Anda di halaman 1dari 39

PEMETAAN KROMOSOM DENGAN

METODE CROSSING OVER


PERSILANGAN TRIHIBRIDISASI PADA
D. melanogaster
STRAIN ♀bcl >< ♂dp DAN ♀bvg >< ♂cl

Offering B
1. Ifa Widayati
2. Lia Alfiani
3. Ludvia Wijareni
LATAR BELAKANG
 Gen merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mahluk hidup,
 Jumlah gen dalam suatu sel jauh lebih besar daripada jumlah
kromosom, setiap kromosom bisa mengandung ratusan atau
ribaun gen.
 Gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama dan
cenderung diwariskan berasama-sama dalam persilangan
genetik disebut sebagai gen-gen tertaut (Campbell, 2008).
 Crossing over merupakan proses penukaran segmen dari
kromatid-kromatid dari sepasang kromosom homolog (Suryo,
2008).
 Muller berpendapat bahwa suatu pindah silang yang terjadi
pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah silang
lain yang berdekatan, kejadian ini dinamakan interferensi.
 Untuk mencari besarnya interferensi harus dicari besarnya
koefisien koinsidens (KK) , yakni perbandingan antara
banyaknya pindah silang ganda yang sesungguhnya dengan
banyaknya pindah silang ganda yang diharapkan
 Fertilisasi dari indukan homozigot resesif menghasilkan
populasi keturunan yang diantaranya menunjukkan fenotipe
rekombinan, dengan menghitung keturunan rekombinan maka
dapat dilihat jarak antar gen dan dapat dibuat peta tautan.
Peta tautan adalah peta genetik yang dibuat berdasarkan
frekuensi-frekuensi rekombinasi (Campbell,2008).
 Pemetaan kromosom dibuat guna untuk mengetahui posisi-
posisi relatif gen-gen pada kromosom-kromosom yang sama.
Semakin jauh jarak antara dua gen, semakin jauh pula titik-titik
diantara kedua tempat pindah silang akan dapat terjadi.
 Strain yang digunakan adalah bcl, dp, bvg, dan cl, alasan
menggunakan stain tersebut adalah pada F1 persilangan single
mutan dan double mutan yakni ♀bvg >< ♂cl dan ♀bcl >< ♂dp
(terletak pada satu kromosom, kromosom nomor 2)
 Persilangan ♀bvg >< ♂cl dan ♀bcl >< ♂dp akan diperoleh anakan
normal heterozigot kemudian disilangkan sesamanya guna
memperoleh hasil anakan F2 yang telah terjadi single dan double
crossing over sehingga memperoleh 5 macam anakan.
 Tujuan penelitian ini adalah dapat membuat peta tautan/pemetaan
kromosom dari persilangan double mutan pada hasil anakan
persilangan ♀bvg >< ♂cl dan ♀bcl >< ♂dp.
 Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak antara gen-
gen yang barada pada strain b, vg, cl, dan b, cl, dp.
Rumusan masalah
 Bagaimanakah pemetaan kromosom dari persilangan ♀bvg
>< ♂cl?
 Bagaimanakah pemetaan kromosom dari persilangan ♀bcl
>< ♂dp?
Kerangka Konseptual
Hipotesis
 Dapat menentukan jarak antara tiga gen pada
persilangan D. melanogaster strain ♂bvg >< ♀cl.
 Dapat menentukan jarak antara tiga gen pada
persilangan D. melanogaster strain ♂bcl >< ♀dp.
Rancangan Penelitian
 Jenis penelitian yang ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif, karena data yang diperoleh merupakan jumlah
fenotip yang diamati pada keturunan F2. Data yang diperoleh
tersebut dianalisis dengan menggunakan rekonstruksi
kromosom kelamin dan dihitung frekuensi serta interferensi
untuk dapat dilakukan pemetaan kromosom.
Prosedur Kerja
1. Pembuatan Medium
2. Pengamatan Fenotipe
3. Pembuatan Stok / Peremajaan
4. Persilangan F1 menyilangkan antara ♂bvg><♀cl dan
♂bcl><♀dp, masing-masing 3 kali ulangan (usia lalat
maksimal 3 hari).
5. Persilangan F2 menyilangkan ♂N><♀N dari hasil
persilangan F1
Teknik Analisis Data
 Dengan melakukan perhitungan frekuensi rekombinasi dari
hasil persilangan yang telah dilakukan.
 Data yang digunkan untuk menghitung frekuensi rekombinasi
adalah data fenotip F2 yang telah diperoleh. Besarnya nilai
frekuensi rekombinan dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
σ 𝒕𝒊𝒑𝒆 𝒓𝒆𝒌𝒐𝒎𝒃𝒊𝒏𝒂𝒏
 Frekuensi rekombinan= σ 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒑𝒂𝒓𝒆𝒏𝒕𝒂𝒍+ σ 𝒓𝒆𝒌𝒐𝒎𝒃𝒊𝒏𝒂𝒏
 Setelah menghitung frekuensi rekombinan, kemudian
membuat peta kromosom dari strain D. melanogaster yang
telah diperoleh.
 Selanjutnya menghitung koefisien koeinsidensi dan koefisien
interferensi.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
 KK =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
 Sedangkan perhitungan nilai koefisien interferensi (KI)
menggunakan rumus sebagai berikut:
 KI = 1 – KK
ANALISIS
♀N (♀bvg >< ♂cl) >< ♂N (♀bvg >< ♂cl)
Anakan persilangan ♀N (♀bvg >< ♂cl) ><
♂N (♀bvg >< ♂cl)
Rekonstruksi ♀bvg >< ♂cl
Pemetaan kromosom
Rekonstruksi ♀bcl >< ♂dp
PEMBAHASAN
 Kedua persilangan ini tidak dapat dipetakan karena
antara jumlah anakan parental dan rekombinan tidak
jelas akibat dari persilangan tripel mutan, sehingga
akan sulit di cari frekuensi rekombinannya.
 rasio perbandingan hasil anakan F2 yakni 6:4:2:2:2
tidak dapat dijadikan acuan, karena rasionya kurang
tepat
 sedangkan menurut Corebima (2013), gamet tipe
parental memiliki presentase yang paling tinggi, dan
tipe rekombinan memperlihatkan gambaran yang
jelas kurang dari 50%.
Tidak bisa dipetakan, jadiii... Harus
mencari jurnal dan menganalisis
kembali penelitian orang lain.
hasil penelitian dari Joshua Hanau yang berjudul linkage mapping
in Drosophila melanogaster, pada tahun 2012.

menyilangkan 3 mutan yakni e (diumpamakan mutasi pada


warna mata), br (diumpamakan mutasi pada sayap), dan bc
(diumpamakan mutasi pada warna tubuh) yang berada pada
kromosom nomor 1.
Pemetaan kromosom
 Langkah 1 (menyusun data ke pasangannya masing-masing)
 Menentukan tipe parental dan rekombinan
 Menentukan frekuensi rekombinan gen

 Membuat peta
 Menghitung interferensi
PEMBAHASAN
 data persilangan tescross memperlihatkan 8 kombinasi
gamet, macam tipe rekombinan yang muncul dari
persilangan tescross membuktikan bahwa telah terjadi
pindah silang pada individu betina selama meiosis.
 Frekuensi hasil pindah silang antar gen merupakan hasil
penjumlahan baik antara yang terjadi SCO dan yang terjadi
DCO
 Dinyatakan kembali oleh Snustad (2012), yang menyatakan
bahwa jarak antara dua titik pada peta genetik (peta
kromosom) adalah jumlah rerata dari pindah silang di antara
gen-gen tersebut.
INTERFERENSI
 Pada persilangan faktor-faktor gen (bc,e,br) nilai
interferensinya sebesar 0,516 sehingga temasuk
interferensi positif, yang memperlihatkan bahwa pindah
silang pertama mempengaruhi (mengganggu) kejadian
pindah silang kedua yang berlangsung didekatnya.
 Berdasarkan dari nilai koinsidien (C) diketahui bahwa nilai
pindah silang ganda yang didapatkan lebih kecil dari yang
diharapkan.
 Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu hal yang
mengganggu terjadinya pindah silang tersebut. Adanya
suatu pindah silang yang terjadi pada suatu tempat bisa
menghambat terjadinya pindah silang di tempat lain di
sebelahnya
 nilai interferensi yang diperoleh lebih mendekati 1 sehingga
terlihat bahwa jarak antar gen yang cukup dekat.
ALHAMDULILLAH . SEMANGAT ...

Anda mungkin juga menyukai