Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu peka terhadap rangsang,

respon  makhluk hidup terhadap lingkungannya. Mampu merespon berbagai

impuls atau stimulus-stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Lingkungan

memberikan segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup dan saling

berinteraksi. Lingkungan sangat berperan penting bagi semua makhluk hidup.

Lingkungan meliputi lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik.

Lingkungan abiotik itu sendiri terdiri dari suhu, cahaya matahari, kelembapan,

dan benda-benda mati lainnya yang tidak digunakan sebagai sumber daya

seperti batu, tanah sebagai tempat tinggal sedangkan lingkungan biotik yaitu

manusia, hewan dan tumbuhan (Pratiwi 2007).

Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu

tempat ke tempat lain. Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu

yang datang dari lingkungannya.Jenis-jenis hewan pada umumnya dapat tinggal

di suatu lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Jika

hewan berjalan atau berpindah ke tempat lain tidak mengalami perubahan

bentuk, kecuali perubahan sifat-sifat fisiologisnya. Faktor-faktor yang

merangsang gerakan hewan adalah makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban, dan

lain-lain. Beberapa hewan mampu menempuh jarak tempuh itu dipengaruhi

batas toleransinya untuk merespon  perubahan lingkungannya (Melles 2004).

Lingkungan menggambarkan jumlah keseluruhan kondisi fisik dan biotik yang

memepengaruhi tanggapan makhluk. Lebih spesifik lagi, jumlah bagan

1
hidrosfer, litosfer, dan atmosfer yang merupakan tempat hidup mkhluk

kemudian disebut biosfer. Habitat adalah suatu perangkat kondisi fisik dan

kimiawi (misalnya ruang, iklim) yang mengelilingi suatu species tunggal, suatu

kelompok species, atau suatu komunitas besar. Biotop mendefinisikan suatu

satuan menurut ruang atau topografik dengan suatu perangkat stauan yang

karakteristik mengenai kondisi fisik serta kimiawi dan mengenai kehidupan

tumbuhan dan hewan. Supaya makhluk dapat ada mereka harus memberi

tanggapan dan menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan mereka. Makhluk

memberi tanggapan perbedaan dan perubahan dalam lingkungannya dalam

empat cara mendasar adalah adaptasi morfologik, penyesuaian fisiologik, pola-

pola kelakuan, dan hubungan komunitas (Adianto 2004).

Berbagai faktor lingkungan misalnya suhu, kelembapan, maupun cahaya

matahari merupakan faktor yang diperlukan oleh hewan, namun kadang-kadang

dapat juga beroperasi sebagai salah satu faktor pembatas. Misalnya cahaya

matahari bagi hewan-hewan yang hidup di tempat terlindung dapat dianggap

sebagai suatu stimulus lain yang dapat menyebabkan hewan tersebut berespon

menghindar terhadap cahaya tersebut demikian pula sebaliknya (Pratiwi, 2007).

Gerak pada makhluk hidup dapat dipengaruhi karena adanya rangsang dari luar

atau rangsang dari dalam. Salah satu contoh gerak pada hewan yang dipengaruhi

oleh rangsang dari luar dalam arti berasal dari stimulus-stimulus makhluk hidup

yang ada di lingkungannya yaitu taksis. Taksis dapat dijumpai pada hewan-

hewan invertebrata. Pada hewan-hewan ivertebrata memiliki suatu reseptor yang

peka terhadap rangsang disekitarnya. Adapun rangsangan atau stimulus-

stimulus yang diterima hewan invertebrata baik itu dalam satu familii atau ordo

2
bahkan gerak yang diperlihatkan berbeda untuk setiap hewan  karena ini dapat

dipengaruhi lagi dari faktor lingkungan dimana hewan tersebut berada fakktor

lingkungan abiotik dapat mempengaruhi seperti suhu, kelembapan dan  cahaya

matahari (Melles 2004).

Beberapa hewan dapat berpindah dengan menempuh jarak berberapa meter dari

tempatnya semula, dan ada juga hewan yang tidak mampu melakukan itu karena

ada yang mempengaruhi yaitu batas toleransi untuk merespon suatu perubahan

lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum ini perlu dilakukan

untuk mengetahui bagaimana respon yang diperlihatkan hidup yang hidup

ditempat gelap terhadap stimulus berupa cahaya dan untuk mengetahui

bagaimana respon yang diperlihatkan hewan-hewan di tempat yang terang

terhadap stimulus berupa cahaya.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana respon ikan ( poecilia reticulata ) terhadap faktor

arus ( reo) melalui berbagai gerakan yang terorientasi terhadap arus itu

2. Mengetahui respon serangga terhadap intensitas cahaya

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut ethologi. Perilaku

pada hewan dapat dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis, refleksi,

insting, belajar dan menalar. Taksis adalah sumber rangsangan. Misalnya

fototaksis merupakan rangsangan yang berasal dari sumber cahaya (Hasan dan

Widipanestu 2000).

            Suatu rangsangan tingkah laku (iritabilitas) suatu organisme disebut juga

daya menanggapi rangsangan. Daya ini memungkinkan organisme

menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada beberapa

organisme terdapat sel-sel, jaringan atau organ-organ yang berdiferensiasi

khusus. Pada organisme yang bergerak, tanggapan terhadap rangsangan disebut

refleks. Suatu gerak taksis pada organisme yang diberikan rangsangan akan

bergerak menjauhi atau mendekati rangsangan (Widiastuti 2002).

            Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu

rangsangan yang terjadi. Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi

dan pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam

rangsangannya juga /dibedakan  menjadi fototaksis (rangsangan cahaya),

rheoaksis (rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap

bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap kemiringan tempat),

Fototaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya rangsangan

dari sumber cahanya. Rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan

oleh adanya arus air pada suatu tempat. Geotaksis adalah gerak taksis yang

4
terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat. Kemotaksis adalah gerak taksis

yang terjadi karena adanya zat kimia  (Michael 1994).

Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh

menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang

terjadi adalah menjauhi rangsangan (Virgianti 2005).

            Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor

diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, syarat diperlukan untuk

mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi.

Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering

terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar

dan dalam (Kimball 1992).

Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari respon hewan terhadap stimulus

dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau

pada sudut tertentu terhadapnya atau dalam proses penyesuaian diri terhadap

kondisi lingkungannya (Suin 1989).

Fototaksis adalah gerak hewan karena adanya respon terhadap cahaya,

tertariknya hewan terhadap cahaya melalui respon terhadap penglihatan dan

rangsangan terhadap otak. Hewan yang tidak tertarik atau menjauhi cahaya

disebut fotophobi (Michael 1994).

Cahaya berpengaruh besar dalam orientasi migrasi ikan. Arah migrasi

dapat berhubungan dengan cahaya matahari. Contoh ikan salmon berenan

diwaktu siang hari dan istirahat didasar lautan pada malam hari. Sedang belut

laut keluar dari dasar laut diwaktu sore hari dan malam hari, kemudian

memasuki dasar lautan lagi disiang hari (Brotowijayo 1999).

5
            Pengaruh cahaya terhadap masing-masing perlakuan adalah berbeda.

Untuk perbedaan posisi atas dan bawah pengaruh cahaya jauh berbeda. Artinya

pada posisi atas cahaya yang diterima jauh lebih besar dibanding di bawah. Pola

ikan pada umumnya akan membentuk schooling pada saat terang dan menyebar

saat gelap dalam keadaan tersebar ikan akan lebih mudah dimangsa predator

dibandingkan saat berkelompok adanya pengaruh cahaya buatan pada malam

hari akan menarik ikan kedaerah dominansi sehingga memungkinkan mereka

membentuk schooling dan lebih aman dari predator ikan-ikan yang tergolong

fototaksis positif dan akan memberikan respon dengan mendekati sumber

cahaya sedangkan ikan-ikan yang bersifat fototaksis negatif akan bergerak

menjauhi sumber cahaya (Hasan 2000).

            Pola kedatangan  ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda,

tergantung jenis dan keberadaan  ikan di perairan. Pengamatan dengan

menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang

berada di perairan, namun pergerakan kawanan  ikan yang ada di sekitar bagan

dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan  menggunakan side scan sonar colour

memperlihatkan bahwa kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari

kedalamanan yang berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman

20-30 m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5- 10 m (Adianto

2004).

Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk menerima

rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Misalnya pada planaria,

cacing ini akan mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang ada

pada seluruh permukaan tubuhnya (Odum 1993).

6
Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh propriseptor.

Proprioseptor terdapat pada empat otot (otot lurik), pada tendon otot, pada

selaput pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini dan pada sendi.

Proprioseptor merupakan suatu mekanoseptor. Proprioseptor penting untuk

mengatur koordinasi aktifitas otot (pramudiyanti 2009).

7
III. METODE

III.1 Waktu dan Tempat

Adapun kegiatan praktikum Karakteristik Habitat ini dilakukan

pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2018 yang bertempat di Arboretum Universitas

Riau dan sekitarnya.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah:

1) Kotak Reotaksis

2) Kotak Fototaksis

3) Termometer

4) Stopwatch

5) Kamera digital

6) Bola tenis meja

7) Saringan

8) Aplikasi Lux meter

9) Alat tulis

III.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:

a) Poecilia reticulata anakan

b) Poecilia reticulata jantan remaja

c) Poecilia reticulata betina remaja

d) Poecilia reticulata betina dewasa

8
e) Poecilia reticulata betina gravid

f) Poecilia reticulata jantan dewasa

g) Periplaneta Americana (Kecoa)

h) Julus Virgatus (Kaki seribu)

i) Dissosteira carolina (Belalang)

j) Oecophylla sp.(Semut)

k) Gryllusassimilis (Jangkrik)

l) Coccinella arcuata (Kepik)

III.3 Cara kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini ialah:

3.3.1. Percobaan Rheotaksis

1. Kotak reotaksis diletakkan secara horizontal dengan panjangnya

sejajar dengan aliran air, hingga air yang masuk dalam parit

eksperimen mencapai 10 cm dengan arus 0.2 m/s.

2. Air diisi kedalam parit control dan parit eksperimen dengan tinggi

yang sama.

3. Ikan dimasukkan sebanyak 10 individu ke dalam parit eksperimen

selama 5 menit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

4. Ikan diamati selama 1 X 10 menit

5. Perilaku ikan diamati apakah positif, ngeatif,atau indiferen.

6. Pengamatan ulang dilakukan pada 10 individu di kelompok ikan

lainnya.

3.3.2.. Percobaan Fototaksis

1. Kotak fototaksis disiapkan.

9
2. Termometer diletakkan dalam kotak fototaksis dengan posisi yang

mudah terlihat dari luar.

3. Hewan percobaan dimasukkan kedalam kotak fototaksis sebanyak

10 individu dengan kotak ditutup hingga sepertiga tabung terbuka.

4. Hewan percobaan dibiarkan selama 5 menit agar menyesuaikan diri

dengan lingkungan barunya.

5. Suhu dan intensitas cahaya diukur.

6. Pengamatan dilakukan 1 X 10 menit.

7. Respon hewan terhadap cahaya diperhatikan apakah positif,

negative, atau intermediet.

8. Suhu dan intensitas cahaya kembali diukur.

9. Percobaan diulangi dengan kotak ditutup rapat.

10. Setiap hewan percobaan dilakukan percobaan dengan kotak kontrol

dan eksperimen.

10
a)

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Reotaksis terhadap kelas umur poecilia reticulate

4..1.1 respon reotaksis pada eksperimen

12 12

10 10

8 8

6 6 rata-rata respon
positif
4 4 rata-rata respon
negatif
2 2 rata-rata respon
indiferen
0 0
a it a n a n
w as rav was nta etin aka
de a g de ja b n
ja A
tan etin tina ma aja
n B e e em
Ja B R R

Berdasarkan paraktikum yang telah dilakukan, respon ikan poecilia reticulata

pada kotak eksperimen, pergerakan Poecilia reticulata dipengaruhi atau

dirangsang oleh arus air. Dilihat dari arah pergerakannya diketahui bahwa Poecilia

reticulata merupakan rheotaksis positif. Poecilia reticulata yang diamati saat

praktikum bergerak melawan arus air. Menurut Virgianti (2005), rheotaksis

adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus air pada suatu

tempat. Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalah

menuju atau mendekati rangsangan, Poecilia reticulata lebih cendrung bergerak

kearah dasar air dikarenakan arus pada dasar air lebih tenang dibandingkan

dengan arus pada permukaan air. Hal ini sesuai dengan pernytaan Hasan (2000),

bahwa kecepatan arus mempengaruhi keberadaan ikan ini. Habitat yang paling

disukai Poecilia reticulata adalah perairan tawar yang arusnya tidak terlalu deras.

