Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSILANGAN ANTARA FENOTIPE DENGAN GENOTIPE

Oleh :
M NUR ADITYA
1861039

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika
berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun,
genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas
tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genitika adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi kegenerasi. Oleh karena
cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan
dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula
dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu,
serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Genitika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan
kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. kita sebagai
manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita
menjalin ekosistem dengan mereka. karena itu selain kita harus mengetahui sifat-
sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-
prinsep genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia
sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-
hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan
sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu
pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu
pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan
dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia,
fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan
terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan
masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
kualitas daging.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Genetik.
2. Untuk mengetahui dari Fenotipe dan Genotipe.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fenotipe dan Genotipe


a. Fenotipe
Fenotipe adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis,
dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan
lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai
tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe
adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam
tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan
terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa
kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula
darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat
berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada
elektroforesis.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh
lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi
antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek
lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE dengan P
berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi
antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan
E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat
rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena
ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat
individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai
tingkatan yang berbeda-beda. Fenotipe, khususnya yang bersifat kuantitatif,
seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat
dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif.
b. Genotipe
Genotipe adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik
dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk
pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa
oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot.
Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah
hemizigot.
Dalam genetika Mendel (genetika klasik), genotipe sering dilambangkan
dengan huruf yang berpasangan; misalnya AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang
sama menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan
B1B1), sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu
heterozigot. Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini
adalah diploid (2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot
dilambangkan dengan AAAA, misalnya.
Dalam genetika, alel merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada
suatu lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat
peristiwa mutasi. Istilah ini muncul akibat penggunaan allelomorph oleh William
Bateson pada buku karangannya Mendel’s Principles of Heredity (1902).
Lokus dikatakan bersifat polimorfik apabila memiliki variasi alel dalam
suatu populasi dan, sebaliknya, dikatakan bersifat monomorfik (“satu bentuk”)
apabila tidak memiliki variasi. Individu yang memiliki alel sama pada suatu lokus
dikatakan memiliki genotipe yang homozigot sedangkan yang memiliki alel
berbeda dikatakan heterozigot. Karena genotipe diekspresikan menjadi suatu
fenotipe, alel dapat menyebabkan perbedaan penampilan di antara individu-
individu dalam suatu populasi.
2.2. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif
Setiap hewan ternak memiliki sifat kualitatif yang menjadi ciri khas pada
setiap individu ternak. Disamping itu juga memiliki sifat kuantitatif yang biasa
diukur dengan menggunakan alat ukur yang sering digunakan dalam ilmu tilik
ternak. Untuk sifat kuantitatif, akan berpengaruh terhadap nilai jual hewan ternak
jika semakin bagus keadaannya. Sedangkan untuk sifat kuantitatif sendiri tidak
berpengaruh banyak pada harga jual hewan ternak atau hanya berdasarkan kriteria.
Selain itu banyak atau tidaknya gen mempengaruhi dalam menentukan sifat
kuantitatif maupun kuantitatif.
Sifat kuantitatif dapat diukur dengan pengukuran, sedangkan pada sifat
kuantitatif hanya bisa dilihat dari pengamatan. Untuk lebih memahami tentang sifat
kuantitatif dan sifat kualitatif yaitu :
a. Sifat kualitatif
Sifat yang tidak dapat diukur, tapi bisa dikelompokan. Misalnya warna
bulu, bentuk tanduk. Sifat ini sedikit/tidak dipengaruhi lingkungan dan biasanya
dikontrol oleh satu atau dua pasang gena saja.

 Tidak memiliki nilai ekonomis


 Tidak dapat dihitung atau diukur
 Tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan
 Hanya berdasarkan pada kriteria
 Sedikit gen ( hampir tidak ada), sehingga banyak berpengaruh pada sifat
kualitatif
b. Sifat Kuantitatif
Sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu, bobot badan dan
produksi telur. Sifat ini dikontrol banyak gena dan sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, seperti pakan dan tatalaksana
 Memiliki nilai ekonomis
 Dapat dihitung atau diukur
 Terpengaruhi oleh faktor lingkungan
 Banyak gen yang mempengaruhi sifat kuantitatif
2.3. Perbedaan Genotip dan Fenotip
Perbedaannya adalah yang paling penting. Genotipe organisme atau sifat
tertentu mengacu secara khusus untuk informasi genetik yang menggambarkan sifat
terlihat. Suatu sifat yang terlihat ialah , seperti warna mata ataupun warna rambut,
tidak akan dapat digambarkan sebagai genotipe.
Fenotipe ialah secara khusus mengacu pada sifat-sifat yang dapat
digambarkan dari suatu observasi. Genotipe ialah faktor-faktor yang menyebabkan
fenotipe yang khusus untuk eksis.
Fenotip adalah “sifat yang tampak” pada suatu individu dan dapat diamati
dengan panca indra, misalnya warna bunga merah, rambut keriting, tubuh besar,
buah rasa manis, dan sebagainya. Fenotip merupakan perpaduan dari genotip dan
faktor lingkungan. Sehingga suatu individu dengan fenotipe sama belum tentu
mempunyai genotip sama. Bila dikemukan didalam rumus akan menjadi :
F = G + E
F = Fenotip
G = Genotip
E = Environment (Lingkungan)
2.4. Persilangan Genotip Dan Fenotip
Dalam Pewarisam Sifat atau persilangan, terdapat prinsip yang harus kita
ingat, yaitu :
a. Gen yang berperan dalam pengaturan dan penentuan sifat diberi simbol huruf.
b. Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen yang
menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T” (berasal dari kata
tinggi). Gen yang bersifat resesif dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya gen
yang menentukan sifat batang yang pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat
diartikan bahwa batang tinggi dominan terhadap batang pendek, dan sebaliknya
batang pendek resesif terhadap batang tinggi.

Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang
masing-masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang
memiliki sifat tersebut dinyatakan dengan dua huruf Contoh: :
TT : Simbol untuk tumbuhan berbatang tinggi, gamet yang dibentuk T dan T.
tt : Simbol untuk tumbuhan berbatang pendek, gamet yang dibentuk t dan t.
MM : Simbol untuk tumbuhan berbunga merah, gamet yang dibentuk M dan M.
mm : Simbol untuk tumbuhan berbunga putih, gamet yang dibentuk m dan m.
Mm : Simbol untuk tumbuhan yang berbunga merah muda, gamet yang dibentuk
M dan m.
Susunan gen yang menentukan sifat suatu individu disebut genotip (tidak
dapat dilihat dengan mata). Genotip suatu individu diberi simbol dengan huruf
dobel, karena individu itu umumnya diploid, misalnya MM, Mm dan mm. Genotip
memiliki sepasang gen. Gen-gen tersebut terletak pada lokus yang bersesuaian dari
kromosom yang homolog. Sepasang gen yang terletak pada posisi yang sama pada
pasangan kromosom disebut alel. Jadi, alel merupakan anggota dari sepasang gen
misalnya M = gen untuk warna bunga merah, m = gen untuk warna bunga putih, T
= gen untuk tanaman tinggi, dan t = gen untuk tanaman rendah. M dan m merupakan
alel tetapi M dan t bukan alel. Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-
gen yang sama dari tiap jenis gen disebut homozigot, misalnya RR, rr, TT, AABB,
aabb dan sebagainya. Homozigot dominan terjadi bila individu bergenotip RR, AA,
TT; sedangkan homozigot resesif bila individu bergenotip rr, aa, tt dan sebagainya
Sifat suatu individu yang genotipnya terdiri dari gen-gen yang berlainan dari tiap
jenis gen disebut heterozigot, misalnya Rr, Aa, Tt, AaBb dan sebagainya. Karakter
atau sifat lahiriah yang dapat diamati (bentuk, warna, golongan darah, dan
sebagainya) disebut fenotip. Fenotip ditentukan oleh gen dan lingkungan. Fenotip
tidak diberi simbol tetapi ditulis sesuai dengan penampakan seperti rasa buah yang
manis, rambut lurus, warna bunga biru dan sebagainya. Tanaman yang berbiji bulat
fenotipnya ditulis biji bulat dan genotipnya ditulis BB atau Bb bila B dominan
terhadap b.
Dua individu yang memiliki sifat fenotip ynag sama mungkin memiliki sifat
genotip yang berbeda misalnya dua individu tanaman yang memiliki fenotip sama
seperti berbiji bulat, memiliki kemungkinan genotip ialah BB atau Bb. Gen B
bersifat dominan sehingga gen B tersebut mengalahkan atau menutupi gen b yang
bersifat resesif. Oleh karena itu tanaman dengan BB atau Bb memiliki fenotip
berbiji bulat.
Sifat Dominan, Resesif Dan Intermediet Pada suatu persilangan, maka
keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki sifat yang muncul atau sifat yang
tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada
keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasangannya disebut
sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada
keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif.
Misalnya bunga mawar merah disilangkan dengan bunga mawar putih, dan
menghasilkan keturunan bunga mawar merah.
Induk/ Parental : Bunga mawar Merah >< Bunga mawar putih
Gamet : (MM) >< (mm)
Keturunan/ Filial : Bunga mawar merah
Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel
warna merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat
dominan dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga
mawar pada keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. Apabila
dalam suatu persilangan, sifat yang muncul merupakan campuran dari kedua
induknya, maka sifat tersebut disebut sifat intermediet (dominan parsial). Misalnya
persilangan antara ikan Koi warna merah dan ikan Koi warna putih menghasilkan
Filial 1 yang semuanya ikan Koi berwarna merah muda. Warna merah muda
tersebut merupakan sifat intermediet.

Induk/ Parental : Ikan Koi merah >< Ikan Koi putih


Keturunan/ Filial 1 : Ikan Koi merah muda
2.5. Hukum Mendel
Dari hipotesis tersebut, Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut
Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan
prinsip dasar dari genetika. Berikut ini adalah penjelasan dari hukum Mendel
tersebut :
Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari
suatu gen yang berpasangan).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), pasangan-
pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan
satu sifat beda (monohibrid).
Hukum II Mendel (Hukum pengelompokkan gen secara bebas atau
asortasi).Pada pembentukkan sel kelamin (gamet), alel mengadakan kombinasi
secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam.
Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih
(polihibrid).
Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda (Monohibrid)
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda akan menurunkan sifat dominan
apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu induknya. Contoh : Mendel
mengambil serbuk sari dari bunga tanaman yang bijinya berlekuk (berkerut) dan
diserbukkan pada putik dari bunga tanaman yang bijinya bulat. Semua keturunan
F1 berbentuk tanaman yang bijinya bulat. Kemudian tanaman F1 dibiarkan
mengadakan penyerbukan sendiri sehingga didapatkan keturunan F2 yang
memperlihatkan perbandingan fenotip 3 biji bulat : 1 biji berleku.
Sifat Intermediet Siat intermediet adalah sifat keturunan yang dimiliki oleh
kedua induknya. Contohnya adalah tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa)
galur murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari
persilangan tersebut diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda. Jika
F1 di lakukan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman
berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
2.6. Faktor Genotip Dan Fenotip
Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat
dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh
fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit
tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi
kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan
protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang
diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis (Anonim,
2011).
Peran Faktor Genotip Dan Fenotip Terkait Adaptasi Organisme Terhadap
Lingkungan. Penampakan suatu karakter pada individu (fenotipe) dipengaruhi oleh
faktor genetik atau genotipe dan faktor lingkungan (Pallawarukka, 1999 dalam
Ferdy, 2010). Lingkungan dapat berpengaruh langsung terhadap fenotipe seekor
hewan melalui makanan, penyakit, dan pengelolaan, tetapi tidak dapat
mempengaruhi genotipe hewan. Pengaruh yang mungkin terjadi terhadap genotipe
tidak terjadi secara langsung tetapi melalui seleksi alam atau buatan yang terjadi
terhadap individu-individu yang mengakibatkan perubahan frekuensi gen-gen
tertentu dalam populasi (Martojo, 1992). Dengan kata lain fenotipe ditentukan
sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu
hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan.
Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa
ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E
berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan
bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.
Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat
rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun demikian, karena
ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat
individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai
tingkatan yang berbeda-beda. Fenotipe, khhususnya yang bersifat kuantitatif,
seringkali diatur oleh banyak gen.
Jika dua atau lebih individu berkembang dan tumbuh dari lingkungan yang
sama dan memperlihatkan fenotipe yang berbeda, maka dapatlah disimpulkan
bahwa kedua individu tersebut mempunyai genotipe yang berbeda. Sebaliknya,
meskipun ada dua atau lebih individu yang bergenotipe sama, tetapi berkembang
dalam lingkungan yang berbeda, maka fenotipe mereka kemungkinan besar tidak
akan sama (Pane, 1986 dalam Ferdy).
Perbedaan genotipe dapat berupa perbedaan antarbangsa (rumpun), galur,
kelompok-kelompok keturunan pejantan-pejantan (Sudono, 1981). Interaksi
genotipe dan lingkungan akan sangat penting peranannya bila organisme yang
dipelihara dalam dua lingkungan yang berbeda serta dilakukan seleksi pada masing-
masing lingkungan tersebut, dengan mengetahui adanya interaksi genotipe dan
lingkungan, maka hal ini dapat menentukan lingkungan yang mana hewan hasil
seleksi tersebut harus dipelihara (Sudono, 1981).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam maklah ini ada dua yang dapat di simpulkan yaitu sebagai berikut :
a. Fenotipe
Fenotipe adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis,
dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan
lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat
dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah
sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam
tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan
terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa
kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula
darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat
berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada
elektroforesis.
b. Genotype
Genotipe adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari
suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada
keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh
kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah
orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan demi kelengkapan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sianipar, P. 2010. Biologi Umum. Pustaka Book Publisher, Yogyakarta.

Campbell, et all. 2003. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Crowder L.V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Elrod, S. Dan Stansfield W. 2007. Genetika Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.

Goodenough, ursula.1988.Genetika.Penerbit.Erlangga: Jakarta


Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta. Nio,Tjan
kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung Syamsuri, I. 2004. Biologi. Erlangga,
Jakarta.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai