Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GENETIKA

BERANGKAI DAN PINDAH SILANG


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
ALBET DEGO SITUMORANG 4153220001

ASEP RAHMAT 41522

SINTAULI PASARIBU 415

RUTH DEWI SIMNAJUNTAK 4153220017

ZENNY GRACE SITORUS 4153220020

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A.2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayat-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan makalah Genetika dengan judul Berangkai dan Pindah
Silang tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memahami peristiwa berangkai dan pindah silang.

Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu tim penulis dalam menyusun makalah Genetik ini khususnya kepada
Dr.Syahmi Edi,M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Genetika di Universitas
Negeri Medan.

Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, untuk kesempurnaan makalah ini. Tim penulis juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2017

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......ii

Daftar Isi.iii

Bab I.Pendahuluan...1

Bab II.Isi

2.1.Pengertian Membran sel..2

2.2.Struktur dan komponen penyusun membrane sel2

2.3.Transport Zat....8

2.3.1.Protein Transport...9

2.3.2.Trasport mikromolekul.11

2.3.3.Transport makromolekul19

Bab III.Penutup

Kesimpulan..21

Daftar Pustaka.22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Percobaan-percobaan persilangan pada kacang ercis yang dilakukan oleh


Mendel, baik monohibrid maupun dihibrid, telah menghasilkan dua hukum Mendel,
yakni hukum segegasi dan hukum pemilihan bebas.

Pindah silang adalah suatu peristiwa pertukaran segmen-segmen dari kromatid-


kromatid bukan kakak beradik (non sister chromatids). Berangkai (linkage) adalah
suatu peristiwa terdapatnya dua atau lebih gen dalam sebuah kromosom. Peristiwa
berangkai dapat terjadi pada kromosom tubuh (autosom) maupun pada kromosom
kelamin (gonosom). Gen-gen jumlahnya hingga ribuan pada tiap kromosom. Peristiwa
terdapatnya dua atau lebih banyak gen pada sebuat kromosom yang sama disebut
berangkai/Linkage. Gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai.

Saat ini kita telah mengetahui bahwa banyaknya gen pada kacang ercis, dan juga
pada setiap spesies organisme lainnya, jauh lebih banyak daripada jumlah
kromosomnya. Artinya, di dalam sebuah kromosom tertentu dapat dijumpai lebih dari
sebuah gen. Gen-gen yang terdapat pada kromosom yang sama dinamakan gen-gen
berangkai (linked genes), sedang fenomenanya sendiri dinamakan berangkai
(linkage).
BAB II

ISI

2.1.BERANGKAI

Teori kromosom dari T. Boveri dan W.S. Sutton (1903) menyatakan bahwa
kromosom adalah bagian dari sel yang membawa gen. gen-gen ini selama meiosis
mempunyai kelakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisah secra bebas.
Akan tetapi prinsip Mendel ini hanya berlaku apabila gen-gen letaknya lepas satu sama
lain dalam kromosom.

Pada lalat buah Drosophila sampai sekarang telah diketahui kira-kira 5000 gen,
sedangkan lalat ini hanya memiliki 4 pasang kromosom saja, yang terpasang bahkan
kecil sekali menyerupai dua buah titik. Berhubung dengan itu, maka pada sebuah
kromosom tidak terdapat sebuah gen, melainkan puluhan atau bahkan ratusan gen-gen.
Peristiwa bahwa beberapa gen bukan alel terdapat pada satu kromosom yang sama
dinamakan berangkai. Gen-gen dinamakan gen-gen terangkai.

Berangkai (berpaut atau terangkai pada autosom) adalah peristiwa dimana


beberapa gen yang bukan alelnya terdapat pada satu kromosom (Henuhili, 200)

Orang kedua yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika setelah Mendel adalah
Thomas Hunt Morgan (1866-1945). Morgan dan kawan-kawan lama sekali mengadakan
penelitian pada lalat Drosophila dan akhirnya dinyatakan bahwa gen-gen bersama alel-
alelnya yang terletak pada sepasang kromosom homolog berkelompok, yang dinamakan
kelompok berangkai (dalam bahasa inggris: linkage group). Dari hasil penyelidikan
pada berbagai macam mahluk lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya
kelompok berangkai pada suatu individu itu ekuivalen dengan jumlah kromosom
haploid dari individu yang bersangkutan. Misalnya pada jagung (Zea mays, n= 10)
terdapat 10 kelompok berangaki, pada ercis (Pisum sativum, n= 7) terdapat 7 kelompok
berangkai, pada lalat Drosophila (n=4) terdapat 4 kelompok berangkai, pada manusia
(n=23) terdapat 23 kelompok berangkai.

Peristiwa berangkai pada tumbuh-tumbuhan untuk pertama kali diketahui oleh


G. N Collins dan J.H Kempton dalam tahun 1911 pada tanaman jagung. Dikatakan
bahwa gen (wx) untuk endosperm berlilin itu terangkai dengan gen (c ) untuk warna
aleuron (lapisan sel terluar dari endosperm). Kemudian diketahui bahwa pada makhluk
lain (termasuk manusia) dapat dijumpai adanya peristiwa berangkai.

Di dalam sebuah kromosom tertentu dapat dijumpai lebih dari sebuah gen. Gen-
gen yang terdapat pada kromosom yang sama disebut gen-gen berangkai (linked genes),
sedangkan fenomenanya disebut berangkai (linkage) (Susanto, 2011: 76).
Kemungkinan gen-gen terangkai adalah 1) gen-gen dominan terangkai pada satu
kromosom, sedangkan alel resesif terangkai pada kromosom homolognya (terangkai
dalam keadaan coupling phase atau mempunyai susunan sis) 2) gen dominan terangkai
dengan gen resesif yang bukan alelnya pada suatu kromosom, sedangkan alel resesif
dari gen pertama dan alel dominan dari gen kedua terangkai pada kromosom
homolognya (terangkai dalam keadaan rephusion phase atau mempunyai susunan trans)
(Henuhili dan Suratsih, 2003: 63-64).

Penyelidikan pada berbagai macam mahluk membuktikan bahwa gen-gen


bersama alel-alelnya yang terletak pada sepasang kromosom homolog itu berkelompok,
yang dinamakan kelompok berangkai (dalam bahasa inggris linkage group).
Banyaknya kelompok berangkai pada suatu individu itu ekivalen dengan jumlah
kromosom yang haploid dari individu yang bersangkutan.

Untuk mengetahui gen-gen terangkai ataukah tidak, tentunya harus diadakan


perbedaan dalam cara penulisan genotipnya. Seperti diketahui apabila gen-gen tidak
terangkai, maka genotip suatu dihibrid ditulis sebagai AaBb. Akan tetapi andaikata gen-
gen itu terangkai, maka ada dua kemungkinan untuk menuliskan genotipnya yaitu:

1. Apabila gen-gen dominan terangkai pda suatu kromosom, sedang alel-


alelnya resesif terangaki pada kromosom homolognya, maka gen-gen
dikatakan terangkai dalam keadaan coupling phase. Ada beberapa cara
untuk menuliskan genotipnya yaitu: (AB)(ab), AB/ab, AB:ab,
2. Apabila gen dominan terangkai pada satu kromosom dengan gen resesif
yang bukan alelnya, sedang alel resesif dari gen yang disebut pertama
terangkai pada kromosom homolognya dengan alel dominan dari gen yang
disebut ke dua, maka gen-gen dikatakan terangkai dalam keadaan repulsion
phase. Ada beberapa cara untuk menuliskan genotipnya, ialah: (Ab)(aB),
Ab/aB, Ab:aB,

Walaupun genotip dua individu berlainan (yaitu yang satu gen-gen terangkai
dalam coupling phase sedang yang lain gen-gen terangkai dalam repulsion phase),
namun karena gen dominan mengalahkan gen resesif, maka fenotif kedua individu itu
sama.

2.1.1.Rangkai sempurna

Selain membedakan terangkainya gen-gen dalaam coupling phase atau


repulsion phase, maka gen-gen dapat pula terangkai sempurna atau tidak sempurna.

