Anda di halaman 1dari 99

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.

) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Oleh TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU A24070163

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN
TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI) Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2011. Magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Secara khusus magang ini mempelajari pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah kelapa sawit dan efektivitas pemanfaatan limbah dalam budidayanya. Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang berlangsung di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan teknis dilakukan selama satu bulan di Afdeling II Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan teknis meliputi penunasan, perawatan jalan, pemupukan organik dan anorganik, pengendalian gulma, pemanenan, sensus hama dan penyakit, sensus thinning out, dan leaf sampling unit (LSU). Kegiatan manejerial sebagai mandor dilakukan selama satu bulan di Afdeling II yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor pupuk dan mandor semprot. Kegiatan manajerial sebagai asisten dilakukan selama dua bulan di Afdeling II dan IV yang meliputi asisten Afdeling dan asisten by product. Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan II. Limbah yang dihasilkan PMKS Buatan adalah janjangan kosong (JJK), decanter solid (DS), palm oil mill effluent (POME), fibre dan cangkang. Cangkang dan fibre dimanfaatkan di pabrik sebagai umpan boiler sedangkan JJK, DS dan POME dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar. PMKS Buatan I menghasilkan JJK rata-rata 5 026 ton/bulan dan PMKS Buatan II menghasilkan 4 845 ton/bulan. JJK yang dihasilkan dikirim ke Kebun Buatan yang terbagi kedalam dua wilayah yaitu Wilayah I dan Wilayah II. Pada Wilayah I tidak berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS I lebih

iii

kecil dari prestasi tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah I. Wilayah II berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS II lebih besar dari prestasi tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah II. POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimafaatkan kembali ke lahan dengan cara land application dan ditampung dalam flatbed yang tersedia di lahan. Jumlah flatbed Wilayah I 18 587 dan Wilayah II 20 011. POME yang dihasilkan dan dialirkan oleh PMKS Buatan belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed yang tersedia di lahan. Hal ini akan berdampak pada rotasi pengaliran POME menjadi lebih panjang dan banyak flatbed yang tidak terisi. Aplikasi JJK dan POME pada lahan memberikan dampak yang positif terhadap pengurangan pupuk anorganik. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit lebih besar pada lahan yang tidak diaplikasi limbah dari pada lahan yang diaplikasi JJK dan POME. Hasil aplikasi JJK dan POME menghasilkan produktivitas dan berat janjang rata-rata (BJR) yang tidak berbeda nyata dengan areal yang diaplikasi pupuk anorganik. Dengan demikian aplikasi JJK dan POME tersebut telah dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik sekaligus juga dapat memanfaatkan limbah dan mengurangi dampak negatifnya.

WASTE MANAGEMENT OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) IN KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Abstract Waste management aspect was the focus of internship in PT Inti

Indosawit Subur from March to June 2011. Besides producing the Crude Palm Oil (CPO) and Kernel Palm Oil (KPO), palm oil industry also produces waste that should be management properly. PT Inti Indosawit Subur has 5.549 ha of palm oil plantation. The processing unit produce some wastes such empty fruit bunch (EFB), palm oil mill effluent (POME), and solid. EFB, POME and Solid have been used in field as organic fertilizer that can reduce usage of inorganic

fertilizer. The observation was made on the performance from different block with different treatment of fertilizer / waste application of the workers who spread the empty fruit bunch, the POME flow rotation, flatbed average size, and comparing the crop production. From observation, there was suggested that application of EFB should be improved on supervising to avoid restand. Aplication of POME should also be improved on rotation of application to match with schedule. The comparison of productivity and average weight of fruit bunch proved that application of EFB and POME were effective to reduce inorganic fertilizer without reducing productivity and weight of fruit bunch.

Key words: Oil palm, waste management

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Judul

: PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU Nama NIM
: TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU : A24070163

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Disetujui :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 30 Agustus 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Berlopen Pasaribu, BA dan Ibu Sri Pintauli Lumban Tobing. Pada tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Panti Budaya Kisaran, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Kisaran dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

menganugrahkan rahmat serta kemurahanNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama pembuatan skripsi. 2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Saudara penulis (Berlita Pasaribu, S.Si, Sutan Parlindungan Pasaribu, S.Th, dan Jayanti Pasaribu, Amd) yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 4. Ir. Faisal, Ir. Benyamin dan Ir. Viktor Brahmana selaku Manajer Kebun Buatan, Manajer Asian Agri Learing Institut dan Asisten Kepala Asian Agri Learning Institut yang telah membimbing penulis selama melaksanakan magang. 5. Teman-teman inti diaspora (Riko, Afrian, Stefany dan Yusenda) yang selalu setia memberikan dukungan kepada penulis. 6. Merry, Loreta, Memei, Midian dan teman-teman AGH angkatan 44 lain yang atas dukungannya selalu. 7. Teman-teman selama melaksanakan kegiatan magang (Syaharizan Mahyudin, Josia Dading dan Parulian Julio) atas perjuangan yang telah dilalui bersama. 8. Baskom Forever (Eko, Loris, Martua, Rendra, Cici, Undu, Sauqi Baqs, Sriyo, Albertus, Fahri dan teman-teman lainya) atas persahabatan yang telah dijalin. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, September 2011 Penulis

DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan ............................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3 Botani Kelapa Sawit ...................................................................................... 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ........................................................................ 4 Limbah Padat ................................................................................................. 4 Solid Basah .................................................................................................... 6 Limbah Cair ................................................................................................... 6 METODE MAGANG ..............................................................................................8 Waktu dan Tempat......................................................................................... 8 Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 8 Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................................. 8 Analisis Data dan Informasi .......................................................................... 9 KEADAAN UMUM ..............................................................................................10 Letak Wilayah Administrasi ........................................................................ 10 Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................................ 10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ................................................................ 10 Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................................. 11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................................... 11 PELAKSANAAN MAGANG ...............................................................................14 Aspek Teknis ............................................................................................... 14 Aspek Manajerial ......................................................................................... 40 PEMBAHASAN ....................................................................................................45 Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk ..................................... 54 Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME ................... 56 Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR ..................... 57 Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air ....................................... 58 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................60 Kesimpulan .................................................................................................. 60 Saran ............................................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................61 LAMPIRAN ...........................................................................................................63

DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Halaman Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK ...................................................... 5 Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara ............................... 5 Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 ....................................................................................... 11 Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 ........... 12 Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman ............ 15 Fraksi Kematangan Buah............................................................................. 25 Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV ....................................... 27 Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah ...................... 28 Standar Oil Losses dan Kernel Losses ......................................................... 33 Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid .................................. 36 Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik ................. 39 Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I ................................................... 45 Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II .................................................. 46 JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan ............................................... 47 Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I....................................... 51 Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II ..................................... 51 Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II ............................................................................................. 53 Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas ..................................... 58 Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR ................................................... 58

DAFTAR GAMBAR

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Halaman Pemasangan gorong gorong pada badan jalan..............................................17 Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit ....................................... 35 Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ....................................... 38 Flatbed di lapangan berisi limbah cair ........................................................ 39 Layout aplikasi JJK di lahan ........................................................................ 47 Layout flatbed pada lahan aplikasi POME .................................................. 50 Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 54 Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e ................................... 55 Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 55 Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e ............................... 56

DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Halaman Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur................................................... 64 Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 66 Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 69 Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 ........................................................... 74 Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur................. 75 Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010................ 76 Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .......................77 Layout IPAL PMKS Buatan ........................................................................ 78 Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I ................................... 79 Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14 ................................... 80 Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14..................... 81 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol ............................ 82 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1 .................................................. 83 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2 .................................................. 84 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3 .................................................. 85 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream ................................... 86 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Up Stream ........................................ 87

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman pendatang dari Afrika Barat yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Pada saat ini, tanaman ini merupakan salah satu tanaman komoditas ekspor non migas yang sangat penting yang dapat membantu perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas perkebunan, kelapa sawit berperan dalam pembangunan nasional karena menghasilkan sumber devisa bagi negara. Saat ini terjadi peningkatan produksi nasional CPO seiring dengan peningkatan areal lahan untuk budidaya kelapa sawit. Tahun 2005 tercatat luas seluruh areal perkebunan kelapa sawit sebesar 5 453 817 ha dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 50% menjadi 7 508 023 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Peningkatan areal perkebunan kelapa sawit diikuti juga dengan peningkatan produksi CPO. Pada tahun 2005 produksi CPO sebesar 11 861 615 ton dan pada tahun 2009 mencapai 18 640 881 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Pengembangan industri kelapa sawit juga diikuti dengan pengembangan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Pengelolaan PMKS yang tidak baik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pengembangan PMKS juga akan meningkatkan limbah yang dihasilkan. Jenis limbah yang dihasikan berupa limbah cair, padat maupun basah. Limbah padat berupa Janjangan Kosong (JJK), fibre dan cangkang. Selain limbah padat, juga dihasilkan limbah cair (effluent) berupa lumpur (sludge). Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit, setiap ton TBS yang diolah di pabrik akan menghasilkan 220 kg tandan kosong, 670 kg limbah cair, 70 kg cangkang, dan 30 kg palm kernel cake (Buana dan Sihaan, 2003). Aplikasi limbah cair PMKS di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di Indonesia. Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan dapat berfungsi sebagai pupuk. Limbah cair PMKS dengan tingkat BOD antara 3 500 - 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk

pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Pengaruh positif dari pemanfaatan limbah cair tersebut antara lain peningkatan produksi kelapa sawit dan perbaikan sifat kimia dan fisika tanah. JJK berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Potensi JJK sebagai pupuk berkaitan dengan materi JJK yang merupakan bahan organik dengan kandungan hara cukup tinggi. Aplikasi JJK secara langsung sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah. Secara ekonomis, aplikasi JJK sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit memberikan tambahan pendapatan sekitar 34% dibandingkan dengan pemupukan biasa (Sutarta et al., 2003). Potensi yang dapat ditimbulkan industri kelapa sawit dan mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan limbah kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Limbah industri kelapa sawit memiliki kekhasan berupa kandungan hara yang tinggi. Kandungan bahan organik ini dapat dimanfaatkan dengan mengembalikannya kembali ke lahan sehingga menguntungkan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah kelapa sawit dan efektivitas pemanfaatan limbah dalam budidayanya.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah Divisi Sub divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Tracheophyta : Ptereopsida : Angiospermae : Monocotyledonae : Cocoidae : Palmae (Aracaceae) : Cocoidae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari kata guinea yang berarti daerah di pantai Barat Afrika. Jacq berasal dari nama botani Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 1992). Kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja, 2006). Pada saat ini varietas yang sering dipakai di perkebunan adalah varietas Dura, Pisifera dan Tenera. Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya berkisar 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebalnya berkisar 2-5 mm. Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki cangkang. Jika Dura dikawinkan dengan Pisifera maka akan menghasilkan varietas baru yang disebut Tenera yang memiliki daging buah tebal (3-10 mm) dan cangkang tipis berkisar 1-2.5 mm (Mangoensoekarjo, 2005). Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuartener (Pahan, 2008). Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener yang tidak memiliki

lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0.1-0.3 mm. Sistem perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Sebagian besar perakaran kelapa sawit berada dekat permukaan tanah. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bisa mencapai radius 16 m. Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasai tanah (Sastrosayono, 2008). Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak tumbang. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun (Buana dan Sihaan, 2000). Curah hujan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelembaban nisbi kelapa sawit berkisar antara 50-90%. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang dari 400 m di atas permukaan laut. Bentuk dan kondisi tanah yang sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng 0-8%. Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, andisopls dan histosol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008). Limbah Padat Janjangan kosong (JJK) merupakan produk dari PMKS setelah TBS di proses sterilizer dan stripper. JJK kaya akan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Menurut Lubis (1992) manfaat janjang kosong kelapa sawit adalah 1. Meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dan pH tanah 2. Mengandung unsur hara N, P, K dan Mg. 3. Dapat berperan sebagai mulsa karena dapat menurunkan terperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan menekan pertumbuhan gulma.

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah karena JJK memiliki ratio C/N yang cukup tinggi. Aplikasi JJK sangat sesuai untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk anorganik, asalkan pasokan haranya sebanding dengan pupuk anoganik tersebut. Informasi mengenai status hara daun diperlukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebutuhan pupuk tanaman menghasilkan kelapa sawit. Meskipun demikian, hasil analisis daun dan juga tanah bukan menyatakan besaran pupuk yang harus diberikan tetapi hanya menggambarkan status hara pada tanaman (Lubis, 1992). Unsur hara yang terkandung dalam JJK disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK % Unsur Hara JJK Hara utama Kisaran Rata - rata Nitrogen (N) 0.32 - 0.43 0.37 Fosfor (P) 0.03 0.05 0.04 Potassium (K) 0.89 0.95 0.91 Magnesium (Mg) 0.07 0.10 0.08 Sumber : Pahan (2008) Kesetaraan pupuk (kg/ton JJK) 8.00 kg Urea 2.90 kg RP 18.30 kg MOP 5.00 kg Kieserit

JJK yang diproduksi oleh PKMS pertahunnya sangat besar sehingga memerlukan penanganan yang tepat agar bermanfaat dan tidak mengganggu kegiatan produksi kebun. Produksi JJK berkisar antara 31 200 62.400 ton/tahun. JJK banyak mengandung unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PMKS disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara Kapasitas pabrik JJK Luasan yang dapat di aplikasi (ton/jam)* (ton/tahun)** (ha/tahun)*** 30 31 200 780 45 46 800 1 170 60 62 400 1 560 Keterangan : * jam kerja pabrik 12 jam/hari; hari kerja dalam setahun = 260hari ** 20% TBS merupakan JJK *** dosis aplikasi JJK 40 ton/ha Sumber : Buana dan Sihaan, 2003 Selain sebagai pupuk, JJK juga dapat dimanfaatkan sebagai mulsa. Pemanfaatan JJK sebagai mulsa memerlukan waktu yang relatif lama yaitu enam bulan sampai satu tahun. JJK yang dipotong-potong kemudian ditaburkan di atas

tanah dapat mengurangi kebutuhan pemupukan dengan pupuk sintesis sebanyak 50% (Said, 1994). Solid Basah Solid basah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan TBS di PMKS yang mengalami sistem decanter. Pemanfaatannya sama seperti JJK yaitu sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pemanfaatan solid basah sebagai bahan pengganti pupuk anorganik di lapangan akan menekan penggunaan dan biaya pupuk anorganik. Sumber utama dihasilkannya solid basah adalah pada saat proses pemurnian minyak (sterilisasi). Pada proses ini minyak akan dipisahkan dari lumpur (sludge) melalui proses pengendapan (Pahan, 2008). Sludge terdiri dari padatan, cairan, dan sedikit minyak. Dosis pemberian solid basah di lapangan disesuaikan dengan dosis pemupukan anorganik melalui hasil analisis contoh daun. Limbah Cair Pengolahan TBS di PMKS menghasilkan dua bentuk limbah cair yaitu air kondensant dan effluent. Air kondensant biasa digunakan sebagai umpan boiler untuk mengoprasikan mesin pengolahan kelapa sawit. Effluent yang banyak mengandung unsur hara dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pencemaran lingkungan akibat limbah cair dapat diatasi dengan cara mengendalikan limbah cair tersebut secara biologis. Pengendalian biologis tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri anaerob (Tobing dan Darmoko, 1992). Penanganan dan perlakuan limbah cair dilakukan dengan metode kolam pendingin. Pemberian limbah cair dilakukan berdasarkan keadaan limbah cair tersebut yang dinyatakan dengan BOD (biological oxygen demand). Parameter lain yang digunakan antara lain : pH, COD (Chemichal Oxygen Demand), TS (Total Solid), dan SS (Suspended Solid). BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara biologis didalam limbah cair pada waktu dan suhu tertentu. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Hubungan antara BOD dan COD tidak dapat digariskan secara tepat, tetapi besar nilai COD akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai BOD. Limbah cair pabrik kelapa sawit yang belum diolah mempunyai BOD sekitar 25 000 mg/liter. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan suspensi dengan minyak dengan kadar yang tinggi. Padatan tersebut bila masuk kedalam perairan akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen yang ada didalam air, mengeluarkan bau yang tidak enak dan merusak tempat pembiakan ikan. Sifat limbah cair yang merusak kualitas ekologi perairan tempat pembuangan, maka limbah cair pabrik kelapa sawit harus dikelola dengan baik sehingga jumlah/debitnya dan kualitasnya layak untuk dibuang ke perairan umum (Buana dan Sihaan, 2003)

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan pada Maret hingga Juni 2011 di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini dilaksanakan secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di lapangan sebagaimana kegiatan Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan dan dua bulan sebagai pendamping Asisten Afdeling. KHL adalah pelaksana langsung pekerjaan di kebun yang bertugas melaksanakan segala kegiatan kebun yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL meliputi pemanenan, pemupukan, pengendalian gulma, sensus hama dan penyakit, serak janjangan kosong (JJK), prasarana, Leaf Sampling Unit (LSU), sensus Thining Out (TO) dan penunasan. Jurnal selama melakukan kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Lampiran 1. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan pembuatan laporan hasil kegiatan. Jurnal selama melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping mandor disajikan pada Lampiran 2. Pada saat menjadi pendamping Asisten Afdeling, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan) untuk mengetahui cara penilaian hasil kerja mandor dan membantu asisten dalam menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di kebun. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten disajikan pada Lampiran 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi

dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun, produksi dan kualitas limbah dari PMKS. Pengamatan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan. Data pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) meliputi JJK dan POME. Pengamatan pada pengelolaan JJK dilakukan dengan mengamati prestasi kerja BHL serak JJK kemudian dibandingkan dengan jumlah JJK yang dikirim oleh PMKS. Pengamatan pada pengelolaan POME dilakukan dengan mengukur flatbed yang ada di lahan serta menghitung POME yang dapat ditampung kemudian membandingkannya dengan POME yang dihasilkan oleh PMKS. Analisis Data dan Informasi Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis mengunakan nilai rata rata, persentase, dan pegujian statistik lainya. Analisis produksi dilakukan dengan uji-t student menggunakan minitab 14.

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan terletak antara 101o 40 102o 15 BT dan 0o 05 0o 43 LS. Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi. Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson areal perkebunan termasuk dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Suhu ratarata harian adalah 31oC kisaran 2733oC per hari. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 disajikan pada Lampiran 4. Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik merah kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Peta kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 5. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun Buatan PT

11

Inti Indosawit Subur 2010 disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga lahan plasma (kerjasama masyarakat dengan perusahaan ) dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Keadaan Tanaman dan Produksi Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tahun 2006 - 2010 Produksi Produktivitas BJR Tahun Luas (ton/ha) (kg/tandan) Areal Jumlah TBS Bobot TBS (ha) (tandan) (ton) 2006 5.549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61 2007 5.549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64 2008 5.549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07 2009 5.549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24 2010 5.549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59 Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yangmencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 7.

12

Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan disetiap Afdeling, Asisten kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 No Jabatan Jumlah 1 Staf 1 Estate Manager Asisten Kepala 2 Asisten Afdeling 6 Asisten QC 1 Asisten Humas 1 Asisten By Product 1 Asisten Traksi 1 KTU 1 2 Non Staf Tenaga kerja tak langsung SKU B/H : - Traksi SKU B/H : - Kantor SKU B/H : - Afdeling Tenaga Kerja langsung SKU B/H : - Panen SKU B/H : - Upkeep Total SKU H/B + PHL Jumlah Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

48 141 196 292 616 1 293 1 307

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur sebesar 1 307 orang sehingga Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.24 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit

13

sebesar 0.2-0.3 orang/ha, oleh sebab itu pengelolaan tenaga kerja pada Kebun Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2-0.3 orang/ha. Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat afdeling, asisten afdeling bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal teknis di lapangan maupun dibidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling, mandor I, mandor, dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di kantor yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor I, mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani afdeling yang bertugas dibagian adminstrasi di kantor afdeling. Dalam adminstrasi afdeling, krani afdeling juga dibantu oleh seorang krani keliling yang betugas memantau kesesuai hasil kerja dilapangan dengan hasil laporan dari mandor. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan administrasi di gudang.

PELAKSANAAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja ratarata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam (11.30 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd. 13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti master morning yang dimulai pukul 05.30 bersama asisten, mandor dan krani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada sore hari ke kantor afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari. Aspek Teknis Pada aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai pekerja harian lepas (PHL) selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan, penunasan, sensus ulat api, dan sensus thinning out. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan master morning pada pukul 05.30 06.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan. Penunasan Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.

15

Penunasan merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman Umur Tanaman Jumlah pelepah / Kebijakan Songgo (Tahun) Spiral Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk <3 permulaan panen dengan cara memotong pelepah pelepah tua dan kering. 4-7 Dipertahankan 48 - 56 pelepah 6 -7 3 8 -14 Dipertahankan 40 - 48 pelepah 5-6 2 Minimum dipertahankan 32 > 15 4 1 pelepah Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Penunasan pada Kebun Buatan PT Inti Idosawit Subur menggunakan sistem progresif pruning yaitu penunasan dilakukan oleh tenaga potong buah pada saat melakukan pemotongan buah. Seiring berjalannya waktu, sering sekali sistem ini tidak berjalan dengan lancar dan mengalami banyak kendala. Pada umumnya kendala-kendala yang terjadi adalah pemanen tidak sanggup untuk memperoleh basis sekaligus melakukan penunasan. Untuk mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim/geng tunas yang khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan (1.3 kali/tahun) namun hal ini dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Pekerjaan penunasan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi kerja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi pelaksanaan pemanenan. Apabila pelepah tidak dipotong atau kualitas penunasan jelek akan mengakibatkan brondolan tersangkut di ketiak batang. Selain itu, penunasan yang tidak baik akan mengakibatkan tandan yang telah matang tidak dipanen karena tertutupi oleh pelepah tersebut sehingga tandan menjadi busuk.

16

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan menyebabkan over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR. Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu : a. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda. b. Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan mencabut menggunakan tangan dan digebyok dengan batang pelepah pada bagian yang lebih tinggi. c. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja. d. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan di thinning out. Perawatan Jalan Kondisi jalan di suatu perkebunan harus benar diperhatikan dengan baik agar akses transportasi dapat berjalan dengan baik. Jaringan jalan dibuat dengan sasaran dapat dilalui dengan segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat dan awet. Banyak hal-hal yang menyebabkan jalan suatu perkebunan rusak dan tidak dapat dilalui oleh dump truck pengangkutan buah. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan struktur), beban (tonase) kendaraan. Beberapa kegiatan perawatan jalan yang umum dilakukan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur adalah rempesan dan pemasangan/servis gorong gorong. Rempesan adalah memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar matahari sehingga menutupi jalan. Apabila jalan tidak terkena sinar matahari maka akan menyebabkan jalan tersebut menjadi lembab dan licin sehingga sulit

17

untuk dilalui dump truck buah. Jalan yang sudah terkena sinar matahari secara langsung dapat mempercepat pengeringan genangan air yang terdapat di jalan sehingga tanah tetap keras, tidak licin dan dapat dilalui dump truck buah. Jumlah pekerja dalam kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tiga orang per tim. Perawatan jalan yang lain adalah pembuantan atau servis gorong-gorong. Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan genangan air yang terdapat di badan jalan (Gambar 1). Genangan air dapat menyebabkan stuktur tanah menjadi remah dan sulit dilalui oleh kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu goronggorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan paralon yang masing masing berdiameter 30 cm. Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit.

Gambar 1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan Pada setiap jarak 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong gorong selesai, pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi penyumbatan pada lubang gorong gorong. Pada pelaksanaannya pembuatan gorong gorong dilakukan oleh tim prasarana yang

18

terdiri dari 4 orang. Setiap tim dapat menyelesaikan pemasangan gorong gorong sebanyak 3 gorong gorong/HK. Kegiatan perawatan jalan lain yang dilakukan adalah melakukan pengerasan jalan dengan batu. Untuk jalan jalan tertentu dimana struktur tanah tidak cukup untuk mendukung beban berat, maka dilakukan pengerasan. Bahan bahan untuk pengerasan jalan menggunakan batu kerikil, sirtu (pasir & batu). Pengerasan dengan menggunakan kerikil atau sirtu disarankan dicampur tanah dengan perbandingan 1: 4 (1 bagian tanah : 4 bagian batu kerikil/sirtu) yang berguna untuk meningkatkan efektivitas pengerasan dan efisiensi biaya. Pemupukan Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengelolaan suatu perkebunan karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama dalam penaburan (aplikasi) pupuk adalah bahwa setiap pokok harus menerima setiap jenis pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi. Dosis, jenis, waktu dan cara pemupukan adalah empat faktor terpenting dalam menentukan efisiensi pupuk. Selain keempat faktor tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu: 1) Kualitas penaburan pupuk di lapangan. Berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya. 2) Kualitas pupuk, ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan kadar airnya Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok. Identifikasi gejala defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel daun. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya sudah dilatih/training oleh bagian research and development (R&D) selama tiga hari. Peralatan dan bahan yang digunakan adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang telah diberi label. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah pemilihan start awal

19

pokok yang menjadi sampel, selanjutnya daun ke 17 dipotong dan racisnya diambil sebanyak 8 buah selain itu pangkal pelepah diukur lebar dan tebalnya. Identifikasi gejala defisiensi unsur hara dilakukan pada tanaman sampel dan delapan tanaman di sekeliling tanaman sampel. Tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan , sedang dan berat. Jarak antara tanaman sample pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti. Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan serta mempermudah pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan dan mempermudah penaburan pupuk kesetiap tanaman. Pada umunnya dalam satu untilan pupuk untuk delapan tanaman sehingga berat satu untilan itu tergantung dosis yang dikomendasikan. Apabila dosis yang direkomendasikan adalah 2 kg/pokok maka berat untilan 16 kg dan apabila dosis yang direkomendasikan 1 kg/pokok maka berat satu untilan 8 kg. Penguntilan dilakukan dengan menggunakan takaran khusus yang sudah dikalibrasi sesuai kebutuhan. Penguntilan pupuk yang dilakukan hari ini digunakan untuk pemupukan besok. Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Pupuk dibawa menggunakan dump truck dengan kapasitas 5 ton kemudian pupuk diecer kemasing-masing tempat peletakan pupuk (TPP). Pupuk diturunkan sesuai dengan jumlah untilan yang tertera pada TPP. Losses pupuk sering terjadi pada saat melakukan pengangkutan pupuk dengan dump truck. Saat menaikan dan menurunkan pupuk dari dump truck sering sekali untilan pupuk terbuka dan pupuk terbuang di jalan maupun di dalam bak dump truck. Aplikasi penaburan pupuk dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan. Apabila di lahan terdapat JJK maka pupuk disebar di atas janjangan kosong, jika tidak terdapat JJK maka pemupukan harus melihat kondisi piringan. Apabila piringan bersih maka dilakukan di piringan tetapi jika tidak, maka pupuk ditabur di atas rumpukan pelepah. Pemupukan dilakukan dengan bantuan takaran yang

20

sudah dikalibrasi sesuai dengan dosis. Pupuk anorganik yang digunakan pada Kebun Buatan PT Inti indosawit Subur adalah ZA ( 45%N dan 21%S), Dolomit (20-24% MgO dan 30% CaO), RP (28% P2O5), MOP (60% K2O), Borax (11-12% B) dan Abu janjang. Prestasi keja kegiatan pemupukan adalah 400 kg/HK atau sekitar 25 untilan, sedangkan prestasi kerja penulis 96 kg atau sekitar 6 untilan. Premi yang diperoleh pekerja adalah premi mati sebesar Rp. 5.000,- apabila sudah mencapai basis (400 kg). Pada pelaksanaan pemupukan terdapat sapta disiplin pemupukan yaitu: 1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out). 2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak boleh dipupuk. 3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran. 4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis). 5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot. Pengendalian Gulma Gulma merupakan tanaman yang dapat merugikan pada tanaman budidaya. Apabila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok sehingga menyebabkan kebun menjadi kotor dan lembab serta menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit. Pengendalian gulma pada tanaman TM dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan mencegah berkembangnya hama dan penyakit, memudahkan kontrol pemupukan dan memudahkan dalam pegutipan brondolan sehingga mengurangi losses panen. Gulma yang terdapat di arel perkebunan Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain Dicranopteris linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), Clidemia hirta (senggani betina), Melastoma malabathricum (senduduk), Setaria aplicata (bambuan), Elusine indica (lulangan), Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata

21

(putihan), Axonopus compresus (antalobang), Imperata cyclindrica, Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica. Pengendalian gulma yang dilakukan meliputi pengendalian manual dan kimiawi. Pengendalian Gulma Manual. Salah satu jenis pengendaliann manual yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu (DAK) yang merupakan mendongkel gulma di piringan maupun di gawangan. Gulma gulma yang didongkel antara lain adalah gulma gulma yang umumnya batangnya berkayu seperti Climedia hirta (haredong atau akar kala), Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani), Chromolaena odorata (putihan), Lantana camara (bunga tahi ayam) dan kentosan/VOPS (voluntary oil palm seedlings). Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang untuk membabat gulma yang batang berkayu dan garu untuk membersikan piringan. Rotasi dari kegiatan ini adalah 4 bulan dengan prestasi kerja pekerja adalah 1 pasar pikul atau sekitar 1.5 ha sedangkan pretasi kerja penulis sebesar 0.5 pasar pikul. Pengendalian Gulma Kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab Asisten Kepala. TUS terbagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu alat dengan knapsack sprayer (solo) dan CDA (Controlled Droplet Applicator). Pada alat knapsack sprayer menggunakan Gromoxon berbahan aktif paraquat bersifat kontak dengan konsentrasi 0.5% dicampur dengan Trap berbahan aktif metil metsufuron bersifat sistemik dengan konsentrasi 0.03%. Gulma gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berdaun lebar, sempit dan berkayu seperti pakis dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul dan TPH. Volume maksimum pada alat ini sebesar 15 liter/kaps. Rata-rata dalam satu kaps pekerja dapat menyemprot 35 45 tanaman/kaps dengan waktu 15 20 menit. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan pekerja adalah keadaan topografi lahan serta jenis dan kerapatan gulma. Apabila topografi lahan yang akan disemprot curam maka kecepatan jalan pekerja akan semangkin lama maka akan mempengaruhi jumlah pokok yang akan disemprot dan bila jenis gulma yang ada banyak terdapat golongan pakis maka racun yang diberikan harus banyak.

22

Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 caps/orang atau 280 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 2 caps atau 65 pokok. Alat semprot CDA (Controlled Droplet Aplicator) di pasaran dikenal dengan nama micron herbi. Semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali dengan ukuran seragam ( 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi. Volume maksimum yang dapat ditampung dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan adalah glifosat konsentrasi 0,4% nama merek dagang Bionasa dan floroksifir konsentrasi 1% dengan merek dagang Starane. Selain itu campuran larutan yang digunakan adalah glifosat dengan konsentrasi 4% dan 2,4 D konsentrasi 2% dengan merek dagang Lindomin. Gulma gulma yang menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di pasar pikul piringan dan TPH. Rata-rata satu kaps dapat menyemprot 130 tanaman dengan waktu 1.5 jam/kaps. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 1.5ha/HK. Pengendalian Hama Ulat Api Sensus ulat api. Sistim sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya, agar tidak terjadi over prunning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 2 tanaman. Tenaga kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu 1 lakilaki sebagai penunas dan 2 perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya Pengendalian. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan

23

dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar. Pengendalian dilaksanakan oleh anggota lakilaki yang menjadi tim sensus, 1 kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya 1 hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat matahari tidak sedang terik. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pengupan sehingga pengasapan akan lebih efektif. Sensus Thining Out (TO) Tiap Afdeling suatu kebun memerlukan 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja 5-7 ha/HK. Satu tim beranggotakan dua petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), pulpen, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat (aqua), map penyimpan file. Pada saat melakukan sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di TO adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus 2 baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/mengerok pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A mensensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Hasil sensus di pelepah petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling. Jumlah TPP yang harus di sensus TO adalah 25-27 TPP/hari.

24

Pemanenan Panen adalah kegiatan yang merupakan pemotongan tandan buah matang serta pengakutan tandan buah matang dan buah rontok (brondolan) ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak sembarangan dan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan menjadi merah jingga ketika masak. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya Kriteria panen dan pelaksanaan panen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur yaitu pemotongan tandan buah yang dilakukan hanya jika sedikitnya 24 brondolan lepas dari tandan. Hal ini dikarenakan berat janjang rata rata (BJR) yang terdapat pada kebun adalah 24 kg. Apabila lebih dari 24 brondolan maka TBS tersebut semakin matang. Kriteria matang panen yang diterapkan di Kebun Buatan adalah setiap 1 kg berat tandan terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan parthenokarpi/brondolan muda karena serangan tikus/penyakit, misalnya BJR blok adalah 10 kg maka buah yang akan dipanen pada blok tersebut apabila brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan saja maka dianggap buah mentah. Taksasi Produksi. Kegiatan taksasi produksi di Kebun Buatan dilaksanakan minimal satu hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada areal yang akan dipanen. Taksasi produksi bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah TBS yang dapat dipanen dan persentase kematangan TBS yang akan dipanen sehingga dapat memperkirakan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan untuk esok hari. Taksasi produksi dilakukan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Selain itu pada Kebun Buatan juga dilaksanakan taksasi produksi (sensus BBC) setiap 6 bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai

25

untuk 6 bulan kedepan. Kegiatan ini dilaksankan setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember. Pelaksanaan Panen. Pelaksanaan panen dilakukan dengan cara memotong tandan yang sebelumnya diamati oleh pemanen. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui kematangan buah. Alat panen yang digunakan adalah egrek karena tanaman kelapa sawit yang terdapat di kebun buatan rata-rata berumur 20 tahun keatas. Selain egrek alat yang digunakan adalah gancu untuk memuat dan membongkar buah/TBS dan angkong untuk tempat buah/TBS dan brondolan untuk diangkut ke TPH. Sebelum memotong tandan hal yang pertama dilakukan adalah memotong pelepah yang menyangga tandan. Rata-rata pada Kebun Buatan menggunakan songgo satu dalam melakukan penunasan. Pemotongan pelepah harus merapat ke arah batang pohon seperti membentuk tapal kuda. Hal tersebut dilakukan agar brondolan tidak tersangkut di ketiak batang yang akan mengganggu dalam penentuan kematangan buah, mengurangi losses panen yang nantinya akan berpengaruh terhadap BJR. Penetuan kematangan buah sangat penting untuk mengetahui berapa jumlah buah yang dapat dipanen oleh sebab itu terdapat beberapa fraksi kematangan buah yang ditetapkan manajemen kebun. Fraksi kematang buah disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Fraksi Kematangan Buah Umur BJR Brondolan Pedoman Panen Tanaman (Kg) 3 brondolan perjanjang Satu brondolan perjanjang 2.5 - 3 3 setelah panen sebelum panen 6 brondolan perjanjang Dua brondolan perjanjang 4-5 6 setelah panen sebelum panen 10 brondolan perjanjang 6-9 10 setelah panen Dua brondolan perjanjang 15 brondolan perjanjang dipiringan sebelum panen 10 - 15 15 setelah panen 20 brondolan perjanjang Tiga brondolan perjanjang di > 15 20 setelah panen piringan sebelum panen Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Sistem panen Sistem panen yang dilaksanakan di Kebun Buatan adalah sistim hanca giring tetap. Sistim ini dilaksanakan yaitu dengan cara mandor panen membagikan hanca panen ke pemanen. Luas hanca pemanen rata-rata adalah 2 - 3

26

pasar pikul ( 1 pasar pikul 1.5 ha). Luasan hanca panen tergantung dari jumlah tenaga pemanen, yang disesuaikan dengan luas blok dan jumlah pemanen di setiap mandoran. Apabila pemanen tidak dapat hadir pada hari tersebut maka hanca panen yang kosong tersebut dapat diberikan kepada pemanen lainnya dari mandoran yang sama atau mandoran yang lain (transfer). Rotasi panen. Rotasi panen adalah waktu antara satu panen dengan panen berikutnya dalam satu kapel panen. Rotasi panen merupakan salah satu aspek atau faktor yang paling menentukan di lapangan untuk mendapatkan produksi perhektar yang tinggi dan biaya perkilogram yang rendah. Pusingan potong buah juga mempengaruhi transport dan pengolahan di pabrik. Rotasi panen di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah 6/7 yang berarti 6 hari panen dalam satu minggu. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (lowcrop) pusingan panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari. Hal tersebut dilakukan agar kuantitas dan kualitas produksi dapat tercapai. Untuk menghindari keterlambatan rotasi/pusingan pada bulan bulan libur panjang (misalkan hari raya), maka dapat dilakukan percepatan pusinga potong buah menjadi 5-6 hari. Sehingga pada saat setelah libur panjang, pusingan potongan buah di suatu blok masih bisa dipertahankan di bawah 10 hari. Rotasi panen sangat erat hubungannya dengan mutu buah. Rotasi panen yang terlalu cepat dapat berakibat terjadinya pemotongan buah mentah (untuk mengejar siap borong) karena kerapatan buah masak telah menurun. Basis dan premi panen. Kapasitas panen atau basis normal adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja oleh tiap pemanen, sedangkan premi adalah standar untuk membayar pemanen yang melebihi basis borong. Besar basis dan premi pemanen pada Afdeling II di Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur ditentukan oleh umur tanaman. Basis pemanen sebesar 50 TBS tetapi pada hari jumat basis borongnya sebesar 36 TBS. apabila sudah mencapai basis borong maka pemanen memperoleh Rp. 7 000 dan premi lebih borongnya dikalikan Rp. 700 (tahun tanam 1989) dan Rp. 800 (tahun tanam 19901991). Terhitung dari tanggal 1 April 2011 premi lebih borong di Afdeling II bertambah yaitu Rp. 1 200 (tahun tanam 1989), Rp. 1 160 (tahun tanam 1990) dan Rp. 1 000 (tahun tanam 1991). Pada setiap Afdeling penentuan basis dan premi

27

dapat berbeda sesuai yang telah ditetapkan pihak manajemen kebun. Penentuan premi panen selain berdasarkan umur tanaman juga dapat berdasarkan keadaan topografi kebun. Jumlah basis dan premi lebih borong pada Afdeling IV disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV Blok Luas (ha) Jlh Tanaman Basis D88a 85 11 051 47 D88b 68 8 694 47 D89a 17 2 346 47 D89b 84 11 508 47 D90a 27 3 602 50 D90b 103 13 461 50 D90c 107 14 763 50 D90d 88 12 025 50 D91a 86 11 443 50 D91b 101 13 233 50 D91c 85 11 603 50 D91d 94 11 968 50 D91e 91 11 420 50 D91f 76 10 280 50 Premi (Rp) 1 200 1 200 1 320 1 200 1 160 1 160 1 160 1 200 1 160 1 160 1 160 1 160 1 160 1 160

Pinalti/sangsi panen. Pinalti adalah denda atau potongan terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen. Denda pinalti yang dikenakan kepada pemanen berupa potongan upah yang diperoleh pemanen. Ada beberapa jenis kesalahan dalam pelaksanan pemanenan dan masing-masing kesalahan mempunyai besaran denda yang berbeda-beda. Tujuan diberikan sangsi atau pinalti adalah agar pemanen tidak melakukan kesalahan yang sama atau memberikan efek jera karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemanen pada umumnya sangat berpengaruh terhadap produksi. Jumlah denda pada pelaksanaan potong panen sudah ditetapkan pihak manajeman kebun, namun Afdeling mempunyai kebijakan sendiri yang dalam menentukan besarnya jumlah sangsi panen yang menurut mereka efektif. Misalnya denda panen apabila memotong buah mentah sebesar Rp. 5 000 pada Afdeling II sebesar Rp. 20 000 dan pada Afdeling IV Rp. 10 000. Kebijakan yang telah dibuat oleh Afdeling sebelumnya harus dilaporkan terlebih dahulu pada manajemen kebun. Jenis kesalahan dan denda yang diberikan pada pelaksanaan potong buah disajikan pada Tabel 8.

28

Tabel 8. Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda Potong buah mentah Rp. 5 000/jjg Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp. 1 000/jjg Buah masak tinggal dipokok/tidak Rp. 5 000/jjg dipanen Buah mentah diperam di ancak Rp. 5 000/jjg Buah mentah tinggal dipiringan/ Rp. 5 000/jjg diancak/parit Buah matahari / berondolan dipotong Rp. 1 000/jjg gagang Berondolan tidak dikutip bersih Rp. 3 000/jjg Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp. 1 000/jjg Pelepah sengkleh Rp. 1 000/jjg Tidak siap borong Denda di per-7 (dipotong jam kerja) 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen yang akan dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan berjalan. Mandor panen setelah mengancakan tukang potong buah melaksanakan sensus potong buah pada ancak yang akan dipanen besok. Rata-rata output tenaga panen yang terdapat pada Afdeling II adalah 60 TBS. Jumlah tenaga kerja = Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Hasil panen yang diperoleh dari kebun inti akan langsung dikirim ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur mempunyai dua pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan PMKS Buatan II yang masing masing berkapasitan olah 60 ton/jam. PMKS Buatan I dan II menerima buah yang berasal dari kebun inti, plasma dan kebun luar. Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh hasil minyak kelapa sawit yang berkualitas tinggi. Perlakuan terhadap TBS mulai di lapangan, transportasi dan proses pengolahan di pabrik sangat menentukan kualitas minyak yang dihasilkan. Target

29

yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah mengolah bahan baku TBS dengan kriteria matang yang baik, sehingga memperoleh hasil produksi CPO dan inti sawit yang memenuhi persyaratan mutu sesuai keinginan pasar dengan harga jual yang tinggi dan biaya olah seminimal mungkin serta mengendalikan limbah sebagai produk sampingan. PMKS memiliki beberapa stasiun yaitu stasiun penerimaan buah (fruit Reception Station), stasiun perebusan (Sterilizer Stasion), stasiun penebahan (Threshing Stasion), stasiun pengempaan (Press Stasion), stasiun pemurnian (Clarification Stasion), stasiun pengolahan inti (Kernel Plant Stasion) dan stasiun penyimpanan (Storage Stasion) Stasiun penerimaan (Fruit Reception Station). Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari kebun. Pada stasiun dapat diketahui jumlah produksi TBS setiap harinya. Stasiun penerimaan buah meliputi: A. Jembatan Timbang (Weight Bridge) Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang beberapa banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu harus ditimbang di jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar dari lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS yang masuk ke pabrik dapat diketahui beratnya. Selain itu, jembatan timbang juga berfungsi untuk menimbang minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit dan cangkang yang dipasarkan. B. Sortasi Sortasi dilakukan untuk mengontrol mutu TBS yang akan diolah dan mengetahui sejauh mana kualitas baua TBS yang dihasilkan oleh pihak kebun. Adapun kriteria sortasi adalah: a. Buah mentah, TBS yang tidak membrondol sama sekali atau membrondol kurang dari 1 brondolan/kg tandan b. Buah matang, TBS membrondol lebih dari 1 brondolan/kg tandan sampai membrondol 50% lebih. c. Buah lewat matang, TBS yang membrondol 50 - 100% dari lapisan luar. d. Tandan kosong, TBS dengan berondolan tinggal 5% dalam tandan atau tidak ada sama sekali.

30

e. Tangkai panjang, tangkai buah sawit lebih dari 3 cm. f. Tandan busuk, TBS dengan tangkai dan buah yang sudah menghitam dan membusuk. Pembusukan disebabkan oleh jamur dan buah yang telah lama dipanen tetapi tidak diangkut. Pembusukan ini dapat menyebabkan kadar asam dan air yang tinggi serta rendemen minyak yang rendah. g. Fruit Set tidak sempurna, buah yang kurang brondolannya. h. Parthenocarpic/Invertil, TBS yang proses pembentukan buahnya gagal. i. Buah keras/Hard Bunch, buah dimana proses membrondolnya buah sulit sekali. Ini disebabkan faktor genetik dan pemilihan bibit yang tidak selektif. Biasanya kadar air dalam buah ini sangat tinggi. Kriteria TBS yang diterima PMKS Buatan Satu adalah sebagai berikut: a. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan) - Warna kulit buah merah - Warna daging buah merah jingga/pucat b. - TBS brondol alami 1:1 (1 kg TBS 1 brondolan) - Warna kulit buah kehitam hitaman - Warna daging buah merah jingga/pucat C. Loading Ramp Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum TBS masuk ke tangki perebusan. Loading ramp dilengkapi dengan peron sebagai tempat pemindahan TBS ke dalam lori rebusan. TBS yang datang sebaiknya langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan terjaga. Semakin lama masa penimbunan buah akan menyebabkan luka pada TBS yang akan menyebabkan tingginya asam lemak bebas. D. Lori TBS Lori merupakan wadah untuk meletakkan TBS yang akan direbus di tangki sterilizer. Jumlah lori yang ada pada pabrik ini adalah 141 buah dengan kapasitas 4.5 ton TBS. Lori berbentuk tabung horizontal dengan bagian atas terbuka yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat yang terdapat diantara buah. sempurna pembentukan

31

Stasiun perebusan (Sterilizer Station). TBS yang sudah dimasukkan kedalam lori, dengan bantuan capstand ditarik dan dimasukkan ke dalam sterilizer. Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang dilengkapi dengan pipi uap masuk (inlet pipe), pipa uap keluar (exhaust pipe), pipa kondensat, plat pembagi uap (weir plate) dan safety valve. PMKS buatan satu memiliki 4 unit sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari back pressure vessel (BPV) ke inlet pipe. Sistem perebusan yang dilakukan adalah sistem perebusan tiga puncak (SPTP). Hal ini dilakukan agar buah sawit yang berada pada tandan bagian dalam dapat terpipil dengan sempurna. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk a. Menghancurkan enzim lipolitis (katalisator) pengurai minyak sawit menjadi asam lemak bebas dan gliserin b. Mempermudah buah lepas dari tandan dan cangkang c. Menulakkan daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan dan penjernihan minyak d. Memudahkan pemisahan cangkang dengan inti e. Mengendapkan zat lendir (bahan protein) yang bersifat emulsify sehingga mempermudah pemisahan minyak dari air pada proses pemurnian minyak atau clarification. Stasiun penebahan (Threshing Station). Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan brondolan buah dari tandan. Stasiun ini terdiri dari beberapa peralatan yaitu a. Tippler yaitu alat yang berfungsi untuk menuang buah masak dari lori TBS ke bunch convenyor. b. Bunch convenyor yaitu alat yang dugunakan sebagai alat transfer untuk mengatur buah masuk ke dalam thresher. c. Thresher yaitu alat yang merupakan pemisah brondolan buah dari tandannya. Thresher bekerja dengan cara berputar putar dengan putaran 23 rpm yang menyebabkan tandan buah rebus (TBR) terbanting pada dinding thresher. Buah yang telah lepas jatuh ke fruit under thresher convenyor dan diangkut dengan fruit elevator untuk selanjutnya diolah di digester.

