Anda di halaman 1dari 4

Fenotip, Genotip dan Lingkungan

a. Fenotip
Fenotipe adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan
perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan
lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat
dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah
sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan
ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu
penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan
substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau
kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah
RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan
tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe
dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula.
Ide ini biasa ditulis sebagai
P = G + E + GE
dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti
interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh
G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat
rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi
genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu,
seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan

yang berbeda-beda. Fenotipe, khususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur


oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini
dikenal sebagai genetika kuantitatif.
b. Genotipe
Genotipe adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari
suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada
keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh
kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah
orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika klasik), genotipe sering dilambangkan dengan
huruf yang berpasangan; misalnya AA, Aa, atau B 1B1. Pasangan huruf yang sama
menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B 1B1),
sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot.
Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid
(2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan dengan
AAAA, misalnya.
Dalam genetika, alel merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada suatu
lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat peristiwa
mutasi. Istilah ini muncul akibat penggunaan allelomorph oleh William Bateson pada
buku karangannya Mendels Principles of Heredity (1902).
Lokus dikatakan bersifat polimorfik apabila memiliki variasi alel dalam suatu
populasi dan, sebaliknya, dikatakan bersifat monomorfik (satu bentuk) apabila
tidak memiliki variasi. Individu yang memiliki alel sama pada suatu lokus dikatakan
memiliki genotipe yang homozigot sedangkan yang memiliki alel berbeda dikatakan
heterozigot. Karena genotipe diekspresikan menjadi suatu fenotipe, alel dapat

menyebabkan perbedaan penampilan di antara individu-individu dalam suatu


populasi.
c. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif
Setiap hewan ternak memiliki sifat kualitatif yang menjadi ciri khas pada setiap
individu ternak. Disamping itu juga memiliki sifat kuantitatif yang biasa diukur
dengan menggunakan alat ukur yang sering digunakan dalam ilmu tilik ternak.
Untuk sifat kuantitatif, akan berpengaruh terhadap nilai jual hewan ternak jika
semakin bagus keadaannya. Sedangkan untuk sifat kuantitatif sendiri tidak
berpengaruh banyak pada harga jual hewan ternak atau hanya berdasarkan kriteria.
Selain itu banyak atau tidaknya gen mempengaruhi dalam menentukan sifat
kuantitatif maupun kuantitatif.
Sifat kuantitatif dapat diukur dengan pengukuran, sedangkan pada sifat
kuantitatif hanya bisa dilihat dari pengamatan. Untuk lebih memahami tentang sifat
kuantitatif dan sifat kualitatif yaitu:

Sifat kualitatif

Sifat yang tidak dapat diukur, tapi bisa dikelompokan. Misalnya warna bulu,
bentuk tanduk. Sifat ini sedikit/tidak dipengaruhi lingkungan dan biasanya dikontrol
oleh satu atau dua pasang gena saja.

Tidak memiliki nilai ekonomis


Tidak dapat dihitung atau diukur
Tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
Hanya berdasarkan pada kriteria
Sedikit gen ( hampir tidak ada), sehingga banyak berpengaruh pada sifat kualitatif

Sifat Kuantitatif

Sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu, bobot badan dan produksi telur.
Sifat ini dikontrol banyak gena dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti
pakan dan tatalaksana

Memiliki nilai ekonomis


Dapat dihitung atau diukur
Terpengaruhi oleh faktor lingkungan
Banyak gen yang mempengaruhi sifat kuantitatif

Anda mungkin juga menyukai