Gen-gen dikatakan terangkai sempurna apabila letak gen-gen amat berdekatan


satu sma lain, sehingga diwaktupemisahan kromosom selama meiosis pada waktu
pembentukan gamet-gamet, gen-gen itu selalu bersama-sama menuju ke gamet. Jadi
individu dengan genotif akan membentuk dua macam gamet saja, ialah gamet AB
dan gamet ab. Demikian pula individu akan membentuk dua macam gamet saja, ialah
gamet Ab dan Ab

Contoh: Pada lalat Drosophila dikenal gen-gen terangkai;

Cu = gen untuk sayap normal

Cu = gen untuk sayap keriput (lalat tak dapat terbang)

Sr = gen untuk dada polos

Sr = gen untuk dada bergaris-garis

Gen-gen terangkai sempurna dalam coupling phase


Gen-gen terangkai sempurna dalam repulsion phase

2.1.2.Rangkai tidak sempurna

Apabila gen-gen terangkai pada sebuah kromosom dengan jarak yang berjauhan
satu dengan lainnya, maka gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang
disebabkan karena terjadi penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang
kromosom homolog, peristiwa mana disebut pindah silang (dalam bahasa inggris :
crossing over).

Gen-gen terangkai tak sempurna dalam coupling phase


Gen-gen terangkai tak sempurna dalam repulsion phase

2.1.3.Berangkai pada kromosom kelamin

a. Keadaan pada manusia


Pada manusia dikenl beberapa gen yang terdapat dalam
kromosom-X seperti gen-gen yang menyebabkan penyakit
butawarna, hemophilia, anodontia, dsb.

b. Keadaan pada ayam


Pada ayam juga dikenal beberapa gen terangkai pada kromosom
kelamin seperti bulu tumbu cepat (K), bulu tumbuh lambat (k),
bulu bergaris-garis atau blorok (B), bulu polos (b).

2.2.PINDAH SILANG (CROSSING OVER)

Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari


kromatidkromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa
pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada
kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal
metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua
kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu
kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain
(Campbell, 2004).

Gen-gen yang terangaki pada satu kromosom biasanya letaknya tidak


berdekatan satu dengan lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami
perubahan letak yang disebabkan karena adanya penukaran segmen dari
kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolog. Peristiwa ini sering
disebut dengan pindah silang (crossing over) (suryo,2008).
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada kebanyakan
mahluk, sperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Pndah silang terjadi ketika
meiosis I (akhir profase I atau awal methapase I), yaitu pada saat kromosom telah
mengganda menjadi dua kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pada
waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu pada anaphase I), kromatid-
kromatid yang bersilang itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbale balik.
Berhubung dengan itu gen-gen yang terletak dibagian yang pindah itu akan berpindah
pula tempatnya ke kromatid sebelahnya (Suryo,2008).

Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid pada waktu
profase dalam pembelahan meiosis. Pindah silang mengakibatkan rekombinasi sehingga
dihasilkan kombinasi parental dan rekombinasi pada fenotipenya. Dalam menghitung
presentase tipe rekombinan di antara keturunan dapat digunakan unit peta, yaitu jarak
antara gen-gen untuk menyatakan posisi relatifnya pada suatu kromosom. Untuk
menentukan unit peta antara gen-gen, terlebih dahulu dihitung nilai pindah silang (NPS)
= (jumlah tipe rekombinan / jumlah individu seluruhnya) x 100% (Suryo,2010).

Selama meiosis diwaktu pembentukan gamet-gamet kerapkali terjadi proses


pindah silang (dalam bahasa inggris :crossing over) ialah proses penukaran segmen
dari kromatid-kromatid bukan kakak beradik (dalam bahasa inggris :nonsister
cromatids) dari sepasang kromosom homolog. Pindah silang terjadi ketika meiosis I,
yaitu pada saat kromosom telah mengganda menjadi 2 kromatid. Tempat persilangan
dua kromatid disebut kiasma (jamaknya :kiasmata). Kromatid-kromatid yang bersilang
itu melekat dan putus di bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada
kromatid sebelahnya secara timbale balik.

Telah disebutkan bahwa dua buah gen yang berangkai akan cenderung untuk
tetap bersama-sama di dalam gamet yang terbentuk. Akan tetapi, di antara keduanya
masih terdapat pula kemungkinan untuk mengalami segregasi (pemisahan) dan
rekombinasi (penggabungan) sehingga akan diperoleh kombinasi gen-gen seperti yang
dijumpai pada gamet tipe rekombinasi. Terjadinya segregasi dan rekombinasi dua buah
gen berangkai ini tidak lain karena mereka mengalami peristiwa yang dinamakan
pindah silang (crossing over), yaitu pertukaran materi genetik (gen) di antara
kromosom-kromosom homolog (kromosom pasangannya). Dari pengertian pindah
silang tersebut kita dapat menyederhanakan batasan tentang gamet tipe parental dan
gamet tipe rekombinasi. Di atas telah dikatakan bahwa gamet tipe parental adalah gamet
dengan susunan gen yang sama dengan susunan gen pada individu, sedang gamet tipe
rekombinasi adalah gamet yang susunan gennya merupakan rekombinasi susunan gen
pada individu.

Sekarang dengan lebih mudah dapat kita katakan bahwa gamet tipe parental
adalah gamet bukan hasil pindah silang, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet
hasil pindah silang. Peristiwa pindah silang, bersama-sama dengan pemilihan bebas
(hukum Mendel II), merupakan mekanisme penting yang mendasari pembentukan
keanekaragaman genetik karena kedua-duanya akan menghasilkan kombinasi baru di
antara gen-gen yang terdapat pada individu sebelumnya. Selanjutnya, seleksi alam akan
bekerja untuk mempertahankan genotipe-genotipe dengan kombinasi gen yang adaptif
saja. Oleh karena itulah, banyak ilmuwan yang menganggap bahwa pindah silang dan
pemilihan bebas sangat penting bagi berlangsungnya proses evolusi. (Rohmad, 2012)

Dalam pindah silang, yang terjadi ketika kromosom-kromosom homolog


terreplikasi berpasangan saat profase meiosis I, sekumpulan protein mengontrol
pertukaran segmen-segmen bersesuaian dari satu kromatid maternal dan satu kromatid
paternal. Akibatnya, bagian-bagian ujung dua kromatid nonsaudara bertukar tempat
setiap kali pindah silang terjadi. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal
metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid.
Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu kromatid nomor 2
dan 3 dari tetrad kromatid, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya pindah silang
pada kromatidkromatid yang lain (Campbell, 2008: 318). Pada waktu kromosom
hendak memisah (yaitu pada anafase I ), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat
dan putus pada bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal balik. Berhubung dengan itu gen-gen yang terletak di bagian
yang pindah itu akan berpindah pula tempatnya ke kromatid sebelah (Suryo, 1986: 306).
Pindah silang atau crossover adalah sebuah proses yang membentuk kromosom
baru dari dua kromosom induk dengan menggabungkan bagian informasi dari masing
masing kromosom. Crossover menghasilkan kromosom baru yang disebut kromosom
anak (offspring). Crossover bertujuan untuk menambah keanekaragaman string dalam
satu populasi dengan penyilangan antar string yang diperoleh dari reproduksi
sebelumnya [2]. Pindah silang juga berakibat buruk jika ukuran populasinya sangat
kecil. Dalam suatu populasi yang sangat kecil, suatu kromosom dengan gen-gen yang
mengarah ke solusi akan sangat cepat menyebar ke kromosom-kromosom lainya. Untuk
mengatasi masalah ini digunakan suau bahwa pindah silang hanya bisa dilakukan
dengan probabilitas tertentu (probabilitas crossover). Artinya pindah silang bisa
dilakukan hanya jika suatu bilangan random [01] yang dibangkitkan kurang dari
probabilitas crossover (Pc) yang ditentukan. Pada umumnya Pc diset mendekati 1,
misalnya 0,8 [11]. Probabilitas crossover (Pc) bertujuan untuk mengendalikan operator
crossover. Jika n adalah banyaknya string pada populasi, maka sebanyak (Pc) x n string
akan mengalami crossover. Semakin besar nilai (Pc), semakin cepat pula string baru
muncul dalam populasi. Dan juga jika (Pc) terlalu besar, string yang merupakan
kandidat solusi terbaik mungkin dapat hilang lebih cepat pada generasi berikutnya.

