Luas lahan peternakan sapi potong Lembu Makmur adalah 100 ubin. Modal awal
yang dimiliki oleh peternakan sapi potong lembu makmur adalah Rp 430.000.000,-
dengan total biaya produksi (Rp 2.795.000,-). Penerimaan sebesar Rp 437.000.000,-
dengan memperoleh keuntungan (Rp 4.205.000,-). Berdasarakan hasil analisis
didapatkan hasil Return Cost Ratio yaitu 1,50 yang berarti dari penggunaan biaya
sebesar Rp. 1,00 memeperoleh penerimaan Rp 1,63bahwa R/C > lebih dari 1 berarti
penggunaan biaya sudah efisien efisien yaitu memperoleh pendapatan. Rentabilitas
sebesar 0,97%. Break Event Point sebesar 314.070 dan pay back periode sebesar
102,25 tahun artinya dalam kurun waktu tersebut KWTT sudah dapat mendapatkan modal
kembali.
3.4 Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan yang juga sering disebut feasibility study merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha / proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian
studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial
benefit. Menurut Suastina (2007) Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat
keuntungan usaha ternak sapi potong dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk
mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan ternak sapi potong, dan
untuk menghindarkan keterlanjutan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan.
Total 430.000.000
3.4.2 Biaya
Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
dan jasa. Biaya produksi ada dua yaitu biaya tetap dan biaya variable. Hal tersebut
sesuai dengan Sundari (2009) Biaya produksi dapat dikelompokkan ke dalam biaya
tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan untuk saran produksi dan biaya yang
digunakan berkali-kali. Pernyataan tersebut sesuai dengan Sulistyorini (2013) biaya
tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-
hari.
Total 2.745.000
b. Biaya Variabel
Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin besar pula
jumlah total biaya variable. Menurut Pratama (2013) Biaya variabel merupakan biaya
yang besar kecilnya tergantung pada produksi atau penjualan. Sedangkan menurut
Makkan (2014) Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses
produksi berlangsung. Unsur – unsur yang termasuk ke dalam biaya variabel yaitu
sapibakalan, pakan sapi, obat – obatan dan biaya tenaga kerja.
(5 bulan)
Hijauan -
Obat-obatan 50.000
Total 50.000
3.4.3 Penerimaan
Penerimaan adalah harga dikali kuantitas output yang diputuskan kan diproduksi dijual
oleh suatu perusahaan. Penerimaan peternakan Lembu Makmur didapatkan dari hasil
jual sapi bakalan. Pemerimaan yang diperoleh peternakan sapi potong Lembu Makmur
diperoleh sebesar Rp 437.000.000,- dari hasil penjualan sapi bakalan 19 ekor sapi
dengan harga Rp 19.000.000,- per ekor.
No
Sumber Kapasitas Harga satuan Total
1 Penjualan sapi 23 19.000.000 437.000.000
Total 437.000.000
Artinya, peternakan Lembu Makmur bisa untuk dikembangkan karena R/C yang
didapatkan >1, yaitu 1,50. Menurut Pratama (2013) Terdapat tiga kriteria ukuran
kelayakan investasi menurut metode net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) yaitu:
a) Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut
tidak menguntungkan atau tidak merugikan.
b) Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut
menguntungkan atau layak untuk dijalankan.
c) Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut
tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan.
3.4.5 Rentabilitas
Analisis rentabilitas dalam proyeksi usaha penggemukan sapi potong dilakukan
utttu melihat kemampuan modal baik modal sendiri maupun modal pinjaman untuk
mengllasllkan laba. Menurut Ningsih (2010) Rentabilitas merupakan pencerminan
kemampuan modal perusahaan yang bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan
atau laba. Rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam
menggunakan modal kerjanya.
𝑙𝑎𝑏𝑎
Rentabilitas =𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 ×100%
Rp.4.205.000,−
=Rp.430.000.000,− × 100%
= 0,97%
Hasil rentabilitas dari usaha ternak sapi potong adalah 0,97% Setiap modal yang
ditanamkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,97%. Menurut Sundari (2009)
Kelayakan usaha dapat diketahui dengan rentabilitas. Nilai tersebut dibandingkan
dengan suku bunga bank yang berlaku, jika nilai rentabilitas lebih besar dari suku
bunga maka usaha tersebut layak, tetapi sebaliknya jika nilai rentabilitas dibawah suku
bunga bank maka usaha tersebut tidak layak.
3.4.6 BEP (Break Event Point)
BEP (Break Event Point) merupakan suatu alat pengukur hasil usaha. Menurut
Suastiana (2007) BEP merupakan suatu keadaan yang menunjukkan pengusaha ternak
sapi potong tidak untung dan tidak rugi. Usaha dikatakan layak apabila kondisi
penerimaan yang diperoleh jauh lebih besar daripada biaya produksi secara
keseluruhan. BEP perusahaan diusahakan seminimal mungkin karena ternak yang
dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit.
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑃𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
2.745.000
𝐵𝐸𝑃 = 19.000.000
2.173,91
= 314.070
Jadi BEP peternakan Lembu Makmur sebanyak Rp 314.070,-
Payback Periode adalah suatu periode yang perlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan procced atau aliran kas netto atau
net cash flows. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Utari (2012) Payback Period
merupakan jangka waktu pengembalian investasi yang dikeluarkan, melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Semakin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi yang dikeluarkan maka bisnis semakin
layak diusahakan.
IV Penutup
4.1 Kesimpulan
1.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA