Anda di halaman 1dari 47

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK

23 NOVEMBER 2017

KESEHATAN KERJA DAN ERGONOMI

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
dr. Afifa Khairinnisa
dr. Eva Christina
dr. Fatimah Zahrah
dr. Indana Zulfa
dr. Kiki Mario
dr. Nadia Gina Anggraini
dr. Nissa Nurmuflihah

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia
Periode 20 November – 25 November 2017
Jakarta
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
1.2. Dasar Hukum ............................................................................................... 2
1.3 Profil Perusahaan .......................................................................................... 3
1.4 Alur Produksi ................................................................................................ 6
1.5 Landasan Teori .............................................................................................. 6
KESEHATAN KERJA ......................................................................................... 8
GIZI KERJA .......................................................................................................11
PENYAKIT AKIBAT KERJA ..............................................................................12
NARKOBA DAN HIV-AIDS ...............................................................................16
BAB II .................................................................................................................20
PELAKSANAAN .................................................................................................20
2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan ................................................................ 20
2.2 Lokasi Pengamatan ......................................................................................20
BAB III ...............................................................................................................21
HASIL PENGAMATAN......................................................................................21
3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan .....................................................................21
3.2 Personil Kesehatan .......................................................................................21
3.3 Program Kesehatan ......................................................................................22
3.4 Sarana P3K ...................................................................................................23
3.5 Pemeriksaan Kesehatan ...............................................................................23
3.6 10 Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan .............................................24
3.7 Penyakit Akibat Kerja ...................................................................................24
3.8 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba ........................................................... 24
3.9 Program Pemenuhan Gizi ............................................................................24
3.10 Kesesuaian Pekerja dengan Alat ................................................................ 25
BAB IV ................................................................................................................27
PEMECAHAN MASALAH .................................................................................27
BAB V .................................................................................................................43
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................43
BAB VI ................................................................................................................45
PENUTUP ..........................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan Kerja mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran berserta praktiknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
maupun sosial dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif terhadap penyakit yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum untuk menuju peningkatan
produktivitas sebagaimana telah diamanatkan dalam UU no. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Seperti yang telah diketahui, kecelakaan kerja
tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi
pekerja dan pengusaha, mengganggu proses produksi perusahaan, dan
merusak lingkungan yang akhirnya berpengaruh terhadap masyarakat luas.
Oleh karena itu, upaya yang nyata untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) harus dilakukan secara
maksimal. Apabila analisis dilakukan secara mendalam, maka kecelakaan
kerja (seperti peledakan, kebakaran) dan PAK umumnya disebabkan oleh
ketidakpedulian akan sistem manajemen K3 (SMK3) yang baik dan benar.
Ergonomi merupakan salah satu hazard yang dapat berpotensi
menimbulkan PAK. Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos = kerja
dan nomos = norma, aturan. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.
Laporan kunjungan perusahaan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
TBK ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas pelatihan HIPERKES periode
20 November – 25 November 2017, dalam rangka mempelajari K3 khususnya
aspek kesehatan dan ergonomi.

1
1.2. Dasar Hukum
Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan
usaha demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
maka ada beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai
berikut :
1. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
2. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan.
3. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
4. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja.
5. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja.
6. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
7. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
8. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan
penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat
kerja.
9. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan.
10. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan.
11. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja.
12. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan
kerja.
13. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan
ruang makan.
14. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja.
15. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat kerja.

2
1.3 Profil Perusahaan
 Identitas Perusahaan
o Nama : PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK
o Sektor usaha : Produksi Mie Instan
o Alamat : Jl. Kp. Jarakosta Desa Sukadanau RT 005/02 No. 1
Cibitung Bekasi

Walaupun Indofood CBP (ICBP) baru berdiri sebagai entitas terpisah di


tahun 2009 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) pada
tahun 2010, berbagai kegiatan usahanya telah dijalankan oleh Grup Produk
Konsumen Bermerek dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Indofood”),
sejak awal tahun delapan-puluhan. Kini, banyak merek produk ICBP yang
menjadi pemimpin di masing-masing segmen pasarnya. Sejarah dari berbagai
kegiatan usaha ICBP adalah sebagai berikut:
Tahun 1982 memulai kegiatan usaha di bidang mi instan, tahun 1985
memulai kegiatan usaha di bidang nutrisi dan makanan khusus, tahun 1990
memulai kegiatan usaha di bidang makanan ringan melalui kerja sama
dengan Fritolay Netherlands Holding B.V., afiliasi dari PepsiCo. Tahun 1991
memulai kegiatan usaha di bidang penyedap makanan. Dan tahun 2014
Memasuki bidang usaha air minum dalam kemasan (“AMDK”) melalui akuisisi
merek Club Memperluas kegiatan usaha di bidang dairy melalui akuisisi
merek Milkuat.