Pindah silang dibedakan atas:


1. Pindah silang tunggal
Pindah silang tunggal adalah pindah silang yang terjadi pada satu
tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4 macam gamet. Dua
macam gamet dinamakan gamet tipe parental karena memiliki gen-gen
seperti yang dimiliki induknya (parentalnya). Dua macam gamet lainnya
dinamakan gamet tipe rekombinasi karena merupakan gamet-gamet tipe
baru sebagai hasil adanya pindah silang. Gamet-gamet tipe parental
dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak karena tidak mengalami
gangguan pindah silang, sedangkan gamet-gamet tipe rekombinasi
dibentuk lebih sedikit. Akibatnya, keturunan yang mempunyai sifat-sifat
sperti parental selalu berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan
keturunan tipe rekombinasi.

2. Pindah silang ganda


Pindah silang ganda adalah pindah silang yang terjadi di dua tempat.
Agar supaya adanya pindah silang ganda (dalam bahasa inggris: double
crossing over) selama meiosis dapat diketahui dari adanya tipe-tipe
parental dan tipe-tipe rekombinasi di dalam keturunan, maka sabaiknya
diperhatikan 3 buah gen yang berangkai pada satu kromosom. Dengan
lain perkataan, arus digunakan individu trihibrid. Jika pindah silang
ganda (double crossing over) berlangsung diantara dua buah gen yang
terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda ini tidak akan tampak
dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental
saja atau dari tipe rekombinasi atau tipe parental dan tipe rekombinasi
akibat pindah silang tunggal. Akan tetapi, misalkan diantara gen A dan B
masih ada gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang
ganda antara A dan B akan nampak (Suryo,2010)

Jika pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung di


antara dua buah gen yang terangaki, maka pindah silang ganda itu tidk
Nampak pada fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya darri tepi
parental dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal (Suryo,
2008).
Akan tetapi jika di antara gen A dan gen B masih ada gen ketiga misalnya gen
C, maka terjadinya pindah silang ganda antara gen A dan gen B akan Nampak.

Pada umumnya, semua individu mengalami pindah silang selama meiosis.


Hanya lalat Drosophila jantan dan ulat sutera (Bombyx mori) betina tidak mengalami
pindah silang. Berhubungan dengan itu, lalat Drosophila jantan yang memiliki gen-gen
berangkai hanya akan membentuk dua macam gamet saja, solah-olah ada rangkai
sempurna.
Akibat terjadinya pindah silang, maka keturunan dibedakan atas individu-
individu tipe parental (berasal dari gamet yang diharapkan) dan tipe rekombinan
(berasal dari gamet yang mengandung kombinasi baru) (Pai, 1992: 49).

2.2.1.Nilai Presentasi Pindah Silang

Dari pengertian pindah silang tersebut kita dapat menyederhanakan batasan


tentang gamet tipe parental dan gamet tipe rekombinasi. Di atas telah dikatakan bahwa
gamet tipe parental adalah gamet dengan susunan gen pada individu, sedang gamet tipe
rekombnasi adalah gamet yang susunan gennya merupakan rekombinasi susunan gen
pada individu. Sekarang dengan lebih mudah kita katakana bahwa gamet tipe parental
adalah gamet bukan hasil pindah silang, sedang gamet tipe rekombinasi adalah gamet
hasil pindah silang.

Peristiwa pindah silang, bersama-sama dengan pemilihan bebas (hokum Mendel


II), merupakan mekanisme pembentukan keanekaragaman genetic karena kedua kakan
menghasilkan kombinasi baru di antara gen-gen yang terdapat pada individu
sebelumnya. Selanjutnya, seleksi alam akan bekerja untuk mempertahankan genotip-
genotip dengan kombinasi gen yang adaptif saja. Oleh karena itulah, banyak ilmuan
yang menganggap bahwa pindah silang dan pemilihan bebas sangat penting bagi
berlangsungnya proses evolusi.

Seperti diketahui, akibat terjadinya pindah silang maka keturunan dibedakan atas
individu-individu tipe rekombinasi. Berhubung dengan itu dapat dihitung besarnya nilai
pindah silang (NPS), ialah angka yang menunjukkan besarnya persentase kombinasi
baru yang dihasilkan sebagai akibat terjadinya pindah silang. Angka yang menunjukkan
besarnya prosentase kombinasi baru yang dihasilkan akibat terjadinya pindah silang
disebut sebagai nilai pindah silang (%). Nilai pindah silang merupakan jarak antargen.
Nilai tersebut sama dengan nilai rekombinansi gen berpautan. Pindah silang akan terjadi
jika 50% < KP < 100%. Nilai pindah silang (presentasi rekombinasi) adalah angkaa
yang menunjukkan besarnya presentasi kombinasi baru yang dihasilkan oleh pindah
silang. NPS (nilai pindah silang) dapat dicari menggunakan rumus :


NPS = X 100%
(Suryo,
1986: 309).
2.2.2.Pindah silang pada manusia
Mudah dimengerti bahwa mempelajari peristiwa berangkai dan pindah
silang pada manusia jauh lebih sukar dibandingkan dengan menggunakan lalat
Drosophila (hanya mempunyai siklus hidup 14 hari dan kromosomnya sedikit,
yaitu 8 buah saja) atau tumbuhan seperti jagung (hidup hanya 100 hari dan
kromosomnya 20 buah saja). Beberapa alasan yang menyulitkan ialah;
1. Pada manusia tidak dapat dilakukan percobaan dengan cara
mengawinkan manusia seperti kehendak kita.
2. Gen-gen yang menimbulkan penyakit/kelainan pada manusia jarang
dijumpai karena kebanyakan dari gen-gen itu resesif sehingga
ekspresinya baru akan tampak setelah beberapa generasi
3. Jumlah kromosom manusia terlalu banyak (yaitu 46 kromosom),
sehingga kemungkinan adanya gen-gen berangkai lebih kecil.
4. Biasanya orang tidak suka kalau ada sifat keturunan yang kurang
menyenangkan dalam keluarganya sampai diketahui orang lain.

Walaupun demikian dapat dikemukakan sebuah contoh mengenai


terjadinya pindah silang pada penyakit retinitis pigmentosa, suatu keadaan
terjadinya pigmentasi pada retina yang mengakibatkan kebutaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pindah silang:

1. Temperature, temperature yang melebihi atau kurang dari


temperature normal
2. Umur, makin tua sautu individu, makin kurang mengalami pindah
silang
3. Zat kimia, zat-zat kimia tertentu
4. Penyinaran dengan sinar x
5. Jarak antara gen-gen terangkai, makin jauh, makin besar
kemungkinan pindah betina
6. Jenis kelamin, umumnya pindah silang terjadi pada individu jantan
maupun betina
Daftar Pustaka

Campbell, N.A. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Henuhili, Victoria. 2002. GENETIKA. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA. UNY

Janata, Ari, dkk. Desember 2015. Sistem Penjadwalan Outsourcing Menggunakan


Algoritma Genetika (Studi Kasus : PT. Syarikatama). Teknik Informatika UIN.
Jurnal CoreIT, Vol.1, No.2, ISSN: 2460-738X (Cetak) 17

Roberdi, dkk. 2010. Keterpautan 23 Marka Mikrosatelit pada Kromosom 6 dan 7


dengan Karakter Ketahanan Populasi Jagung terhadap Penyakit Bulai
(Peronosclerospora maydis). Dalam Jurnal AgroBiogen 6(1):10-17

Rohmad. 2012. Diktat Kuliah Genetika Ternak. Kediri: UNISKA.

Suryo. 2010. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada Uniersity Press.

Suryo. 2008. Genetika Strata I. UGM Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai