Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH SINGKAT Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata).

Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae. Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia. SENTRA PERIKANAN Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang dan sekitarnya. JENIS Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga Tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing "kascing") serta tidak banyak bergerak MANFAAT Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai: 1) Bahan Pakan Ternak Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan,udang dan kodok. 2) Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit. Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus. 3) Bahan Baku Kosmetik Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik. 4) Makanan Manusia Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam. PERSYARATAN LOKASI 1) Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar. 2) Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur). kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. 3) Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6 -7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi. 4) Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %. 5) Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 1525 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal. 6) Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung,misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di

ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA Penyiapan Sarana dan Peralatan Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rakrak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,pancing bertingkat atau pancing berjajar.. Pembibitan Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung. 1) Pemilihan Bibit Calon Induk Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan. 2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara: a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa.Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa. b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain. c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b. d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain. e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit. 3) Sistem Pemuliabiakan Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan.Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok,cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua). 4) Reproduksi, Perkawinan Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan,tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon. Pemeliharaan 1) Pemberian Pakan Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain : - pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. - bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan. - pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. - pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. - bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.

2) Penggantian Media Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu. 3) Proses Kelahiran Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah. HAMA DAN PENYAKIT Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain. Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup. PANEN Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya cacing tanah di Bandung (Jawa Barat) pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Modal tetap a. Sewa tanah seluas 200 m2/tahun Rp. 120.000,b. Kandang pelindung:bahan bambu & atap rumbia Rp. 150.000,c. Kandang ternak uk 1,5X18 m2 , Tg 50 Cm :11 bh Rp. 600.000,d. Media : - Bahan media 6 Ton, @ Rp. 100,00 Rp. 600.000,- Plastik 200 m, @ Rp. 1600,00/m Rp. 320.000,- Pelepah Pisang Rp. 25.000,Jumlah Rp. 1.815.000,2. Biaya Penyusutan a. Tanah Rp. 40.000,b. Kandang Pelindung Rp. 16.667,c. Kandang Ternak Rp. 66.667,d. Media - Bahan Media Rp. 300.000,- Plastik Rp. 160.000,- Pelepah Pisang Rp. 6.250,Jumlah Rp. 589.584,3. Modal Kerja a. Bibit sebanyak 40 Kg, @ Rp. 200.000,00/Kg Rp. 8.000.000,b. Pakan dalam bentuk limbah sayur(petsai, Mentimun) 5 Ton @Rp. 500,Rp. 2.500.000,c. Tenaga Kerja 4 orang @ Rp. 100.000,-/bulan Rp. 400.000,Jumlah Rp. 10.900.000,4. Jumlah modal yang dibutuhkan : a. Modal tetap Rp. 1.815.000,b. Modal kerja Rp. 10.900.000,Jumlah Rp. 12.715.000,5. Produksi/4 bulan Selama 4 bulan 1600 Kg, @ Rp.210.000,-/Kg Rp. 336.000.000,-

6. Biaya produksi/4 bulan a. Biaya penyusutan Rp. 589.584,b. Modal kerja Rp. 10.900.000,Jumlah Rp. 11.489.584,7. Keuntungan/4 bulan a. Produksi/4 bulan Rp. 336.000.000,b. Biaya produksi/4 bulan Rp. 1.489.584,Jumlah Rp. 324.510.416,8. Break Even Point a. Keuntungan/4 bulan Rp. 324.510.416,b. Biaya Produksi/4 bulan Rp. 11.489.584,Jumlah Rp. 313.020.822,Keuntungan selama 4 bulan Untung bersih Produksi Rp. 313.020.822,-/120 hr Rp. 313.020.822,Rp. 2.608.506,-

BEP = Biaya Tetap [ 1 - (Biaya Penyusutan : Keuntungan)] = Rp. 1.815.000,00 [ 1 - (Rp. 589.584 : Rp. 324.510.416,-)] = Rp. 1.815.000,00 [ 1- 0.0018 ] = Rp. 1.815.000,00 X 0.9982 = Rp. 1.811.733,00 Artinya tingkat hasil penjualan sebesar Rp. 1.811.733,00/4 bulan 9. Tingkat Pengembalian Modal Jumlah Modal Yang Diperlukan Modal Kembali = __________________________ X 1bulan (keuntungan + penyusutan) = 1,733 bulan atau 2 bulan dalam 1 kali Produksi Jadi tempo yang diperlukan untuk menutupi kembali Investasi adalah dalam 1 kali panen atau 2 bulan. Gambaran Peluang Agribisnis Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapat respon yang besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkan karena besarnya permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksi cacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil yang besar dengan penanganan yang baik. CACING TANAH Lumbricus rubellus PENDAHULUAN "TMO" Sumber Agung telah membudidayakan jenis cacing tanah Thailand mulai tahun 2005. Cacing ini berasal dari Negara Thailand yang mempunyai iklim tropis seperti di Indonesia. Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan salah satu dari sekian banyak jenis cacing tanah yang ada di bumi ini. Secara langsung maupun tidak langsung cacing tanah ini banyak berperan dalam kehidupan manusia, mulai dari sebagai pakan ternak, obat, kosmetik penghasil pupuk organik, pelenyap sampah hingga sebagai bahan tambahan makanan manusia. Dari manfaat tersebut, kini cacing tanah Lumbricus rubellus mulai dilirik dibudidayakan karena perkembananya sangat cepat dan keuntungannya yabg tidak sedikit. Dari kebutuhan pasar luar negeri tercatat kebutuhan cacing tanah cukup besar, Korsel misalnya membutuhkan cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam. Untuk keperluan pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina cacing tanah sebagai obat tradisional, di Perancis dan Italia dijadikan bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit, sementara di Jepang dan beberapa Negara Eropa dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri cacing tanah ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. CIRI-CIRI CACING TANAH cacing tanah tergolong dalam kelompok hewan avertebrata. Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin. Pada tiap segmen terdaoat rambut yang keras yang disebut seta (chaeta) Cacing tanah sangat menyukai bahan organik yang berasal dari kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan. Hasil dari budidaya cacing tanah diantaranya casting. Casting mampu menigkatkan kualitas produksi dan mendongkrak kuantitas produk pertanian. Lama siklus hidup cacing tanah sangat tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan dan jenis cacing tanah. Pada kualitas yang baik dapat hidup selama 5 th bahkan 15 th.

Peralatan dan Perlengkapan yang Dibutuhkan Untuk menunjang kegiatan produksi cacing tanah, dibutuhkan beberapa perlengakan dan peralatan yang mudah diperoleh pada lingkungan sekitar kita dan banyak dijual di toko peralatan pada umumnya: Wadah untuk memelihara cacing, dapat memakai papan kayu atau bahan dari plastik maupun dari bak beton. Untuk kotak jangan lupa melubangi bagian bawah kotak sehingga dapat menampung pupuk cair yang keluar, untuk bak beton dibuat saluran air untuk menampung pupuk cair. Media hidup cacing dari kompos maupun kotoran ternak yang sudah difermentasi Sampah sisa makanan atau sampah organik lainnya. Ember dengan penutup. Penutup kotak cacing yang dapat dibuat dari kayu dan kawat jaring. Minyak atau oli untuk menghalau serangga yang tidak diinginkan, misalnya: semut, kecoa, dll. Sarung tangan karet. Bibit cacing tanah. Lokasi yang terlindung dari hujan dan sinar matahari yang berlebihan. CARA PEMBUDIDAYAAN Persiapan: wadah (dapat berupa bak dll), Bibit Cacing dan Makanan/media hidup cacing (kotoran yang telah difermentasikan) Pemeliharaan cacing tanah dapat dilakukan melalui sistem tebar dalam gundukan atau sistem bak beton yang ditebarkan dengan kepadatan tebar 2 kg cacing tanah untuk tiap meter persegi setebal 15 cm Masukkan kompos setinggi 15 cm ke dalam kotak Pemeliharaan secara merata. Tambahkan sedikit air ke dalam media hingga cukup basah dan gembur. Aduk semuanya hingga tercampur merata. Anda dapat menggunakan sarung tangan yang telah disiapkan jika merasa jijik. Perlahan masukkan bibit cacing tanah ke dalam kotak pemeliharaan. Pemeliharaan cacing tanah meliputi penyiraman media jika kelembaban media kurang. disamping menjaga kelembaban penyiraman juga bertujuan menjaga suhu media. Pencegahan hama dan pengganggu cacing tanah selama proses pemeliharaan sangat penting untuk diperhatikan. Pengontrolan kondisi media dapat dilakukan secara teratur sesuai dengan jumlah yang diberikan untuk mengetahui apakah cacing tanah terus memakan media, jika media telah habis dimakan perlu ditambahkan media baru sebagai lapisan tambahan diatas media lama. Satu minggu sebelum panen, penyiraman diberhentikan dan tidak perlu menambahkan media baru. Pemanenan dilakukan dengan cara mengeruk permukan media yang telah berubah menjadi casting. Penyortiran cacing dilakukan secara manual dengan tangan atau ayakan plastik. Cacing tanah yang telah disortir sementara ditampung dikotak pemeliharaan kesehatan tersendiri sekaligus diberikan pakan. Casting yang dihasilkan dapat langsung ditebarkan dilahan pertanian sedangkan kalau tidak langsung ditebarkan dapat dikeringkan untuk mempermudah penyimpanan. Cara diatas adalah cara budidaya cacing tanah skala kecil untuk budidaya cacing tanah skala besar klik disini atau datang lansung ke alamat kami CARA MENGETAHUI APAKAH CACING MERASA NYAMAN DI MEDIA HIDUPNYA Anda dapat memperhatikan perilaku cacing-cacing tersebut untuk mengetahui tingkat kenyamanan kotak pemeliharaan. Jika cacing masuk ke dalam media, maka cacing cukup merasa nyaman dengan kotak pemeliharaan. Sebaliknya, jika cacing-cacing tersebut mencoba naik ke pemukaan, itu tandanya kotak pemeliharaan kurang nyaman untuk mereka.Ketidaknyamanan cacing pada media pemeliharaan biasanya dikarenakan kurangnya kelembaban, kurangnya ventilasi, atau ada zat pencemar yang tidak disukai cacing, seperti zat kimia tertentu dalam media. Hal-hal Lain yang Perlu Diketahui dalam Budidaya Cacing Tanah. Cacing sangat bagus dalam memanfaatkan sisa makanan untuk diubah menjadi pupuk yang disebut CASTING & Pupuk Cair yang sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah. Tapi perlu diingat: cacing adalah makhluk hidup yang memerlukan perhatian yang cukup dalam pemeliharaannya. Jangan berikan cacing makanan yang dapat membuat cacing sakit. Benda-benda yang tidak boleh masuk dalam media pemeliharaan: * Ampas kopi atau teh * Minyak atau bahan yang berminyak * Bahan yang mengeluarkan bau keras * Sabun atau bahan kimia * Tulang atau daging * Buah yang masam (jeruk) * Garam atau gula

* Cabai Berapa banyakkah cacing makan? Makanan cacing tanah dalah sehari kurang lebih sama dengan berat cacing pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali. Cara memberi makan cacing * Cara memberi makan cacing * Potong kecil-kecil makanannya (perhatikan bahan-bahan yang dilarang) * Simpan dalam ember tertutup selama 2-3 hari agar terfermentasi * Buatlah lubang pada media dan masukkan makanan dari ember tadi * Tutup lagi dengan media perlahan-lahan (hindari alat yang tajam) Cara menjaga kelembaban kotak pemeliharaan Tambahkan kompos dan aduk-aduk, jaga jangan sampai media menjadi padat.Jika terlihat kering tambahkan makanan yang banyak mengandung air atau disiram air. Hewan-hewan Penggangu dalam budidaya Cacing tanah Tikus Semut Ayam Bebek Kadal Katak Demikian pembahasan mengenai budidaya cacing tanah Lumbricus rubellus di TMO Sumber Agung, semoga bermanfaat bagi kita. Untuk info lebih lanjut dapat hubungi kami di win82w@yahoo.com Dk. Sidorejo Rt 06 Ds. Mojodoyong Kec Kedawung Kab. Sragen Copy Right by: win di Rabu, Maret 04, 2009 Label: Budi Daya Cacing Tanah Lumbricus rubellus Memelihara Belut dalam Comberan Belut bisa diusahakan di berbagai perairan seperti sungai, rawa, dan kolam. Ia juga dapat dipelihara di genangan air sawah, bahkan dalam air comberan sekalipun! BELUT merupakan salah satu jenis ikan darat dari keluarga Sybranchidae, yakni ikan yang tidak memiliki sirip atau anggota tubuh lain untuk bergerak. Jika ingin memelihara belut sebagai usaha sambilan, Anda bisa melakukannya di pekarangan rumah. Bahkan jika pekarangan yang dimiliki amat terbatas (sempit), Anda bisa memeliharanya di comberan, dengan kadar oksigen dalam air yang sangat minim. Mengapa bisa demikian? Karena belut memiliki alat pernapasan tambahan, sehingga bisa mengisap zat asam (oksigen) secara langsung dari udara.Comberan merupakan tempat air buangan (limbah) dari dapur serta kamar mandi yang menggenang. Genangan comberan itu umumnya tidak luas, terletak di belakang rumah, dan biasanya merupakan genangan air kotor yang kental-berlumpur. Air comberan sudah barang tentu bukanlah tempat ideal bagi kesehatan dan lingkungan sekitarnya. Dipandang pun tidak menarik selera, karena ujud airnya yang kotor dan se-ringkali mengeluarkan bau tak sedap. Tidak sedikit pula comberan yang menjadi sarang penyakit, terutama jentik-jentik nyamuk. Nah, daripada air comberan menjadi tempat jorok dan sarang penyakit, mengapa tidak dimanfaatkan sebagai media pemeliharaan belut yang cukup produktif? Comberan yang diusahakan sebagai tempat pemeliharaan belut biasanya lebih terpelihara. Air yang dibuang pun tidak akan melimpah ke mana-mana. Jentik-jentik yang biasa timbul di tampat air tergenang juga akan habis dimakan belut. Jadi belut dan comberan bisa dijadikan peduan usaha yang sangat menguntungkan bagi keluarga dan lingkungan. Menjadi Bak Sebelum comberan digunakan sebagai tempat pemeliharaan, terlebih dahulu harus dirombak menjadi bak. Bak inilah yang akan menampung air dari dapur dan kamar mandi. Bak dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 1,5 m3. Seluruh dindingnya terbuat dari tembok (batu bata), kecuali bagian dasar yang dibiarkan begitu saja untuk peresapan air. Sebelum diisi air, dasar bak perlu dicangkul-cangkul dulu agar gembur. Selanjutnya diberi tumpukan bahan-bahan organik seperti dedak kasar, se-kam padi, pupuk kandang yang telah mdang dan ikatan-ikatan jerami kering. Kemudian bak penampungan diisi air, tapi jangan sampai penuh. Cukup setinggi 50-60 cm saja, agar belut tidak mudah keluar dari bak. Untuk mengalirkan air yang berlebihan, pada salah satu pinggiran bak dibuat lubang pengeluaran. Penanaman Benih Sebelum belut-belut dimasukkan, sebaiknya bak telah diisi air selama 15 hari. Ini untuk mencegah terjadinya kematian belut karena pengaruh bahan-bahan tembok seperti kapur dan semen. Benih belut yang akan dipelihara hendaknya dipilih yang sehat, baik, tidak luka, atau rusak.Bak comberan berukuran 1 x 1 x 1,5 m3 tadi dapat diisi 150 ekor benih dengan panjang 5-8 cm. Apabila mau diisi belut berukuran tanggung, dengan panjang 15 cm, sebaiknya jumlahnya dikurangi hingga separonya. Untuk benih ukuran tanggung ini, masa panen bisa dipersingkat menjadi sekitar dua bulan saja. Untuk menjaga kemungkinan

air meluap dan belut meloncat keluar dari bak comberan, sebaiknya bak ditutup de-ngan bahan-bahan bambu. Se-lain itu, lubang saluran air per-lu diberi kawat saringan (filter). Makanan Agar tumbuh dengan baik dan sehat, belut memerlukan makanan yang cukup. Makanan belut yang dipelihara dalam bak comberan terdiri atas jasad renik yang tumbuh dari pupuk. Bisa juga berupa sisa-sisa makanan dari dapur. Lebih baik lagi jika belut di-beri makanan tambahan berupa ulat besar (belatung). Ulat bisa diperoleh dengan cara membusukkan ampas kelapa, dedak halus, dan dua sendok makan pupuk urea. Biarkan campuran ini di tempat lembab selama satu minggu dalam wadah keranjang. Campuran ini nantinya akan menghasilkan lar-va/ulat. Pemberian ulat bisa dilakukan 10 hari sekali. Pemanenan Dua bulan setelah dipe-lihara, benih belut yang semula berukuran kecil (5-8 cm) akan tumbuh menjadi 15 cm. Belut tanggung seperti ini harus dikurangi jumlahnya, agar kepadatan bak tidak over. Pengurangan dapat mencapai 60-70 persen dari populasi belut semula. Anda tidak harus membuang belut-belut yang diafkir, tetapi cukup me-nyediakan bak lain di sebelahnya. Jika tak memungkinkan membuat bak baru, belut yang diafkir ini bisa dijual sebagai benih tanggung. Bisa juga dikonsumsi sendiri sebagai belut goreng yang kering, renyah, dan gurih. Sedangkan belut yang tersisa terus dipelihara. Tapi tumpukan bahanbahan orga-nik perlu diperbarui dan diperbaiki dulu. Dua bulan kemudian, belut sudah berukuran sekitar 25-30 cm dan bisa dipanen. Anda bisa memasarkannya dalam keadaan masih hidup, atau melalui pengolahan menjadi dendeng atau belut go-reng.Nah, selamat mencoba. (Drs Supriyanto HP-32)

Anda mungkin juga menyukai