a. Visi dan Misi Perusahaan


Visi
Produsen Barang-Barang Konsumsi yang Terkemuka

Misi
Senantiasa melakukan Inovasi, fokus pada kebutuhan Pelanggan,
menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi
Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan
teknologi kami

3
Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan
secara berkelanjutan
Meningkatkan stakeholder's value secara berkesinambungan

Nilai

"Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami


dengan menjunjung tinggi integritas; Kami menghargai; Seluruh
pemangku kepentingan dan secara bersama-sama membangun kesatuan
untuk mencapai keunggulan dan inovasi yang berkelanjutan."

b. Jumlah pegawai perusahaan


1. Pekerja Perusahaan
i. Jumlah pekerja : 2817 orang, terdiri
Setiap sektor kurang lebih berbanding
Pria : 35 orang
Wanita : 15 orang
ii. Dokter perusahaan : 3 orang

c. Jam Kerja
Waktu kerja :
Staff : Pukul 07.00 – 14.30

d. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS kesehatan

Dalam kasus emergensi perusahaan berkerjasama dengan RS. Mitra


Keluarga Cikarang.

e. Sertifikasi Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mendapatkan akreditasi untuk


Sistem Manajemen Mutu
- ISO 9001:2008 certified by SGS:
 Sistem operasi (SAP)

4
 Quality Assurance (IQC, PQC, OQC)
 Good Manufacturing Practices (GMP)
 Cara bekerja di Lab yang baik
 Manajemen Hama Terpadu
 5S (Housekeeping)
- SNI ISO 9001:2008 certified byLsPro Ministry of Industry RI
Sistem Manajemen Keamanan Pangan
- ISO 22000:2005 certified by SGS:
o HACCP Table Plan
o CCP Monitoring and Maintain
o Standar Operasional Prosedur Sanitasi

Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja


- SMK3 & OHSAS 18001:2007 certified by PT Sucofindo International
Operation System (SAP)
o Certification Services
o Security system
o Facility: fire hydrant, fire extinguisher, APD
Sistem Manajemen Halal
- Certified by LPPOM MUI (Majelis Ulama Indonesia)
Sistem Manajemen Lingkungan
- ISO 14001:2015 certified by PT. Sucofindo International Certification
Services
- Analisa aspek dan dampak terhadap lingkungan
- Pengolahan limbah:
 Cair
 Padat
 Udara

5
1.4 Alur Produksi

Gambar 1.1 Alur Proses Produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK

1.5 Landasan Teori


ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor
Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan
dan manusia secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan
kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama antara lingkungan
kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik), serta mesin
perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan
dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat
dengan produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi
adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal, maupun
tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin,
dan lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat
berjalan secara efisien, selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam
penerapannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja,
posisi kerja, dan proses kerja. Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah
sebagai berikut: (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan

6
meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit
akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja; (2) meningkatkan
kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
sistem kebersamaan dalam tempat kerja; dan (3) berkontribusi di dalam
keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi,
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka
kesakitan akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan
dan kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas
membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari
gangguan cidera, kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
(1) Tekhnik
(2) Fisik
(3) Pengalaman psikis
(4) Anatomi,
Utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian;
(5) Anthropometri
(6) Sosiologi
(7) Fisiologi terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen
up take dan aktivitas otot;
(8) Disain; dan sebagainya.

Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja


a. Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

7
b. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan
posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot,
dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

SUPERVISI TENAGA KERJA


Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur.
Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:
a. Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja
baru terhadap beban kerjanya.
b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai
dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
c. Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja,
beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial
bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan
perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

8
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang
membantu seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan
yang optimal, yaitu terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi,
spiritual dan intelektual. Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah
terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas yang
tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh alat/mesin dan masyarakat yang berada di
sekitar lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa
terjangkit pada saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja.
Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja
agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga
menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi upaya
preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul
pada saat bekerja merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan
pekerja dalam bekerja, sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya
memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit yang sering timbul dalam
suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil
langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan
kerja adalah adanya pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik
sejak awal sebelum bekerja, selama bekerja, maupun sesudah bekerja.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini ditujukan agar selain tenaga kerja
yang diterima di awal berada dalam kondisi kesehatan setinggi-tingginya,
9
juga untuk memantau status kesehatan pekerja dan juga meminimalisir
dan mendeteksi dini apakah ada penyakit akibat kerja yang ditimbulkan
akibat proses produksi.
Sarana P3K di tempat kerja diatur dalam Permenakertrans RI No.
15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans tersebut, dijabarkan bahwa
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah
upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi
ruang P3K, kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat
transportasi, fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang
bersifat khusus. Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K dalam hal
proses produksi mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau
kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang
harus dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau,
dan dekat dengan tempat parkir kendaraan.
Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih
dengan lambang P3K berwarna putih dengan lambang P3K berwarna
hijau dengan isi kotak sesuai dengan Permenakertrans yang mengatur.
Penempatan kotak P3K juga harus pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau dengan diberi tanda arah yang jelas dan cukup cahaya serta
mudah diangkat apabila digunakan dan disesuaikan dengan jumlah
tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

10
GIZI KERJA
Gizi kerja adalah gizi/nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja
tambahan. Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu
rendahnya kebiasaan makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha,
kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi, tidak mendapat uang
makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui. Efek dari gizi
kerja yang kurang bagi pekerja adalah:
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan

11
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktivitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner,
stroke, penyakit degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan
mudah terserang infeksi akut seperti gangguan saluran nafas.
Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk memberikan
informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi-
tingginya.

PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan
demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau
man made disease.
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat
hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International

12
Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut
Penyakit Akibat Kerja sebagai berikut:
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan adalah penyakit
yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks
Penyebab beberapa penyakit tersebut timbul karena suatu
faktor, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja,
lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat
dikelompokkan dalam 5 golongan:
- Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan
yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
- Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses
kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk
debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
- Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
- Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat
kerja dan cara kerja
- Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

Penyakit akibat kerja juga perlu dilakukan beberapa tahap


diagnose, yang sebelumnya perlu dilakukan pendekatan sistematis
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat yaitu sebagai berikut :
1) Tentukan Diagnosis klinisnya
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
13
2) Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
 Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara khronologis
 Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi
 Materi (bahan baku) yang digunakan
 Jumlah pajanannya
 Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
 Pola waktu terjadinya gejala
 Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
 Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya)

3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan


penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan
penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya
dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada
yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai
pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk


dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
14
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat
kerja.

5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat


mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab


penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab
lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat
kerja.

7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh


pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini
perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila
tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien
tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat penyakit.
15
NARKOBA DAN HIV-AIDS
Narkoba
Banyak sekali orang mendengar kata narkoba,tetapi mereka tak tahu
apa itu narkoba,banyak yang mengartikan narkoba adalah kepanajangan
dari kata narkotika dan obat berbahaya,namun itu kepnjangan yang
salah,yang benar adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
aditif lainnya.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesiaa adalah napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif .Semua
istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok
senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya.
Menurut pakar kesehatan,narkoba sebenarnya adalah senyawasenyawa
psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Melalui pertolongan dokter, banyak jenis narkoba yang bermanfaat
untuk kesembuhan dan keselamatan manusia. Masalahnya, apabila
narkoba disalahgunakan, bukan manfaat yang didapat, melainkan
malapetaka. Jadi,yang harus hindari adalah penyalahgunaannya, bukan
narkobanya. Jasa narkotika dan psikotropika sangat besar dimasa lalu,
masa kini, dan masa yang akan datang.
Tindakan oprasi (pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus
didahului dengan pembiusan, padahal obat bius tergolong narkotika.
Kemudian, Orang yang mengalami stress atau gangguan jiwa diberi obat-
obatan yang tergolong psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh.
Dengan perhatian seperti itu, narkoba tidak selalu memberikan
dampak buruk. Banyak sekali jenis-jenis narkoba yang bermanfaat dalam
bidang kedokteran. Maka, sikap anti narkoba adalah keliru, yang benar
adalah anti penyalahgunaanya. Jadi, yang harus kita hindari bukanlah
narkoba, melainkan penyalahgunaannya.

16
Narkoba memiliki berbagai jenis diantaranya narkotika, psikotropika,
dan bahan aditif lainnya.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bahan
tanaman, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan hilangnya rasa.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat.
Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan), ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai
narkotika tidak dapat lepas dari cengkramannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun
sintesis, yang memiliki sifat proaktif melalui pengaruh selektif pda susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang dugunakan oleh dokter untuk
mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan undang-undang no. 5
tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokan ke dalam 4 golongan.
Golongan petama adalah psikotropika dengan daya aditif yang sangat
kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang di teliti
khasiatnya. Contoh adalah Ekstasi.
Golongan kedua adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
Golongan ketiga adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumbal,
buprenorsina, flenitrazepam, dan sebagainya.
Golonga keempat adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contonya adalah
nitrazepan (mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
3. Prekursor narkotika
Prekursor narkotika adalah zat atau bahn pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika

17
4. Bahan adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya rokok, kelompok alkohol dan minuman lain
yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, dan thinner dan zat-zat
lainnya.

HIV/AIDS
Prinsip – prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yang
berlaku bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk
sektor kesehatan:
1. Isu Tempat Kerja
HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi
angkatan kerja, dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital
dalam membatasi penularan dan dampak epideminya.
2. Non Diskriminasi
Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang
nyata atau dicurigai.
3. Kesetaraan gender
Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah
penting untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat
mengelola dampaknya
4. Lingkungan kerja yang sehat
Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan
dengan kesehatan dan kemampuan pekerja.
5. DialogSosial
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan
kerjasama dan saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah
6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen Tes HIV di
tempat kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia, tidak boleh
digunakan untuk menskrining pelamar atau pekerja.
7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus
dibatasi oleh aturan dan kerahasiaan.
8. Melanjutkan hubungan aapekerjaan
18
Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan
bekerja dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.
9. Pencegahan
Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan upaya
pencegahan melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan
perilaku.
10. Kepedulian dan dukungan
Pekerja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang terjangkau.

19
BAB II
PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK ini
dilakukan pada hari Kamis, 23 November 2017 pukul 09.00-12.30 WIB.

2.2 Lokasi Pengamatan


PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK, Jl. Kp. Jarakosta Desa
Sukadanau RT 005/02 No 1, Cibitung, Kabupaten Bekasi.

20
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di PT Indofood CBP Sukses
Makmur TBK yaitu :
A) 1 Klinik kesehatan
Terdapat 1 klinik kesehatan dengan 3 orang dokter, 3 orang
paramedis, dan 1 orang bidan.

3.2 Personil Kesehatan


A) 3 Dokter umum sudah bersertifikasi
- Jam kerja dokter:
i. Hari: 6x/ minggu setiap
1. Hari Senin – Sabtu, pukul 07.00 – 14.30 dibagi 3 shift.
2. Hari Minggu On Call
ii.Pukul: Diluar jam kerja
B) Terdapat 3 paramedis dan petugas P3K yang terlatih dan bersertifikasi
Hiperkes.
i. Hari kerja paramedis: setiap hari dengan beban kerja terbagi 3
shift.
ii. Terdapat 3 shift pekerjaan bagi paramedis.
Shift 1: jam 14.30-16.00
Shift 2: jam 13.00 – 14.30
Shift 3: jam 01.00 – 03.00

C) Perusahaan bekerja sama dengan RS Mitra Keluarga Cikarang


Apabila terjadi penyakit akibat kerja, dokter dapat melakukan
pengobatan dengan memberikan resep dan pekerja dapat menebus obat
pada Apotek yang bekerja sama dengan perusahaan. Jika terjadi
kecelakaan kerja, dokter dapat melakukan tindakan sesuai dengan jam

21
praktek. Apabila di luar jam praktek, pasien akibat kecelakaan kerja dapat
di bawa ke RS Mitra Keluarga Cikarang.

3.3 Program Kesehatan


1. Program Promotif
a) Pemasangan poster di beberapa divisi seperti
1) Pemakaian alat pelindung diri,
2) Larangan merokok ditempat kerja,
3) Kebiasaan hidup bersih seperti membuang sampah pada
tempatnya.
4) Membersihkan tangan dengan alkohol 70% setiap 2 jam
sekali
5) Memakai topi/kerudung bagi wanita
6) Kuku tidak boleh panjang
Para pekerja sudah memenuhi standar peraturan APD dan tata
tertib untuk bekerja di perusahaan sesuai dengan divisinya.
Pemeliharaan kesehatan hanya dilakukan dengan cara screening
kesehatan namun tidak ada upaya edukasi seperti penyuluhan secara
berkala pada pegawai sebagai upaya promotif dan preventif yang lain.
Saat ini preventifnya hanya dengan screening dan penggunaan APD,
namun wawasan faktor risiko dan penyakit lain yang mungkin diderita
oleh pegawai belum tersampaikan dengan baik.

2. Program Preventif
a) Perusahaan mengharuskan dilakukannya Medical Check Up
(MCU) disaat menerima pegawai baru dan dilakukan secara berkala
setiap setahun sekali. Jika ditemukan kelainan dalam MCU berkala
maka dilakukan pemeriksaan khusus berupa audiometri dan
spirometri pada karyawan yang bekerja di sektor yang berisiko.
b) Perusahaan melakukan program preventif dengan menyediakan
kantin dengan gizi cukup untuk para pekerja dan sarana olahraga

22
seperti lapangan olahraga (futsal dan basket) yang ada di dalam
lingkungan perusahaan.

c) Program Kuratif
Perusahaan menyediakan poliklinik bagi karyawan yang ingin
memeriksakan kesehatan serta kerja sama dengan rumah sakit
rujukan terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Rumah sakit ini
berfungsi jika terjadi kecelakaan kerja dan poliklinik perusahaan
tidak dapat menangani. Para pekerja juga di berikan jaminan
kesehatan berupa BPJS kesehatan.

d) Program Rehabilitatif
Apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka
karyawan tersebut akan diberikan kompensasi oleh perusahaan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.4 Sarana P3K


Perusahaan telah menyediakan sarana P3K di setiap sektor, di setiap
lantai dan di klinik. Adapun isi dari kotak P3K tersebut terdiri dari :
pembalut steril (kassa gulung steril), plester, betadine, kapas, gunting,
alkohol 70% dan obat-obatan. Kotak P3K digunakan jika terjadi
kecelakaan akibat kerja yang dapat ditangani sendiri dengan bantuan alat
P3K atau sebelum dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.

3.5 Pemeriksaan Kesehatan


Pada perusahaan melakukan pemeriksaan di awal, berkala maupun
khusus. Pemeriksaan kesehatan awal meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru, dan laboratorium rutin serta
pemeriksaan lain yang dianggap perlu sesuai dengan jenis pekerjaan.
Perusahaan harus melakukan pemeriksaan berkala bagi tenaga kerja
sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru, dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang

23
dianggap perlu sesuai dengan jenis pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan dokter perusahaan secara khusus terhadap tenaga kerja
tertentu.

3.6 10 Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan


Penyakit terbanyak yang diderita tenaga kerja perusahaan PT. Indofood
CBP Sukses Makmur TBK yaitu;

Table 1. 10 Besar Penyakit Pada Karyawan PT Indofood CBP Sukses Makmur


TBK, Januari-Oktober 2017
No Jenis Penyakit Jumlah
1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 1696
2 Cephalgia/Myalgia 1221
3 Alergi Kulit 788
4 Gastritis 617
5 GE/diare 303
6 Avitaminosis 538
7 Carries Dentis 550
8 Mata 355
9 KP 0
10 Lain-lain 1081

3.7 Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja yang terjadi di PT Indofood CBP Sukses Makmur
TBK sampai saat ini belum ada pelaporan data.

3.8 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba


Perusahaan tidak melakukan program pencegahan HIV/IDS dan
narkoba.

3.9 Program Pemenuhan Gizi


Perusahaan memberikan makan yang disediakan di kantin pabrik
dengan gizi yang seimbang disiapkan oleh tim menu. Pada perusahaan juga

24
menyediakan koperasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pekerja
dirumah.

3.10 Kesesuaian Pekerja dengan Alat


a. Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja
menunjukkan kurang sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan tidak
sesuainya tinggi meja dan kursi dengan tubuh pekerja sehingga bagi pekerja
yang tubuhnya tinggi posisi duduk agak membungkuk. Tidak disediakan kursi
yang adjustable tinggi dan pendeknya yang bisa disesuaikan dengan tinggi
badan pekerja.
b. Cara Kerja
Hasil pengamatan mengenai cara kerja, tenaga kerja lebih banyak
duduk selama proses kerja.
Cara kerja diamati dari 2 sisi yaitu;

1. Posisi kerja di bagian pengepakan kurang ergonomis karena


pekerja yang tinggi harus agak membungkuk.
2. Proses kerja didapatkan pekerja menggunakan masker dan
topi/kerudung untuk kepala. Sarung tangan tidak digunakan
dengan alasan membuat tangan pekerja lembab sehingga saat
dilakukan swab test pada tangan pekerja banyak didapatkan
kuman.

c. Beban Kerja
Hasil pengamatan didapatkan, karyawan pabrik bekerja dari hari Senin
sampai Jumat dengan jam kerja:
Waktu kerja :
Staff : Pukul 08.00 – 16.00
Operator : Shift 1: pukul 08.00 – 16.00 WIB
Shift 2: pukul 16.00 – 00.00 WIB
Shift 3: pukul 00.00 – 08.00 WIB
“Penerapan jadwal 3 shift dilakukan bila perusahaan sedang
menerima banyak order”

25
d. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja karyawan office cukup luas sehingga
karyawan dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat
duduk juga sudah diatur dan sudah disediakan pendingin ruangan.
Lingkungan kerja karyawan pabrik dipenuhi dengan mesin pembuatan
alumunium sehingga menghasilkan kebisingan, debu dan berbau
sehingga diperlukan pemakaian APD selama bekerja di lingkungan
kerja.

26
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

4.1 Pemecahan Masalah Perusahaan

Hasil Dampak yang


No Unit Kerja Upaya perusahaan Standar/PP Pemecahan Masalah
pengamatan dapat terjadi
Terdapat unit
pelayanan Keputusan direktur
kesehatan jenderal Klinik perusahaan sudah
Menyediaan 1 klinik
Fasilitas berupa klinik di pembinaan memiliki seorang dokter dan
dan 3 orang dokter, 3
1 pelayanan lingkungan - pengawasan manager perusahaan yang
orang paramedis, dan
kesehatan perusahaan yang ketenagakerjaan bertanggung jawab dengan
1 bidan
dikepalai oleh nomor kep. fasilitas klinik kesehatan.
seorang dokter 22/DJPPK/V/2008
perusahaan.

27
Unit pelayanan
kesehatan
dengan dokter Jadwal untuk dokter
jaga tersedia perusahaan sudah cukup
Pelayanan Menyediakan jumlah
hanya saat jam maksimal karena terdapat 3
kesehatan dokter lebih dari satu,
kerja - tenaga dokter yang stand by
terhadap tenaga paramedis, dan
berlangsung, pada jam kerja dan on call
kerja cukup baik bidan.
paramedis stand diluar jam kerja. Paramedis
by diluar jam stand by setiap saat.
kerja dna dokter
on call
- UU no 24 tahun
Tenaga kerja 2011 tentang
terdaftar dalam BPJS
Langkah yang diambil pihak
BPJS kesehatan - - - UU no 40 tahun
perusahaan sudah tepat
dan 2004 tentang
ketenagakerjaan sistem jaminan
sosial nasional

28
screening Pekerja dapat Keputusan direktur Dilakukan penyuluhan
kesehatan tidak jenderal kesehatan berkala bersamaan
berkala dilakukan mengetahui pembinaan dengan waktu screening
1 tahun sekali risiko kesehatan pengawasan kesehatan.
dan melibatkan lain yang ketenagakerjaan
semua tenaga mungkin akan nomor kep.
kerja, namun didapatkan. (low 22/DJPPK/V/2008
tidak ada educated)
penyuluhan
2 kesehatan.

Terdapat poster PP No. 50 tahun Usaha perusahaan untuk


Program Pegawai sudah
atau 2012 tentang melindungi pekerja dengan
Kesehatan mengetahui tata
pemberitahuan penerapan Sistem memberikan poster tata cara
cara evakuasi
mengenai tata Keselamatan dan evakuasi sudah tersedia
jika ada bahaya
cara evakuasi jika Kesehatan Kerja
ada (SMK3)
kecelakaan/baha

29
ya di lokasi kerja

Preventif :Dokter Dapat terjadi Sudah menyediakan Perusahaan udah


perusahaan kecelakaan APD yang lengkap di memberikan APD sesuai
melakukan kerja sewaktu- proses produksi mie dengan kebutuhan pekerja di
pemantauan waktu di instant. setiap sektor.
lingkungan kerja perusahaan
secara berkala.

Penggunaan
APD berjalan
dengan baik di
perusahaan.

Kuratif: Dokter - - Upaya kuratif dilaksanakan


perusahaan dengan baik
Program
melakukan
Kesehatan
pengobatan

30
untuk karyawan
yang berobat ke
poliklinik

Rehabilitatif:
Untuk pekerja
yang mengalami
cacat karena Peraturan
pekerjaan, Pemerintah No.43
dilakukan tahun 1998
pengobatan tentang upaya Program rehabilitasi sudah
- -
berkala di peningkatan berjalan dengan seharusnya
poliklinik dan kesejahteraan
diupayakan agar social penyandang
dapat bekerja cacat
kembali di
lingkungan
sebelumnya

31
PER.
11/MEN/VI/2005
tentang
Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyalahgunaan
Perusahaan Menjadwalkan dan melakukan
dan Peredaran
belum Tingkat penyuluhan tentang narkoba
Gelap Narkotika,
Pencegahan mengadakan kesadaran dan dan HIV secara berkala
Psikotropika, dan
3 HIV, AIDS, program pengetahuan Belum ada
Zat Adiktif Lainnya
dan narkoba pencegahan HIV, tenaga kerja Menerapkan prosedur K3
di Tempat Kerja
AIDS, dan rendah khusus untuk pencegahan dan
narkoba penanggulan HIV/AIDS
Kep. 68/MEN/2004
tentang
Pencegahan dan
penanggulangan
HIV/AIDS di
tempat kerja

32
Medical Check
Up dilakukan
pada awal
rekrutmen
karyawan serta
dilakukan berkala
setiap 1 tahun
dan datanya akan
disimpan oleh tim Peraturan Menteri
Pemeriksaan
dokter Tenaga Kerja Dan
Kesehatan perusahaan. Sudah sesuai dengan
4. - - Transmigrasi No.
(Medical prosedur
Medical Check Per.02/MEN/1980
Check Up)
Up dilakukan oleh pasal 1 dan 2
RS yang bekerja
sama dengan
perusahaan PT.
Indofood CBP
Sukses Makmur,
Tbk.

33
Dari keterangan
Penyakit akibat Peraturan Menteri
tenaga kerja,
kerja Tenaga Kerja Dan
terdapat Sudah dilakukan sesuai
diusahakan - Transmigrasi No.
pemeriksaan aturan yang ada
untuk dicegah Per.02/MEN/1980
Medical Check
sedini mungkin Pasal 3 dan 4
Up berkala

Terdapat
program
Peraturan Menteri
pemeriksaan Sudah disediakan program
Resiko PAK Tenaga Kerja Dan
kesehatan pemeriksaan khusus bagi
cenderung - Transmigrasi No.
khusus bagi karyawan yang berisiko
rendah Per.02/MEN/1980
karyawan, bagi : dengan penyakit terkait
Pasal 5
audiometri,
spirometri,
pemeriksaanmata
, dll.

34
5. Sebagian besar
kursi tidak Belum ada substitusi
UU no.1 th 1970 Pengadaan alat kerja yang
memiliki dengan kursi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
ttg keselamatan ergonomi
sandaran Musculoskeletal memiliki sandaran
kerja
meskipun jam Disorder dan perusahaan
kerja yang lama menganggap posisi
dengan posisi sudah ergonomis
yang statis
Kursi yang
Kesesuaian Belum ada substitusi
dapat diatur
pekerja dengan kursi yang UU RI no. 13 th Diadakan penyuluhanatau
tingginya akan pelatihan mengenai
dengan alat memiliki sandaran 2003 ttg ergonomic serta posisi dan
Kursi tidak dapat membuat
(Ergonomi) dan perusahaan ketenagakerjaan postur kerja yang ergonomis
diatur naik turun pekerja bisa dan mamfaat ergonomic pada
menganggap posisi tenaga kerja
mencari posisi
sudah ergonomis
yang nyaman

35
Tinggi meja Belum ada substitusi
tempat bekerja Posisi yang dengan kursi yang
PP no.50 th 2012
terlalu rendah ergonomis akan memiliki sandaran
ttg penerapan
pada pekerja membuat dan perusahaan
SMK3
dengan posisi pekerja nyaman menganggap posisi
berdiri sudah ergonomis

Pekerja sulit
dinilai
mengangkat
Sudah pernah
barang dengan
dilakukan penyuluhan
posisi yang Permenakertrans
bagaimana posisi
ergonomis no.PER.03/MEN/1
Sulit dinilai yang ergonomis
Sulit menilai 982 ttg pelayanan
dalam melakukan
pengetahuan kesehatan kerja
pekerjaan
pekerja mengenai
postur kerja yang
ergois

36
Tidak disediakan
makan untuk Tenaga kerja
tenaga kerja, tidak mendapat Menyediakan makanan untuk
Surat Edaran
uang makan asupan gizi tenaga kerja, uang makan
Menteri Tenaga
dimasukkan yang sesuai tidak dimasukkan kedalam gaji
Program Kerja dan
kedalam gaji dengan karena tidak semua tenaga
pemenuhan Transmigrasi No.
sehingga tenaga Kebutuhannya kerja menggunakan uang
6. gizi tenaga SE. 01/ Men/1979
kerja membawa selama delapan Belum ada makan tersebut untuk
kerja, kantin tentang
atau membeli jam bekerja. Hal membeli makanan yang
atau ruang pengadaan kantin
makanan sendiri ini dapat sesuai dengan kebutuhan gizi
makan dan ruang makan.
dan tidak menimbulkan untuk bekerja selama delapan
tersedianya berkurangnya jam.
kantin atau ruang produktivitas
makan untuk tenaga kerja.
tenaga kerja.

37
Perlu disediakan ruang makan
atau kantin untuk makan agar
tenaga kerja dapat makan dan
beristirahat di tempat yang
seharusnya. Upaya ini
tujuannya untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.

38
7. 10 Penyakit Dari data poliklinik Proses produksi Belum ada UU no.1 th 1970 Program pelayanan kesehatan
selama bulan
tersering pada dapat terganggu ttg keselamatan promotive dan preventif harus
Januari hingga
perusahaan Oktober 2017, dan kerja lebih diupayakan
didapatkan
beberapa penyakit produktivitas
yang sering terjadi
antara lain: ISPA, menurun bila
Cephalgia/myalgia, pekerja sering
Alergi kulit,
Gastritis, GE/Diare, sakit
Avitaminosis,
Karies dentis,
Mata, KP dan lain-
lain
Dalam 5 tahun Data kurang Permenakertrans
terakhir pada dapat di percaya No Per.
perusahaan PT dan harus di 01/Men/1981
lakukan
Indofood CBP tentang kewajiban Memulai rekap data dalam hal
wawancara
Sukses Makmur lapor penyakit PAK yang terjadi sehingga
8 terhadap Belum Ada
TBK mengklaim akibat kerja tindakan yang sesuai dapat
karyawan yang
bahwa tidak ada Keputusan menteri dilakukan sedini mungkin
bekerja di PT
laporan Indofood CBP tenaga kerja
mengenai Sukses Makmur No.333 tahun 1989
Penyakit Akibat tbk tentang diagnosis

39
Kerja yang dan laporan
terjadi. Karena PT penyakit akibat
Indofood kerja
merupakan pabrik
pangan yang
minim akan
kecelakaan kerja
(berbeda dengan
pabrik semen atau
baja)
Peraturan menteri Pada kunjungan kali ini,
Terdapat ruang
tenaga kerja dan peneliti tidak sempat
P3K pada tiap
transmigrasi mengakses unit P3K.
departemen dan
- - Republik Indonesia Diharapkan pada inspeksi
9 P3K di dalamnya
Nomor: berikutnya lebih diperhatikan
terdapat kotak
PER.15/MEN/VIII/ tentang syarat-syarat ruang
P3K
2008 tentang P3K dan juga jenis kotak P3K
Pertolongan yang ada

40
Dapat terjadi Pertama Pada
kesalahan Kecelakaan Di
Tidak ada
ataupun Tempat Kerja
personil P3K
kekeliruan
khusus, hanya Mengisi unit P3K dengan unit
dalam
dilakukan oleh Belum ada yang terlatih dan memiliki
memberikan
teman-teman sertifikat pelatihan
pertolongan
tenaga kerja
pertama pada
setempat
kecelakaan
kerja
Terdapat fasilitas
Dengan jadwal  Peraturan
berupa klinik
system oncall menteri tenaga
perusahaan yang
dokter jaga,
terdiri dari 3 dokter, kerja nomor per
dikhawatirkan
3 perawat dan 1 Langkah yang diambil oleh
bilamana terjadi 03/men/1982
bidan. Satu hari
Personil kegawatdaruratan pihak perusahaan hendaklah
10 kerja dibagi dalam Belum ada tentang
pekerja pada saat
kesehatan 3 shift dimana per membuat sistem jaga untuk
ditempat kerja pelayanan
shift nya dijalankan
yang tidak bisa dokter jaga selalu standby.
oleh seorang kesehatan kerja
ditangani oleh
perawat,
perawat, akan
sedangkan dokter
menimbulkan
jaga dalam
ancaman jiwa.
semingggu

41
memiliki jadwal 3  UU nomor 1
kali jadwal oncall
tahun 1970
saja.
tentang
keselamatan
kerja

Tabel 1.1 10 Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan
yang dapat ditarik adalah :
- Dari aspek ergonomi masih belum sesuai dengan tenaga kerja,
sudah diakan penyuluhan tentang kerja ergonomis namun tidak
disediakannya kursi yang bisa diatur tingginya sesuai dengan tinggi
badan pekerja.
- Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja diberikan makan
dengan gizi seimbang yang diatur oleh tim menu dari kantin yang
disediakan oleh perusahaan.
- Dari aspek pemeriksaan kesehatan sudah sesuai dengan aturan,
perusahaan melakukan medical check up pada pemeriksaan
kesehatan awal sebelum menerima pekerja dan setiap setahun
sekali pada pekerja. Dilakukan juga pemeriksaan khusus pada
karyawan yang berisiko tinggi.
- Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum mengadakan
penyuluhan berkala untuk mengedukasi pekerja tentang risiko
kesehatan lain yang mungkin dapat diderita oleh pekerja.
- Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan tidak
melakukan pemeriksaan pada pekerja sesuai peraturan
pemerintah.
- Ditinjau dari segi sarana P3K sudah tersedia disetiap divisi namun
belum ada penunjuk lokasi P3K yang mudah terlihat.
- Ditinjau dari segi personil kesehatan sudah terdapat 3 dokter yang
stand by selama jam kerja dan on call diluar jam kerja, 3 paramedis
yang stand by, dan 1 bidan.
- Ditinjau dari segi 10 besar penyakit akibat kerja yang dialami,
angka kejadian ISPA dan cephalgia/myalgia cukup tinggi.
- Ditinjau dari segi penyakit akibat kerja yang dialami, belum ada
kecelakaan yang jelas diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Segala

43
keluhan yang dikeluhkan oleh pekerja bias dengan penyakit bukan
akibat kerja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
keluhan yang terkait dengan kecelakaan kerja.
- Ditinjau dari segi fasilitas kesehatan, perusahaan memiliki 1 klinik
perusahaan dengan 3 orang dokter perusahaan, 3 paramedis, dan
1 bidan.

5.2 Saran
Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan
beberapa saran yaitu :
- Dokter perusahaan standby setiap hari di perusahaan
- Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi
kelangsungan program kesehatan (promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif)
- Pemberian kursi yang bisa diatur tingginya sesuai tinggi badan
pekerja agar lebih ergonomis.
- Perusahaan memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi
P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.
- Perusahaan melaporkan setiap PAK yang terjadi.

44
BAB VI
PENUTUP

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah sebuah perusahaan


yang menjalankan usaha dalam bidang pangan dan mendapatkan akreditasi
untuk:
 Sistem Manajemen Mutu
 Sistem Manajemen Keamanan Pangan
 Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja
 Sistem Manajemen Halal

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Dari hasil walkthrough survey
yang kami laksanakan, perusahaan telah mengimplementasikan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3), namun masih
terdapat sedikit kekurangan.
Semoga makalah ini dapat membantu dalam menyikapi permasalahan
yang ada dan perbaikan perusahaan dalam aspek kesehatan dan
keselamatan kerja.

45

Anda mungkin juga menyukai