12
4.2 respon reotaksis pada kontrol
6

3 rata-rata respon
positif
2 rata-rata respon
indiferen
1 rata-rata respon
negatif
0

Sedangkan pada kotak kontrol pergerakan ikan (poecilia

reticulata)

Cenderung melakukan berkriteria gerakan yaitu negatif dan indeferen.

hal ini terjadi karena pada kotak kontrol tidak terdapat arus air yang

mempengaruhi ransangan pada ikan tersebut, sehingga repon ikan pada

kotak ini sangat berbeda pada kotak eksperimen.stimulus ikan ( poecilia

reticulata)sangat dipengaruhi oleh arus air karena pada umumnya ikan

(poecilia reticulata)bergerak melawan arus.

IV.2 Pengaruh faktor lingkungan terhadap respon reotaksis

Rata-rata
Faktor Lingkungan
Eksperimen Kontrol
Suhu 28 28

Arus( dkk/20 cm) 0,2/s 0


Lingkungan sangat mempengaruhi respon reotaksis pada

ikan( poecilia reticulate). karena selain penyesuaian diri terhadap

lingkungan, ikan ( poecilia reticulata) juga untuk mempertahanan

13
hidupnya.ini terlihat pada suhu air yaitu 28 0. Suhu ini merupakan suhu

kestabilan pada air, ikan (poecilia reticulate) tetap bertahan hidup

karena sesuai dengan habitat ikan ini tinggal ditempat air tawar dan

kestabilan suhu ini dikarenakan vegetasi air yang tetutup atau jauh dari

pancaran sinar matahari sehingga keadaan suhu yang seperti ini sangat

cocok untuk habitat ikan ( poecilia reticulata). Sedangkan kecepatan

arus sangat diperhatikan, karena kecepatan arus yang sangat

mempengaruhi pergerakkan ikan tersebut, kecepatan arus ditentukan

dalam keadaan stabil yaitu 0,2 m/detik. Penyesuaian arus ini

dikarenakan sesuai tubuh ikan ( poecilia reticulata) sangat kecil

sehingga respon tubuh untuk melawan arus air sangat mudah.

IV.3 fototaksis terhadap berbagai jenis hewan

4.3.1 respon fototaksis pada eksperimen


9
8
7
6
5
4 Rata-Rata Respon Positif
Rata-Rata Respon Indiferen
3 Rata-Rata Respon Negatif
2
1
0
Kecoa Kaki Belalang Semut Jangkrik Kepik
Seribu

Berdasarkan diagram diatas rata-rata dari keseluruhan perilaku

hewan yang berada pada kotak fototaksis eksperimen hewan

cenderung menjauhi cahaya. Khususnya pada hewan kaki seribu

perilaku hewan ini sangat cenderung menjauhi cahaya. Sesuai

dengan hipotesa dari percobaan ini. Kaki seribu cenderung

14
menjauhi cahaya karena sesuai dengan habitatnya hewan ini ada di

darat ditempat yang lembab dan gelap

4.3.2 respon fototaksis pada kontrol

Rata-rata Respon Indiferen Rata-rata Respon Negatif


Rata-rata Respon Positif
9
8
7
6
3.5 5
8 8.6 8.5 1.1 4
6.3
3
4.1 4
3.9 2
2 2.4 2.4 1
0 1.2 1.4 1.2
0.2 0.1 0
Kecoa Kaki seribu Belalang Semut Jangkrik Kepik

Pada kotak fototaksis control perilaku dari masing-masing hewan

berdasarkan rata-rata yang diperoleh khususnya pada hwean kaki

seribu bergerak menjauhi cahaya, khal ini dikarenakan sesuai

dengan habitat kaki seribu yang tinggal di tempat gelap.

