Anda di halaman 1dari 3

PEWARISAN DI LUAR POLA PEWARISAN DOMINAN RESESIF MENDEL

Pewarisan di luar Mendel adalah pola pewarisan yang ditemukan setelah pewarisan
Mendel. Pewarisan di luar Mendel terdiri dari Interaksi gen, pautan gen pada kromosom
autosom dan gonosom serta pindah silang dan non-disjunction. Pola pewarisan di luar Mendel
merupakan pewarisan selain sifat dominan resesif Mendel. Pewarisan di luar pola dominan
resesif dianggap sebagai penyimpangan semu hukum Mendel. Penyebutan penyimpangan
Mendel telah memposisikan hukum Mendel dominan resesif menjadi hukum utama pola
pewarisan sifat pada makhluk hidup.
A. Interaksi Gen
Dalam percobaan-percobaan genetika para peneliti sering menmukan rasio fenotipe
yang ganjil, misalnya pada perkawinan antara dua individu dengan 2 sifat beda, ternyata rasio
fenotipe F2 tidak selalu 9 : 3 : 3 : 1. Namun, sering dijumpai perbandingan-perbandingan 9 :
7 ; 12 : 3 : 1 ; 15 : 1; 9 : 3 : 4. Penemuan ini seakan akan tidak lagi mengiktihukum-hukum
mandel. Namun jika diteliti angka-angka perbandingan diatas merupakan penggabungan
angka-angka perbandingan mendel. Oleh sebab itu biasa disebut sebagai penyimpangan semu
Mendel sebab masih mengikuti hukum Mendel.
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling
mempengaruhi fenotipe suatu individ.. Perbedaan perubahan rasio fenotipe bergantung pada
macam interaksi gennya. Jadi interaksi gen terjadi di antara gen yang berbeda alel.
Dibandingkan dengan pewarisan Mendel terjadi di antara gen pada alel yang sama atau gen
pada kromosom yang sehomolog. Interaksi gen ada 5 macam yaitu :
1. Interaksi Gen/Atavisme
Interaksi gen pertama ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C Punnet
pada tahun 1906. Setiap gen memiliki pengaruh sendiri untuk menumbuhkan karakter (sifat).
Namun ada juga beberapa gen yang bekerja saling berinteraksi atau saling mempengaruhi
dalam menghasilkan karakter atau fenotip.
2. Polimeri
Ditemukan oleh H. Nilson Ehle pada tahun1813 di swedia dengan percobaan
penyilangan Triticum vulgare berbiji merah homozigot dengan Triticum vulgare berbiji putih
homozigot, menghasilkan keturunan F1 dengan biji berwarna merah muda. Polimeri
merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah). Gen yang
menumbuhkan suatu karakter polimeri biasanya lebih dari dua. Sehingga disebut karakter gen
ganda.
3. Kriptomeri
Ditemukan oleh Correns tahun 1912. Kriptomeri adalah peristiwa suatu faktor dominan yang
baru tampak pengaruhnya apabila bertemu dengan faktor dominan lain yang bukan alelnya.
Faktor dominan ini seolah-olah tersembunyi (kriptos).
4. Epistasis- Hipostasis
S. H. Nilson dan Ehle (1873-1949) menyelidiki peristiwa tersebut pada persilangan
jenis gandum berkulit biji hitam dengan gandum berkulit biji kuning yang keduanya bergalur
murni. Epistasis – hipostasis adalah peristiwa dimana adanya gen dominan lain yang bukan
alelnya menutupi gen dominan lainnya. Faktor pembawa sifat yang menutupi disebut epistasis,
sedangkan sifat yang tertutup disebut hipostasis.
5. Gen Komplementer
Gen komplementer adalah interaksi antara dua gen dominan, jika terdapat bersama-
sama akan saling melengkapi sehingga muncul suatu fenotip. Jika salah satu gennya tidak ada,
maka pemunculan sifat terhalang
B. CARA MENGENDALIKAN FRNOTIPE MAHLUK HIDUP
Corebima (2012) mengelompokkan sifat-sifat fenotip tertentu dikendalikan oleh: satu
gen mengendalikan satu sifat, beberapa gen (kelompok gen) mengendalikan satu sifat dan satu
gen mengendalikan beberapa sifat.
1. Satu Gen (Tunggal) Mengendalikan Satu Sifat
Percobaan persilangan yang dilakukan Gregor Mendel atas Pisum sativum
menunjukkan kepada kita sifat-sifat yang dikendalikan oleh sepasang alela (satu gen dalam
mahluk hidup diploid). Kerja persilangan memperlihatkan bahwa induk-induk yang
dipersilangkan, adalah yang memiliki sifat suatu tertentu yang sangat mudah dibedakan satu
sama lain, misalnya yang berbunga merah dan putih, ataupun yang berpostur tinggi dan rendah.
Hasil persilangan dalam wujud ratio fenotip (misalnya pada F2), menunjukkan bahwa tiap sifat
itu (misalnya warna bunga ataupun postur) dikendalikan oleh sepasanng alela dari suatu gen
(dalam kondisi diploid). Pola pewarisan Mendel dominanresesif adalahcontoh satu gen yang
mengendalikan satu sifat. Contoh : yakni kelainan pada manusia alkaptonuria,
phenyilketonuria, Lesck-Nyhan Syndrome, dan Tay Sachs Disease.
2. Gen-gen yang Berkelompok Mengendalikan Suatu Sifat
Adanya sifat tertentu yang dikendalikan oleh lebih dari 1 gen (letak gen tidak tersebar
atau tersebar), dijelaskan sebagai terjadinya interaksi antar gen (antar lokus) pada tingkat
ekspresi fenotip. Interaksi antar gen pada lokus yang berbeda ini (pada tingkat ekspresi
fenotip), dibedakan menjadi interaksi epistasis dan interaksi nonepistasis. Interaksi epistasis
terjadi jika gen-gen tersebut mengendalikan pembentukan polipeptida-polipeptida dari enzim-
enzim pada suatu urut-urutan reaksi biokimia yang sama yang mengarah kepada terwujudnya
satu sifat fenotip. Interaksi nonepistasis terjadi jika gen-gen tersebut mengendalikan
pembentukan polipeptida-polipeptida dari enzimenzim pada urut-urutan reaksi biokimia yang
berbeda tetapi yang mengarah ke terwujudnya satu sifat fenotip.
3. .Pleiotropi atau Satu Gen Mengendalikan Lebih dari Satu Sifat
Gen-gen tertentu pada makhluk hidup dapat mengendalikan lebih dari satu sifat atau
kemampuan. Dalam hal ini fenotip dari sesuatu gen bukan hanya satu macam, tetapi lebih dari
satu macam. Efek fenotip dari sesuatu gen semacam itu disebut pleiotropi. Satu contoh gen
yang mengendalikan lebih dari satu sifat atau kemampuan seperti itu adalah gen vg pada D.
Melanogaster
Bagaimana penjelasan timbulnya efek fenotip gen yang bersifat pleiotropik. Corebima
(2012) menyatakan berdasarkan pertimbangan bercabang-cabangnya reaksi-reaksi biokimia
pada proses faali, sesuatu produk gen yakni polipeptida atau enzim pada suatu tahap reaksi
biokimia, dapat dilibatkan pada lebih dari satu rangkaian reaksi biokimia berikutnya. Pada
keadaan semacam inilah, jelas terlihat bahwa sesuatu gen dikatakan bertanggung jawab atas
hasil akhir pada lebih dari satu rangkaian reaksi biokimia; dikatakan lebih lanjut gen tertentu
mengendalikan lebih dari satu sifat atau kemampuan (fenotip).
C. Tiap Sifat atau Kemampuan (Fenotip) Mahluk Hidup Dikendalikan oleh Banyak
Gen.
Berdasarkan informasi yang telah dikemukakan, Corebima (2012) menyatakan bahwa
pada dasarnya sifat atau kemampuan (fenotip) apa pun dikendalikan oleh lebih dari satu gen
(pada locus yang berbeda), tersebar atau tidak tersebar. Dengan demikian sifat atau
kemampuan (fenotip) apa pun, sesungguhnya adalah hasil interaksi antara gen (pada locus yang
berbeda) pada mekanisme eksperimennya.
Selain itu suatu sifat atau kemampuan (fenotip) apa pun sebenarnya tidak hanya
ditentukan oleh ekspresi gen-gen (pada locus yang berbeda) yang saling berinteraksi, akan
tetapi ditentukan pula oleh kondisi lingkungan yang melingkupi seluruh proses ekspresi gen-
gen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai