam melaksanakan
Negara Kesatuan Republik Indonesia proses produksi (Mamusung 2005).
yang terletak di bagian paling timur Penggergajian kayu adalah kegiatan
gugusan kepulauan nusantara. Papua mengkonversi kayu maupun panel kayu
memiliki potensi kekayaan alam yang menjadi produk berdaya guna, bernilai
berlimpah yang penuh dengan potensi dan berestetika tinggi lewat serangkaian
hasil hutan kayu dan bukan kayu. proses (Wahyudi 2013). Pendapatan
Sebagian besar wilayah Papua Barat menjadi faktor penting dalam
merupakan kawasan hutan dengan total pengusahaan hutan karena dapat
kawasan hutan seluas 31 juta hektar yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
terbagi atas kawasan konservasi (44,8%) Karena itu masyarakat yang tinggal di
dan kawasan hutan produksi (52,6%) dalam dan sekitar kawasan hutan sering
sedangkan (2,6%) adalah areal penggunaa mengumpulkan hasil hutan dan
lainya (APL) (The World Bank 2008). mengelolanya baik untuk memenuhi
Hutan mempunyai peranan yang cukup kebutuhan konsumsi rumah tangga
penting dalam memenuhi kebutuhan maupun untuk tujuan komersil.
hidup manusia. Masyarakat yang tinggal Pengusahaan hutan di Papua tidak
di dalam maupun di sekitar hutan terlepas dari hak kepemilikan masyarakat
memanfaatkan hutan sebagai sumber adat. Karena secara de facto (berdasakan
penghasilan bahan makanan/minuman, fakta) semua hutan di wilayah Papua
sumber obat-abatan, bahan dikalim sebagai milik komunal atau
senjata/perkakas, bahan masyarakat adat, baik hak milik suku
bagunan/kontruksi, sumber energi, maupun marga. Distrik Manokwari Utara
sumber bahan magris/ritual dan lain merupakan salah satu distrik dari
sebagainya (Lekitoo et al. 2017). Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua
Pembangunan di bidang kehutanan Barat yang memiliki potensi hasil hutan
diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya yang dimanfaatkan sebagai usaha kayu
hutan secara optimal dan lestari serta gergajian oleh masyarakat di sekitar
diupayakan untuk meningkatkan hutan. Karena wilayah ini juga diklaim
kesejahteraan hidup masyarakat. sebagi milik masyarakat adat Arfak yang
Pemanfaatan sumberdaya hutan menyebut diri mereka sebagai Suku
khususnya hasil hutan kayu untuk Meyahk.
dijadikan kayu gergajian (Mamusung Tujuan dari penelitian ini antara lain
2005). untuk mengetahui pendapatan di tingkat
pengusaha kayu (pemilik hak ulayat,
197
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

penampung kayu, dan pengusaha kayu), Prosedur Penelitian


menilai margin keuntungan di masing-
Secara umum, kegiatan penelitian ini
masing pengusaha kayu serta
dilakukan melalui beberapa tahapan
mendeskripsikan alur dan kegiatan antara lain kegiatan survei awal
mekanisme/sistem penebangan dan dimana dilakukan pengecekan lokasi
pemanfaatan kayu. Melalui penelitian ini pengambilan data dan mencari informasi
diharapkan memberikan manfaat bagi mengenai responden yang akan di
pemerintah Kabupaten Manokwari dalam wawancara. Kemudian dilakukan proses
menyusun program pengembangan usaha
pengambilan data yang terdiri dari
kayu gergajian dan sekaligus sebagai
 Pengambilan titik koordinat lokasi
informasi dasar dan studi kelayakan bagi
penelitian menggunakan global
pengusaha kayu gergajian dalam
position system (GPS).
mengambil langkah-langkah penekanan
 Pengambilan data variabel utama
biaya produksi seefisiensi mungkin untuk
dilakukan dengan wawancara
mendapatkan keuntungan dan
kepada responden menggunakan
diverifikasi, serta pengembangan mutu
kuisioner.
produk.
 Pengambilan dokumentasi
METODE PENELITIAN penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di Distrik Pengolahan Data
Manokwari Utara Kabupaten Manokwari Data penelitian berupa informasi biaya
selama satu bulan yakni dari bulan Juli yang telah dikumpulkan kemudian di
s/d Agustus tahun 2018. Penelitian ini entri ke dalam program Microsoft Excel
dirancang menggunakan metode dan diolah menggunakan formula.
deskriptif dengan teknik survei lapangan.
Yang menjadi objek dalam penelitian ini Analisis Data
adalah pengusaha kayu gergajian yang Data yang diperoleh dianalisis secara
mengolah hasil hutan di Distrik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk
Manokwari Utara. tabulasi berdasarkan tinggkat pendapatan
Variabel Pengamatan usaha dari pengusaha kayu gergajian
lokal di Distrik Manokwari Utara.
Variabel penelitian ini terdiri dari
variabel utama dan variabel penunjang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel utama yang diamati dalam
Identitas Pemilik Kayu/Pengusaha
penelitian ini terdiri dari jenis tegakan,
Kayu Lokal
besarnya biaya pengusahaan kayu, besar
penerimaan pengusahaan kayu serta Kawasan hutan yang menjadi lokasi
besarnya pendapatan pengusahaan kayu. penelitian ini secara hukum merupakan
Sementara yang menjadi varibel kawasan hutan produksi dan sebagian
penunjang pada penelitian ini adalah kawasan lindung, namun berdasarkan
keadaan umum lokasi penelitian. kenyataan kawasan hutan ini diklaim
sebagai milik beberapa orang sebagai
pemilik hak ulayat. Status kepemilikan
hak ulayat di wilayah ini dimiliki oleh
198
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

marga Mandacan dan Salabay. Selain namun memiliki usaha di wilayah Distrik
sebagai pemilik hak ulayat, responden Manokwari Utara. Indentitas pemilik
juga memiliki usaha stand kayu dan kayu dan pengusaha kayu lokal di distrik
penampung kayu. Terdapat satu pemilik Manokwari Utara disajikan pada tabel 1.
stand kayu yang bukan pemilik hak ulayat
Tabel 1. Identitas pemilik kayu dan pengusaha kayu di Distrik Manokwari Utara
∑ tenaga Tahun
No. Responden Status Umur Pendidikan
kerja berdiri
Bapak wempi Pemilik hak ulayat dan 53 tahun
1. Sarjana 5 2008
Mandacan Stan Kayu
Ibu Selvi 62 Tahun
2. Pemilik Stan Kayu SMA 5 2008
Sumarenda
Ibu Vince Pemilik Hak Ulayat dan
3. SMP 4 2008
Salabay Penampung Kayu 28 Tahun

Terdapat tiga pengusaha kayu lokal chain saw man (penggergaji kayu),
yakni pemilik hak ulayat sekaligus pemikul kayu dan tenaga pemasaran.
pemilik stand kayu, pemilik hak ulayat
Tingkat Pendapatan Pemilik Hak
sekaligus penampung kayu, dan pemilik
Ulayat/Stand Kayu
stand kayu. Tingkat pendidikan dari
ketiga pengusaha kayu mulai dari SMP, Pendapatan merupakan selisih antara
SMA dan Sarjana. Pengusaha kayu yang penerimaan dana dan biaya total.
ada di Manokwari Utara memulai Penerimaan dalam penelitian dihitung
usahanya pada tahun 2008, dengan berdasarkan harga jual kayu di tingkat
demikian usaha tersebut sudah berjalan produsen. Sedangkan pendapatan
selama 10 tahun. Hal ini memberikan dihitung untuk masing-masing pemilik
gambaran bahwa pengusaha kayu ini hak ulayat sekaligsu stand kayu, pemilik
mampu bertahan dalam persaingan pasar stand kayu sekaligus penampung kayu
kayu di Manokwari. Tekanan dari sisi dan pengusaha stand kayu.
konsumsi kayu di Manokwari saat ini Faktor-faktor yang mempengaruhi
cukup tinggi sehingga menyebabkan tingkat pendapatan adalah biaya, jumlah
produksi dan perolehan kayu bulat produksi harga jual dan penerimaan.
semaikin sulit. Usia dari masing-masing Secara rinci biaya, penerimaan dan
pengusaha kayu mulai dari 28 tahun pendapatan dari masing-masing
sampai 63 tahun. Usia seseorang akan pengusaha kayu di uraikan di bawah ini.
mempengaruhi produktivitas kerja, Penerimaan Pemilik Hak Ulayat/Stand
karena itu penggunaan tenaga kerja akan kayu Kayu
sangat membantu pengusah kayu. Jumlah
tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Penerimaan adalah jumlah produksi
pengusaha kayu di wilayah Manokwari kayu dikalikandengan jumlah kubikasi
Utara berkisar dari 4-5 orang. Jenis atau produksi kayu yang dihasilkan dalam
pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai satu kali penebangan. Tingkat penerimaan
kayu sebagaimana terlihat pada tabel 2.

199
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

Tabel 2. Penerimaan hak ulayat /stand kayu di Distrik Manokwari Utara


Harga Jual/kubik Kubikasi Penerimaan Persentase
No. Jenis kayu
(Rp/m3) /thn (Rp/thn) (%)

1. Merbau 5.000.000 7 35.000.000 53,23

2. Motoa 3.000.000 6 18.000.000 26,82

3. Kayu putih 2.000.000 7 14.000.000 20,89

Total 10.000.000 20 67.000.000 100

Penerimaan dalam 1 tahun dari menjadi minat pasar di wilayah Kota


pemilik hak ulayat sekaligus pemilik Manokwari dan sekitarnya
stand kayu adalah Rp 67.000.000, dengan
Biaya Produksi Kayu Pemilik Hak
harga jual perjenis Merbau Rp
Ulayat/Stand Kayu
5.000.000/m3, Matoa Rp 3.000.000/m3
dan kayu Putih Rp 2.000.000/m3 maka Biaya produksi dalam penelitian ini
jumlah harga jual sebesar Rp 10.000.000. terdiri dari biaya bahan bakar, biaya
Bila dilihat dari persentase masing- makan, biaya tranportasi, biaya tenaga
masing jenis, maka jenis Merbau kerja dan biaya penyusutan alat. Secara
memberikan kontribusi paling besar yakni keseluruhan jumlah biaya yang
53,23%. Sedangkan Matoa dan kayu dikeluarkan oleh pemilik hak ulayat yang
Putih masing-masing sebesar 26% dan sekaligus sebagai pengusaha kayu adalah
20%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis sebesar Rp 29.400.000 per tahun seperti
Merbau masih tersedia di alam dan pada tabel 3.
Tabel 3. Biaya produksi kayu pemilik hak ulayat/stan kayu di Distrik Manokwari Utara
Biaya produksi Frekuensi ∑ Tenaga Total biaya
Jenis biaya
(Rp) penebangan/Thn kerja/bulan (Rp/tahun)
Konsumsi/Makan 500.000 7 3.500.000
BBM 500.000 7 3.500.000
Transportasi 200.000 7 1.400.000
Biaya penyusutan 1.000.000 1.000.000
Tenaga Kerja 500.000 10 4 20.000.000
Total biaya 29.400.000

maksud dengan penampung kayu adalah


Tingkat Pendapatan Pemilik Hak
pemilik hak ulayat yang menyediakan
Ulayat/Penampung Kayu
kayu olahan kasar dan kayu menampung
Tingkat pendapatan dari pemilik hak sementara sebelum dijual kepada pemilik
ulayat yang sekaligus penampung kayu stand kayu. Dan juga kayu yang sudah
dihitung berdasarkan biaya dan siap di jual dalam olahan kasar ke stand
penerimaan dari penjualan kayu. Yang di kayu namum ada yang sudah bersih yang
200
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

siap dijual kepada konsumen yang ada di Kontribusi penerimaan kayu terbesar
Distrik Manokwari Utara dan penampung berasal dari kayu Matoa yakni sebesar
kayu tidak memiliki ijin resmi dari 57,65%, disusul kayu Putih 42,35%.
pemerintah. Penerimaan pemilik hak ulayat dan
Penerimaan Pemilik Hak penampung kayu disajikan pada tabel 4.
Penerimaan dari pemilik hak ulayat sekaligus
Ulayat/Penampung Kayu penampung kayu adalah Rp 42.500.000
Penerimaan adalah jumlah produksi dengan harga jual kayu perjenis Rp 3.500.00
kayu dikali dengan jumlah kubikasi yang dan Rp 3.000.000 jumlah harga jual adalah
dihasilkan dalam satu kali penebangan. sebesar Rp 6.500.000.

Tabel 4. Penerimaan pemilik hak ulayat dan penampung kayu


Persentase
No. Jenis kayu Harga jual Kubikasi/thn Penerimaan Rp/thn
(%)
1. Matoa 3.500.000 7 24.500.000 57,65
2. Kayu Putih 3.000.000 6 18.000.000 42,35
Total 6.500.000 42.500.000 100

Penerimaan ini hanya berasal dari Biaya produksi dalam penelitian ini
kayu Matoa dan kayu Putih sedangkan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya
kayu Meranti tidak tersedia. Hal ini makan, biaya tranportasi, biaya tenaga
menunjukkan bahwa stok atau kerja dan biaya penyusutan alat. Secara
ketersediaan kayu Rimba Campuran di keseluruhan jumlah biaya yang
wilayah hak ulayat penampung kayu lebih dikeluarkan oleh pemilik hak ulayat yang
banyak jenis - jenis Rimba Campuran. sekaligus sebagai penampung kayu
Biaya Produksi Kayu Pemilik Hak Ulayat adalah sebesar Rp. 29.400.000 per tahun
dan Penampung seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Biaya produksi kayu pemilik hak ulayat sekaligus penampung kayu di Distrik
Manokwari Utara
Biaya produksi Frekuensi Tenaga Total biaya
Jenis biaya
jumlah (Rp) penebangan/thn kerja (Rp/thn)
Konsumsi/Makan 500.000 7 3.500.000
BBM 500.000 7 3.500.000
Transportasi 200.000 7 1.400.000
Biaya penyusutan 1.000.000 1.000.000
Tenaga Kerja 500.000 10 4 20.000.000
Total Biaya 29.400.000

Pendapatan Pemilik Hak Rp. 42.500.000 per tahun. Berdasarkan


Ulayat/Penampung Kayu hasil perhitungan biaya total dan
Besarnya biaya total adalah Rp penerimaan total tersebut maka
29.400.000, per tahun dan penerimaan pendapatan total pemilik hak ulayat
sekaligus pengusaha kayu sebesar Rp.
201
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

13.100.000,- per tahun. Nilai ini setara umumnya membeli kayu dari penampung
dengan pendapata 817.307/minggu. Jadi kayu dan menjual ke konsumen di Kota
pendapatan pemilik hak ulayat sekaligus Manokwari. Tingkat pendapatan
penampung kayu jauh lebih rendah dari pengusaha kayu dihitung dari biaya-biaya
hasil penelitian di Kabupaten Jayawijaya produksi dan penerimaan dari penjualan.
(Way 2008). Hal ini wajar karena jenis Penerimaan Pengusaha Kayu
kayu yang ditampung dan dijual hanya Penerimaan adalah jumlah produksi
dua jenis. kayu dikali dengan jumlah kubikasi yang
Tingkat Pendapatan Pengusaha Kayu dihasilkan dalam satu kali penebangan.
Pengusaha kayu merupakan orang Kontribusi penerimaan kayu terbesar
yang memiliki ijin usaha kayu dari berasal dari kayu Merbau yakni sebesar
pemerintah dalam bentuk surat ijin usaha 46,67%, disusul kayu Matoa 34,65% dan
perdagangan (SIUP) dengan nomor ijin : kayu Putih 18,67% (Rimba Campuran).
341/29-02/PK/20016. Pengusaha kayu
Tabel 6. Penerimaan pengusaha kayu di Distrik Manokwari Utara
Rata-rata jumlah Rata-rata
Harga jual/kubik Penerimaan
No. Jenis kayu kayu dijual Frekuesi Presentasi
(Rp/m3) (Rp)
(m3/bulan) Penjualan
1. Merbau 5.500.000 1 7 38.500.000 48,61
2. Matoa 4.500.000 1 7 21.500.000 27,14
3. Kayu putih 3.200.000 1 6 19.200.000 24,24
Total 13.200.000 79.200.000 100

Penerimaan dari pengusaha kayu atau kayu atau stan kayu lebih banyak jenis -
stan kayu adalah Rp 79.200.000 dengan jenis Rimba Campuran.
harga jual kayu per jenis Rp 5.500.00, Rp Biaya Produksi Pengusaha Kayu
4.500.000 dan Rp 3.200.000 jumlah harga Biaya produksi dalam penelitian ini
jual adalah sebesar Rp 10.200.000. terdiri dari biaya bahan bakar, biaya
Penerimaan ini hanya berasal dari kayu makan, biaya tranportasi dan biaya
Merbau, kayu Matoa dan kayu Putih. Hal penyusutan alat.
ini menunjukkan bahwa stok atau
ketersediaan kayu Merbau di pengusaha
Tabel 7. Biaya produksi pengusaha kayu di Distrik Manokwari Utara
Satuan Rata-rata Total biaya
Jenis biaya
(Rp) frekuensi/tahun (Rp/tahun)
Rata-rata harga beli kayu 3.000.0000/m3 3 9.000.000
Konsumsi/Makan 500.000/orang 12 6.000.000
Biaya listrik, dll 300.000/bulan 12 3.600.000
Transportasi 200.000/akut 6 1.200.000
Biaya penyusutan 1.000.000/tahun 1.000.000
Tenaga Kerja 5 orang 500.000/orang 12 30.000.000
Total Biaya 50.800.000

202
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

Secara keseluruhan jumlah biaya yang tinggi dapat dihasilkan dari : manajemen
dikeluarkan oleh pemilik hak ulayat yang yang efisien, biaya yang rendah
sekaligus sebagai pengusaha kayu adalah (pengeluaran), strategi penetapan harga
sebesar Rp. 50.800.000 per tahun seperti yang kuat. Margin keuntungan dalam
pada tabel 7. penelitian ini dihitung untuk setiap pelaku
Pendapatan Pengusaha Kayu di Distrik usaha yaitu pemilik hak ulayat dan
Manokwari Utara pengusaha kayu, pemilik hak ulayat
sekaligus penampung kayu, dan
Besarnya biaya total adalah Rp pengusaha kayu.
50.800.000, per tahun dan penerimaan
Marjin Keuntungan Pemilik Hak
Rp. 79.200.000 per tahun. Berdasarkan
ulayat sekaligus Pengusaha Kayu
hasil perhitungan biaya total dan
penerimaan total tersebut maka Margin keuntungan dari pemilik hak
pendapatan total pemilik hak ulayat ulayat sekaligus pengusaha kayu dari
sekaligus pengusaha kayu sebesar Rp. ketiga jenis kayu komersil yaitu Merbau
28.400.000,- per tahun. Nilai ini setara (Intsia bijuga), Matoa (Pometia spp.) dan
dengan pendapatan Rp. 546,153/ minggu. kelompok kayu Rimba Campuran adalah
Jadi pendapatan pemilik hak ulayat sebesar 56,11%. Pada pelaku usaha ini
sekaligus penampung kayu jauh lebih (pemilik hak ulayat sekaligus pengusaha
rendah dari hasil penelitian di Kabupaten kayu) penerimaan (keuntungan) dari hasil
Jayawijaya (Way 2008). Hal ini wajar penjualan kayu pada stand kayu sebesar
karena jenis kayu yang ditampung dan Rp. 67.000.000 per tahun. Sedangkan
dijual hanya dua jenis. jumlah pendapatan yang diterima adalah
sebesar 29.400.000, per tahun. Secara
Margin Keuntungan
ekonomis marjin keuntungan dihitung
Marjin keuntungan adalah indikator seperti di bawah ini :
yang utama tentang keberhasilan Marjin Keuntungan =
perusahaan secara keseluruhan dan 29.400.000/67.000.000 × 100% = 56,11%.
biasanya dinyatakan dalam bentuk
Margin keuntungan pada pengusaha
persentase. Rasio marjin keuntungan
kayu tersebut memiiki nilai yang tinggi
digunakan untuk menggambarkan
yaitu 56,11%. Hal ini disebabkan tidak
kemampuan perusahaan untuk
terdapatnya biaya pembelian kayu karena
menghasilkan laba dan
kayu dipanen dari hutan yang menjadi
mempertimbangkan beberapa skenario
hak milik adat. Artinya bahwa pengusaha
seperti peningkatan biaya yang dianggap
kayu menggunakan struktur biaya yang
tidak efektif, dan digunakan secara
tidak efektif. Selain itu, pengusaha kayu
ekstensif dalam pemodelan keuangan dan
ini juga memiliki relasi dengan konsumen
penilaian perusahaan. Marjin keuntungan
sehingga pasar tersedia selalu.
yang tinggi berarti bahwa suatu
perusahaan dapat secara efektif Margin Keutungan Pemilik Hak
mengendalikan biaya dan/atau Ulayat/Penampung Kayu
menyediakan barang atau jasa dengan Hasil penelitian ini menunjukkan
harga yang jauh lebih tinggi dari bahwa margin keuntungan dari pemilik
biayanya. Oleh karena itu, rasio yang hak ulayat sekaligus penampung kayu
203
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

dari satu jenis kayu komersila yaitu komersil yaitu Merbau (Intsia bijuga),
Matoa (Pometia spp.) dan kelompok kayu Matoa (Pometia spp.) dan kelompok kayu
Rimba Campuran adalah sebesar 30,82%. Rimba Campuran sebesar 35,85%. Pelaku
Pada pelaku usaha ini (pemilik hak ulayat usaha ini (pengusaha kayu) mendapat
sekaligus penampung kayu) mendapat penerimaan (keuntungan) dari hasil
penerimaan (keuntungan) dari hasil penjualan kayu pada stand kayu sebesar
penjualan kayu sebesar Rp. 42.500.000 Rp. 79.200.000 per tahun. Sedangkan
per tahun. Sedangkan jumlah pendapatan jumlah pendapatan yang diterima adalah
yang diterima adalah sebesar Rp sebesar Rp 28.400.000 per tahun. Secara
13.100.000 per tahun. Secara ekonomis ekonomis margin keuntungan dihitung
margin keuntungan dihitung seperti di seperti di bawah ini :
bawah ini. Margin Keuntungan =
Margin keuntungan = 28.400.000/79.200.000 × 100 % = 35,85%
13.100.000/42.500.000 × 100 % = 30,82 % Margin pengusaha kayu masih berada
Margin keuntungan pengusaha kayu diatas 30% yang artinya bahwa
memiliki nilai yang cukup baik yakni pengusahaan menggunakan struktur biaya
dibawah 60%. Hal ini disebabkan yang efektif, strategi penetapan harga
pengusaha kayu ini menjual kayu yang yang cukup baik. Oleh karena itu, rasio
berasal dari hak ulayat sehingga tidak ada tinggi dapat dihasilkan. Hal ini terlihat
biaya pembeliaan kayu dan pengusaha dari selisih harga beli dan harga jual
kayu menjual langsung kepada sebesar Rp. 4.500.000 per jenis kayu.
konsumen. Artinya pengusaha ini
Perbandingan Margin Keuntungan
menggunakan struktur biaya yang efektif.
antara Pengusaha Kayu
Meskipun demikian strategi penjualan
yang dilakukan dan manajemen yang Margin keuntungan pada setiap
dijalankan belum efisien. pengusaha kayu memilik nilai yang
berbeda dengan kisaran 35-86%, seperti
Margin Keutungan Pengusaha Kayu terlihat pada tabel 8.
Pengusaha kayu memiliki margin
keuntungan dari ketiga jenis kayu
Tabel 8. Perbandingan margin keutungan pengusaha kayu di Distrik Maokwari Utara
Margin keuntungan
Pengusaha kayu
(%)
Pemilik hak ulayat/stand kayu 56,11
Pemilik hak ulayat/penampung 30,82
Pengusaha kayu 35,85

Perbandingan margin keuntungan dari pengusaha kayu terdapat selisih hanya


ketiga pengusaha terlihat bahwa pemilik sekitar 30%. Kondisi ini menunjukkan
hak ulayat sekaligus pemilik stand kayu bahwa margin keuntungan untuk tiap
memiliki margin keuntungan tinggi pengusaha kayu sangat dipengaruhi oleh
(56%). Sedangkan antara pemilik hak faktor efisiensi biaya. Karena pemilik hak
ulayat sekaligus penampung kayu dan ulayat tidak mengeluarkan biaya
204
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

pembelian kayu sedangkan pengusaha ke lokasi penampungan sementara


kayu harus menyediakan biaya dipinggir jalan untuk selanjutnya
pembeliaan kayu. Artinya pengusaha diangkut ke tempat penampungan
kayu belum efisen dalam mengelola biaya maupun stand kayu. Setiap pengusaha
dan memiliki kelemahan dalam strategi kayu memiliki strategi penjualan dan
penetapan harga. Selain faktor biaya, konsumen yang berbeda sehingga
strategi penetapan harga dan manajemen penjualan dapat dilakukan langsung ke
usaha juga menjadi kunci terhadap naik stand kayu dan juga ke konsumen akhir
turunya margin keuntungan. maupun ke pemilik stand kayu. Bila
penjualan dilakukan ke konsumen akhir
Alur Perdagangan Kayu Pengusaha
margin keuntungannya tinggi (56%).
Kayu Lokal
Sedangkan kalau dijual ke stand kayu
Kayu-kayu yang dijual oleh ketiga margin keuntungannya hanya 35,85%.
pengusaha kayu berasal dari hutan yang Penampung kayu hanya menjual kayu
dimiliki oleh pemilik hak ulayat suku kepada pengusaha kayu (pemilik stand
Meyakh. Proses pengusahaan kayu kayu) dan ke konsumen akhir yang
diawali dengan penunjukkan areal hutan berada di Distrik Manokwari Utara.
yang memiliki potensi kayu oleh pemilik Dengan demikian harga jual kayunya
hak ulayat. Selanjutnya kegiatan lebih kecil. Sementara pengusaha kayu
penebangan dilakukan oleh karyawan dari menjual kayu selain di Distrk Manokwari
masing-masing pemilik hak ulayat Utara juga dijual ke konsumen di kota
dengan tenaga kerja antara 4-5 orang. Manokwari dan sekitarya.
Setelah kayu ditebang selanjutnya dipikul

Hutan

Pemilik Hhak dan Pemilik hak ulayat


stand kayu ulayat dan penapung kayu
(margin keuntungan (margin keutungan
56,11%) 30,82%)

Stand kayu (margin


keuntungan 35,85%)

Konsumen
Gambar 1. Alur perdangan kayu dan margin keuntungan di masing-masing pengusaha kayu

205
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (2): 196–206 (2019) Paririe, dkk

Ketiga pengusaha kayu membangun International Journal of Botany, 13:


hubungan perdagangan yang 103-114.
menguntungkan dengan pasar dimulai Mamungsu EY. 2005. Analisis penapatan
dengan memahami kebutuhkan dan pada industri mebel rotan di Kota
keinginan konsumen, memutuskan tujuan Sorong. [Skripsi]: Fakultas Kehutanan
pemasaran yang dapat dilayani dengan Universitas Papua Manokwari. (Tidak
mendatangi konsumen sasaran atau diterbitkan).
melalui informasi orang lain. Bila hal ini The World Bank. 2008. Penilaian
dilakukan dengan baik, maka pengusaha strategis untuk perencanaan puang di
kayu lokal ini akan meraih pangsa pasar, Provinsi Papua. The World Bank
keuntungan, dan ekuitas pelanggan yang bekerjasa dengan Pemerintah Provinsi
baik (Khotler dan Armstrong 2009). Papua.
Secara hukum kegiatan penebangan kayu http://documents.worldbank.org/curate
yang dilakukan dalam wilayah hak ulayat d/en/166831468038710102/pdf/47678
ada ijin resmi dari dinas atau instansi 0WP0BAHAS10Box338858B01PUB
terkait. Pengangkutan kayu dilakukan LIC1.pdf.
dengan faktur angkutan kayu olahan. Wahyudi. 2013. Dasar-dasar
penggergajian kayu. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA Pohon Cahaya.
Kotler P dan Armstrong G. 2008. Prinsip- Way J. 2008. Analisis pendapatan usaha
prinsip pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. kayu lokal masyarakat di Kabupaten
Jakarta: Erlangga. Jayawijaya. Akses online: Maret 02
Lekitoo K, Peday HFZ, Panambe N and 2020.
Cabuy RL. 2017. Ecological and http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/28
ethnobotanical facet of ‘Kelapa Hutan’ d082fa5ece12092d9ca10bd2a23858.pd
(Pandanus spp.) and perspectives f.
towards its existence and benefit.

206
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA

Anda mungkin juga menyukai