Sedangkan pada hewan diurnal, contohnya kepik, semut, belalang

cenderung mendekati cahaya,. Hal ini dikarenakan, hewan ini

memiliki habitat di tempat yang terang dan mencari makan disiang

hari.

4.4 pengaruh lingkungan terhadap respon fototaksis

Rata-rata
Faktor Lingkungan
Eksperimen Kontrol
Suhu 37 39.5
Intensitas Cahaya 348.5 259.5

Faktor lingkungan pada fototaksis ini sangat jelas mempengaruhi

pada perilaku hewan percobaan. Sesuai dengan artinya fototaksis

15
adalah kecendrungan makhluk hidup merespon cahaya.semakin

tinggi intesitas cahaya suhu semakin terasa tinggi, begitu dengan

sebaliknya. Faktor lingkungan inilah yang membuat respon

masing-masing hewan berbeda. Perbedaan repon masing-masing

respon ini sesuai dengan cara hidup dari masing-masing hewan

tersebut.

16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:

1. Mengetahui beberapa respon ikan ( poecilia reticulata ) sangat dipengaruhi

oleh arus air , stimulus yang yang di terima berbeda beda. Pada reotaksis,

kriteria percobaan yang diguanakan untuk mengetahui respon ikan tersebut

adalah:

 Reotaksis positif, apabila ikan bergerak menyongsong arus, atau

bertahan di tempat dengan kepala menghadap datangnya arus

 Reotaksis negative, aapbila ikan bergerak sejalan ( secara aktif

atau pasif )dengan arah arus

 Indiferen, apabila posisi tubuh ikan tidak sejajar arus melainkan

terarah lebih melintang.

2. Respon hewan yang hidup di tempat terang yaitu Semut

rangrang (Oecophylla smaragdigna), kepik, dan belalang  terorientasi pada

fototaksis positif,  faktor suhu dan cahaya yang mempengaruhi stimulus

hewan tersebut, selain itu adaptasi warna tubuh yang lebih terang karena

pengaruh cahaya. Sedangkan pada kaki seribu, kecoa, jangkrik terorientasi

pada fototaksis yang negatif ini karena adaptasi dari habitat hewan

tersebut  yang dipengaruhi oleh faktor cahaya dan suhu.

17
V.2 Saran

Adapun saran yang diberikan pada percobaan ini adalah sebaiknya

kelengkapan alat sanagat diperhatikan karena untuk mempermudahkan

pengerjaan saat praktikum dilakukan.

18
VI. DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethurus) Er

Mull Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang

Hijau (Vigna raelata) Varietas Walet, Jurnal Matematika dan Sains, 20 oktober

2010.

Brotowidjoyo, M. D. 1999. Zoologi Dasar. Cetakan II. Erlangga, Jakarta.

Hasan, A. Dan I. Widipangestu, 2000. Uji Coba Penggunaan Lampu Lacuba

Tenaga Surya pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di

Pelabuhan Ratu, Jabar, Jurnal Ekologi dan Perikanan, 20 oktober 2010.

Kimball, J. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Michael, P. 1994. Metode Penelitian untuk Ekologi Penelitian Ladang dan

Laboratorium. UI Press, Jakarta.

Melles, M. C. Jr. 2004. Ecology Concepts and Applications. Third edition. Mc

Graw Hill. New Mexico.

Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. UGM. Yogyakarta

19
Pramudiyanti.2009. Biologi Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pratiwi, D.A. Sri Maryanti & Srikini. 2007. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta

          

Suin, N. M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Bandung

Virgianti, D.P. dan Hana A. P. 2005. Perdedahan Morsin Terhadap Perilaku

Massa Prasapih Mencit. FMIPA. Bandung.

Widiastuti, E.L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Universitas Lampung.

Bandar lampung.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1

a. Tabel pengamatan respon reotaksis kotak eksperimen

rata-rata respon
kriteria
positif indiferen negatif
Jantan dewasa 9.8 1 1
Betina gravit 7.8 3.16 0
Betina dewasa 10 0 0
Remaja jantan 2.8 7.2 0
Remaja betina 9.6 0.3 1
Anakan 0 10 0

b. Tabel pengamatan respon reotaksis kotak control

rata-rata respon
kriteria
positif indiferen negatif
jantan dewasa 2.9 3.4 3.7
betina gravit 3.7 4.8 1.5
betina dewasa 2.5 4.1 3.4
remaja jantan 3.9 1.5 3.6
remaja betina 3.3 2.4 4.3
anakan 2.6 3.5 3.9
c. Tabel pengamatan pengaruhnfaktor lingkungan terhadap respon reotaksis

Rata-rata
Faktor Lingkungan
Eksperimen Kontrol
Suhu 28 28
Arus( dkk/20 cm) 0,2/s 0
d. Tabel pengamatan respon fototaksis kotak eksperimen

Rata-Rata Respon
Kriteria
Positif Indiferen Negatif
Kecoa 7.9 2.1 0
Kaki Seribu 2.4 0.1 7.5
Belalang 8.2 0 1.8
Semut 2.8 0.4 6.8
Jangkrik 4 3.9 1.1
Kepik 0.4 1.8 7.8
e. Tabel pengamatan respon fototaksis kotak eksperimen

Kriteria Rata-rata Respon

21
Positif Indiferen Negatif
Kecoa 8 0 2
Kaki seribu 1.2 0.2 8.6
Belalang 8.5 0.1 1.4
Semut 2.4 4.1 3.5
Jangkrik 4 3.9 1.1
Kepik 2.4 1.2 6.3
f. Table pengamatan pengaruh fsktor lingkungan terhadap respon fototaksis

Rata-rata
Faktor Lingkungan
Eksperimen Kontrol
Suhu 37 39.5
Intensitas Cahaya 348.5 259.5

LAMPIRAN 2

LEMBAR DATA PERCOBAAN REOTAKSIS


Spesies: Poecilliaretikulatadariperairanlotik*/lentik*
jantan*/betina gravid*/betina non gravid*/pradewasa*/anakan*jumlahindividu: 10 ind.
waktupercobaan: 1 April 2018 jam: 10.00 WIB
pengamatanke eksperimen control
-
respon(ekor) arus(m/s) respon
pos. indif. neg. awal akhir "+" "ind." "-"
1 10 0 0 0.2 0.2 0 10 0
2 9 0 1 0.2 0.2 2 7 1
3 10 0 0 0.2 0.2 4 6 0
4 8 0 2 0.2 0.2 4 5 1
5 6 0 4 0.2 0.2 6 4 0
6 10 0 0 rerata 0.2 10 0 0
m/s
7 7 0 3 1 3 6
8 5 0 5 5 3 2
9 6 0 4 suhu 2 5 3 suhu
10 0 0 0 awal 29 ºc 3 5 2 awal 29 ºc
rerata 0 akhir 29 ºc akhir 29 ºc
7.90% 0% 2.10% rerata 29 ºc 3.70% 4.80% 1.50% rerata 29 ºc

22
LEMBAR DATA PERCOBAAN FOTOTAKSIS
Spesies: Dissosteira Carolina dari: daerahterdedah*/terlindung*
Jumlah: 10 individu
waktupercobaan: 1 April 2018 jam: 16.00 WIB
pengamatanke eksperimen control
-
respon(ekor) intensitascahay respon intensitascahay
a a
pos. inter neg. awal akhir "+" "inter." "-" awal akhir
.
1 8 0 2 180 lux 208 lux 9 0 1 200 lux 196 lux
2 8 0 2 9 0 1
3 8 0 2 9 0 1
4 8 0 2 9 0 1
5 8 0 2 9 0 1
6 8 0 2 rerata 194 lux 9 0 1 rerata 198 lux
7 8 0 2 8 1 1
8 8 0 2 8 0 2
9 9 0 1 suhu 8 0 2 suhu
10 9 0 1 awal 37 ºc 8 0 2 awal 34 ºc
rerata 8.2 0 1.8 akhir 37 ºc 8 0 akhir 34 ºc
8.20 0% 1.80 rerata 37 ºc 3.70 4.80% 1.50 rerata 34 ºc
% % % %

23

Anda mungkin juga menyukai