32

Stasiun pengempaan (Press Station). Berondolan yang terpisah dari tandan selanjudnya akan diproses pada stasiun pengempaan (pressing stasion). Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah. alat utama yang digunakan pada stasiun ini adalah digester dan screw press. Digester merupakan alat berbentuk bejana vertikal yang dilengkapi dengan pisau pisau pengaduk yang berputar untuk melumatkan buah sehingga terpisah dari biji. Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari fibre dan nut (biji). Screw press terdiri dari silinder yang berlubang lubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang bergerak berlawan arah. Minyak kasar yang dihasilkan selanjudnya dialirkan ke oil gutter untuk proses klarifikasi sedangkan fibre dan nut dikirim ke stasiun kernel. Stasiun klarifikasi (Clarification Station). Stasiun klarifikasi merupakan stasiun terakhir pengolahan minyak. Di stasiun ini minyak dipisahkan dari zat zat pengotornya. Proses pemisahan dilakukan dengan cara pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Minyak yang diproses sebelumnya, berupa minyak kasar dan masih diklarifikasi (pemurnian). Proses pemurnian dilakukan pada suhu 90o 95oC yang terdiri atas beberapa tahap diantaranya: a. Proses pengenceran minyak dengan menggunakan air panas didalam tangki pemurnian (Clarifier tank) untuk memisahkan kotoran kotoran yang tercampur. b. Pemisahan minyak dengan air drab (air pemurnian) di tangki pemurniaan sehingga menghasilkan minyak sawit dan air drab (air pemurnian). Air drab merupakan air hasil pemisahan minyak dengan kotoran. Air drab yang masih mengandung minyak diambil dengan mesin pemisah lumpur (sludge separator), kemudian air yang dibuang merupakan limbah cair. c. Minyak yang telah dipisahkan dengan air drab dilakukan pemurnian dalam pembersih minyak (stasiun oil purifier). d. Minyak dari hasil pemurnian kemudian dikeringkan dalam ruangan pengering hampa (vacuum dryer) dan selanjunya disimpan dalam tangki timbun CPO (storage tank). Stasiun pengolahan inti (Kernel Station). Unit ini bertujuan untuk memisahkan campuran antara cangkang, fibre dan inti sawit (kernel) yang keluar dari screw press. Ampas yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji

33

yang masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan. Kernel yang terpisah akan masuk kedalam kernel silo sebelum masuk ke dalam kernel storage bersuhu 60o - 70oC. Stasiun penyimpanan (Storage Station). Stasiun ini merupakan tempat akhir produk sebelum dipasarkan. Stasiun ini terdiri dari storage tank dan kernel storage. Storage tank merupakan tangki penyimpanan minyak sawit sebelum dikirim ke konsumen. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas sistem coil yang dipasang pada dasar tangki. Temperatur minyak dalam tangki dipertahankan pada kisaran 45o - 55oC untuk menjaga kualitas minyak karena pada suhu kamar minyak sawit akan berfasa semi padat dan hal in akan mempersulit pengiriman dan dapat menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas. Kernel storage merupakan tempat peyimpanan kernel sebelum dikirim ke konsumen. Kernel storage dijaga dalam keadaan kering dan tidak lembab agar kernel tahan lama. Pengendalian mutu. Pengawasan mutu tidak hanya dilakukan pada produk siap jual, namun juga pada proses pengolahan produk itu sendiri. Selain itu juga pengawasan dilakukan pada material material pendukung proses pengolahan seperti pada pengawasan mutu air terutama air boiler. Dengan dilakukannya pemeriksaan produk maka kehilangan minyak, kehilangan kernel dan kerusakan alat karena mutu air ayng kurang baik dapat dikurangi. Standar pabrik terhadap oil losses dan kernel losses disajikan dalam Tabel 9. Table 9. Standar Oil Losses dan Kernel Losses Material Oil losses (%) Kernel losses (%) Minyak dalam air rebusan / TBS 0.10 Minyak di USB/TBS 0.01 Minyak pada janjangan /TBS 0.26 Minyak dalam ampas press/BS 0.50 Minyak dalam nut/TBS 0.10 Minyak pada solid decanter/TBS 0.10 Minyak pada air decanter/TBS 0.30 Minyak tumpahan & Ex pencucian/TBS 0.03 Kernel di USB/TBS 0 Kernel dalam fibre cyclone/TBS 0.15 Kernel dalam dry shell 1/TBS 0.05 Kernel dalam dry shell 2 /TBS 0 Kernel dalam wet Shell/TBS 0.09 Total Losses 1.4 0.29 Sumber : Laboratorium PMKS Buatan Satu PT Inti Indosawit Subur

34

Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Pengelolaan limbah terdiri atas dua aspek yaitu penanganan limbah dan pemanfaatan limbah. Penanganan limbah bertujuan untuk mengurangi daya cemar limbah, sedangkan pemanfaatan limbah bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah yang akan dibuang. Bentuk pengelolaan bervariasi sesuai dengan bentuk limbah yang dihasilkan melalui proses pengolahan TBS di PMKS. Limbah Padat (Janjangan Kosong). JJK merupakan produk sampingan (by product) hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang berasal dari sistem sterilizer dan stripper. Penanganan JJK yang dihasilkan PMKS Buatan tidak lagi dilakukan pembakaran dengan incenator. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pembuangan CO2 keudara. Setiap ton TBS yang diolah akan menghasilkan JJK antara 200 - 220 kg atau 20 - 22% dari TBS olah. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi satu kali pertahun. JJK diaplikasi secara manual dan disusun dengan ukuran 11 x 8 buah JJK dengan dosis aplikasi 370 kg/tanaman atau 50 ton/ha (Gambar 2). JJK diecer dengan mengunakan angkong dan diaplikasikan diantara 2 pokok (diluar piringan) dalam barisan tanam. JJK diaplikasi satu lapis pada satu titik, apabila JJK yang diaplikasi lebih dari satu lapis akan mendorong berkembangnya kumbang Oryctes pada tumpukan JJK tersebut (Pasaribu dan Chenon, 2005). Standar kerja yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 10 titik (3.7 ton/HK) sedangkan prestasi kerja karyawan 11 titik (4.07 ton/HK) dan prestasi kerja penulis 3 titik (1.11 ton/HK). Beberapa keuntungan aplikasi JJK pada areal pertanaman adalah sebagai berikut: 1. Kaya sumber hara makro dan mikro 2. Unsur hara tersedia secara perlahan (untuk mengurangi losses) 3. Kaya sumber bahan organik 4. Meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah 5. Meningkatkan dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah seperti bakteri, jamur, cacing tanah dan serangga 6. Berfungsi sebagai penutup tanah dan menekan pertumbuhan gulma

35

7. Meningkatkan dan mempertahankan kelembaban tanah 8. Menurunkan suhu tanah 9. Memperkecil erosi tanah, aliran dan pencucian hara

Gambar 2. Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit JJK yang diaplikasikan ke lahan adalah JJK segar yang langsung dari PMKS setelah TBS diolah. Prioritas pemberian JJK telah disurvei terlebih dahulu oleh bagian R&D perusahaan. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pengaplikasian JJK adalah: 1. Areal teresan 2. Tanah mineral berstruktur ringan 3. Tanah datar sampai bergelombang 4. Terletak pada radius 10 km dari PMKS Decanter Solid. Decanter solid (DS) adalah produk akhir dari proses pengolahan TBS di PMKS yang memakai sistem decanter. Sistem decanter ini berfungsi untuk memisahkan lumpur (sludge) dengan minyak. Decanter mampu mengeluarkan 90% semua solid dan 20% solid terlarut dari minyak sawit. Decanter solid dilepaskan dari decanter yang terdiri dari lumpur dengan kelembaban yang tinggi ( 80%), minyak (2-3%) dan bersifat asam. Pada PMKS di Kebun buatan PT Inti Indosawit yang menghasilkan DS adalah PMKS Buatan I sedangkan PMKS Buatan II tidak menghasilkan solid basah. DS dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara

36

yang dibutuhkan oleh tanaman. Aplikasi DS di lahan dilakukan dengan meletakkannya diatas rumpukan pelepah. Unsur hara yang terkandung dalam decanter solid disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid Persentase Unsur Hara DS Basah Kesetaraan Pupuk Hara Utama Kisaran Rata rata (kg/ton) Nitrogen (N) 0.418 - 0.519 0.472 10.3 kg urea Phosphorus (P) 0.036 - 0.050 0.046 3.3 kg Rp Potassium (K) 0.268 - 0.384 0.304 6.1 kg MOP Magnesium (Mg) 0.059 - 0.062 0.704 4.5 kg kieserit Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Produksi DS pada PMKS Buatan I adalah 3% dari total TBS olah. Di pabrik DS dibungkus ke dalam karung yang rata-rata beratnya 18 kg sebelum diaplikasi di areal pertanaman. Tumpukan karung DS diangkut dengan dump truck ke areal yang akan diaplikasi. DS diletakkan pada gawangan mati atau pada tumpukan pelepah. Dosis yang digunakan adalah 72 kg/pokok (4 karung/pokok) sedangkan dosis yang direkomendasikan pada SOP Asian Agri adalah 70 kg/pokok. Prestasi kerja karyawan sebesar 150 karung/HK (2.7 ton/HK) sedangkan prestasi penulis sebesar 24 karung/HK (1.25 ton/HK). Palm Oil Mill Effluent (POME). POME atau limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak kelapa sawit merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah cair PMKS Buatan bersumber dari empat bagian pengolahan yaitu air buangan kondensat dari stasiun perebusan, air buangan dari stasiun klarifikasi, air buangan hydrocyclone dari stasiun pengolahan inti dan air buangan pencucian. PMKS Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur menggunakan sistem land application untuk memanfaatkan limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS. Sistem land application merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah cair dari proses pengolahan minyak kelapa sawit. Limbah cair yang dihasilkan ditampung dalam recovery tank yang kemudian dipompakan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Parameter yang dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah cair pada PMKS Buatan adalah pH, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TDS (Total Dissolved Solid), Temperatur, minyak

37

dan lemak. Parameter yang dipakai pada limbah cair industri kelapa sawit yaitu BOD, COD, TSS, minyak dan lemak (Lubis, 1992), Biological Oxygen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik yang sering digunakan sebagai tolak ukur menentukan kualitas limbah. Semakin tinggi nilai BOD air limbah maka daya saing dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. persaingan semakin jelas terlihat pada badan penerima limbah seperti sungai memiliki oksigen terlarut yang kecil akan tergantung kehidupan biota jika dicemari dengan limbah. Nilai BOD biasa digunakan untuk menguji kandungan bahan organik dengan reaksi biokimia. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik dan anorganik, sehingga COD lebih besar dari pada nilai BOD. Parameter COD digunakan sebagai perbandingan atau kontrol terhadap nilai BOD. Kandungan padatan limbah terdiri atas bahan organik maka parameter yang digunakan adalah adalah BOD. BOD dan COD yang jauh lebih tinggi dari baku mutu limbah cair akan membebani lingkungan. Oksigen yang terlarut dalam badan air digunakan untuk menguraikan limbah tersebut sehingga akan terjadi defisit oksigen. Total Suspended Solid (TSS) menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh suspended solid lebih nyata dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi (BOD), sehingga diupayakan TSS lebih kecil yaitu dengan penyaringan, pengendapan atau penambahan bahan kimia flokulan. Minyak dan Lemak dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses oksidasi pada kondisi aerobik. Kandungan minyak dapat dihilangkan saat proses netralisasi dengan penambahan NaOH dan membentuk sabun pada permukaan limbah. Nitrogen total merupakan jumlah kandungan nitrogen dalam cairan limbah. Semakin tinggi kandungan nitrogen dalam cairan limbah meyebabkan keracunan pada biota sehingga parameter N-Total dicantumkan pada spesifikasi mutu limbah.

38

Derajat keasaman (pH) Cairan Limbah. Penempatan parameter pH 6-9 bertujuan agar mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu dan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan badan penerima seperti sungai yang secara umum digunakan sebagai badan penerima. Keasaman limbah segar yang pH 4 perlu dinaikkan dengan penambahan alkali. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terdiri dari basculator untuk menghitung debit air limbah, cooling pond untuk mendinginkan air limbah, acidification pond untuk pengasaman air limbah , primary anaerobic pond untuk proses biodegradasi air limbah dengan bakteri anaerobik, secondary anaerobic pond untuk proses biodegradasi air limbah lebih lanjut, Emergency pond untuk menampung luapan air limbah apabila terjadi hujan (Gambar 3). Layout IPAL PMKS Buatan disajikan pada Lampiran 8. Bakteri yang digunakan untuk merombak bahan organik yang terdapat pada air limbah adalah bakteri thermophill. Bakteri ini aktif menghasilkan enzim yang dapat memecah karbohidrat, protein, lemak atau bahan organik lainnya (Naibaho, 1998).

Gambar 3. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Air limbah yang telah diolah pada IPAL akan dialirkan ke perkebunan inti sebagai pupuk. Pada perkebunan inti yang digunakan sebagai land application telah dibuat flatbed untuk menampung air limbah hasil olahan IPAL yang

39

letaknya di gawangan mati (Gambar 4). Pada PMKS Buatan I total areal yang diaplikasi limbah cair seluas 240 ha terdiri dari 18 587 flatbed yang terbagi dalam delapan blok. Pada PMKS Buatan II Total areal yang diaplikasi seluas 303 ha terdiri dari 20 011 flatbed yang terbagi dalam 12 blok. Rotasi pengisian limbah cair pada flatbed adalah tiga bulan (4 kali/tahun). Peta rotasi pengisian POME pada PMKS Buatan I disajikan pada Lampiran 9.

Gambar 4. Flatbed di lapangan berisi limbah cair Limbah cair mengandung bahan organik yang tinggi yang bermanfaat bagi tanaman. Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik Hara Utama Kandungan Unsur Hara (%) Kesetaraan Pupuk (kg/ton POME) N 0.07 1.52 kg Urea / 3.3 kg ZA P 0.02 0.7 kg RP K 0.17 2.8 Kg MOP Mg 0.05 1.8 kg Kieserite Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Terdapat beberapa keuntungan POME land application yaitu: a. Sebagai sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pupuk anorganik.

40

b. Kandungan bahan organik yang tinggi dapat memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah. c. Sebagai sumber air bagi tanaman terutama saat musim kering. d. Mengurangi polusi yang ditimbulkan jika dibuang di badan sungai. Lahan-lahan yang akan diaplikasi POME sebelumnya sudah ditentukan oleh pihak R&D perusahaan. Adapun syarat-syarat lahan yang dapat diaplikasi POME adalah sebagai berikut : 1. Lokasi dekat dengan areal pengolahan POME. 2. Kolam aplikasi harus berada diluar kawasan riparian/lindung dan memiliki saluran tertutup/tidak berhubungan dengan badan air (sungai, danau, dll). 3. Air larian/run off dari daerah aplikasi tidak boleh masuk ke badan air atau menuju kawasan pemukiman. 4. Kedalaman air tanah harus > 2 meter. 5. Tidak boleh dikawasan gambut, berpasir dan daerah banjir. 6. Permeabilitas lahan > 1.5 cm/jam dan < 15 cm/jam. 7. Jarak minimal 1 000 meter dari pemukiman. 8. Topografi lahan datar atau bergelombang. Cangkang dan fibre. Cangkang merupakan produk ikutan dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit. Pada PMKS Kebun Buatan total cangkang yang dihasilkan adalah sekitar 4-5% dari TBS olah. Cangkang yang dihasilkan oleh PMKS 80% dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan 15 - 20% dijual keluar. Selain untuk bahan bakar, cangkang kelapa sawit terkadang dimanfaatkan sebagai bahan pengeras jalan. Fibre adalah produk ikutan dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit. fibre yang dihasilkan oleh PMKS Buatan sekitar 13% dari TBS olah. Seluruh fibre yang dihasilkan oleh PMKS dimanfaatkan untuk umpan boiler. Aspek Manajerial Karyawan Non Staf Dalam suatu perusahaan terdapat suatu sistem manajerial yang bertujuan untuk menggerakkan perusahaan tersebut dalam mencapai target. Agar sistem tersebut berjalan baik dan benar maka diperlukan dukungan dari sumber daya

41

manusia yang handal dan memberikan kemajuan yang baik bagi perusahaan. Pada bulan kedua selama magang penulis berstatus menjadi PHL, berikutnya berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan dari PHL di lapangan. Selain dalam hal mengatur dan mengawasi kerja dari PHL agar kinerja PHL menjadi efektif, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif kepada PHL agar kinerja PHL meningkat dan bekerja sesuai dengan standar operasional perusahaan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada Rencana Kerja Harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan asisten afdeling. Setiap sore hari setelah selesai dari lapangan, mandor mengisi buku kerja mandor yang berisi daftar hadir pekerja setelah selesai kegiatan dan prestasi kerja yang diperolehnya pada hari itu, selain itu juga mengisi lembar attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Setiap pagi hari semua mandor mengikuti master morning bersama asisten afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan, briefing tentang teknik aplikasi pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan perusahaan (SOP) dan melaporkan masalah yang dihadapi. Setelah itu setiap mandor melakukan apel pagi bersama PHL untuk memberitahukan jenis kegiatan yang dilaksanakan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan, setiap mandor mengawasi pekerjaan secara langsung serta mengarahkan pekerja agar bekerja lebih efektif, selesai dari lapangan, para mandor menghitung dan melaporkan hasil pekerjaan meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan kepada asisten afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance & gang activity. Selain itu, mandor juga mempunyai kewajiban mengurus pengambilan material dan mempersiapkan tenaga kerja. Mandor I. Posisi jabatan mandor I berada dibawah asisten afdeling. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas dibandingkan dengan mandormandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol dan mengawasi

42

semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I dapat menegur mandor lain jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Mandor I berwenang untuk mengecek semua jenis kegiatan dan melaporkan masalah-masalah yang dihadapi kepada asisten afdeling. Kegiatan yang dilaksanakan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu sebagai pendamping mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen, dan krani panen. Semua mandor tersebut berada di bawah mandor I. Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten Afdeling, KTU dan Manajer kebun, meminta kendaraan pengangkutan pupuk pada mandor transportasi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan luasan yang akan dipupuk, apel pagi untuk memberikan pengarahan kepada karyawan, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, mengikuti dan mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke lapangan, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan. Mandor semprot. Penyemprotan merupakan salah satu dari kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan asisten afdeling dan asisten kepala, melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan pengabsenan karyawan, mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Mandoran semprot di PT Inti Indosawit Subur dikepalai oleh asisten kepala yang terdiri atas dua tim unit semprot (TUS) yang masing masing tim dikepalai oleh mandor. Tim tersebut dibedakan berdasarkan alat semprot yang digunakan yaitu tim satu menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Applicator) dan tim kedua menggunakan alat semprot Knapsack sprayer. Sebelum kegiatan di lapangan, mandor semprot melakukan apel pagi bersama karyawan mengisi absen karyawan, mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan mempersiapkan larutan yang akan disemprot. Pada saat di lapangan mandor bertugas mengawasi pekerjaan dari karyawan, setelah selesai dari lapangan mandor memberikan laporan hasil

43

kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot pada hari itu dan juga membuat RKH pada lembar RKH untuk kegiatan esok hari. Mandor panen. Mandor panen di perusahaan ini terdiri atas 3 orang untuk setiap Afdeling. Tugas mandor panen adalah membuat perencanaan areal seksi panen yang harus dipanen atas persetujuan asisten afdeling, kemudian melakukan apel pagi dengan karyawan, sambil memberikan pengarahan tentang standar pelaksanaan panen dan juga mengingatkan kepada karyawan tentang keselamatan kerja. Pada saat itu dilakukan juga pengabsenan karyawan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen. Setelah itu, mandor panen kemudian memberi ancak kepada masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan panen di lapangan. Setelah pelaksanaan pemanenan, mandor panen melaksanakan kegiatan taksasi panen untuk memperkirakan jumlah TBS yang dapat dipanen esok hari sehingga sebelum panen esok hari dapat ditentukan berapa anggota karyawan yang dibutuhkan. Krani buah. Tugas dari krani buah adalah mencatat jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga krani buah bertugas untuk mengawasi mutu buah yang ada di lapangan agar buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Krani buah mencatat data total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen, data tersebut dicatat dalam buku krani panen. Krani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, maka krani panen mengisi lembar premi potong buah harian untuk menentukan upah yang didapat oleh setiap pemanen. Upah tersebut ditentukan berdasarkan jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen pada hari itu. Apabila pemanen memotong buah yang melebihi basis maka pemanen mendapat premi tetapi jika pemanen melakukan kesalahan seperti memotong buah mentah dan tidak mengutip brondolan di piringan maka dilakukan pemotongan terhadap upahnya pada hari itu.

44

Karyawan Staf Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Estate Manajer dan General Manajer (GM). Asisten bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja serta target bulanan sesuai program kerja afdeling, selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masingmasing mandor, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh krani afdeling. Sama halnya dengan asisten afdeling, asisten by product bertanggung jawab kepada Asisten Kepala, Estate Manajer dan GM. Asisten by product bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengaplikasian limbah ke kebun. Sebelum mengaplikasikan limbah ke areal afdeling tertentu, asisten by product terlebih dahulu harus berkoordinasi dengan asisten afdeling.

PEMBAHASAN
Pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dilakukan PMKS menghasilkan produk sampingan yang dikenal dengan limbah. Ada beberapa jenis limbah yang dihasilkan JJK, decanter solid, POME, fibre dan cangkang. Limbah yang dihasilkan memiliki potensi untuk dimanfaatkan kembali dengan pengelolaan yang baik sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Selain dapat dimanfaatkan kembali ke lahan, limbah yang dihasilkan juga dapat dijual pada pihak luar seperti cangkang. Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan PMKS Buatan II yang masingmasing memiliki kapasitas olah 60 ton/jam. Limbah yang dihasilkan oleh PMKS I dan II disajikan dalam Tabel 12 dan 13. Tabel 12. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I Bulan / tahun Jan/2010 Feb/2010 Mar/2010 Apr/2010 Mei/2010 Jun/2010 Jul/2010 Agt/2010 Sep/2010 Okt/2010 Nov/2010 Des/2010 Jan/2011 Feb/2011 Mar/2011 Apr/2011 Mei/2011
TOTAL Rata rata Persentase

TBS Proses (ton) 19 211 16 411 18 855 19 135 20 184 25 269 29 461 29 428 27 731 29 222 28 468 26 340 24 310 20 922 24 391 26 022 29 567
414 927 24 408

Janjangan Kosong (ton) 3 912 3 325 3 883 3 985 3 965 5 054 5 723 6 131 5 829 6 274 6 018 5 658 5 108 4 425 5 073 5 217 5 853
85 433 5 026 21%

Solid (ton) 553 475 543 554 576 721 839 835 783 825 815 749 689 587 824 879 1 044
12 559 739 3%

POME (ton) 9 611 8 206 9 428 9 568 10 092 12 635 14 731 14 714 13 866 14 611 14 234 13 170 12 155 10 461 12 196 13 011 14 784
207 473 12 204 50%

Cangkang (ton) 1 154 985 1 131 1 148 1 211 1 516 1 768 1 766 1 664 1 753 1 708 1 613 1 470 1 023 1 082 1 092 1 275
23 359 1 374 6%

Fibre (ton) 2 499 2 133 2 451 288 2 624 3 285 3 830 3 826 3 605 3 799 3 701 3 424 3 160 2 720 3 171 3 383 3 844
51 743 3 044 13%

Sumber : PMKS Buatan I

46

Tabel 13. Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II Bulan/Tahun TBS Proses (ton) JJK (ton) 3 916 3 149 3 686 3 431 3 980 4 971 5 551 5 979 4 742 6 302 5 578 5 276 4 742 4 258 4 880 5 582 6 339 82 362 4 845 21% POME (ton) 9 501 7 436 8 683 8 512 9 951 12 427 13 878 14 392 11 152 15 013 13 517 12 389 11 152 10 006 11 656 13 403 15 753 198 821 11 695 49% Cangkang (ton) 1 140 892 1 042 1 021 1 194 1 491 1 665 1 727 1 338 1 802 1 622 1 899 1 338 1 201 1 399 1 608 1 890 24 269 1 428 6% Fibre (ton) 2 470 1 933 2 257 2 213 2 587 3 231 3 608 3 742 2 899 3 903 3 514 3 221 2 899 2 601 3 031 3 485 4 096 51 690 3 041 13%

Jan/2010 19 001 Feb/2010 14 871 Mar/2010 17 365 Apr/2010 17 024 Mei/2010 19 902 Jun/2010 24 854 Jul/2010 27 756 Agt/2010 28 783 Sep/2010 26 897 Okt/2010 30 026 Nov/2010 27 033 Des/2010 24 779 Jan/2011 22 303 Feb/2011 20 011 Mar/2011 23 312 Apr/2011 26 805 Mei/2011 31 506 TOTAL 402 228 Rata rata 23 661 Persentase Sumber : PMKS Buatan II

Janjangan Kosong (JJK). JJK adalah salah satu produk sampingan (by product) yang dihasilkan oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan sebesar 20 - 22% dari TBS olah atau 200 - 220 kg/ton. JJK yang dihasilkan oleh PMKS langsung diaplikasikan ke lahan. Aplikasi JJK diletakkan di antara pokok tanaman dengan ukuran 8 x 11 JJK setara dengan 370 kg JJK/pokok. Pada areal yang diaplikasi JJK maka pelepah yang ditunas diletakkan di gawangan mati sehingga membentuk leter U dengan JJK (Gambar 5). JJK yang dihasilkan PMKS Buatan tidak seluruhnya diaplikasikan ke areal Kebun Buatan, tetapi sebagian dibagikan ke Kebun Rantau Baru (KRB) dan Kebun Plasma. Hal ini dilakukan karena tidak semua areal yang berada di Kebun Buatan dapat diaplikasi JJK. Areal yang tidak dapat diaplikasi JJK adalah areal rawa, areal yang akses jalannya sulit untuk dilalui dan areal yang jaraknya jauh dari PMKS.

47

P a s a r r i n t i s

Ket :

Tanamankelapasawit TitikaplikasiJJK Rumpukanpelepah

Gambar 5. Layout aplikasi JJK di lahan JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I & II yang diaplikasikan ke areal Kebun Buatan disajikan dalam Tabel 14. Tabel 14. JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan Bulan/Tahun PMKS Buatan I (ton) PMKS Buatan II (ton) Jan/2010 2 896 Feb/2010 3 100 Mar/2010 3 599 Apr/2010 3 472 Mei/2010 3 906 Jun/2010 1 301 4 851 Jul/2010 5 294 Agt/2010 5 725 Sep/2010 56 5 509 Okt/2010 6 344 Nov/2010 5 287 Des/2010 5 086 Jan/2011 4 608 Feb/2011 3 902 Mar/2011 1 267 4 608 Apr/2011 2 269 5 082 Mei/2011 6 183 Total 4 893 79 452 Rata rata 1 223 4 674 Sumber : PMKS Buatan I & II Rata-rata JJK yang dihasilkan PMKS Buatan I sebesar 5 026 ton/bulan dan PMKS Buatan II sebesar 4 845 ton/bulan. Pekerja yang melakukan serak JJK dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan PMKS yang terdiri dari dua mandoran

48

aplikasi JJK. Wilayah I (PMKS Buatan I) mengaplikasi JJK untuk Afdeling I, II dan III. Wilayah II (PMKS Buatan II) mengaplikasi JJK untuk Afdeling IV, V dan VI. Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK untuk wilayah I sebanyak 30 orang. Basis yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 10 titik/HK atau 3.7 ton/HK, tetapi rata-rata prestasi yang dapat dicapai pekerja sebesar 12 titik/HK atau 4.44 ton/HK. Berikut adalah perhitungan total JJK yang dapat diaplikasi ke areal berdasarkan prestasi pekerja. Total aplikasi JJK/hari Total aplikasi JJK/bulan = 30 HK/hari x 4.44 ton/HK = 133.2 ton/hari = 133.2 ton/hari x 25 hari/bulan = 3 330 ton/bulan Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK pada wilayah I sudah efektif untuk melakukan aplikasi JJK di lahan. Berdasarkan prestasi tenaga kerja yang melakukan serak JJK, total JJK yang dapat diserak untuk Wilayah I dalam satu bulan sebesar 3 330 ton sedangkan rata-rata JJK yang dikirim PMKS I ke areal Kebun Buatan sebesar 1 223 ton/bulan. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan prestasi tenaga kerja tidak terdapat kemungkinan restan JJK karena JJK yang dikirm oleh PMKS I seluruhnya dapat teraplikasi di lahan. Jumlah pekerja yang melakukan serak JJK untuk wilayah II sebanyak 48 tetapi rata-rata yang hadir setiap hari 42 orang. Rata-rata prestasi yang dapat dicapai oleh pekerja adalah 11 titik/HK atau 4.07 ton/HK. Berbeda dengan Wilayah I, rata-rata prestasi yang dapat dicapai sebesar 12 titik/HK karena areal pada Wilayah I lebih datar dari pada areal Wilayah II. Berikut adalah perhitungan total JJK yang dapat diaplikasi ke areal berdasarkan prestasi pekerja. Total aplikasi JJK/hari Total aplikasi JJK/bulan = 42 HK/hari x 4.07 ton/HK = 170.94 ton/hari = 170.94 ton/hari x 25 hari/bulan = 4 273.5 ton/bulan Total JJK yang dapat diaplikasi berdasarkan prestasi pekerja pada Wilayah II sebesar 4 273.5 ton/bulan sedangkan rata-rata JJK yang dikirim ke areal sebesar 4 674 ton/bulan. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa JJK yang dikirim oleh

49

PMKS II lebih banyak dibandingkan dengan kemampuan pekerja untuk menyerak JJK tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pada Wilayah II dapat terjadi restan JJK sebesar 400.4 ton/bulan. Oleh sebab itu, pada Wilayah II perlu adanya penambahan tenaga kerja aplikasi JJK dan perlu memberikan motivasi kepada pekerja agar dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Pada umumnya JJK yang restan di lahan terletak pada pinggir jalan. Hal ini akan berakibat pada kerusakan jalan karena JJK tersebut dapat menahan air dan membuat badan jalan menjadi lembab dan remah. Apabila kondisi jalan seperti ini dilalui oleh alat trasportasi misalnya dump truck akan menyebabkan jalan berlubang dan dalam jangka waktu yang lama akan mengganggu kegiatan produksi. JJK merupakan limbah yang banyak mengandung bahan organik yang berguna bagi tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam JJK cukup banyak, oleh sebab itu pemanfaatan JJK dimaksudkan sebagai pupuk. Unsur hara yang terkandung dalam JJK disajikan dalam Tabel 1. Total rata-rata JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan adalah 9 871 ton/bulan atau sekitar 118 452 ton/tahun. Berikut adalah perhitungan kesetaraan pupuk anorganik pertahun yang dapat dihasilkan seluruh JJK: Urea (N) = 118 452 ton/tahun x 8 Urea kg/ton = 947 616 Urea kg/tahun = 948 Urea ton/tahun RP (P) = 118 452 ton/tahun x 2.90 RP kg/ton = 343 510.8 RP kg /tahun = 344 RP ton/tahun MOP (K) = 118 452 ton/tahun x 18.30 MOP kg/ton = 2 167 671.6 MOP kg/tahun = 2 168 MOP ton/tahun Kieserit (Mg) = 118 452 ton/tahun x 5 Kieserit kg/ton = 592 60 Kieserit kg/tahun = 593 Kieserit ton/tahun Dari data diatas terlihat bahwa JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I & II dapat menyubtitusi penggunaan pupuk anorganik. Unsur hara yang paling

50

banyak terkandung dalam JJK adalah Kalium (K) dan Nitrogen (N). JJK yang dihasilkan PMKS Buatan I dan II dapat menyubtitusi penggunaan pupuk MOP sebesar 2 168 ton/tahun, 948 Urea ton/tahun, 593 Kieserit ton/tahun dan 344 RP ton/tahun. Dosis yang direkomendasikan untuk aplikasi JJK adalah 370 kg/tanaman (50 ton/ha) maka total luasan yang dapat diaplikasi JJK sebesar 2 369 ha atau sekitar 43% dari seluruh luas kebun (luas kebun sebesar 5 549 ha). Namun JJK yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I dan II tidak seluruhnya diaplikasi di lahan Kebun Buatan. Hal ini dikarenakan ada sebagian lahan yang merupakan daerah rawa dan letaknya yang jauh dari PMKS. Palm Oil Mill Effluent (POME). POME merupakan hasil sampingan (by product) dari pengolahan TBS di PMKS yang jumlahnya mencapai 50% dari TBS olah. Seluruh POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimanfaatkan ke kebun inti dengan cara land application. POME yang dialirkan ke kebun ditampung dalam flatbed yang sudah tersedia di kebun.

Gambar 6. Layout flatbed pada lahan aplikasi POME Ukuran standar flatbed yang ditetapkan adalah panjang 7 m, lebar 1.5 m dan dalam 0.6 m. Flatbed terletak di gawangan mati sehingga pada lahan yang diaplikasi POME rumpukan pelepah disusun di antara pokok (Gambar 6). Rotasi pengaliran POME tiga bulan dan hanya sekitar 80% flatbet yang dapat diisi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi luapan volume flatbed apabila terjadi hujan.

51

Hasil pengamatan rata-rata ukuran dan volume flatbed Wilayah I dan II disajikan dalam Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I Blok B90a B89a B90b B89b B90d C89a C89b C88c Panjang (m) 3.08 6.90 3.44 8.99 6.52 3.46 3.66 3.67 Lebar (m) Dalam (m) volume (m) Jumlah Flatbed 1 081 4 683 3 736 1 722 1 015 5 278 464 608 18 587 V Efektif Flatbed 80% (m3) 2 837.54 23 677.25 10 729.79 19 741.00 5 708.36 12 920.54 1 366.02 1 751.04 78 731.54

1.70 0.63 3.28 1.44 0.64 6.32 1.63 0.64 3.59 2.47 0.65 14.33 1.63 0.66 7.03 1.56 0.57 3.06 1.65 0.61 3.68 1.64 0.60 3.60 Total Ket : Pengamatan dilakukan pada 10 flatbed/blok

Tabel 16. Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II Blok D91c A91f A91c A91b A91e A90c A90b A91d D91d D91e A90a Panjang (m) 6.20 3.87 3.84 3.08 2.23 3.14 3.68 6.74 6.18 6.91 6.91 Lebar (m) Dalam (m) volume (m) Jumlah Flatbed 130 3 304 1 400 684 5 126 1 923 847 1 607 2 579 1 681 730 20 011 V Efektif Flatbed 80% (m3) 504.4 8 431.81 6 059.2 1 171.01 7 217.41 4 153.68 2 493.57 11 017.59 9 738.3 7 167.78 3 042.64 60 997.39

1.21 0.65 4.85 1.37 0.61 3.19 2.30 0.61 5.41 1.42 0.49 2.14 1.49 0.53 1.76 1.52 0.57 2.70 1.70 0.59 3.68 1.99 0.64 8.57 1.20 0.64 4.72 1.27 0.61 5.33 1.36 0.56 5.21 Total Ket : Pengamatan dilakukan pada 10 flatbed/blok

Dari data di atas maka total POME yang dapat ditampung oleh flatbed yang terdapat di lahan adalah sebagai berikut: Wilayah I Total Volume Efektif Total POME

= 78 731.54 m3 = 78 731 540 liter = Total volume efektif x Massa jenis limbah

52

= 78 731 540 liter x 0.999 kg/liter = 78 652 808 kg = 78 653 ton Wilayah II Total Volume Efektif Total POME = 60 997.39 m3 = 60 997 390 liter = Total volume efektif x Massa jenis limbah = 60 997 390 liter x 0.999 kg/liter = 60 936 393 kg = 60 936 ton Dari data di atas diperoleh bahwa total POME yang dibutuhkan untuk dapat mengisi flatbed secara efektif adalah 78 653 ton (Wilayah I) dan 60 936 ton (Wilayah II). Pengisian flatbed dilakukan dengan rotasi tiga bulan yang berarti dalam satu tahun pengisian dilakukan 4 kali pada flatbed yang sama. Rata-rata PMKS Buatan I menghasilkan 12 204 ton/bulan atau 36 612 ton/3bulan dan PMKS Buatan II menghasilkan 11 695 ton/bulan atau 35 086 ton/3bulan. Hal ini berarti bahwa semua limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik dapat ditampung pada flatbed yang tersedia. Namun limbah yang dihasilkan oleh PMKS belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed yang tersedia. Hal ini akan berdampak banyak flatbed yang tidak terisi dan rotasi pengaliran bisa mencapai 6 bulan. POME dialirkan dengan pipa paralon yang sudah terpasang di dalam tanah. Pipa tersebut tersambung dengan pompa yang terdapat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Rata-rata volume yang dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II disajikan dalam Tabel 17. Berdasarkan rata-rata volume air limbah yang dialirkan, diperoleh rata-rata jumlah POME yang dialirkan 15 787 m3/bulan atau 47 361 m3/3bulan untuk Wilayah I dan 14 121 m3/bulan atau 42 363 m3/3bulan untuk Wilayah II. Hal ini berarti dalam satu rotasi rata-rata POME yang dialirkan sebesar 47 314 ton (Wilayah I) dan 42 321 ton (Wilayah II). Jumlah yang dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed yang tersedia di lahan. Hal ini akan berakibat rotasi pengaliran dapat mencapai 4-5 bulan.

53

Tabel 17. Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS Buatan I dan II Bulan - tahun Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Total Rata rata Sumber: PMKS Buatan I dan II PMKS I (m3) 17 802 13 320 14 267 17 758 63 147 15 787 PMKS II (m3) 14 286 14 325 13 834 14 039 56 484 14 121

POME dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Terdapat tiga keuntungan penggunaan limbah cair sebagai pupuk, yaitu mengurangi biaya pengolahan limbah sebesar 50-60%, menghemat penggunaan pupuk sekitar 50% dan meningkatkan produktivitas sebesar 27% (Didu, 2006). Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik disajikan dalam Tabel 11. Total rata-rata POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I & II sebesar 23 899 ton/bulan atau sekitar 286 788 ton/tahun. Berikut adalah perhitungan kesetaraan pupuk anorganik pertahun dari pengaplikasian POME ke lahan. Urea (N) = 286 788 ton/tahun x 1.52 Urea kg/ton = 435 917.76 Urea kg/tahun = 436 Urea ton/tahun ZA (N) = 286 788 ton/tahun x 3.3 ZA kg/ton = 946 400.4 ZA kg/tahun = 946 ZA ton/tahun Rp (P) = 286 788 ton/tahun x 0.7 RP kg/ton = 200 751.6 RP kg/tahun = 201 RP ton/tahun MOP (K) = 286 788 ton/tahun x 2.8 MOP kg/ton = 803 006.4 MOP kg/tahun = 803 MOP ton/tahun Kieserit (Mg) = 286 788 ton/tahun x 1.8 Kieserit kg/ton = 516 218.4 Kieserit kg/tahun = 516 Kieserit ton/tahun

54

Aplikasi POME pada kebun inti dapat menyubtitusi penggunaan pupuk anorganik. POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I dan II dapat mengurangi beban pemupukan anorganik sebesar 946 ZA ton/tahun, 201 RP ton/tahun, 803 MOP ton/tahun dan 516,23 Kieserit ton/tahun. Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk Penggunaan limbah PMKS sebagai pupuk organik diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. JJK dan POME merupakan limbah PMKS yang dihasilkan dalam jumlah besar dan mengandung unsur hara yang banyak. Unsur hara makro yang terkandung dalam JJK dan POME adalah N, P, K dan Mg. Pengurangan penggunaan pupuk anorganik dapat dilihat dari pemberian dosis pupuk tanaman per tahun. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit pada blok tanpa aplikasi limbah (E91f), aplikasi JJK (D91a) dan aplikasi POME (A91e) dari tahun 2009-2009 disajikan dalam Gambar 7, 8, 9 dan 10.

Gambar 7. Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e Berdasarkan hasil pengamatan pada penggunaan dosis pupuk tanaman, blok E91f menunjukkan penggunaan dosis pupuk ZA yang lebih banyak dari pada blok D91a dan A91e. pada tahun 2009 dosis pupuk ZA pada blok E91 sebesar 3 kg, tahun 2010 dosisnya 4.5 kg dan tahun 2011 sebesar 3.75 kg. Blok D91a pada tahun 2009 dosis pupuk ZA sebesar 2 kg, tahun 2010 sebesar 2.25 kg dan pada tahun 2011 sebesar 2 kg. Blok A91e menunjukkan pengurangan dosis pupuk yang

55

sangat signifikan. Tahun 2009 dosis pupuk ZA pada blok A91e sebesar 2.25 kg dan pada tahun 2011 blok ini tidak lagi diberikan pupuk anorganik.

Gambar 8. Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e

Gambar 9. Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e Dosis pupuk MOP tahun 2009 pada blok E91f 1.5 kg, tahun 2010 sebesar 2.25 kg dan tahun 2011 dosis pupuknya berkurang menjadi 0.75 kg. Pemberian dosis pupuk MOP pada blok E91f lebih besar dari blok D91a dan A91e. Dosis pupuk MOP tahun 2009 dan 2010 pada blok D91a sebesar 1 kg dan tahun 2011 sebesar 0.5 kg sedangkan pada blok A91e dari tahun 2009 sampai 2011 tidak lagi diberikan pupuk MOP. Hal ini karena kebutuhan Kalium (K) pada tanaman seluruhnya sudah dapat diperoleh dari aplikasi POME di lahan.

56

Gambar 10. Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e Pemberian pupuk RP juga menunjukkan bahwa dosis pupuk blok E91f lebih besar dari blok D91a dan A91e. Tahun 2009 dosis pupuk pada blok E91f sebesar 1.5 kg , blok D91a 0.75 kg dan blok A91e 1.5 kg. Tahun 2010 dosis pupuk pada blok E91f sebesar 1.5 kg, blok D91a 0.5 kg dan blok A91e 0.5 kg. Tahun 2011 dosis pupuk pada blok E91f 1 kg, blok D91a 0.75 kg dan blok A91e tidak lagi diberikan pupuk RP karena sudah terpenuhi dari pemberian POME. Pemberian pupuk dolomit pada blok E91f lebih besar dari blok D91a dan A91e. Tahun 2009 dosis pupuk pada blok E91f sebesar 2 kg, blok D91a 1 kg dan blok A91e 2 kg. Tahun 2010 dosis pupuk dolomit pada Blok E91f 3 kg, blok D91a 1.5 kg dan blok A91e 2 kg. Tahun 2011 dosis pupuk blok E91a 3 kg, blok D91a sebesar 1 kg dan blok A91e tidak lagi diberikan pupuk dolomit. Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME Aplikasi JJK dan POME pada areal diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan biaya pemupukan. Luas kebun inti 5 549 ha dengan populasi perhektarnya 136 pokok (jarak tanam 9.2 x 9.2 x 9.2 m) sehingga total populasi pada kebun inti 754 664 tanaman. Dosis pupuk ZA pada lahan yang tidak diaplikasi JJK dan POME tahun 2011 sebesar 3.75 kg/tahun sehingga total pupuk ZA yang dibutuhkan sebesar 2 830 ton/tahun. Setiap tahun PMKS Buatan I dan II mengirim JJK sebesar 70 764 ton setara dengan 566 ton Urea atau 849 ton ZA. Total POME yang dialirkan PMKS Buatan I dan II per tahun sebesar 358 728

57

ton setara dengan 1 184 ton ZA. Total kesetaraan pupuk ZA yang yang dihasilkan dari aplikasi JJK dan POME 1 750 ton sehingga dapat menyubtitusi 70% dari seluruh kebutuhan pupuk ZA. Dosis pupuk MOP tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi JJK dan POME 0.75 kg/tahun sehingga total pupuk MOP yang dibutuhkan sebesar 566 ton. Kesetaraan pupuk MOP yang dihasilkan dari pengaplikasian JJK sebesar 1 295 ton dan POME sebesar 1 004 ton. Hal ini menunjukkan bahwa dari pengaplikasian JJK dan POME kebutuhan pupuk MOP dapat seluruhnya disubtitusi. Dampak ini terlihat nyata dari lahan yang diaplikasi POME tidak lagi diberikan pupuk MOP. Dosis pupuk RP tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi limbah sebesar 1 kg/tahun sehingga total pupuk RP yang dibutuhkan 755 ton/tahun. Kesetaraan pupuk RP yang dihasilkan dari pengaplikasian JJK sebesar 205 ton dan POME 251 ton sehingga total kesetaraan pupuk RP yang dapat dihasilkan dari aplikasi JJK dan POME 456 ton. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi JJK dan POME dapat menyubtitusi 60% dari seluruh kebutuhan pupuk RP. Dosis pupuk dolomit pada tahun 2011 pada lahan yang tidak diaplikasi limbah sebesar 3 kg/tahun sehingga total pupuk dolomit yang dibutuhkan 2 263 ton/tahun. Aplikasi JJK dan POME menghasilkan kesetaraan pupuk dolomit sebesar 2 000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi JJK dan POME dapat menyubtitusi 88% dari seluruh kebutuhan pupuk dolomit. Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR Perbaikan sifat tanah dari aplikasi JJK berpengaruh terhadap peningkatan produksi TBS. Aplikasi 40 ton JJK/ha yang dikombinasikan dengan 60% dosis pupuk urea dan RP dari standar kebun dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 34% dari perlakuan standar (Mangoensoekardjo, 2005). Pemupukan pada lahan aplikasi JJK lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemupukan standar tanpa aplikasi JJK, yaitu produksi meningkat sebesar 35% lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan standar kebun (Erningpraja et al., 1995). POME mengandung unsur hara banyak unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan POME sebagai pupuk juga

58

dapat mengurangi pencemaran air sungai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PPKS, dosis limbah cair kelapa sawit 12.66 ECH/bulan yang dikombinasikan dengan 50% pupuk anjuran menunjukkan hasil 36% di atas kontrol (Darmosarkoro, 2003). Aplikasi limbah pada areal kebun selain untuk pengurangan pupuk organik juga diharapkan berpengaruh terhadap produksi. Untuk melihat pengaruh aplikasi limbah terhadap produksi maka dilakukan analisis dengan membandingkan produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) dari 3 blok. Blok yang digunakan adalah E91f (tahun tanam 1991) tanpa aplikasi limbah, D91a (tahun tanam 1991) dengan aplikasi JJK dan A91e (tahun tanam 1991) dengan aplikasi POME. Data produksi diambil dari tahun 2004 sampai 2010. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji-t berdasarkan blok yang diaplikasi limbah dengan blok yang tidak diaplikasi limbah. Hasil uji-t terhadap produktivitas dan BJR disajikan pada Lampiran 10 dan 11. Pengaruh produktivitas dan dan BJR disajikan dalam Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas Variabel Perbandingan Nilai Tengah (ton/ha) P-Value Blok E91f D91a A91e E91f dengan D91a 21.20 23.45 0.190 E91f dengan A91e 21.20 23.28 0.223 Keterangan : tidak berpengaruh nyata pada taraf 0.05 Tabel 19. Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR Variabel Perbandingan Nilai Tengah (kg) Blok E91f D91a A91e E91f dengan D91a 18.86 19.93 E91f dengan A91e 18.86 21.45 Keterangan : tidak berpengaruh nyata pada taraf 0.05 P-Value 0.425 0.072

Dari data di atas menunjukkan aplikasi JJK dan POME menghasilkan produktivitas dan BJR yang tidak berbeda nyata dengan areal yang tidak diaplikasi JJK dan POME. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan kultur teknis, pemeliharaan dan pengelolaan tenaga kerja pada ketiga blok tersebut. Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air Pemanfaatan kembali limbah PMKS sebagai pupuk organik diharapkan tidak berdampak negatif bagi kualitas air. Pengamatan dan pengambilan sampel

59

air tanah dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi limbah cair terhadap pencemaran kualitas air tanah. Pengambilan sampel dari satu sumur pantau (SP) di lahan kontrol dan tiga SP di lahan aplikasi. Hasil pemerikasaan kualitas air pada SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 disajikan pada Lampiran 12, 13, 14 dan 15. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan mengenai baku mutu air maka pH SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 lahan aplikasi di atas ambang baku mutu. Hasil analisis menunjukkan bahwa pH air tanah pada SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 lahan aplikasi sebesar 4.47, 5.74, 5.75 dan 5.36 sedangkan pH yang ditetapkan pemerintah sebesar 6.5 - 9.0. Air tanah pada lahan kontrol dan lahan aplikasi menunjukkan masih bersifat asam dan belum sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Namun kandungan logam air tanah yang terdapat pada SP lahan kontrol, SP1, SP2 dan SP3 lahan aplikasi sudah sesuai dengan mutu baku yang ditetapkan. Pemeriksaan kualitas air juga dilakukan pada daerah bendungan air/waduk yang merupakan sumber air bagi warga sekitar. Hasil pemeriksaan kualitas air pada down stream dan up stream disajikan pada Lampiran 16 dan 17. Hasil analisis menunjukkan bahwa pH air tanah masih berada di atas ambang baku mutu. Derajat keasaman (pH) pada daerah down stream dan up stream sebesar 4.74 dan 4.63 yang berarti masih bersifat asam dan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain pH, kandungan amoniak, besi dan belerang juga masih berada di atas ambang baku mutu. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus sehingga pemanfaatan limbah cair tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan khususnya terhadap kualitas air.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur telah pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan pengelolaannya. Penulis memperoleh pengalaman keterampilan kerja sebagai PHL, mandor dan pendamping asisten dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial Pengelolaan JJK di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur pada Wilayah I sudah efektif dimana tidak ada JJK yang restan di jalan. Jumlah JJK yang dikirim oleh PMKS Buatan I dapat teraplikasi seluruhnya di lahan berdasarkan prestasi tenaga kerja. Pengelolaan JJK pada Wilayah II kurang efektif dimana restan JJK masih berpotensi. Hal ini karena prestasi tenaga kerja yang melakukan serak JJK lebih kecil dari pada jumlah JJK yang dikirim oleh pabrik. Pengelolaan POME pada Kebun Buatan kurang efektif dimana rotasi pengaliran POME lebih dari tiga bulan. Total POME yang dapat ditampung dalam flatbed yang tersedia di lahan lebih besar dari POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan I dan II. Hal ini berdampak pada banyaknya flatbed yang tidak terisi dan rotasi pengaliran POME dapat mencapai 4-6 bulan. Pemanfaatan JJK dan POME sebagai pupuk organik dapat mengurangi penggunaan pupuk ZA, RP dan dolomit berturut-turut sebesar 70%, 60% dan 88% dari seluruh total kebutuhan pupuk. Aplikasi JJK dan POME menghasilkan produktivitas dan BJR yang tidak berbeda nyata dengan areal yang diaplikasi pupuk anorganik. Saran Pengelolaan JJK pada Wilayah II perlu adanya penambahan tenaga kerja serak JJK dan memberikan motivasi kepada tenaga kerja agar dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Dengan demikian, restan JJK dapat teratasi. Jumlah flatbed yang terdapat pada pada areal perlu dilakukan peninjauan kembali agar rotasi pengaliran POME tidak terlalu panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Asian Agri. 2010. Agricultural Policy Manual. Asian Agri. Medan. 427 hal Buana, L., dan D. Sihaan. 2000. Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 2000. 152 hal Buana, L., dan D. Sihaaan. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 114 hal Darmosarkoro, W., E. S. Sutarta, dan Winarna. 2003. Teknologi Pemupukan Kelapa Sawit. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Hal 113-132. Dalam: W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, Winarna (Eds). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Didu, M. S. 2006. Pengembangan Agroindustri Berbasis Teknologi: Upaya Meningkatkan Daya Saing dan Nilai Tambah Produk. http://www.mma.ipb.ac.id. [25 Oktober 2010] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Areal Perkebunan Seluruh Indonesia MenurutPengusahaan.http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/view stat/komoditiutama/8-Kelapa%20Sawit [22 Oktober 2010] Erningpraja, L., Z. Poelongan, dan P. L. Tobing. 1995. Prospek pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Untuk Perkebunan Kelapa. Balai Penelitian Perkebunan. Medan. 11 hal Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 166 hal Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Bandar Kuala. 385 hal Mangoensoekarjo, S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Naibaho, P. M dan P. L Tobing. 1988. Pengendalian Limbah Pabrik Minyak Sawit dan Karet. Prosiding Seminar Nasional. Balai Penelitian Perkebunan. Medan. Vol. I: 46-56 Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu dan Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal Pasaribu, H., dan R. D. Chenon. 2005. Strategi Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros di PT Tolan Tiga Indonesia (SIPEF GROUP). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal 102-112

62

Said, E. G. 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Bogor. 188 hal Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal Sutarta, E.S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peran unsur hara pada lahan pemupukan kelapa sawit, Hal. 81-92. Dalam : W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan Tobing, P.L dan Darmoko. 1992. Penetapan kualitas limbah cair pabrik minyak sawit dengan pengujian sederhana. Berita Penelitian Perkebunan 2 (3): 145-150

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tanggal 28-02-11 01-03-11 02-03-11 03-03-11 04-03-11 07-03-11 Kegiatan Tiba di Lokasi Magang Orientasi Lokasi Pemupukan Dolomit Serak Janjangan Kosong Dongkel Anak Kayu (DAK) Servis Gorong Gorong Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis Karyawan Standar 42 until 32 until 25 until 7 titik 12 titik 10 titik 1 ha 1.5 ha 1.5 ha 1 buah 1 buah 3 buah 3 ha 5 ha 5 ha Lokasi Keterangan

B90c B90c B90b B90b C88C

Dosis 2 kg/pokok Ukuran titik 8 x 11 JJK

08-03-11 Semprot Herbisida (CDA)

09-03-11 Semprot Herbisida (RB 15) 10-03-11 Pemanenan 11-03-11 12-03-11 14-03-11 15-03-11 16-03-11 17-03-11 18-03-11 Taksasi dan pemeriksaan hanca Taksasi dan pemeriksaan hanca Sensus Thinning Out (TO) Penebangan tanaman TO Pemupukan Dolomit Simulasi Leaf Sampling Unit Dongkel Anak Kaya (DAK)

3 ha 22 TPP 50 until 1 ha

3 ha 66 TBS 22 TPP 50 until 1.5 ha

3 ha 50 TBS 21-27 TPP 50 until 1.5 ha

A90d B90d B91a B89a B89b B89b B90a B90d B91d

- Gulma sasaran Asystasia dan rumput - Nama Dagang Bionasa dan Starane - Bahan Aktif Glifosat dan Floroksipir - Gulma Sasaran Pakis dan Kentosan - Nama Dagang Gromoxon dan Trapp - Bahan Aktif paraquat dan metilmetsufuron Penulis membantu mengutip brondolan dan dan membawa TBS ke TPH

Dosis 1 kg/ka Dilakukan bersama tim HRD kebun

65

Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal 19-03-11 21-03-11 22-03-11 23-03-11 24-03-11 25-03-11 26-03-11 28-03-11 29-03-11 30-03-11 31-03-11 Kegiatan Penunasan Pengorekan Flatbed Sensus Ulat Api Pemupukan ZA Pemupukan ZA Pemupukan ZA Sensus Ulat Api Aplikasi Solid Basah Sensus Ulat Api Penunasan Pemanenan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis Karyawan Standar 40 pokok 40 pokok 10 m 10 m 10 m 1 blok 1 blok 1 blok 42 until 26 until 25 until 42 until 26 until 25 until 26 25 1 blok 1 blok 1 blok 2.7 ton 2.7 ton 1 blok 1 blok 1 blok 21 pkk 40 pkk 40 pkk 58 TBS 50 TBS Lokasi B90d C89a B89a B90c B90c B90c B91b B91d B91d B89a B91a Keterangan Rotasi penunasan 1.3 kali/tahun Rotasi pengorekan 2 kali/tahun Dosis 2 kg/pokok Dosis 2 kg/pokok Dosis 2 kg/pokok Dosis 72 kg/pokok

66

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah Luas areal Lama KHL yang yang diKegiatan diawasi awasi (ha) (jam) (orang) 13 99 7

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

01-04-11

Mandor Panen

B90b

Taksasi Produksi

B90c

02-04-11

Mandor Panen

13

103

B90c

Taksasi Produksi

B91d

Pekerja ditransfer ke mandoran C dan D Permasalahan : Pemanen tidak memotong pelepah dibawah TBS Jlh pokok sampel : 420 pokok Buah Matang : 69 % Kematangan : 16% Jumlah Pokok = 7 012 Jumlah jjg masak : 7 012 x 16 = 1 121 TBS Janjang Output : 60 HK : 19 BJR : 24.25 Realisasi taksasi tanggal 01 - Jlh pemanen : 13 orang - Hasil : 693 TBS Jlh pokok : 2 420 % kematangan : 15% Jlh jjg masak : 689 TBS HK : 11

67

Lampiran 2. (lanjutan) Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah Luas areal Lama KHL yang yang diKegiatan diawasi awasi (ha) (jam) (orang) 12 38 7

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

04-04-11

Mandor Panen

B91d

Taksasi Produksi

B91d

05-04-11 06-04-11 07-04-11 08-04-11 09-04-11 11-04-11 12-04-11 13-04-11

Mandor Panen Mandor Panen Mandor Panen Krani Panen Krani Panen Mandor Semprot CDA Mandor Semprot CDA Mandor Panen

13 12 10 10 12

61 40 50 50 40

7 7 7 7 7 B91a B90b B89a B89a

Realisai taksasi tanggal 02 - Jlh pemanen : 13 orang - Hasil : 765 TBS Jlh pokok : 2 420 % kematangan : 15% Jlh janjang : 365 TBS HK : 6 Realisai taksasi tanggal 04 - Jlh janjang : 1 080 Transfer anggota Hasil : 1 131 TBS

Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat) Starane 2% (bahan aktif : floroksipir) Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat) Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D)

68

Lampiran 2. (Lanjutan) Tanggal Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah Luas areal Lama KHL yang yang diKegiatan diawasi awasi (ha) (jam) (orang) 10 50 7 10 13 16 22 21 15 19 14 16 50 18 30 30 27 46 36 22 24 7 7 7 7 7 7 7 7 7 -

Lokasi

Keterangan

14-04-11 15-04-11 16-04-11 18-04-11 19-04-11 20-04-11 21-04-11 23-04-11 25-04-11 26-04-11 27-04-11 28-04-11 29-04-11 30-04-11 02-05-11

Mandor Semprot CDA Pengambilan Data Mandor Semprot CDA Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk Mandor Pupuk PMKS Buatan I Simulasi NGO PMKS Buatan I PMKS Buatan I

E91e E91f B90b B90b B91d B89a B89a B91d B91d B89b -

Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat) Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D) Bionasa 4% (bahan aktif : glifosat) Lindomin 2% (bahan aktig : 2.4D) Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok, pada areal yang terdapat JJK dosisnya 1kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Pupuk ZA dengan dosis 2.25 kg/pokok Stasiun Perebusan Stasiun Penerimaan Pengelolaan Limbah (IPAL)

69

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Tanggal Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah mandor Luas areal Lama Kegiatan Lokasi Keterangan yang diyang diKegiatan awasi awasi (ha) (jam) (orang) 03-05-11 Asisten By product 2 5 7 D90d Pengawasan dilakukan terhadap mandor serak B89b JJK pada Wilayah I dan II 04-05-11 Asisten By product 4 16 7 D90d Pengawasan dilakukan terhadap mandor serak B89a JJK dan LA pada Wilayah I dan II C89a 05-05-11 Asisten By product 4 7 B90b Pengawasan terhadap mandor JJK dan Solid B90c pada Wilayah I 06-05-11 Asisten By product 4 15 7 D91e Pengawasan terhadap mandor Mandor JJK 07-05-11 Asisten Afdeling II 3 90 8 B91c Pengawasan dilakukan pada mandor panen jumlah HK : 39 Hasil : 1 860 TBS 09-05-11 Asisten Afdeling II 3 54 8 B90c Pengawasan dilakukan pada mandor panen 10-05-11 Asisten Afdeling IV 3 117 9 B91a Pengawasan dilakukan pada mandor panen 11-05-11 Asisten Afdeling IV 3 117 8 D90d Pengawasan dilakukan pada mandor panen D91a 12-05-11 Asisten Afdeling IV 3 100 7 D91b Pengawasan dilakukan pada mandor panen 13-05-11 Asisten Afdeling IV 11 7

70

Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah mandor Luas areal Lama yang diyang diKegiatan awasi awasi (ha) (jam) (orang) 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 4 20 7 4 4 4 4 20 16 16 23 7 7 7 7

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

14-05-11 16-05-11 18-05-11 19-05-11 20-05-11 21-05-11 23-05-11 24-05-11 25-05-11

Asisten Afdeling IV Asisten Afdeling IV Asisten Afdeling IV Asisten Afdeling IV Asisten Afdeling IV Asisten Afdeling IV Asisten By product Asisten By product Asisten By product Lab PMKS I Asisten By product Lab PMKS I Asisten By product

26-05-11

D91e B90c D91e B90c D91e B91b D91e B91b D91e

Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan

27-05-11

71

Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah mandor Luas areal Lama yang diyang diKegiatan awasi awasi (ha) (jam) (orang) 4 23 7

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

27-05-11

Asisten By product Lab PMKS I Asisten By product Lab PMKS I Asisten By product Lab PMKS I Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II

D91e B91a D91e B91a D91e B91a -

Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II Pengawasan dilakukan pada mandor LA dan serak JJK pada Wilayah I dan II

28-05-11

4 4 11 11 11 11 -

23 23 -

7 7 7 7 7 7 -

30-05-11

31-05-11 01-06-11 03-06-11 04-06-11

72

Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah mandor Luas areal Lama yang diyang diKegiatan awasi awasi (ha) (jam) (orang) 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

06-06-11 07-06-11 08-06-11 09-06-11 10-06-11 11-06-11 13-06-11 14-06-11 15-06-11

Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV

73

Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (Satuan/HK) Jumlah mandor Luas areal Lama yang diyang diKegiatan awasi awasi (ha) (jam) (orang) 11 7 11 7 11 7 11 7 11 7 -

Tanggal

Kegiatan

Lokasi

Keterangan

16-06-11 17-06-11 18-06-11 20-06-11 21-06-11 22-06-11 23-06-11 24-06-11 25-06-11 26-06-11 27-06-11

Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Asisten Afdeling IV Lab PMKS II Kantor Kebun Kantor Kebun Persentasi Kantor Kebun Kantor Kebun Kantor Kebun

Konsultasi dengan manejer kebun Konsultasi dengan manejer kebun Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder Konsultasi dengan manejer kebun

Lampiran 4. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 Bulan 2007 CH HH 13 7 8 10 10 8 8 8 11 7 11 8 109 CH 2008 HH 6 6 9 10 6 5 5 11 12 13 8 6 97 CH 2009 HH CH 2010 HH Rata-rata CH HH 9.75 6 10 8 7.5 6.5 9 8.5 9.25 8.75 10.5 8.25 102

Januari 255 Februari 114 Maret 136 April 355 Mei 160 Juni 127 Juli 169 Agustus 169 September 223 Oktober 168 November 265 Desember 162 Jumlah 2 303 BB 12 BK 0 Keterangan : CH HH BB BK

91 240 260 232 58 40 209 207 415 242 77 142 2 213 8 2 = Curah Hujan (mm) = Hari Hujan = Bulan Basah (CH > 100 mm) = Bulan Kering (CH < 60 mm)

141 8 140 12 156.75 160 5 129 6 160.75 355 13 179 10 232.5 37 3 227 9 212.75 282 8 51 6 137.75 35 6 104 7 76.5 240 11 219 12 209.25 178 9 159 6 178.25 80 4 316 10 258.5 398 11 222 4 257.5 363 15 141 8 211.5 240 11 97 8 160.25 2 509 104 1 981 98 2 251.5 9 10 9.75 2 1 1.25 Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100% = 1.25/9.75 X 100% = 12.82 % (Tipe A)

Lampiran 5. Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur

76

Lampiran 6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010

Lampiran 7. Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur


Estate Manager Staf = 1

Asisten Kepala Staf = 2

KTU Staf = 1

Asisten Traksi Staf = 1

Asisten By product Staf = 1

Asisten Afdeling Staf = 6

Asisten Humas Staf = 1

Asisten QC Staf = 1

Kepala Bengkel

Mandor LA

Mandor

Mandor Transport

Mandor JJK

Krani Afdeling

Mandor Semprot

Krani Traksi

78

Lampiran 8. Layout IPAL PMKS Buatan

LAYOUT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PMKS BUATAN

78

79

Lampiran 9. Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I PETA ROTASI PENGISIAN LA PBS 2011

80

Lampiran 10. Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14

Two-Sample T-Test and CI: E91f; D91a


Two-sample T for E91f vs D91a N 7 7 Mean 18,86 19,93 StDev 2,24 2,62 SE Mean 0,85 0,99

D91f D91a

Difference = mu (E91f) - mu (D91a) Estimate for difference: -1,07429 95% CI for difference: (-3,91126; 1,76269) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,83 = 12 Both use Pooled StDev = 2,4360

P-Value = 0,425

DF

Two-Sample T-Test and CI: E91f; A91e


Two-sample T for E91f vs A91e N 7 7 Mean 18,86 21,45 StDev 2,24 2,66 SE Mean 0,85 1,0

E91f A91e

Difference = mu (E91f) - mu (A91e) Estimate for difference: -2,59286 95% CI for difference: (-5,45620; 0,27049) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,97 = 12 Both use Pooled StDev = 2,4586

P-Value = 0,072

DF

77

81

Lampiran 11. Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14


Two-Sample T-Test and CI: E91f; D91a
Two-sample T for E91f vs D91a N 7 7 Mean 21,20 23,45 StDev 3,86 1,87 SE Mean 1,5 0,71

E91f D91a

Difference = mu (E91f) - mu (D91a) Estimate for difference: -2,25143 95% CI for difference: (-5,77960; 1,27674) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,39 = 12 Both use Pooled StDev = 3,0295

P-Value = 0,190

DF

Two-Sample T-Test and CI: E91f; A91e


Two-sample T for E91f vs A91e N 7 7 Mean 21,20 23,28 StDev 3,86 1,86 SE Mean 1,5 0,70

E91f A91e

Difference = mu (E91f) - mu (A91e) Estimate for difference: -2,08000 95% CI for difference: (-5,60584; 1,44584) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -1,29 = 12 Both use Pooled StDev = 3,0274

P-Value = 0,223

DF

82

Lampiran 12. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : SP Lahan Kontrol Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 09 Juni 2010/18.00 WIB : 10 Desember 2010/11.00 WIB : 10 23 Juni 2010 Permen-Kes 416/MENKES/PER/ IX/1990 6.5 9.0 Normal * * * 10 * 600 400 0,05 * 15 0.05 Hasil Analisa 4.47 26.7 1.76 1.20 14.86 0.97 1.83 19.06 2.11 tt tt tt 0.008

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ket

Parameter pH Suhu Oksigen Terlarut (DO) BOD COD Nitrat (NO3-_N) Amoniak (NH3- N) Klorida (Cl) Sulfat (SO4) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Kadmium (Cd) : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Satuan C mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
o

83

Lampiran 13. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1 HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : SP 1 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 22 Desember 2010

Permen-Kes No Parameter Satuan 416/MENKES/PER/ IX/1990 1 pH 6.5 9.0 o 2 Suhu C Normal 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 4 BOD mg/l * 5 COD mg/l * 6 Nitrat (NO3-_N) mg/l 10 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 8 Klorida (Cl) mg/l 600 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 10 Timbal (Pb) mg/l 0,05 11 Tembaga (Cu) mg/l * 12 Seng (Zn) mg/l 15 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Hasil Analisa 5.74 27.4 7.239 6.724 25.0 3.691 1.958 13.300 24.25 tt tt tt 0.002

77

84

Lampiran 14. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2 HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : SP 2 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 2010/13.15 WIB : 08 Desember 22 Desember 2010

Permen-Kes No Parameter Satuan 416/MENKES/PER/ IX/1990 1 pH 6.5 9.0 o 2 Suhu C Normal 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 4 BOD mg/l * 5 COD mg/l * -_ 6 Nitrat (NO3 N) mg/l 10 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 8 Klorida (Cl) mg/l 600 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 10 Timbal (Pb) mg/l 0.05 11 Tembaga (Cu) mg/l * 12 Seng (Zn) mg/l 15 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Hasil Analisa 5.75 27.6 6.108 13.256 40.10 1.723 3.021 3.800 14.75 tt tt tt 0.003

77

85

Lampiran 15. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3 HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : SP 3 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 2010/13.15 WIB : 08 Desember 22 Desember 2010

Permen-Kes No Parameter Satuan 416/MENKES/PER/ IX/1990 1 pH 6.5 9.0 o 2 Suhu C Normal 3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l * 4 BOD mg/l * 5 COD mg/l * -_ 6 Nitrat (NO3 N) mg/l 10 7 Amoniak (NH3- N) mg/l * 8 Klorida (Cl) mg/l 600 9 Sulfat (SO4) mg/l 400 10 Timbal (Pb) mg/l 0.05 11 Tembaga (Cu) mg/l * 12 Seng (Zn) mg/l 15 13 Kadmium (Cd) mg/l 0.05 Ket : *= tak dipersyaratkan. tt= tak terdeteksi

Hasil Analisa 5.36 27.5 6.108 11.041 40.0 3.990 3.350 14.25 7.207 tt tt tt 0.001

77

86

Lampiran 16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : Down Stream 4 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 2010/13.15 WIB : 08 Desember 22 Desember 2010 PP 82 Tahun 2001 KELAS (Kadar Maksimum) I II III IV dev3 1000 50 6-9 3 25 4 0,2 10 0,06 (-) 0,2 0,01 0,05 0,02 (-) 0,03 (-) 0,05 (-) 0,02 1,5 (-) 0002 1000 200 1 dev3 1 000 400 6-9 6 50 3 1 20 0.06 (-) 0.2 0.01 0.05 0.02 (-) 0.03 (-) 0.05 (-) 0.02 1.5 (-) 0.002 1 000 200 1 dev3 2 000 400 6-9 12 100 0 5 20 (-) (-) 0.2 0.01 0.01 0.2 (-) 1 (-) 2 (-) (-) (-) (-) (-) 1 000 (-) (-)

No I

Parameter

Satuan

Hasil 27.5 17 152 4.74 12.041 55.0 6.923 0.017 1.726 0.011 2.154 tt tt tt tt 0.833 tt tt tt 3.800 tt tt 16.02 0.006 tt tt tt

FISIKA o 1 Suhu C dev3 2 Residu Terlarut mg/l 1 000 3 Residu Tersuspensi mg/l 50 II KIMIA ANORGANIK 1 pH 6-9 2 BOD mg/l 2 3 COD mg/l 10 4 Oksigen Terlarut mg/l 6 5 Total phospat (P) mg/l 0.2 6 Nitrat (NO3--N) mg/l 10 7 Nitrit (NO2 -N) mg/l 0.06 8 Amoniak (NH3-N) mg/l 0.5 9 Kobalt (Co) mg/l 0.2 10 Kadimium (Cd) mg/l 0.01 11 Kromium (Cr) mg/l 0.05 12 Tembaga (Cu) mg/l 0.02 13 Besi (Fe) mg/l 0.3 14 Timbal (Pb) mg/l 0.03 15 Mangan (Mn) mg/l 0.1 16 Seng (Zn) mg/l 0.05 17 Klorida (Cl) mg/l 600 18 Sianida (CN) mg/l 0.02 19 Flourida (F) mg/l 0.5 mg/l 400 20 Sulfat (SO4) 21 Belerang (H2S) mg/l 0.002 III KIMIA ANORGANIK 1 Minyak & Lemak ug/l 1 000 2 Detergen Sbg mbas ug/l 200 3 Fenol ug/l 1 Ket : tt= tak terdeteksi. (-)=tak dipersyaratkan

77

87

Lampiran 17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Up Stream HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Kode contoh Jenis Sampel Contoh Diambil Oleh Tanggal Pengambilan/Jam Tanggal Penerimaan/Jam Tanggal Pemeriksaan : Up Stream 4 PT. Inti Indo Sawit Subur Buatan 1 : Sumur Pantau : Mualiadi, Karyawan : 08 Desember 2010/08.00 WIB : 08 Desember 2010/13.15 WIB : 08 Desember 22 Desember 2010 PP 82 TAHUN 2001 KELAS (Kadar maksimum) I II III IV dev3 1000 50 6-9 3 25 4 0.2 10 0.06 (-) 0.2 0.01 0.05 0.02 (-) 0.03 (-) 0,05 (-) 0.02 1,5 (-) 0002 1000 200 1 dev3 1 000 400 6-9 6 50 3 1 20 0.06 (-) 0.2 0.01 0.05 0.02 (-) 0.03 (-) 0.05 (-) 0.02 1,5 (-) 0.002 1 000 200 1 dev3 2 000 400 6-9 12 100 0 5 20 (-) (-) 0.2 0.01 0.01 0.2 (-) 1 (-) 2 (-) (-) (-) (-) (-) 1 000 (-) (-)

No I 1 2 3 II

PARAMETER

SATUAN

HASIL 27.4 17 156 4.63 9.996 45.10 2.01 0.010 1.664 0.045 2.063 tt tt tt tt 0.834 tt tt tt 2.850 tt tt 15.83 0.005 tt tt tt

FISIKA o Suhu C dev3 Residu Terlarut mg/l 1 000 Residu Tersuspensi mg/l 50 KIMIA ANORGANIK 1 pH 6-9 2 BOD mg/l 2 3 COD mg/l 10 4 Oksigen Terlarut mg/l 6 5 Total phospat (P) mg/l 0.2 6 Nitrat (NO3--N) mg/l 10 7 Nitrit (NO2 -N) mg/l 0.06 8 Amoniak (NH3-N) mg/l 0.5 9 Kobalt (Co) mg/l 0.2 10 Kadimium (Cd) mg/l 0.01 11 Kromium (Cr) mg/l 0.05 12 Tembaga (Cu) mg/l 0.02 13 Besi (Fe) mg/l 0.3 14 Timbal (Pb) mg/l 0.03 15 Mangan (Mn) mg/l 0.1 16 Seng (Zn) mg/l 0.05 17 Klorida (Cl) mg/l 600 18 Sianida (CN) mg/l 0.02 19 Flourida (F) mg/l 0.5 mg/l 400 20 Sulfat (SO4) 21 Belerang (H2S) mg/l 0.002 III KIMIA ANORGANIK 1 Minyak & Lemak ug/l 1 000 2 Detergen Sbg mbas ug/l 200 3 Fenol ug/l 1 Ket : tt= tak terdeteksi. (-)=tak dipersyaratkan

77

Anda mungkin juga menyukai