Anda di halaman 1dari 52

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Lokasi Geografis

Kegiatan praktik kerja dilaksanakan di PT. Satwa Utama Raya unit 2 Gempol yang

terletak di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Wilayah

Kabupaten Pasuruan terletak antara 112 0 33 55- 113 30 37 Bujur Timur dan 70 32

34- 80 30 20 Lintang Selatan. Wilayah Kecamatan Gempol sangat strategis untuk

pengembangan pembangunan karena berada di dua titik persimpangan jalur Infrastruktur

jalan Tol Gempol Surabaya-Gempol Pandaan dan Gempol Pasuruan. Akibat dari luapan

lumpur Lapindo sehingga dilakukan relokasi jalan Tol dan arteri Gempol-Surabaya yang

berada ditengah wilayah perkotaan Kecamatan Gempol dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Timur : Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan

Sebelah Selatan : Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan

Sebelah Barat : Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Denah Farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol tertera pada Gambar 1 sebagai

berikut :

Gambar 1. Denah farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol


2

Secara topografi, wilayah Farm termasuk dalam daerah dataran sedang dengan

tinggi 1200 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki temperatur harian antara

25-30o C dengan kelembaban udara mencapai 84%. Lokasi perusahaan berjarak kurang

lebih 500 m dari pemukiman penduduk. Farm terletak diantara perusahaan lain yang

dibatasi oleh pagar tembok dilapisi ram kawat setinggi 2 m.

PT. Satwa Utama Raya terdiri atas 11 kandang closed house, pos keamanan,

shower karyawan, shower kendaraan, tempat parkir kendaraan, gudang pakan, gudang

serutan kayu, gudang material, gudang obat, ruang sanitasi, ruang washer dan kantor.

Ada beberapa bangunan penunjang di lingkungan perusahaan berupa mess Manager,

mess Supervisor, mess tamu, mushola dan kantin. Layout farm PT. Satwa Utama Raya

unit 2 Gempol tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Layout Kandang


3

1.2 Sejarah Perusahaan

PT. Satwa Utama Raya merupakan perusahaaan peternakan yang bermitra dengan

PT. Charoend Phokpand Jaya Farm. PT. Charoen Phokpand Jaya Farm merupakan salah

satu perusahaan peternakan dengan komoditas unggas yang terbesar di Indonesia dan

setiap tahunnya melakukan ekspansi perusahaan dengan mendirikan farm baru dan anak

cabang di berbagai wilayah. PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol berdiri pada tahun

1987 oleh Chair Ek Chor dan Chia Siow Whooy. Di Kabupaten Pasuruan pada tahun 1987

dibangun pula satu perusahaan untuk mengembangkan perusahaan dan bergerak dibidang

pembibitan ayam (breeding) parent stock layer guna memenuhi tingginya permintaan

bibit ayam layer khususnya di wilayah pulau Jawa.

Tempat pelaksanaan praktik kerja yaitu di PT Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol

Pasuruan yang berada di Kabupaten Pasuruan berdiri pada tahun 1987. Perusahaan ini

awal mulanya berfokus pada pemeliharaan ayam bibit periode growing, namun pada

tahun 2015 memulai pada periode laying. PT Satwa Utama Raya unit 2 memiliki 11

kandang close house yang berkapasitas 12.000 ekor setiap kandangnya. Karyawan

terdiri atas 1 manajer, 2 supervisor, 1 PGA, 1 korlap, 1 statistik dan sisanya sebagai

caretaker (pekerja kandang), driver, technician, mechanic, security ,dan washer. Fasilitas

yang disediakan berupa mess staff dan karyawan, pos satpam, parkir kendaraan, kantin,

gudang pakan, gudang limbah, kantor utama (central office) dan musola.

1.3 Bidang Usaha yang Dijalankan

PT Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol bergerak di bidang pembibitan (breeding)

induk petelur atau Parent stock Layer. Parent stock Layer menghasilkan Final Stok layer.

Strain ayam yang dipelihara di Unit 2 Gempol adalah Isa Brown dan Hy Line mulai umur

16 minggu hingga afkir. Pemeliharaan ayam di unit 2 Gempol menggunakan kandang

sistem tertutup atau Close House tipe single. Jumlah kandang yang ada di unit 2 Gempol
4

ada 11 kandang. PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol menghasilkan produk telur yang

akan ditetaskan menjadi Day Old Chick (DOC) ayam petelur oleh PT Charoen Phokpand

unit 1 Gempol.

1.3.1 Keadaan Ayam

Ayam bibit induk petelur (Parent Stock Layer) yang dipelihara di PT. Satwa

Utama Raya unit 2 Gempol merupakan strain Isa Brown dan Hy Line . Ayam bibit induk

petelur strain Isa Brown merupakan salah satu jenis strain unggul yang memiliki

produktivitas tinggi baik telur maupun daging. Menurut Ardiyansyah dkk (2012) strain

Isa Brown adalah strain ayam bibit petelur yang memiliki kelebihan antara lain

produktivitas yang tinggi baik telur maupun daging, konversi ransum rendah, kekebalan

dan daya hidup tinggi serta pertumbuhan yang baik. Menurut Sahlan (2013) ayam bibit

petelur Isa Brown merupakan jenis ayam hibrida unggulan hasil persilangan dari ayam

jenis Rhode Island Red dan White Leghorns. Selain itu, ayam bibit strain Isa Brown

memiliki ciri khas warna bulu dan telur yang berwarna coklat.

Jumlah populasi ayam yang ada di kandang 1 adalah sebanyak 11.047 ekor ayam

betina dan 1.120 ekor ayam jantan. Rasio antara jantan dan betina yang diterapkan di PT.

Satwa Utama Raya unit 2 Gempol adalah 1: 9,86. Bibit ayam yang dipelihara di PT Satwa

Utama Raya mulai dipelihara pada umur 16 minggu sampai afkir. Ayam bibit (parent

stock) yang dipelihara oleh PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol setiap kandangnya

memiliki umur yang berbeda. Perbedaan umur setiap kandang berjarak 1 minggu.
5

II. METODE

2.1 Materi

Materi yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja di perusahaan Ayam

Bibit Induk (Parent Stock) PT. Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol adalah:

a. Ayam bibit induk petelur strain Isa Brown periode growing umur 16-19 minggu

dengan jumlah sebanyak 11.047 ekor ayam betina dan 1.120 ekor jantan per

kandangnya,

b. 11 kandang tertutup (close house) dengan ukuran 120 x 20 m, dengan alas

kandang berupa kombinasi slat dan litter, dengan slat dari plastik dan litter dari

serutan kayu.

c. Pakan yang dipergunakan dalam pemeliharaan yaitu berupa pakan jadi dengan

kode 532HG dan 532H87G.

d. Vaksin ND dan IB serta peralatan untuk vaksinasi

e. Desinfektan untuk biosecurity dan sanitasi peralatan

f. Fasilitas penunjang lainnya seperti truk pengangkut pakan, gudang pakan,

vitamin, dan obat-obatan.

2.2 Prosedur Kerja

Praktik kerja dilakukan dengan mengikuti kegiatan sesuai dengan standar

operasional prosedur yang diterapkan di PT. Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol. Kegiatan

yang dilaksanakan pada saat praktik kerja meliputi:

2.2.1 Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin yang dilakukan selama pelaksanaan kerja praktik meliputi :

biosecurity, pemberian pakan dan air minum, pembersihan kandang dan recording harian.
6

2.2.2 Kegiatan Insidental

Kegiatan insidental yang dilakukan meliputi: vaksinasi, seleksi, penimbangan

bobot ayam, pullet in, persiapan kandang, kontrol hama, pengambilan sampel bakteri dan

pengambilan sampel darah.

2.2.3 Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang yang dilakukan adalah diskusi dengan manajer dan

supervisor serta caretaker.

2.2.4 Pengambilan Data

2.2.4.1 Pengambilan data primer

Data primer yang diperoleh melalui pengukuran, pengamatan langsung serta

wawancara dan diskusi dengan manager, supervisor dan caretaker kandang.

2.2.4.1 Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari recording harian dari bagian statistik perusahaan.

2.3 Waktu dan Tempat

Praktik kerja dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2016 sampai 7 Februari 2017 di

PT. Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol, Desa Winong, Kecamatan Gempol, Kabupaten

Pasuruan, Jawa Timur.


7

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Perkandangan

3.1.1 Sistem Perkandangan

Manajemen perkandangan merupakan salah satu kegiatan rutin praktik kerja.

Kandang yang dipakai dalam pemeliharaan parent stock di farm PT Satwa Utama Raya

unit 2 Gempol adalah kandang tertutup atau closed house dengan model single (Gambar

3). Kandang single clouse house memiliki komponen kandang terdiri atas dua buah inlet

di sebelah kanan dan kiri kandang, tirai, lampu, blower, dua tendon air kandang, temptron,

egg collector, sangkar, tempat bertengger, slat, litter, through, feeder mechine, nipple dan

hanging feeder.

Kandang tipe closed house merupakan kandang dengan dinding tertutup dan

terbuat dari bahan-bahan permanen dengan sentuhan teknologi tinggi. Kandang close

house menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk menarik atau menyedot

oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, dan menggunakan alat cooling pad system

(Priyo, 2009). Tujuan pemasangan exhaust fan adalah untuk vakum udara yang dikenal

dengan tunnel system. Kipas dipasang di kedua ujung kandang, satu ujung kipas berfungsi

mendorong angin masuk (inlet) dan ujung lain menarik angin dalam kandang dan

mendorong keluar (outlet). Kandang tipe close house ini merupakan kandang yang

nyaman, bermutu baik untuk ternak unggas.

Menurut Dahlan (2011), kandang sistem tertutup atau close house merupakan

sistem kandang yang harus sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air,

gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang, tetapi disisi

lain dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Berdasarkan ini, kandang
8

dengan model sistem tertutup ini diyakini mampu meminimalkan pengaruh pengaruh

buruk lingkungan dengan mengedepankan produktivitas yang dimiliki ayam.

Farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol memiliki 11 kandang yang terbagi

menjadi dua flok. Flok selatan terdiri atas empat kandang dan flok utara terdiri atas tujuh

kandang. Kandang 1 memiliki ukuran panjang 120 meter dan lebar 12 meter dan jarak

antar kandang 12-15 meter. Menurut Dirjen Peternakan dalam Utomo (2012), jarak antar

kandang minimal sesuai dengan lebar kandang, semakin jauh jarak antar kandang

semakin baik karena dapat mengurangi penyebaran penyakit antar kandang.

Arah kandang membujur dari arah timur ke barat, sehingga memungkinkan sinar

matahari masuk ke dalam kandang. Leeson dan Summers (2009) menyatakan bahwa

kandang breeder sebaiknya menghadap timur-barat untuk mengurangi efek dari radiasi

matahari, mengurangi panas dan mengurangi masuknya cahaya matahari langsung yang

mengenai ayam dan litter. Arah kandang juga sebaiknya disesuaikan dengan arah angin

agar dapat ditekan seminimal mungkin (Frahman,2012). Kandang 1 dapat diliat pada

Gambar 3.

a. Kandang tampak depan b. Kandang tampak samping


Gambar 3. Kandang tampak samping dan depan
9

3.1.1.1 Tipe Lantai

Farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol menggunakan sistem lantai kombinasi

antara slat dan litter. Slat yang digunakan disetiap kandang adalah slat plastik dan litter

berupa serutan kayu. Perbandingan slat dan litter yang diterapkan adalah 2/3 bagian slat

dan 1/3 bagian litter. Tinggi lantai kandang 1 antara litter sampai slat adalah 20 cm,

dengan kedalaman litter sebesar 10 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna, dkk

(2008) bahwa lantai kandang untuk ayam pembibit biasanya menggunakan sistem litter

atau slat dan litter. Pemilihan alas kandang tersebut bertujuan untuk memberikan

kenyamanan bagi ayam.

Bahan litter yang dipakai dapat dipilih dari berbagai macam bahan litter misalnya

sekam padi, jerami padi dan serutan kayu. Penggunaan jenis bahan litter dapat

memengaruhi suhu dan kelembaban di dalam kandang, litter yang basah dan suasana

lembab di dalam kandang mengakibatkan tingginya kadar amonia dalam kandang, dan

juga merupakan media tumbuhnya bibit penyakit (Rasyaf, 2007). Syarat sebagai litter

yang baik diantaranya mampu kontinyu keberadaanya. Penggunaan litter setidaknya

memberikan manfaat yaitu membatasi kontak langsung kaki layer dengan tanah yang

suhunya relatif dingin, membantu penyerapan air dari feses maupun tumpahan air minum

sehingga lantai kandang tidak lembab dan pada saat brooding dan membantu menjaga

panas dari brooder.

Menurut Anwar (2014) litter sekam padi, serutan kayu dan jerami diduga dapat

menyerap amoniak yang mengakibatkan tidak berbeda nyata terhadap respon fisiologis

frekuensi nafas. Jenis bahan litter ini mempunyai kelebihan yaitu mudah menyerap air

sehingga dapat meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang diakibatkan karena lantai

yang basah dan lembab (Rasyaf, 2004). Namun, penggunaan bahan litter serutan kayu

dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada karena serutan kayu berpartikel besar
10

dan sedikit kasar. Pada persiapan kandang litter ditabur belerang yang berfungsi untuk

mengurangi perkembangan kutu pada tubuh ayam. Gambar lantai kandang slat dan litter

tersaji pada Gambar 4.

a. Lantai kandang bagian litter b. Lantai kandang bagian slat

Gambar 4. Lantai kandang

Kepadatan kandang 1 farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol adalah 7,42

ekor/m2. Kepadatan kandang 1 termasuk sesuai dengan standar kepadatan kandang untuk

ayam bibit petelur periode growing yaitu 12-14 ekor/m2. Kepadatan kandang dihitung

dengan cara membagi jumlah ayam dengan luas kandang yaitu 1.440 m2. Jumlah ayam

di kandang 1 adalah 12.167 ekor. Menurut Fadilah dan Fatkhuroji (2013), standar

kepadatan ayam petelur grower ideal adalah 15 kg/m2 atau setara dengan 6-8 ekor/m2

ayam pedaging dan 12-14 ekor/m2 ayam petelur grower (pullet). Hal ini berbeda dengan

Astuti (2009) bahwa, kepadatan kandang ayam petelur fase grower adalah 6-8 ekor/m2.

3.1.1.2 Tipe Atap Kandang

Atap kandang yang digunakan di farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol

adalah tipe gable roof. Menurut Hartono dalam Frahman (2012), sistem gable roof

dianjurkan untuk pemeliharaan ternak ayam terutama untuk daerah yang keadaan

geografisnya mengalami pergantian musim, hal ini sangat cocok untuk daerah subtropis.

Material atap kandang terbuat dari seng dan dilapisi dengan lapisan platfoam. Lapisan

platfoam ini digunakan untuk menahan panas dari luar agar tidak masuk ke dalam

kandang sehingga temperatur kandang tetap stabil. Menurut Sudaryani dalam Frahman
11

(2012), atap kandang dapat dibuat dari bahan genting atau seng yang pada bagian atasnya

diberi rumbai atau jaring hitam guna menahan sinar matahari. Bila memungkinkan bahan

tersedia, lebih baik atap ini terbuat dari seng yang dilapisi foam. Prianto (2010)

menyatakan bahwa atap yang digunakan untuk kandang menggunakan atap dengan

lapisan seng berlapis guna memantulkan cahaya matahari.

3.1.1.3 Tipe Sangkar

Kandang breeding di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol juga dilengkapi

dengan sangkar bertelur otomatis yaitu sangkar tersebut memudahkan pengambilan telur

yang menggunakan mesin conveyor. Selanjutnya telur ditampung dipenampungan (egg

collector). Jumlah sangkar bertelur di kandang 1 farm PT Satwa Utama Raya unit 2

Gempol sebanyak 74 unit. Jumlah sangkar pada setiap pen berbeda-beda disesuaikan

dengan jumlah populasi ayam betina dan panjang masing-masing pen. Satu unit sangkar

bertelur terdiri atas dua sisi dengan total lubang (hole) sangkar bertelur sebanyak 20 buah

dengan ukuran masing-masing hole yaitu panjang: 35 cm, lebar: 25 cm, dan kedalaman

30 cm. Populasi ayam betina di kandang 1 berjumlah 11.047 ekor betina, sehingga jumlah

hole yang ada yaitu 1480 buah, sehingga setiap satu hole sangkar dapat digunakan untuk

8 ekor betina.

Penerapan penggunaan sangkar di farm PT Satwa Utama Raya unit 2 gempol

kurang sesuai dengan pernyataan Leeson dan Summers (2009) yang menyatakan bahwa

kepadatan satu hole nest maksimal digunakan untuk 5 ekor betina. Tiap dasar hole nest

diberi alas sangkar berbahan karet dan sebelum dipasang dalam sangkar telah disuci

hamakan mengunakan desinfektan saat persiapan kandang. Sangkar bertelur di kandang

1 farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol dapat dilihat di Gambar 5.


12

a. Hole nest b. Tata letak sarang bertelur

Gambar 5. a. Hole nest dan b. Tata letak sarang bertelur

3.1. 2 Sistem Ventilasi

Berdasarkan sistem ventilasinya, kandang close house PT Satwa Utama Raya unit

2 Gempol dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian inlet dan outlet. Bagian Inlet

merupakan ruang masuknya udara dari luar kandang, dan outlet merupakan sistem

penghisapan udara keluar kandang oleh blower. Selain itu inlet berfungsi untuk mengatur

kecepatan angin yang masuk ke dalam kandang dan mengalirkan udara dingin di dalam

cooling pad.

Bagian inlet kandang PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol dilengkapi dengan

ruang pendingin (cooling pad) yang terbagi atas bagian kanan dan kiri disetiap kandang

dengan panjang cooling pad 16,20 m (Gambar 6). Bagian-bagian dari cooling pad antara

lain cell pad yang berukuran panjang 100 cm; lebar 30 cm; ketebalan 15 cm. Selain cell

pad, juga terdapat tirai yang berfungsi untuk mengatur kecepatan angin yang masuk ke

dalam kandang. Menurut Mugiono (2001), cooling pad berfungsi sebagai sumber udara

dingin dan segar. Mugiono (2001) juga menyebutkan bahwa cooling pad terdiri atas cell

pad yang berukuran panjang 150 cm; lebar 75 cm dan ketebalan 15 cm.
13

a. Cooling pad bagian kiri b. Cooling pad bagian kanan

Gambar 6. Cooling pad

Cooling pad dilengkapi dengan pipa air yang berfungsi mengaliri cell pad dengan

air sehingga udara yang dialirkan ke dalam akan lebih dingin serta kelembabannya juga

terjaga. Pengaturan hidup dan mati air yang mengaliri cell pad diatur oleh themptron.

Pengaturan hidup aliran air di cooling pad yang dipakai pada setiap kandang PT Satwa

Utama Raya unit 2 Gempol didasarkan apabila suhu dalam kandang mencapai suhu 29,5o

C. Jika suhu turun di bawah 29,5o maka otomatis aliran air ke cell pad akan mati. Durasi

cell pad dialiri oleh air sekitar 10 menit, apabila lebih dari 10 menit suhu kandang tidak

turun maka tirai kandang turun secara otomatis. Pengaturan waktu nyala aliran air ke cell

pad ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi kandang agar temperatur dan kelembaban

di dalam kandang dapat sesuai dengan kebutuhan ayam. Kecepatan angin di dalam

kandang 1 dengan panjang 120 yang diukur dengan menggunakan selter yaitu 750 feet

dan minimal adalah 450 feet.

a. Blower b. Themptron

Gambar 7. a. Blower dan b. Themptron


14

Udara yang masuk melalui cooling pad akan dihisap keluar oleh blower yang ada

di bagian belakang kandang sehingga udara akan terus berganti dan udara yang ada di

dalam kandang merupakan udara yang bersih. Blower berperan sebagai outlet. Blower

yang digunakan kandang 1 PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol berjumlah 9 buah

berdiameter 1.5 pk dengan kecepatan putar 1200 feet/menit. Blower kandang 1 terdiri

atas empat blower direct atau blower otomatis menyala, dan lima blower indirect yang

akan menyala sesuai dengan pengaturan suhu setiap blower indirect. blower indirect

berturut-turut akan menyala pada suhu 22o C, 27,5o C, dan 28,5o C. Pengaturan blower

indirect ini menggunakan themptron (Gambar 7).

3.1.3 Sistem Pencahayaan

Cahaya merupakan komponen yang penting saat proses peneluran. Menurut

Sulistyoningsih (2009), pencahayaan memungkinkan unggas untuk menetapkan

keserasian dan mensinkronkan / menyamakan banyak fungsi esensial, termasuk

temperatur tubuh dan berbagai langkah metabolis yang mempermudah kegiatan makan

dan pencernaan. Pencahayaan juga menstimulasi pola sekresi beberapa hormon yang

mengontrol sebagian besar pertumbuhan, kematangan / kedewasaan dan reproduksi.

Pengaturan intensitas cahaya di dalam kandang dan lama penyinaran

mempengaruhi produktivitas ayam. Menurut Manser dalam Olanrewaju (2006)

pencahayaan adalah parameter penting dari produksi unggas. Pencahayaan merupakan

faktor eksogen yang kuat dalam mengontrol banyak proses fisiologis dan perilaku.

Pencahayaan merupakan faktor yang paling kritis dari semua faktor lingkungan bagi

unggas. Pencahayaan merupakan keterpaduan dengan penglihatan, termasuk ketajaman

visual dan pembedaan warna. Untuk meningkatkan rangsangan cahaya pada growing atau

saat awal masa laying dilakukan prosedur peningkatan pencahayaan kandang.


15

Peningkatan sistem pencahayaan kandang (Increasing lighting) terdapat 2 tahap

yaitu penambahan intensitas cahaya dan peningkatan lama pencahayaan. Peningkatan

pencahayaan kandang dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat pematangan organ

reproduksi dan memacu produktivitas telur. Leeson dan Summers (2009) menyatakan

bahwa peningkatan cahaya setidaknya harus mencapai lebih dari 10 kali dari intesitas

cahaya saat periode gelap, sehingga dapat memacu sistem reproduksinya. Kandang 1 PT

Satwa Utama Raya unit 2 Gempol mengatur intensitas cahaya 5-10 lux, intensitas ini

didasarkan pada umur ayam.

Penambahan intensitas cahaya dalam kandang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

penggantian lampu dan pelepasaan tirai hitam pada samping kandang. Penambahan

intensitas cahaya yang dilaksanakan di kandang 1 yaitu pergantian lampu. Penggantian

lampu dilakukan dari lampu 5 watt menjadi lampu 8 watt. Jumlah lampu yang digunakan

di dalam kandang 1 berjumlah 31 lampu. Pengantian lampu ini dilakukan berdasarkan

umur ayam. Program pencahayaan yang dilaksanakan PT Satwa Utama Raya unit 2

Gempol dilakukan mulai ayam umur 85 hari.

Program pencahayaan di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol selain penambahan

intensitas cahaya, program increasing lighting juga berupa penambahan waktu

pencahayaan. Pada masa growing waktu pencahayaan diatur selama 12 jam yaitu dari

pukul 05.00 WIB-17.00 WIB. Menurut Sulistyoningsih (2009), lingkup cahaya yang

berpengaruh terhadap fisiologis unggas ada empat macam, yaitu photoperiod, intensitas,

warna dan sumber cahaya. Photoperiod adalah lama waktu terang dari pencahayaan

alami, untuk aktifasi hormon yang ideal 11 12 jam. Intensitas adalah kekuatan cahaya

yang diberikan pada unggas, umumnya berkisar 5 20 lux.


16

3.1.4 Persiapan Kandang

Persiapan kandang merupakan salah satu kegiatan incidental saat praktik kerja di

PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol. Persiapan kandang yang dilakukan sebelum

kegiatan pullet in berguna untuk membuat kondisi kandang yang bersih dari bakteri dan

hama. Selain itu persiapan kandang juga berfungsi untuk mempersiapkan kandang,

lingkungan, peralatan dll yang sesuai dengan kebutuhan ayam sendiri. Menurut Hadi

(2002), pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh dilakukan diantara setiap

kelompok umur remaja sangat dianjurkan. Kandang petelur dan peralatan harus

dibersihkan secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap

flok dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian kandang

secara parsial hanya dilakukan pada kandang petelur dan peralatannya setelah flok

dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang baru. Menurut Hadi (2002) cara-cara

yang dianjurkan dalam pencucian kandang petelur secara menyeluruh adalah sebagai

berikut:

a. Pengeluar litter dari kandang sejauh paling tidak 100 yard. Pengeluaran liter diusahakan

tidak berceceran, tidak terkena air, tidak mencemari jalan atau pintu masuk kandang, dan

tertutup rapat.

b. Pembersihan kandang sampai dasar lantai kandang, termasuk seluruh rangkaian kabel

listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lampu dibersihkan dan diganti apabila lampu

rusak.

c. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan lainnya,

setelah dibersihkan dan didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan

larut dalam air seperti senyawa fenol. Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum

200 psi (pounds per square inch) agar penetrasi bahan kimia berlangsung baik.
17

Penyemprotan dilakukan dengan hati-hati tanpa mengenai bagian dalam motor listrik,

Ketika kering, korden digulung sehingga udara mengalir dengan sempurna.

d. Apabila terdapat kerusakan kandang dilakukan perbaikan. Setelah perbaikan, maka

persiapan datangnya flok baru bisa dilakukan. Masa kosong kandang sekitar dua minggu

(minimal 14 hari).

e. Bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang dan baskom dekontaminasi

untuk mencuci kandang pada peternakan harus tersedia.

Serangkaian persiapan kandang yang dilakukan setiap kandang PT Satwa Utama

Raya unit 2 Gempol terdiri atas afkir ayam, pemotongan rantai pakan, pengeluaran

sangkar manual, collect bangkai tikus, cuci kandang, bersih lingkungan kandang, semprot

desinfektan, pemasangan slat, penyemprotan formalin, setting autones (pengaturan dan

pengecekan peralatan otomatis kandang), pemasukan litter dan pullet in. Pemotongan

rantai pakan ini bertujuan untuk puasa tikus. Pemasukan litter dilakukan secara bertahap

dengan diikuti penaburan belerang.

3.1.5 Pullet In

Ayam yang dipelihara adalah ayam periode growing yaitu umur 16 minggu. Proses

pullet in dilakukan pada saat jam kerja. Sebelum truk yang membawa ayam datang

dilakukan persiapan kandang terlebih dahulu antara lain pemasang tirai yang berwarna

gelap sebagai atap di depan pintu kandang. Hal ini bertujuan agar pada saat dipindahkan

tidak langsung terkena sinar matahari. Selain itu, meletakan meja di depan pintu kandang

bertujuannya untuk mempermudah saat memindahkan ayam yang berada di truk ke dalam

kandang. Proses pullet in berlangsung cepat dan mempermudah proses pemindahan ayam

dari truk kedalam kandang. Proses pullet in memiliki pembagian letak ayam bibit jantan

dan betina yang berbeda dalam satu kandang. Pada kandang 1, ayam bibit jantan
18

diletakkan pada pen pertama dan untuk pen kedua sampai lima merupakan lokasi untuk

bibit ayam betina.

Gambar 8. Proses pullet in

3.2 Manajemen Pakan dan Air Minum

Manajemen pakan dan air minum merupakan salah satu kegiatan rutin praktik

kerja. Pakan yang digunakan untuk pemeliharaan ayam bibit (parent stock) di PT Satwa

Utama Raya merupakan pakan jadi dengan bentuk crumble dengan kode 532HG dan

532H87G yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphand Group. Pakan disimpan dalam

gudang pakan yang terpisah dengan area kandang. Setiap satu minggu sekali pakan

didistribusikan ke setiap kandang dngan menggunakan truk.

Pakan merupakan materi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ternak.

Pakan digunakan untuk memenuhi hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi.

Selain itu, pakan yang diberikan pada ternak harus seimbang baik dari segi nutrient pakan,

jumlah maupun kualitasnya. Pemberian pakan untuk ayam periode growing di farm PT.

Satwa Utama Raya unit 2 Gempol diberikan sebanyak dua kali dalam sehari. Waktu

pemberian pakan yaitu pukul 10.00 WIB dan pukul 14.30 WIB. Hal tersebut bertujuan

untuk mengoptimalkan produksi panas yang dihasilkan setelah makan. Menurut Leeson
19

dan Summers (2009), menyatakan bahwa puncak produksi panas tubuh pada ayam terjadi

saat 3-4 jam setelah makan.

Pemberian pakan di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol dilakukan dengan

menggunakan mesin semi otomatis yang disebut Hopper (box pakan) dan Feeder Trough.

Pendistribusian pakan yang dilakukan oleh PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol dimulai

dengan pengambilan pakan dalam gudang pakan. Pakan yang berasal dari gudang pakan

akan disimpan dalam ruangan kosong pada setiap kandang untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi pakan ternak selama satu minggu. Pakan yang tersimpan dalam setiap kandang

secara bertahap akan dimasukan dalam hopper (box pakan) yang berjumlah 2 buah pada

setiap kandang. Hopper berukuran 118 x 68 x 83 cm memiliki kapasitas 600 kg pakan

untuk setiap unit. Pakan yang terdapat dalam hopper selanjutnya akan didistribusi pada

ternak melalui pemutaran feeder through.

Feeder Trough merupakan saluran pakan memanjang yang berisi rantai untuk

memutar pakan sehingga pakan dapat didistribusikan secara merata. Feeder trough

memiliki ukuran lebar 10 cm dan kedalaman serta tinggi 9 cm. Feeder trough di PT Satwa

Utama Raya unit 2 gempol diputar dengan durasi 10 menit setiap waktu pemberian pakan

berjalan. Feeder trough untuk setiap kandang di PT Satwa Utama Raya 2 terpasang dua

line melingkar. Pada manajemen pakan dengan feeder trough terdapat pula perhitungan

feeder space. Feeder space adalah ruang kosong agar ayam dapat mengkonsumsi pakan.

Ruang ini dapat dihitung dengan cara membagi panjang feeder trough dengan jumlah

ayam. Feeder space yang terdapat dikandang 1 PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol

sebesar 8-10cm/ekor. Menurut Murni (2009), tempat pakan manual bundar standard

feeder space 2 cm/ekor. Standart kebutuhan feeder space untuk Negara tropis seperti

Indonesia adalah untuk tempat pakan manual memanjang 5cm/ekor.


20

Sistem pendistribusian pakan berperan penting agar ayam memperoleh pembagian

pakan yang cukup. Menurut Fadillah (2005), keuntungan menggunakan tempat pakan

otomatis antara lain : pakan yang terbuang ataupun tumpahdapat ditekan seminimal

mungkin, pakan terdistribusi secara merata, setiap ayam mendapatkan pakan dengan

kesempatan yang sama, tidak memerlukan tenaga kerja yang besar dan waktu pemberian

diatur sehingga sesuai dengan kebutuhan ayam. Pemberian pakan di PT Satwa Utama

Raya Unit 2 Gempol menggunakan pola perhitungan point feed. Point feed merupakan

jumlah keperluan ransum didasarkan pada tuntutan kebutuhan per ekor ayam per hari (gr).

Di kandang 1 memiliki point feed 6 memiliki arti setiap ekor ayam memiliki standard

pemenuhan pakan sebanyak 60 gram/ekor untuk berproduksi secara optimal dan sesuai

standard breeder. Pemberian pakan yang mengacu pada point feed bagi ayam jantan dan

betina berbeda. Pemberian pakan untuk ayam betina sebanyak 11.027 ekor adalah 600 kg,

sedangkan untuk ayam jantan dilakukan pemberian pakan yang lebih banyak yaitu 100

kg untuk 1.120 ekor. Perhitungan jumlah pakan yang dikonsumsi ayam betina dan jantan

terdapat pada Table 1.

Tabel 1. Program Pemberian Pakan berdasarkan Point Feed Jumlah Ayam

Betina Jantan
Minggu
Populasi Point Pemberian Populasi Point Pemberian
(ekor) feed (kg) (ekor) feed (kg)
16 11.047 6 662,82 1120 6 67,20
17 11.047 7 773,29 1120 7 78,40
18 11.047 - - 1120 8 89,60
19 11.047 6 662,82 1120 9 100,80
20 11.047 7 773,29 1120 10 112,00
21 11.047 8 883,79 1120 11 123,20
22 11.047 9 994,23 1120 12 134,40
21

Manajemen pakan yang dilakukan di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol pada

ayam bibit petelur yang berumur 18 minggu dilakukan pemuasaan (program

pemberhentian pemberian pakan) pada ayam betina. Pemuasaan yang dilakukan pada

betina memiliki tujuan untuk pematangan organ reproduksi dan menjaga bobot badan

induk, program pemuasaan ini dilakukan selama satu minggu.

a. Box Pakan b. Feeder Trough


Gambar 9. Peralatan pakan

3.2.1 Jenis Pakan

Pakan yang digunakan di PT Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol merupakan pakan

jadi yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphand dengan kode 532HG dan 532H87G

dalam bentuk crumble. Menurut Jahan et al (2006), ransum dalam bentuk crumble

menghasilkan produksi lebih baik serta lebih efisien daripada ransum bentuk mash dan

pellet. Pemilihan pakan dalam bentuk crumble memiliki tujuan untuk mengurangi pakan

yang tercecer dan meningkatkan konsumsi pakan. Pakan untuk ayam bibit petelur (layer)

pada periode growing memiliki kandungan kadar protein 17%.

Kode pakan 532HG diberikan saat ayam berumur 16 minggu sampai 25 minggu

atau dengan kata lain pakan ini diberikan untuk ayam pada periode growing. Pakan kode

532H87G merupakan pakan yang telah diberi tambahan antivirus Microflora

gallisepticum (MG). Pakan yang mengandung antivirus Microflora gallisepticum (MG)

ini merupakan pakan yang memiliki fungsi sebagai pakan untuk mencegah atau

mengurangi terjadinya penyakit Chronic Respiratory Diasease (CRD). Pakan 532H87G

diberikan selama satu minggu. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2008 dalam
22

Ketaren (2010) menyatakan bahwa National Recearch Council (NRC) untuk ayam ras

petelur sebagai berikut pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Gizi ayam ras petelur

Nutrien Umur (minggu)


0-6 (Sta) 6-12 (Grow) 12-18 (Dev) >18 (Lay)
Kadar air (%) 10 -14 10-14 10 -14 10-14
Protein (%) min 18 16 15 17
Energi (kkalEM/kg) 2850 2850 2900 2900
Lisin (%) 0.85 0.60 0.45 0.52
Metionin (%) 0.30 0.25 0.20 0.22
Ca (%) 0.90 0.80 0.80 2.00
P total (%) 0.60-1.00 0.60-1.00 0.60 0.6-1.00
Sumber : NRC (1984)

3.2.2 Pemberian Grit

Pemberian grit dilakukan pada periode growing. Jumlah pemberian sebanyak 4-5

gram/ekor. Pemberian grit dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu hari senin dan

kamis. Pemberian grit berfungsi untuk perkembangan gizzard serta membantu proses

pencernaan mekanik. Selain itu, grit berfungsi sebagai sumber mineral yang berguna

dalam pembentukan kerabang telur.

Gambar 10. Pemberian Grit

Grit yang digunakan oleh PT Satwa Utama Raya Unit 2 Gempol terdiri atas

butiran batu kapur. Menurut Shirt (2010), grit terbuat dari cangkang kerang maupun

cangkang telur yang membantu pencernaan mekanik di gizzard serta dapat menjadi
23

sumber mineral Ca,Mg dan P. Pemberian grit ini dilakukan dengan memasukan grit pada

hanging feeder.

3.2.3 Pemberian Air Minum

Ketersediaan dan kualitas air minum bagi ternak sangat penting untuk

produktivitass serta pertumbuhan ayam bibit. Pemberian air minum dilakukan secara

terus menerus (adlibitum). Persediaan air minum yang dikonsumsi oleh ternak berasal

dari sumur bor atau air tanah yang dipompa lalu dialirkan dalam bak penyaringan yang

terletak di luar kawasan kandang, kemudian masuk ke dalam tandon bawah (ground tank)

pada Gambar 11. Air selanjutnya dialirkan ke tandon utama yang berkapasitas 18.000

liter. Air kemudian dialirkan kedalam tandon yang terdapat di setiap kandang yang

berkapasitas 1000 liter. Air yang telah ditampung di tandon air akan mengalir ke seluruh

saluran penyalur air minum. Saat telah mencapai area kandang, air akan keluar apabila

ayam menyentuh nipple.

Gambar 11. Ground tank

Air minum yang ditampung dalam toren setiap kandang dicampur dengan clorine

dengan kadar 1-3 ppm. Penambahan clorine bertujuan untuk mencegah tumbuhnya

bakteri patogen. Menurut Hasan (2009), clorine yang ditambahkan pada air minum

berfungsi sebagai desinfektan guna mengurangi mikroorganisme dan logam yang bisa
24

merugikan bagi ayam. Menurut Lesson dan Summer (2005) standart kebutuhan air minum

untuk ayam bibit induk (1/1000 ekor) terdapat di Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Air Minum

Suhu (C)
Umur 20C 32C

0 minggu 150 250


4 minggu 75 140
12 minggu 140 250
18 minggu 180 360
50% produksi 200 380
80% produksi 230 400

Sumber : Lesson dan Summer (2005)

Nipple (Gambar 12) merupakan alat minum otomatis yang digunakan untuk

pemberian air minum pada ayam. Penggunaan nipple memerlukan perawatan yang rutin

dengan cara mengecek nipple secara rutin agar tidak ada yang tersumbat. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Hafiez (2000) bahwa suatu peternakan bila menggunakan

tempat minum otomatis maka perlu dilakukan kegiatan mengecek sistem otomatisnya

secara rutin. Tersumbatnya aliran air mengakibatkan ayam dehidrasi yang dapat

mempengaruhi produksi.

Gambar 12. Nipple


25

3.3 Manajemen Kesehatan

3.3.1 Biosecurity

Biosecurity merupakan salah satu kegiatan rutin pada saat praktik kerja yang

meliputi sanitasi lingkungan, karyawan, barang, dan kendaraaan. Biosecurity merupakan

usaha yang menyangkut isolasi, kebersihan, dan manajemen yang bersama- sama dapat

menurunkan potensi timbulnya penyakit. Program biosecurity dilakukan untuk

menurunkan sumber dan penyebab kontaminasi bagi ternak, sehingga menghasilkan

produk yang sehat, aman, dan terpercaya. Menurut Lubis (2001), biosecurity merupakan

salah satu tindakan yang sangat penting untuk pengendalian dan pencegahan

kemungkinan pemasukan penyebaran penyakit. Biosecurity dilakukan untuk menurunkan

sumber dan penyebab kontaminasi bagi ternak sehingga memungkinkan terjadinya

produk yang sehat aman dan bersih.

Biosecurity dalam tata laksana usaha peternakan pembibitan merupakan hal

penting yang harus dijalankan. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit

dapat bekerja dengan baik tanpa disertai biosecurity. Program biosecurity merupakan

usaha yang menyangkut isolasi, kebersihan, dan manajemen yang bersama-sama dapat

menurunkan potensi timbulnya penyakit. Peternakan pembibitan memerlukan

biosekurity lebih ketat. Lalu lintas kendaraan yang memasuki area peternakan juga

harus dimonitor secara ketat. Biosecurity yang biasa diterapkan dalam suatu peternakan

antara lain pemilihan tata letak kandang, pemilihan lokasi kandang, sanitasi yang

diterapkan dan tata letak bangunan pendukung peternakan (sumber air, gudang pakan,

gudang limbah, kantor dan gudang obat)

3.3.1.1 Sanitasi untuk Karyawan

Kegiatan biosecurity dilterapkan terhadap setiap karyawan dan visitor yang

memasuki area PT. Satwa Utama Raya unit 2 yaitu dengan melewati pintu masuk yang
26

terdapat spray sanitasi. Spray berisikan desinfektan secara otomatis. Hal ini dilakukan

untuk meminimalisir penyebaran bibit penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah

Bestaquam dan Benzalkonium chloride (BKC) 20% dengan perbandingan 1: 1000 air dan

bestaquam dengan dosis 1:40. Bestaquam dan BKC memiliki spektrum luas untuk

membasmi virus, bakteri gram positif dan negatif, jamur dan mikroorganisme patogen

lainnya. Kelebihan desinfeksi ini yaitu tidak beracun, tidak korosif, aman bagi

lingkungan, dan ekonomis. Semua barang yang tidak kedap air dimasukkan pada box

ultraviolet, hal ini bertujuan untuk sterilisasi kuman penyakit. Biosekuriti yang berlaku

di PT. Satwa Utama Raya 2 melewati dua tahap, yaitu :

1. Ring I, yaitu sanitasi bagian depan yang dimulai dari melepas baju rumah, spray

desinfektan, mandi dan keramas di ruang shower, kemudian mengenakan baju jalan.

Setelah itu pengunjung dan karyawan berjalan tanpa alas kaki menuju Ring II,

sanitasi ring 1 tertera pada Gambar 13.

a b c d

Gambar 13. Sanitasi karyawan Ring I: a, b dan c Area shower ring 1; d. Pakaian ring 1

2. Ring II, yaitu melakukan celup kaki (feet dipping), melepas baju jalan, spray

desinfektan, mandi dan keramas, ganti mengenakan baju kandang, memakai masker,

topi kandang dan kerudung untuk wanita, serta sepatu boots, sanitasi karyawan ring 2

tertera pada Gambar 14.


27

a b. c
Gambar 14. Sanitasi karyawan Ring II : a dan b Area shower ring II ; c. Pakaian ring II

Sanitasi saat memasuki kandang juga perlu perhatian yang khusus karena area

kandang merupakan tempat ternak hidup dan melakukan kegiatannya sehingga perlu

dijaga kebersihannya. Sebelum memasukib kandang, sanitasi karyawan yang perlu

dilakukan adalah dipping kaki dikolam yang tersedia serta mengganti sepatu boot

berwarna putih dengan sepatu boot khusus kandang berwarna hijau. Tahap selanjutnya

melakukan spray tangan mengunakan alkohol dan dipping kaki tahap 2 kedalam box yang

berisi Textrol 20 ml, Benzalkonium chloride (BKC) 10 ml dan 5 liter air. Prosedur sanitasi

tersebut dilakukan guna membunuh mikroorganisme patogen dan meminimalisir

penyebaran penyakit. Sanitasi kandang tertera pada Gambar 15.

a. Kolam dipping b. Spray alkohol c. Dipping kandang

Gambar 15. Sanitasi Kandang

3.3.1.2 Sanitasi Barang

Sanitasi barang yaitu sanitasi yang dilakukan pada barang-barang untuk keperluan

saat di area farm. Sanitasi barang dibedakan menjadi dua jenis yaitu barang kandang dan

barang pribadi pegawai seperti handphone dan tas. Sanitasi barang kandang seperti
28

keranjang telur,alas sangkar, slat dan tirai dicelupkan kedalam kolam dipping yang berisi

clorin sedangkan sanitasi barang pribadi dilakukan degan memasukan barang kedalam

box ultraviolet (Gambar 16).

Gambar 16. Box Sinar Ultra Violet

Barang pribadi karyawan yang akan masuk farm harus terlebih dahulu melalui

sanitasi menggunakan sinar Ultra violet (UV). PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol

menggunakan sinar ultra violet dengan satu bola neon yang merupakan sumber dari sinar

ultra violet. Secara fisik yang membedakan sinar UV dengan sinar infra merah hanya

terdapat pada warnanya. Sanitasi ini digunakan untuk mengeliminasi agen pathogen dari

luar yang dikhawatirkan akan mencemari farm. Karakteristik sinar UV ini bersifat

menyebar, reaktif, dan diserap oleh obyek. Penggunaan sinar UV menurut Ginting (2014)

memiliki kelebihan antara lain cara penggunaan lebih mudah, efektif membunuh bakteri

yang terjangkau oleh cahaya dan tahan dalam jangka waktu yang lama.

3.3.1.3 Sanitasi Kendaraan

Pelaksaan sanitasi kendaraan yang berlaku di PT Satwa Utama Raya Unit II

melalui dua tahap, yaitu ring I dan ring II. Ring I, yaitu melewati tahapan spray untuk

bagian depan kendaraan, yaitu dilakukan desinfeksi menggunakan campuran air dan

bestaquam dengan alat spray kendaraan serta penyemprotan ban kendaraan untuk

meminimalisir bibit penyakit selama kurang lebih 1 menit. Proses ini wajib dilakukan

oleh seluruh kendaraan yang memasuki area farm. Petugas yang melakukan spray

(penyemprotan) kendaraan yakni security (petugas keamanan). Ring II, yaitu melewati
29

tahapan spray untuk bagian atas kendaraan. Desinfeksi yang digunakan adalah campuran

air dan bestaquam dengan alat spray dan wheels dipping. Campuran untuk wheels

dipping ialah air dan bestaquam. Kendaraan yang diperbolehkan masuk ke area farm,

yaitu truk pembawa ayam, truk pakan ayam dan truk makanan untuk para karyawan.

Sanitasi kendaraan bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke area farm

yang berasal dari kendaraan saat melakukan perjalanan menuju farm. Seluruh kendaraan

tersebut sebelum masuk ke area farm dilakukan desinfeksi. Proses ini wajib dilakukan

oleh seluruh kendaraan yang akan memasuki area farm. Menurut Hadi (2005), lalu lintas

kendaraan yang memasuki area peternakan harus dimonitor secara ketat. Kendaraan yang

memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang terdapat di belakang gerbang.

Kendaraan begitu masuk kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian

mobil bagian bawah dan sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi.

Program biosecurity yang dilakukan oleh PT Satwa Utama Raya unit 2 dilakukan

dengan tujuan memutus hubungan luar dengan dalam untuk menurunkan sumber dari

penyebab kontaminasi penyakit, sehingga memungkinkan kondisi ayam yang sehat dan

aman. Sesuai dengan pendapat Sudarsiman (2000), biosecurity mencakup tiga hal utama,

yaitu sebagai berikut ; (1) meminimalisir keberadaan penyebab penyakit, (2)

meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan (3)

membuat tingkat kontaminasi lingkungan. Sanitasi kendaraan tertera pada Gambar 17.

a. Gerbang ring II b. Gerbang ring I


30

c. Peralatan sanitasi kendaraan e. Bahan sanitasi Kendaraan


Gambar 17. Sanitasi Kendaraan

3.3.1.4 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan dilakukan dengan penyemprotan formalin yang bertujuan

untuk mematikan organisme pathogen. Sanitasi lingkungan berhubungan dengan

peralatan yang digunakan dalam proses penanganan, pengaturan dan pemindahan ayam,

telur ataupun kotoran yang mempunyai kemampuan memindahkan penyakit secara

meekanis dari satu lokasi ke lokasi lain. Pergerakan peralatan pada lingkungan yang

terlibat disuatu peternakan dapat dikontrol dengan cara dicuci dan didesinfektan.

Menurut Widyastari (2015), desinfektan yang biasa digunakan pada umumnya

berasal dari bahan alami dan bahan kimia buatan (sintetis). Semua desinfektan yang

dipakai memiliki syarat dapat mereduksi bakteri dengan cepat dan tidak beracun bagi

manusia. Namun, terkadang desinfektan memiliki kelemahan yaitu menyisakan residu

dan sulit terurai

a. Lingkungan sanitasi b. Peralatan sanitasi lingkungan


aa
Gambar 18. Sanitasi Lingkungan Kandang
31

Bagian luar PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol diberi pagar besi berupa seng.

Bertujuan agar tikus tidak dapat masuk ke dalam kandang. Selain penggunaan seng,

sanitasi juga dilakukan dengan penyemprotan pada lingkungan kandang menggunakan

desinfektan berupa Rambo yaitu pembasmi rerumputan yang terdapat di sekitar kandang

yang dibersihkan 1 minggu sebelum ayam masuk, dengan perbandingan 1:1000 yaitu 1

ml Rambo dicampurkan kedalam 1000 ml air dan kemudian disemprotkan pada

rerumputan sehingga rumput- rumput di area kandang tidak ada dan bersih.

3.3.2 Vaksinasi

Kegiatan vaksinasi pada praktik kerja ialah salah satu kegiatan insidental yang

terprogram. Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh

(kekebalan) terhadap suatu penyakit. Menurut Sudarisman (2006), vaksin memiliki arti

suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan ataupun dimatikan yang memiliki fungsi

untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) sehingga ternak kebal terhadap suatu

penyakit tertentu. Vaksinasi pada ayam dapat dilakukan dengan beberapa metode antara

lain injeksi dibawah kulit (Subcutan/SC), injeksi dibelakang leher dan dibawah otot (intra

muscular/IM), tetes mata (intra okuler/IO), tusuk sayap atau injeksi pada sayap (wing

web) dan tetes hidung (intra nasal). Metode vaksinasi yang dilakukan di PT Satwa Utama

Raya unit 2 Gempol yaitu intra muscular dan subcutan.

Kegiatan vaksinasi di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol merupakan kegiatan

yang telah terprogram dan dijadwalkan dengan teratur sesuai umur ayam (Gambar 19).

Vaksinasi yang dilakukan pada fase produksi adalah vaksinasi ND secara intraocular/

tetes mata pada ayam umur 29 minggu. Pada umur 36 minggu dilakukan vaksinasi tripple

yaitu ND dengan metode intra muskular. Vaksinasi ND+ IB dengan metode intraocular,

dan vaksinasi AI dengan metode subcutan, sedangkan vaksinasi ND dan IB dengan

metode intraocular pada umur 44, 52, 60 dan 68 minggu. Menurut Sudaryani dan Santosa
32

(2000), program vaksinasi yang dilakukan pada ayam bibit meliputi vaksinasi marek, IB,

ND, IBD, Coccidiosis, ILT, Coryza, Fowl Pox, dan EDS.

Satu hari sebelum pelaksanaan vaksinasi pemberian klorin dihentikan, sehingga

air minum hanya mengandung multi vitamin Nopstress. Pemberian Nopstress ini

dilakukan selama tiga hari yaitu sehari sebelum vaksin, saat vaksin dan sehari setelah

vaksin. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stress pada ayam setelah divaksin.

Sisa vaksin dan bahan berbahaya (botol vaksin) akan diambil oleh dinas.

Prihatmal (2000) menyatakan bahwa berdasarkan jenisnya vaksin dapat

dibedakan menjadi:

1. Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan

lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

2. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan

tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan

yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga

sakit

Menurut Hadi (2002), tidak semua vaksin memiliki efektifitas yang sama.

Beberapa vaksin memberikan kekebalan yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah

diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak

terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Virus yang ideal untuk vaksin

adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa

vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin

virus, karena vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan

dengan lebih baik.


33

a. Peralatan vaksinasi b. Proses Vaksinasi


Gambar 19. Kegiatan vaksinasi

3.3.3 Pengambilan Sample Darah dan Bakteri

Kegiatan pengambilan sampel bakteri dan darah ialah salah satu kegiatan

insidental perusahaan yang terprogram dan dilakukan setiap satu bulan sekali.

Pengambilan sample darah dilakukan setiap satu bulan sekali. Pengambilan sample darah

bertujuan untuk mengukur titter antibodi ayam sendiri. Pengambilan sample darah ini

dilakukan dengan cara mengambil darah dibagian sayap (vena brachialis) dengan

menggunakan spuit injeksi sebanyak 10 ml (Gambar 20). Darah yang telah diambil

selanjutnya akan diperiksa di laboratorium pusat. Pemeriksaaan darah ini biasa disebut

dengan tes Hemaglutination Inhibition (HI). Menurut Balqis (2011), implikasi dari

rangsangan respons imun ayam petelur adalah terbentuknya antibodi spesifik di dalam

serum. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen dapat diuji dengan HI test yang

ditandai adanya peningkatan titer antibodi. Pengambilan sample darah ini dilakukan

setiap kandang dengan presentasi ayam betina 20% dan jantan 5%. Pengambilan sample

bakteri dilakukan sebelum pullet in. Pengambilan sample bakteri ini dilakukan dengan

mengambil bakteri pada tirai, jaring slat dan udara yang berada didalam kandang

menggunakan media agar yang telah disiapkan pada tabung reaksi dan cawan petri.
34

a.Alat pengambilan sampel bakteri b. Cawan petri untuk udara

c.Pengambilan sampel di trough d. Sample disimpan pada tabung reaksi

e. Pengambilan sampel di slat f. Pengambilan sampel di tirai

Gambar 20. Pengambilan sample darah dan bakteri

3.3.4 Kontrol Hama

Kontrol hama termasuk kegiatan penunjang saat pelaksanaan praktik kerja. Setiap

daerah terdapat hama yang sangat mengganggu dan sangat sulit untuk dihilangkan namun

dapat dicegah. Pencegahan hama tikus yang diterapkan PT. Satwa Utama Raya unit 2

Gempol ada dua yaitu Rat barier dan racun tikus. Rat barier merupakan pembatas berupa

pagar kecil yang memiliki ketinggian kurang lebih 0,5 meter yang mengelilingi kandang,

yang terbuat dari seng. Pembatas ini dimaksudkan agar tidak ada tikus masuk ke dalam

kandang. Pembasmian hama tikus, khususnya di dalam kandang dilakukan dengan

pemberian racun tikus yaitu Contrac yang mengandung Bromadiolon 0.005% berbentuk

blok berwarna biru untuk yang disebarkan di dalam paralon yang terpasang disetiap pen
35

kandang. Terdapat 20 paralon racun tikus dalam kandang dan penebaran racun tikus

tersebut dilakukan seminggu sekali.

Menurut Hadi (2002), program pengendalian tikus dapat dibuat secara

berkesinambungan, dengan menempatkan kotak pengumpan di pinggir kandang dengan

selang 15-20 meter. Umpan tikus perlu dimonitor dalam jangka waktu tertentu misalnya

setiap 5 hari sekali dengan umpan yang disukai tikus. Program Integrated Pest

Management (manajemen hama terintegrasi) terdiri atas 5 langkah utama, yaitu

(Koswara, 2006) :

1. Identifikasi; mengidentifikasi hama (serangga dan tikus).

2. Monitoring; memonitor populasi hama dan/atau kerusakannya.

3. Keputusan Tindakan (Action Decisions); menggunakan tingkat kerusakan (injury

level) dan tingkat tindakan (action level) untuk memutuskan kapan dilakukan

treatment pengendalian hama.

4. Treatment, penggunaan treatment terhadap hama, termasuk tindakan pencegahannya.

5. Evaluasi; mengevaluasi akibat/ pengaruh treatment.

Hama lain yang terdapat di PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol adalah lalat, dan

kutu. Pembasmian lalat dilakukan dengan penyemprotan Agita yang mengandung bahan

aktif 9,7 w/w tiametoksam. Agita diseemprotkan pada area yang sering dihinggapi lalat

serta kutu dibasmi dengan Cyperkiller.

Gambar 21. Contrac, Agita dan Cyperkiller


36

3.4 Manajemen Breeding

3.4.1 Seleksi

Seleksi termasuk kedalam manajemen breeding dan pada saat kerja praktik

tergolong kegiatan rutin. Breeding farm bertujuan untuk memperoleh produksi telur tetas

dengan kualitas yang baik sehingga menghasilkan DOC yang berkualitas pula. DOC yang

berkualitas dihasilkan dari ayam-ayam yang berkualitas. Seleksi terhadap tetua-tetua

merupakan salah satu kegiatan rutin, sehingga DOC yang dihasilkan benar benar

berkualitas. Seleksi tetua tersebut dilakukan dengan menggolongkan ternak kedalam

beberapa kelompok.

Seleksi dilakukan pada ayam jantan maupun ayam betina. Proses seleksi yaitu

dengan melihat tanda- tanda ayam yang tidak produktif kemudian ayam dikeluarkan dari

kelompoknya. Seleksi dilakukan dengan melihat bobot badan, ciri fisik (jengger, pial,

warna sekitar mata), gejala dan tingkah laku ternak yang terserang penyakit. Ayam yang

dianggap tidak memenuhi kriteria untuk berproduksi akan diambil dan dimasukan dalam

pen khusus. Jika ayam tidak sakit tetapi hanya lemas maka ayam tersebut akan dimasukan

ke dalam small pen. Jika ayam sakit, ada luka yang cukup dalam dan tidak dapat

disembuhkan serta ayam yang mati maka akan di culling dan di bakar. Menurut

Mulyantini (2011), bahwa seleksi jantan yang benar, terhadap kondisi fisiknya seperti

ukuran tubuh atau berat badan, kesehatan, kaki tegap, jari kaki normal, dada, badan, bulu,

kepala dan paruh dalam kondisi normal.

Culling dilakukan untuk mengeluarkan ayam yang tidak memenuhi persyaratan

dari dalam kandang. Ayam tersebut antara lain ayam yang sakit, cacat, dan lemah. Culling

dilakukan secara tidak terjadwal, culling dilakukan saat kegiatan lain berlangsung.

Manfaat culling yaitu menghindari terjadinya penularan penyakit pada ayam lain. Selain

itu, culling dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Ayam yang di culling
37

dimasukan kedalam karung dan kemudian sekitar pukul 14.00 WIB ayam tersebut akan

di bawa ke tempat pembakaran dan kemudian dibakar. Jika ayam culling masih hidup

maka ayam tersebut akan diletakan kedalam kandang kecil yang bertempat di sebelah

tempat pembakaran sampai ayam tersebut benar- benar mati tanpa diberikan makan dan

minum. Setelah ayam tersebut mati maka ayam tersebut dibakar. Jumlah ayam yang di

culling dipengaruhi oleh managemen pemeliharaan dan kesehatan. Apabila managemen

pemeliharaan terutama managemen perkandangan dan pakan yang dilakukan sudah baik

maka kondisi ayam lebih baik dan lebih sehat sehingga jumlah ayam yang di culling dapat

di tekan. Proses culling tertera pada Gambar 22.

a. Small Pen b. Culling

c. Tempat pembakaran d. Tempat culling

Gambar 22. Proses Culling

3.4.2 Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin satu

kali dalam satu pekan. Penimbangan bobot badan dilakukan dengan mengambil sampel

sebanyak 2,5% populasi betina dan 10% populasi jantan. Pada saat praktik kerja jumlah

ayam yang ditimbang berjumlah sebanyak 50 ekor ayam jantan dan ayam betina sebanyak

359 ekor. Tujuan dari penimbangan bobot badan antara lain, untuk menentukan point feed
38

minggu berikutnya, untk mengetahui respon pertumbuhan, dan mengetahui keseragaman

(uniformity) pada tiap pen. Penimbangan bobot badan ayam bibit pada kandang 1

didapatkan rata-rata bobot ayam betina sebesar 1244,96 kg dan rata-rata ayam jantan

sebesar 2158 kg. Uniformity yang didapatkan dari hasil penimbangan bobot badan ayam

bibit PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol untuk ayam jantan sebesar 88 % dan betina

sebesar 83,28 %. Uniformity kandang 1 tersebut diperoleh dari perhitungan sebagai

berikut :

%
Uniformity ayam jantan = 100 %

= 100 %
= 88 %
%
Uniformity ayam betina = x 100 %

= x 100 %
= 83,28 %
Menurut Fadilah dan Fatkhuroji (2013), standard dan nilai keseragaman ayam

bibit yang baik (good uniformity) harus mencapai 80%. Setelah dilakukan penimbangan

bobot badan, apabila rata- rata bobot badan ayam di atas standar bobot yang ditentukan

oleh breeder maka angka peningkatan jumlah pakan dikurangi dari yang seharusnya.

Menurut Nugroho (2013), bobot ayam yang tidak memenuhi standar berakibat pada

produksi telur.

Penimbangan bobot badan bertujuan untuk mengetahui bobot badan sesuai

dengan pertumbuhan dan tingkat keseragaman ayam dalam kandang. Penimbangan bobot

badan dilakukan untuk didapatkan data hasil penimbangan yang kemudian akan

digunakan sebagai dasar penentuan point feed. Adapun metode penimbangan yaitu

dengan menggunakan metode sampling dan pengambilan sampel untuk setiap pen yaitu

30 dengan cara menggunakan jaring dan menjaring ayam secara acak, kemudian
39

menggambil ayam dan di timbang. Menurut Rahmadi (2009), dalam suatu peternakan

ayam petelur melakukan penimbangan bobot badan ayam dilakukan dengan cara

penimbangan sampel sebanyak 10 persen dari populasi. Proses pengambilan dan

peimbangan bobot badan tertera pada gambar 23.

a. Proses seleksi dan pengambilan ayam b. Proses penimbangan ayam


Gambar 23. Seleksi dan Penimbangan Bobot Badan
3.4.3 Perkawinan

Sitem perkawinan yang diterapkan oleh PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol

menggunakan perkawinan alami dengan rasio jantan betina sebanyak 1 : 9,82. Sistem

perkawinan alami ini bertujuan untuk menghasilkan tingkat fertilitas telur yang tinggi.

Sistem perkawinan PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol dimulai dengan proses

penggabungan ayam bibit petelur jantan dan betina dalam satu kandang. Penggabungan

ayam jantan dan betina dilaksanakan pada saat ayam berumur 21 minggu.

Sitem perkawinan alami memiliki tingkat fertilitas yang lebih tinggi disbanding

dengan sistem perkawinan dengan metode inseminasi buatan (IB). Hal ini sessuai dengan

pernyatan Suyatno (2003) bahwa perkawinan alami kurang ekonomis karena

membutuhkan banyak pejantan. Namun perkawinan alami juga memiliki keuntungan

tingkat fertilitas yang terjamin bagus dan tinggi.


40

3.5 Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang yang dilakukan pada saat praktik kerja yaitu melakukan

diskusi baik dengan manager, supervisor ataupun caretaker. Salah satu hasil diskusi yang

diperoleh adalah tentang manajemen perkawinan. Perkawinan yang tepat dapat

menghasilkan telur tetas yang fertil. Ada beberapa metode perkawinan ayam, antara lain

yaitu pen mating, stud mating , flock mating dan inseminasi buatan. Metode perkawinan

yang diterapkan di PT. Satwa Utama Raya Unit II adalah metode flock mating yaitu

dengan mencampur beberapa pejantan dan beberapa betina dalam satu kandang.

Pencampuran (mixing) antara jantan dan betina dilakukan saat umur ayam mencapai 20

minggu. Sex Ratio yang diterapkan PT. Satwa Utama Raya Unit 2 adalah 1: 9,82.

Pengaturan sex ratio dilakukan berdasarkan pada pengamatan aktual di kandang.


41

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Manajemen pemeliharaan ayam bibit petelur (layer parent stock) PT. Satwa

Utama Raya unit 2 Gempol meliputi manajemen perkandangan, manajemen pakan,

manajemen kesehatan (vaksinasi, biosecurity, dan sanitasi) dan manajemen breeding

(seleksi, perkawinan (alami), uniformity, penimbangan bobot badan) serta kegiatan

insidental lain sebagai penunjang manajemen pemeliharaan ayam bibit petelur (layer

parent stock) telah diterapkan dengan baik, terkontrol dan terarah.

4.2 Saran

Keamanan kandang terutama pagar di sekitar kandang supaya di perbaiki sesuai

standart, untuk menghindari kontaminasi dari luar dan menjaga keamanan kandang.

Peremajaan alat perlu dilakukan untuk menunjang kegiatan pemeliharaan.


42

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. 2014. Pengaruh Penggunaan Litter Sekam, Serutan Kayu Dan Jerami Padi
Terhadap Performa Broiler Di Close house. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Ardiansyah, F. 2012. Perbandingan Performa Dua Strain Ayam Jantan Tipe Medium
yang Diberi Ransum Komersial Broiler. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Lampung.
Astuti, D. A. 2009. Petunjuk Praktis Beternak Ayam Ras Petelur, Itik dan Puyuh. PT
AgroMedia. Jakarta.
Balqis, U. M. Hambal dan Mulyadi. 2011. Peningkatan Titer Antibodi terhadap Avian
Influenza dalam Serum Ayam Petelur yang Divaksin dengan vaksin Komersial.
Agripet Vol 11 No. 1.
Dahlan, M. dan N. Hudi. 2011. Studi manajemen Perkandangan Ayam broiler di Dusun
Wangket Desa Kaliwates Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Jurnal Ternak Vol. 02 No. 01. ISSN 2086-5201.
Fadilah, R. 2005. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
, dan Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Petelur. PT Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Frahman, H.D. 2012. Manajemen Perkandangan Pada usaha Pembibitan Ayam Broiler
periode laying Di PT. Super Unggas Jaya Kabupaten Passuruan. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ginting P.L. 2014. Analisa Keberadaan Bakteri Udara Di Ruang Operasi Setelah
Penggunaan Sinar UV Dan Fumigasi Didecly Dmethyl Ammonium Chloride
(DDAC) RSU Ameta Sejahtera Medan Tahun 2014. [SKRIPSI] Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara.
Hadi, U. K. 2002. Pelaksanaan Biosekkuritas Pada Peternakan Ayam. Fakultas
Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Hafiez, E. S. E. 2000. Repoduction in Farm Animals. 7th Ed. Lea dan Febiger.
Philadelphia. P: 385-393. 394-398.
Hartono, A. H. S. Beternak Ayam Pedaging Super. CV. Gunung Mas. Pekalongan.
Hasan, A. 2009. Dampak Penggunaan Klorin. P3 Teknologi Konversi dan Konversi
Energi Deputi Teknologi Informasi, Energi, Maaterial dan Lingkungan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Jahan, M. S, Asaduzzaman, M., Sarkar, A. K. 2006. Performance of Broiler Feed On
Mash, Pellet and Crumble. International Journal of Poultry Science. 5(3) : 265-270.
Kartadisastra, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam: Kiat Meningkatkan Keuntungan
dalam Agribisnis Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
43

Ketaren, P. P. 2010. Kebutuhan Gizi Ternak Unggas Di Indonesia. Wartazoa Vol. 20


No. 4.
Koswara, S. 2006. Isoflavon, Senyawa Multi-Manfaat dalam Kedelai. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Leeson, S dan Summers, J.D. 2009. Broiler Breeder Production. Nottingham University
Press. England.
Leeson, S. dan Summers, J. D. 2005. Commercial Poultry Nutrition.Third Edition.
Nottingham University Press. England.
Mugiyono, S., Rosidi, I. Suswoyo. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas
Peternakan Unsoed. Purwokerto.
Mulyantini, N.G.A. 2011. Produksi Ternak Unggas. IPB Press Taman Kencana: Bogor.
Murni, M.C. 2009. Mengelola Kandang dan Peralatan Ayam Pedaging. Departemen
Pendidikan, VEDCA. Cianjur.
North, M.O dan D.D Bell.1995. Commercial Chicken Production Mannual 3th Editions.
AVI Publishes company Inc. Wesport Connecticut
Nugroho,C. S., O.Sjofjan dan E. Widodo. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik dalam
Air Minum terhadap Kualitas Telur Ayam Petelur. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.
Olanrewaju,H. A. et al. 2006. A Review of Lighting Programs for Broiler Production.
International Journal of Poultry Sci. 5(4) : 301-308.
Prianto. 2010. Tata Laksana Membangun Kandang Ayam. PT Agromedia. Jakarta.
Prihatmall, K. 2000. Budidaya Udang Windu (Palaemonidae/Panaeidea). Kantor deputi
Menegristek Bidang Pendayangunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Jakarta.

Priyo. 2009. Menyiasati (Angin Mati). Artikel. Blogspot (http:ilmupeternakan-


priyo.blogspot.com/2009_05_01_archive.html). Diakses pada 4 Maret 2017.

Rahmadi, F. I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony Farm


Kabupaten Magelang. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
. 2007. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sahlan, M. 2015. Pengaruh Berat Ayam ras Petelur Fase Grower Terhadap Produksi
Telur pada Fase Produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Shirt, V. 2010. How to feed Chicken Part 2.
http://www.poultry.allotreatment.org.uk/keeping-chicken/feeding2.php. Diakses
tanggal 4 Maret 2017.
Skar, C. 1989. Water In Wood. Syracuse University Press. Syracuse New York.
44

Sudarisman. 2006. Pengaruh Penggunaan Vaksin H5N1 dan H5N2 Virus Avian Influenza
pada Peternakan Unggas di Daerah Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Hal 769-772.
Sudaryani, T. dan Santosa h. 1999. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang Baterai.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Sulistyoningsih, M. 2009. Pengaruh Pencahayaan (lighting) terhadap Performans dan


Konsumsi Protein pada Ayam. Prosiding Seminar Nasional ISBN 978-602-95207-
0-5. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Suprijatna, E., U.Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cetakan Ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyatno. 2003. Peningkatan Produksi Bibit Ayam Lurik Melalui Penerapan Inseminasi
Buatan. Jurnal Dedikasi Vol 1. No 1.
Utomo, F. H. 2012. Manajemen Perkandanga Pada Usaha Pembibitan Ayam Broier
Periode Laying Di PT. Super Unggas Jaya Kabupaten Pasuruan. Tugas Akhir.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Farm PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol


46

Lampiran 2. Tabel Program Vaksinasi

Vaccinatio Administere
Total n Level Manufacturer d
Age.Wk
s
1 Live 14 vl NOBILIS H-120 @1000 DS IO
Live 14 vl LIVACOX Q @1000 DS DW
NOBILIS MA5+CLONE-30
Live 14 vl @1000 DS IO
2 -
3 Live 14 vl GUMBORO MB @ 1000 DS Cekok
FOWL POX + DILUENT @1000
Live 14 vl DS WW
NOBILIS NEWCAVAC/ND
Killed 6 btl Killed (0.25 cc) @500 Ml SC
NOBILIS Ma5+CLONE-30
Live 14 vl @1000 DS IO
4 -
5 Killed 8 btl BIRD CLOSE/AI Kill @ 500 ml SC
VOLVAC AC PLUS BACTERIN
6 Killed 14 btl KV 1000 DS IM Leg
7 -
8 Killed 14 btl BIRD CLOSE/AI Kill @ 500 ml SC
NOBILIS IB MULTI + ND
Killed 14 btl @1000 DS IM
NOBILIS MA5+CLONE-30 1000
Live 14 vl DS IO
9 -
NOBILIS AE + Pox + Dil 1000
10 Live 14 vl DS WW
Live 14 vl NOBILIS ILT 1000 DS IN
11 -
12 -
NOBILIS MA5+CLONE-30 1000
13 Live 14 vl DS IO
Killed 14 btl NOBILIS ND+EDS 1000 DS IM
14 -
15 -
VOLVAC AC PLUS EMUL
16 Killed 14 btl BACTERIN KV 1000 DS IM
BIRD CLOSE 5.1 GREEN @ 500
19 Killed 13 btl ml SC
47

NOBILIS IB MULTI + G + ND
21 Killed 14 btl @1000 DS IM
BIRD CLOSE 5.1 GREEN @ 500
38 Killed 12 btl ml IM
NOBILIS NEWCAVAC @1000
Killed 12 btl DS IM
BIRD CLOSE 5.1 GREEN @ 500
52 Killed 12 btl ml IM

Lampiran 3. Penimbangan Bobot Badan

a. Bobot badan ayam betina


N
Bobot Ayam Betina (kg)
o

104 106 108 110 112 114 116 118 120 122 124 126 128 130 132 134 136 138 140 142 146 150
1 1020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

104 108 110 112 114 116 118 120 122 124 126 128 130 132 134 138 140 142 146
2 1020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

108 110 112 116 118 120 122 124 126 128 130 134 140 142
3 1020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

108 110 112 118 120 122 124 126 128 130 134 140 142
4 1020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

108 110 112 118 120 122 124 126 128 130 134 140 142
5 1020 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

112 118 120 122 124 126 128 130 140 142
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

112 118 120 122 124 126 128 130 140 142
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

112 118 120 122 124 126 128 140 142


8 0 0 0 0 0 0 0 0 0

112 118 120 122 124 126 128 140 142


9 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 112 118 120 122 124 126 128 140 142


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 118 120 122 124 126 128 140 142


1 0 0 0 0 0 0 0 0

1 118 120 122 124 126 128 140 142


2 0 0 0 0 0 0 0 0

1 118 120 122 124 126 128 140 142


3 0 0 0 0 0 0 0 0

1 118 120 122 124 126 128 140 142


4 0 0 0 0 0 0 0 0

1 118 120 122 124 126 128 140 142


5 0 0 0 0 0 0 0 0

1 120 122 124 126 128 140 142


6 0 0 0 0 0 0 0

1 120 122 124 126 128 140 142


7 0 0 0 0 0 0 0

1 120 122 124 126 128 140


8 0 0 0 0 0 0

1 120 122 124 126 128 140


9 0 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128 140


0 0 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


1 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


2 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


3 0 0 0 0 0
48

2 120 122 124 126 128


4 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


5 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


6 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


7 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


8 0 0 0 0 0

2 120 122 124 126 128


9 0 0 0 0 0

3 120 122 124 126 128


0 0 0 0 0 0

3 120 122 124 126


1 0 0 0 0

3 120 122 124 126


2 0 0 0 0

3 120 122 124 126


3 0 0 0 0

3 120 122 124 126


4 0 0 0 0

3 120 122 124 126


5 0 0 0 0

3 120 122 124 126


6 0 0 0 0

3 120 122 124 126


7 0 0 0 0

3 120 122 124 126


8 0 0 0 0

3 120 122 124 126


9 0 0 0 0

4 120 122 124 126


0 0 0 0 0

4 120 122 124 126


1 0 0 0 0

4 120 122 124 126


2 0 0 0 0

4 120 122 124 126


3 0 0 0 0

4 120 122 124 126


4 0 0 0 0

4 120 122 124 126


5 0 0 0 0

4 120 122 124 126


6 0 0 0 0

4 120 122 124 126


7 0 0 0 0

4 120 122 124 126


8 0 0 0 0

4 120 122 124 126


9 0 0 0 0

5 120 122 124 126


0 0 0 0 0

5 120 122 126


1 0 0 0

5 120 122 126


2 0 0 0

5 120 122 126


3 0 0 0

5 120 122 126


4 0 0 0

5 120 122 126


5 0 0 0

5 120 126
6 0 0
49

5 120 126
7 0 0

5 126
8 0

5 126
9 0

6 126
0 0

6 126
1 0

6 126
2 0

b. Bobot badan ayam jantan

No Bobot Ayam Pejantan (kg)

1 1820 2100 2120 2140 2160 2180 2200 2220 2240 2260 2280 2300 2400 1940 2000

2 1820 2100 2140 2180 2200 2220 2260 2300 2400 1940 2000

3 2100 2200 2300 2000

4 2100 2200 2300 2000

5 2100 2200 2300 2000

6 2100 2200

7 2100 2200

8 2200

9 2200

10 2200

11 2200

12 2200

13 2200

14 2200

15 2200

Lampiran 4. Perhitungan

a. Kepadatan kandang
Tempat bertengger ukuran 1x3 meter (40/kandang)
Luas tempat bertengger = (panjang X lebar) X 40
= (1 x 3) x 40
= 120 m2
Luas kandang = panjang X lebar
= 120 x 12
= 1440 m2
Luas keseluruhan = 120 + 1440
= 1640 m2
50

Jumlah ayam 12.167


Kepadatan kandang = = = 7,42
Luas kandang 1.640

b. Point Feed

(100)
6 =
12.167
6 12.167
= = 730,02
100
,
Kebutuhan Pakan/ekor = = .
= 0,06 kg/ekor

c. Uniformity

Uniformity ayam bibit pejantan dan betina PT Satwa Utama Raya unit 2 Gempol

ditentukan melalui perhitungan berikut :

1. Ayam bibit pejantan

Jumlah pejantan yang dimasukan dalam penimbangan 50 ekor

Rata-rata bobot badan ayam bibit pejantan adalah 2158 kg

Jumlah pejantan yang massuk dalam range 39 ekor

Batas bawah = Rata-rata bobot ayam jantan - (rata-rata bobot jantan x 10 %)

= 2158 kg-215,84 kg

= 1942,56 kg

Batas atas = Rata-rata bobot jantan + (rata-rata bobot jantan x 10%)

= 2158 kg + 215,84 kg

= 2374,24 kg

%
Uniformity = 100 %

= 100 %

= 88 %
51

2. Ayam bibit betina

Jumlah betina yang dimasukan dalam penimbangan 359 ekor

Rata-rata bobot badan betina adalah 1244,96 ekor

Jumlah betina yang masuk dalam range 229 ekor

Batas bawah = Rata-rata bobot betina (rata-rata bobot betina x 100 %)

= 1244,96 kg 124,5 kg

= 1120,46 kg

Batas atas = Rata-rata bobot betina + (rata-rata bobot betina x 100 %)

= 1244,96 kg + 124,5 kg

= 1369,45 kg

%
Uniformity = 100 %

= 100 %

= 83,28 %
52

Anda mungkin juga menyukai