Anda di halaman 1dari 11

II.

NILAI KOMUNITAS YANG BAIK

2.1 Anggota Saling Berinteraksi Hubungan Pribadi (Primary Group)

Menurut Soekanto (2009), kelompok sosial atau social group adalah himpunan

atau kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut

hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling

menolong. Sedangkan menurut Subakti (2011), berdasarkan interaksi sosial, kelompok

sosial dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Kelompok Primer (Primary Group)

Kelomok primer merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya

saling kenal mengenal dan bersifat informal. Contoh : keluarga, kelompok sahabat,

teman, teman sepermainan.

b. Kelompok Sekunder (secondary Group)

Kelompok sekunder merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal,

impersonal dan didasarkan pada asas manfaat. Contoh : sekolah, PGRI.

Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,

sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin (Santoso,

2010). Proses sosial adalah interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan syarat

utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara manusia (Wiyarti,

2008).

2.2. Komunitas Memiliki Otonomi

Menurut Susana (2009), istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa/kata

latin yaitu autos yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Sehingga

otonomi diartikan pengaturan sendiri, mengaturatau memerintah sendiri. Otoritas atau


kewenangan sering didefinisikan sebagai kekuasaan. Menurut Hendratno (2009)

menjelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak untuk mengatur dan memerintah daerah

sendiri atas inisiatif kemauan sendiri dimana hak tersebut didapatkan dari pemerintah

dengan kata lain otonomi merupakan hak atau wewenang untuk mengatur dan mengurus

rumah tangga daerah.

Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki

seseorang atau kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di

bidangnya masing-masing. Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang dimiliki

seseorang. Menurut Zubaidah (2011), kewenangan adalah kekuasaan formal yang berhak

untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak

mengharapkan kapatuhan terhadap peraturan-peraturan. Adapun pengertian kewenangan

menurut Budihardjo (2011), kewenangan adalah kekuasaan yang dilembagakan,

kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat hukum, dan hak yang berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu.

2.3 Komunitas yang Memiliki Viabilitas

Komunitas yang memiliki viabilitas ialah komunitas yang dapat memecahkan

masalah sendiri. Robbins (2010), menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor,

yaitu: 1) kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan

aktivitas secara mental; 2) kemampuan fisik (physical ability), merupakan kemampuan

melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Pemecahan

masalah adalah sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, pemecahan masalah dapat

diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi

yang baru dan tidak biasa. Menurut Hudojo (2008), pemecahan masalah adalah usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan mudah

dapat dicapai.

Menurut Saputra (2012) suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang

jika: (1) persoalan itu tidak dikenalnya (2) siswa harus mampu menyelesaikannya, baik

kesiapan mentalnya maupun pengetahuan-nya, terlepas dari apakah ia sampai atau tidak

pada jawabannya,dan (3) sesuatu merupakan permasalahan baginya, bila ia ada niat untuk

menyelesaikannya. Sedangkan menurut Suherman (2015), ada empat langkah yang harus

dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan

pemecahanmasalah, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencanayang telah direncanakan,

(4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

2.4 Distribusi Kemampuan yang Merata

Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan

seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik.

Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja

individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang di miliki

dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat (Soelaiman, 2007). Sedangkan

menurut Robbins (2010), kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk

melaksanakan tugas dalam pekerjaan tertentu.Kemampuan yang di distribusikan oleh

pemimpin komunitas harus

Menurut Buyung (2007) Kemampuan-kemampuan terdiri dari dua kelompok

utama yang paling relevan dengan perilaku dalam bekerja adalah kemampuan intelektual

yang mencakup kapasitas untuk mengerjakan berbagai tugas-tugas kognitif dan

kemampuan phisik yang mengacu pada kapasitas untuk mengerjakan tindakan-tindakan

phisik. Kemampuan berkaitan dengan karakter individu karena setiap individu pasti

memiliki kemampuan tetapi tingkat kemampuannya berbeda, meliputi antara lain :


pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bakat, kepribadian dan pendidikan. Sedangkan

menurut Soehardi (2008) Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan

perilaku dan hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat

pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yamg ia

peroleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman.

2.5 Anggota Berartisipasi Aktif

Secara etimologi, partisipasi berasal dari bahasa inggris participation yang

berarti mengambil bagian/keikutsertaan. Secara umum pengertian dari partisipasi

masyarakat dalam pembangunan adalah keperansertaan semua anggota atau wakil-wakil

masyarakat untuk ikut membuat keputusan dalam proses perencanaan danpengelolaan

pembangunan termasuk di dalamnya memutuskan tentang rencana- rencana kegiatan

yang akan dilaksanakan, manfaat yang akan diperoleh, serta bagaimana melaksanakan

dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya (Manolang, 2013). Menurut Nasdian (2009),

Partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing

oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan

mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi dalam

pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan

agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif.

Partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran

atau emosi dan perasaan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam

upaya untuk memberikan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan yang telah

ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan pencapaian tujuan tersebut

(Adam, 2007). Menurut Chusnah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata

pencaharian.
2.6 Komunitas yang Memberi Makna

Komunitas memiliki banyak makna. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah

kelompok dari suatu masyarakat atau sebagai sekelompok orang yang hidup disuatu area

khusus yang memiliki karakteristik budaya yang sama. Apapun definisinya, komunitas

harus memiliki sifat interaksi. Ciri utama sebuah komunitas adalah adanya keharmonisan,

egalitarian serta sikap saling berbagi nilai dan kehidupan (Karlina, 2009).

Pengertian Komunitas menurut Hermawan (2008) adalah sekelompok orang yang

saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas

terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya

kesamaan interest atau values. Proses pembentukannya bersifat horisontal karena

dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara. Sedangkan menurut

Soenarno (2010) komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun

dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.

Kelompok sosial merupakan suatu himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia

yang hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Hubungan tersebut

menyangkut hubungan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan terdapat

kesadaran untuk saling tolong-menolong. Secara sosiologi, manusia akan banyak

berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, baik dalam kelompok kecil seperti

keluarga, maupun kelompok-kelompok besar seperti masyarakat desa, masyarakat kota,

dan lain sebagainya (Slamet, 2008).

2.7 Adanya Heterogenitas dan Perbedaan Pendapat

Menurut Lie (2008), pengelompokan heterogenitas merupakan ciri yang menonjol

dalam model pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan

memperhatikan jenis kelamin, latar belakang, agama, sosial-ekonomi, etnik, dan

keterampilan akademis. Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling


mengajar, saling mendukung, meningkatkan relasi, interaksi antar ras, agama, etnik, jenis

kelamin dan memudahkan pengelolaan kelas. Pernyataan pembelajaran kooperatif

berdasarkan pendapat Rusman (2010) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Sugiyono (2008) perbedaan adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri

oleh manusia. Semakin maju perkembangan zaman, perbedaan pun semakin jelas terlihat.

Perbedaan tidak memandang bulu, baik itu hal besar maupun kecil pasti akan berbeda.

Apapun usaha manusia untuk menghindari perbedaan, pasti perbedaan itu akan selalu

tetap ada dalam suatu kelompok. Menurut William (2008) kemampuan untuk menghargai

perbedaan pendapat akan memberikan fondasi yang kuat untuk bersikap saling

menghargai antara satu dengan lainnya. Konflik diartikan sebagai hubungan antara dua

pihak atau lebih yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda.

2.8 Pelayanan Masyarakat yang Dekat dan Cepat

Kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang sangat

dinamis, tingkat kehidupan masyarakat semakin baik, hal ini merupakan indikasi dari

empowering yang dialami masyarakat. Masyarakat semakin sadar akan hak dan

kewajiban sebagai warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan, aspirasi,

makin kritis dan berani melakukan kontrol kepada pemerintah (Thoha, 2010). Oleh

karena itu diperlukan pelayanan masyarakat yang memuaskan bagi mereka.

Menurut pernyataan Widodo (2010) pelayanan publik dapat diartikan sebagai

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan.
Sedangkan pelayanan menurut Lukman (2008) adalah suatu kegiatan atau urutan

kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antarseseorang dengan orang lain atau

mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam suatu pelayanan

memiliki empat unsur pokok, menurut Tjiptono (2009) mengemukakan ada empat unsur

pokok yang terkandung di dalam pelayanan yang prima ( service Excellence ), yaitu:

kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat komponen ini merupakan

satu kesatuan yang terintegrasi, dalam artian jika ada salah satu komponen yang kurang

pelayanan tidak akan excellence. Dengan demikian perlu diperhatikan dimensi waktu,

dimensi biaya, maupun dimensi kualitas baik produk maupun kualitas sikap. Pelayanan

yang terbaik adalah melayani setiap saat, secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan,

ramah dan menolong, serta professional.

2.9 Komunitas Memiliki Kemampuan untuk Managng Conflict

Situasi konflik dapat diketahui berdasarkan munculnya anggapan tentang

ketidakcocokan tujuan dan upaya untuk mengontrol pilihan satu sama lain,

yangmembangkitkan perasaan dan perilaku untuk saling menentang (Lestari, 2012).

Menurut Wirawan (2010) manajemen konflik sebagai proses pihak yang terlibat atau

pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik

agar menghasilkan resolusi yang diinginkan.

Menurut Francis (2009), konflik adalah aspek intrinsik dan tidak mungkin untuk

dihindari dalam perubahan sosial. Konflik adalah sebuah ekspresi heterogenitas

kepentingan, nilai, dan keyakinan yang mucul sebagai formasi baru yang ditimbulkan

oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan. Cara

menangani konflik adalah persoalan kebiasaan dan pilihan. Manusia adalah makhluk

konfliktis (homo conflic), yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan,

pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa.


Sementara itu Moore (2008) mengatakan bahwa manajemen konflik atau lazim

disebut mengelola konflik adalah kecenderungan seseorang dalam menata atau mengatur

pertentangan dalam wujud sikap dan perilaku. Sebab masalah yang lahir dari

pertentangan merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit

seseorang mencapai maksud dan tujuan tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Adams, W. M. 2007. Green Development (Enviroment and Sustainability in a developing


wor Part 1, 2) USA and Canada. Routledge.

Budiardjo, Y. 2009. Followership : Sisi Lain Kepemimpinan yang Terlupakan. Jurnal


Psikologi. Vol : 3 No. 1-24.

Buyung, A. 2007. Kompeten dan Kompetensi. 2 Oktober 2007 diakses dari


http://deroe.wordpress.com/2007/10/05/kompeten-dan-kompetensi/ pada tanggal
8 Mei 2017.

Chusnah, U. 2008. Evaluasi Prtisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program


Peningkatan Kualitas Sarana Prasarana Pendidikan di SMA Negeri 1 Surakarta.
Tesis. Universitas Diponesoro. Semarang.

Francis, D. 2009. Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial, terjemahan: Hendrik Muntu,
Yossy Supayo. Quills. Yogyakarta.

Hendratno, T. E. 2009. Negara Kesatuan, Desentralisasi dan Federalisme Cetakan


Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hermawan. K. 2008. Arti komunitas. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hudojo, H. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. UM Press.


Malang.

Karlina. 2009. Kompetensi Pelatih Dalam Pengembangan Profesional. Widya Iswara


LPMP Aceh. Aceh.

Lestari, M. 2012. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani dalam
Berusaha Tani di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa
Tengah. Tesis. Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Surakarta.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Lie, A. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-


ruang kelas. PT Grasindo. Jakarta.

Lukman, S. 2008. Visi Misi dan Manajemen Pelayanan Prima. Makalah dalam
Lokakarya Strategi Pengembangan elayanan Umum di Lingkungan Pemerintah
Daerah, Cisarua, Bogor.

Manolang, E. S. 2013. Peran Tokoh Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan


Desa. Diakses dari
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/1318/1339.
Moore, S. 2008. Kelompok dalam Masyarakat. Bahan Ajar. Jurusan Pendidikan Sejarah.
FPIPS Universita Pendidikan Indonesia. Bandung.

Nasdian, F.T. 2009. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bagian


Sosiologi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Robbins. S. 2010. Organizational Behavior. Prentice Hall.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Mulia mandiri. Bandung.

Santosa, A. 2010. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat
Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Jurnal
Dimensi interior, vol.4, no.2

Slamet, M. 2008. Paradigma Penyuluhan Pertanian dalam Era Otonomi Daerah. Makalah
Pelatihan Penyuluhan Pertanian. Universitas Andalas.

Soehardi, S. 2008. Esensi Perilaku Organisasi. Fakultas Ekonomi Universitas Sarjana


Wiyata Taman Siswa. Yogyakarta.

Soekanto, S. 2009. Pengantar Sosiologi. PT. Raja Eafindo Persada. Jakarta.

Soelaiman. 2007. Manajemen Kinerja ; Langkah Efektif untuk


Membangun,Mengendalikan dan Evaluasi Kerja, Cetakan Kedua. PT.Intermedia
Personalia Utama. Jakarta.

Subakti, A. R dkk. 2011 Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Prenada Media Group.
Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D. ALFABETA. Bandung.

Suherman, E. 2015. Strategi Pembelajaran Matematika. [Hands-out Perkuliahan:


Belajar dan Pembelajaran Matematika]. Bandung: Tidak diterbitkan.

Susana, R. 2009. Reformasi Birokrasi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Thoha, M. 2010. Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Tjiptono, F. 2009. Total Quality Managemen. Andi. Yogyakarta.

Widodo, J. 2010. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Bayu Media. Malang.

William B. J. 2008. Schhol-Site Management Applied. Lancaster-Basel: Technomic


Publishing CO.INC. Direktorat Dikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Depdiknas. Jakarta.
William, N. 2008. Kekuatan Tanpa Batas. Bhuana Ilmu Popular. Jakarta.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori. Aplikasi, dan Penelitian.
Salemba Humanika. Jakarta.

Wiyarti, E. 2008. Pengembangan Kepribadian. LPPM dan Graha Ilmu. Jakarta.

Zubaidah, S. 2013. Hubungan Komunikasi Kelompok Terhadap Tradisi Hidup Sehat


pada Masyarakat Bantaran Sungai Karang Mumus Samarinda Hilir. Jurnal Ilmu
Komunikasi. FISIP. Universitas Mulawarman.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Keuangan
    Analisis Keuangan
    Dokumen8 halaman
    Analisis Keuangan
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kerja Praktek
    Laporan Kerja Praktek
    Dokumen52 halaman
    Laporan Kerja Praktek
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Babi
    Makalah Babi
    Dokumen6 halaman
    Makalah Babi
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Umkm
    Makalah Umkm
    Dokumen11 halaman
    Makalah Umkm
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Pertumbuhan Ternak Sapi
    Pertumbuhan Ternak Sapi
    Dokumen6 halaman
    Pertumbuhan Ternak Sapi
    tasya
    100% (1)
  • Makalah Babi
    Makalah Babi
    Dokumen6 halaman
    Makalah Babi
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Babi 3
    Babi 3
    Dokumen17 halaman
    Babi 3
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Aspek Pasar Dan Pemasaran
    Aspek Pasar Dan Pemasaran
    Dokumen3 halaman
    Aspek Pasar Dan Pemasaran
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Limbah
    Limbah
    Dokumen9 halaman
    Limbah
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Babi 2
    Babi 2
    Dokumen4 halaman
    Babi 2
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Limbah
    Limbah
    Dokumen9 halaman
    Limbah
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Ternak Potong
    Ternak Potong
    Dokumen15 halaman
    Ternak Potong
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Perkandangan
    Perkandangan
    Dokumen9 halaman
    Perkandangan
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Babi 3
    Babi 3
    Dokumen17 halaman
    Babi 3
    tasya
    Belum ada peringkat
  • Babi 3
    Babi 3
    Dokumen17 halaman
    Babi 3
    tasya
    Belum ada peringkat