Anda di halaman 1dari 18

Budidaya Ulat Sutra

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Usaha persuteraan alam telah lama dikenal sebagian masyarakat
Indonesia. Kegiatan ini bersifat padat karya, tidak mutlak
memerlukan ketrampilan khusus yang tinggi, menghasilkan produk
dengan nilai ekonomi yang tinggi serta relatif cepat
menghasilkan. Diharapkan kegiatan ini dapat dijadikan alternatif
usaha dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan.

Dari rangkaian kegiatan persuteraan alam tersebut, dipandang dari


aspek usaha sebenarnya dapat dibagi menjadi 2 atau 3 unit usaha yang
masing-masing dapat berdiri menjadi unit usaha mandiri, yaitu usaha
kebun murbei sebagai pemasok pakan ulat sutera, kemudian usaha
pemeliharaan ulat sutera untuk menghasilkan kokon sutera dan usaha
pemintalan kokon menjadi benang sutera siap tenun.
Sejalan dengan hal tersebut pemerintah telah menetapkan
kebijaksanaan untuk meningkatkan persuteraan alam nasional melalui
pembinaan dan penyuluhan juga berupa pemberian kredit persuteraan
alam.

2. Maksud dan Tujuan


Penyusunan proposal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
singkat mengenai budidaya murbei, pemeliharaan ulat sutera, prospek
dan peluang usaha persuteraan alam bagi masyarakat.

III. PEMELIHARAAN ULAT SUTERA


Pemeliharaan ulat sutera sangat tergantung pada keadaan alam dan
kemampuan dari para pemeliharanya. Oleh karena itu sebelum
melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu diketahui terlebih dahulu
kecocokan tempat untuk pemeliharaan. Keadaan lingkungan sekitar
untuk pemeliharaan ulat sutera perlu dipertimbangkan pada tempat
yang mempunyai iklim dan tanah yang cocok untuk pertumbuhan
murbei maupun hidup ulat sutera sehingga dapat menghasilkan kokon
yang berkualitas baik.
Sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu dipersiapkan hal-
hal sebagai berikut ;
a. Persiapan daun murbei.
Agar dapat menghasilkan produksi kokon yang berkualitas baik sudah
dibuat standar jumlah daun yang harus diberikan sesuai ddengan
jumlah ulat yang dipelihara. Untuk keperluan makan 1 boks ulat yang
berisi 25.000 butir telur dibutuhkan makanan sebanyak 1,2 ton (daun
beserta cabang) atau 800 kg daun dari mulai ulat menetas sampai
membuat kokon.
b. Persiapan ruangan dan alat-alat pemeliharaan.
- persiapan sarana dan prasarana
- disinfeksi untuk mencegah infeksi kuman penyakit pada ulat sutera
yang dipelihara.
- menghindarkan ulat sutera dari hama
c. Kesiapan sumber daya manusia
Pengetahuan mengenai cara melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu
dikuasai terlebih dahulu karena ulat sutera dalam perkembangannya
sangat tergantung kepada para pemeliharanya. Untuk itu sebelum
melakukan pemeliharaan ulat sutera, para pemelihara hendaknya
dilatih atau belajar terlebih dahulu agar keterampilan dalam
pemeliharaan ulat sutera dapat dikuasai.
Mengenal Ulat Sutera (Bombyx mori L)
Ulat sutera adalah serangga penghasil benang sutera yang siklus
hidupnya mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari larva(ulat),
pupa sampai dengan kupu-kupu.
a. telur
bentuk lonjong, p=1.3 mm, l=1 mm dan tebal=0.5 mm, warna putih
kekuningan. Telur biasanya menetas 10 hari setelah menjalani
perlakuan khusus pada suhu 25° C dan pada RH 80-85%. Secara nono
alamiah penetasan dapat dengan memberikan larutan HCl.
b. ulat sutera terbagi dalam 5 instar yaitu :
-instar 1,2 dan 3 disebut ulat kecil dengan umur 12 hari
tahan terhadap suhu 28-30 C dan RH 90-95%, menjelang istirahat
nafsu makannya menurun,
-instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari
membutuhkan suhu 23-25C dgn RH 70-75%. Setelah instar 5 berakhir
ulat akan mengokon.
-pupa, terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat ulat sutera.
Lama masa pupa kurang lebih 12 hari. Pupa jantan ruas ke 9 terdapat
tanda titik sedang pupa betina ruas ke 8 terdapat tanda silang.
Teknis Pemeliharaaan
a. perolehan bibit ulat sutra
di Indonesia ada 2 lokasi Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) yaitu
di Candiroto, Temanggung dibawah Perum Perhutani Unit I Jateng
dan PPUS Soppeng, sul-Sel. Kedua PPUS ini memproduksi telur/bibit
ulat sutera yang didistribusikan secara nasional. Pengadaan daerah
setempat dikoordinasikan oleh Dinas Kehutana/PKT setempat.
b. Persiapan pemeliharaan
1. persyaratan bangunan pemeliharaan terbagi menjadi 3 ruangan
yaaitu :
ruang peralatan, ruang pemeliharaan dan ruang daun. (ada contoh
dilakukan di ruang tamu, agar tidak terganggu hama, banyaknya ulat
yang akan dipelihara disesuaikan dnegan luas bangunan, diusahakan
jangan terlalu sempit, supaya nggak sumpek ).
2. alat dan bahan
rak yang terbuat dari (kayu atau besi) dan sasak kayu/besi dengan
ukuran 110x80 cm (8 sasak untuk 1 box), termometer,timbangan daun
(nggak ada juga nggak papa, asal bisa mengira-ngira), keranjang
daun, gunting , pisau dan ember dan baskom.
tempat sekitar bangunan harus bersih, suhu ruangan 26-28C dam RH
75-75% dengan cahaya dan sirkulasi udara cukup.
3. pengambilan telur
Stadia telur yaitu dimana pertumbuhan embrio telur agar bisa menetas
menjadi ulat. Dalam pertumbuhan ini diperlukan kondidi optimal agar
telur bisa menetas, yang sangat dipengaruhi oleh cara penanganan
terhadap telur dan faktor lingkungan termasuk tempaeratur,
kelembaban dan pencahayaan.
Dalam pengambilan telur banyak faktor yang mempengaruhi, antara
lain :
-ptelur baru mulai tumbuh dan dapat mentolerir pengaruh luar pada
waktu 7-10 hari sebelum penetasan. Oleh karena itu dianjurkan
pengambilan dilakukan pada saat itu.
-pada waktu membawa telur, jangan sampai tekena sengatan matahari
langsung, untuk itu saat dibawa hendaknya dilapisi dengan kain
lembab dan selalu menjaga agar kain tersebut tetap lembab selama
perjalanan.
-jangan meletakkan telur di tempat dengan suhu kering dan panas
seperti bagasi
-pada udara AC, sebaiknya tetap dibungkus kain lembab karena udara
AC udara kering
-hindarkan dari sentuhan tangan yang kotor atau terkontaminasi asap
rokok
-telur jangan disimpan ditempat tertutup, karena dalam
pertumbuhannya telur butuh udara
-usahakan telur jangan sering terkena guncangan dan hindarkan dari
bahan kimia (pupuk, pestisida atau bensin)
-setelah sampai ditujuan, telur harus segera diinkubasi pada kondisi
yang sesuai
4. inkubasi telur.
Inkubasi yaitu penyimpanan telur dalam maksud menetaskan,
dilakukan dalam ruangandimana temperatur, kelembaban dan
pencahayaan diatur.
Telur yang akan menetas selama masa inkubasinya mengalami
pertumbuhan embrio yang dapat diketahui dari perubahan warna telur
sebagai berikut :
-telur yang baru dikeluarkan induknya berwarna kuning muda
-setelah perlakuan, berangsur menjadi kuning tua, lalu coklat muda,
coklat tua, hitam, abu-abu tua, abu-abu muda. Dua hari sebelum
penetasan terdapat bintik biru pada bagian ujung telur yang lancip
( blue head)
Inkubasi dilakukan dengan menyebar telur secara merata pada kotak
penetasan, ditutup dengan kertas tipis dan disimpan dalam ruangan
sejuk (suhu sekitar 25C dan RH 75-80%). Jika temperatur harian lebih
rendah biasanya penetasan akan lebih lambat, jika temperatur harian
lebih tinggi penetasan lebih cepat, jika kelembaban terlalu tinggi
penetasan akan terlambat bahkan akan sulit menetas, jika kelembaban
terlalu rendah telur akan kekurangan air menyebabkan kematian telur.
Diusahakan tidak terkena matahari langsung, dilakukan pencahayaan
dalam ruangan untuk merangsang pertumbuhan telur dengan
ketentuan 16 jam terang dan 8 jam gelap.
setelah telur mencapai titik biru dibungkus dengan kain hitam
(penggelapan total)selama 36 jam
saat penetasan kain hitam dibuka, jika yang menetas masih sedikit
ditutup kembali. Jika yang menetas sudah banyak, tutup dibuka dan
dilakukan pencahayaan agar penetasan serempak.
. 3. Hakitate (pekerjaan pengurusan ulat pertama kali sejak menetas
dari telur meliputi persiapan dalam ruangan dan pemberian makanan)
hakitate dilakukan sekitar pukul 8-9 pagi. Setengah jam sebelum
diberi makan ulat ditaburi campuran kaporit dan kapur dengan
konsentrasi campuran 3%. Tujuan penaburan tepung desinfektan
adalah untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan jamur
Aspergillus yaitu muskardin.
Pemeliharaan Ulat kecil
1. pengambilan daun
daun untuk ulat kecil adalah umur pangkasan kurang lebih 1 bulan,
pengambilan pagi/sore hari suapaya tidak layu. Cara pengambilan
daun yaitu :
-instar 1=lembar 3-5 dari pucuk
-instar 2=lembar 5-7 dari pucuk
-instar 3 lembar 8-12 dari pucuk
2. Desinfeksi tubuh ulat
Desinfeksi untuk tubuh ulat menggunakan campuran 5 gr kaporit dan
95 gr kapur diaduk merata. Ditaburkan tipis dan merata pada tubuh
ulat dengan ayakan plastik, sebelum hakitate pada instar 2 dan awal
instar 3
waktu pukul 8-10. Kotak penetasan diletakkan pada sasak yang telah
diberi kertas alas dan kertas parafin (kertas roti), ulat yang melekat
pada kerta dipindah ke kotak penetasan. Dilakukan disinfeksi pada
tubuh ulat kemudian diberi jaring. Selanjutnya diberi makan dan
terakhir ditutup dengan kertas parafin
4.pemberian pakan
keadaan daun baik, tidak basah, segar bersih dan dilakukan 2 jam
setelah hakitate. Ulat dipindahkan ke sasak, dibiarkan terbuka selama
1 jam., kemudian diberi makan dan ditutup kembali. Selanjutnya ulat
diberi makan 3xsehari. Selanjutnya setiap jam sebelum pemberian
makan kertas penutup dibuka.
5. pembersihan tempat ulat
dilakukan sebelum pemberian pakan, pembersihan dilakukan apabila
sisapakan sudah banyak (selama instar 1 tidak perlu dibersihkan).
Pembersihkan dilakukan dengan diawali pemasangan jaring di atas
tempat ulat., kemudian daun diletakkan di atas jaring dan tunggu
sampai 90% ulat naik ke atas jaring, selanjutnya jaring diangkat dan
dipindahkan ke sarang lain. Kotoran dan sisa pakan dibuang, ulat
yang sakit dan mati dimasukkan ke dalam tempat tertutup yagn berisi
desinfektan.
6. perlakuan selama ulat tidur
kertas penutup dibuka, agar udara masuk, kemudian tempat ulat
diperluas dan ulat ditaburi kapur.
7. perlakuan setelah ulat bangun
tempat ulat dipersempit, jendela ditutup., dilakukan disinfeksi tubuh
ulat, jaring dipasang dan kemudian diberi pakan
pemeliharaan ulat besar
1. bangunan
suhu ruangan antara 22C-25C dengan RH 70-75% dan cahaya serta
aliran udara baik
2. alat dan bahan
rak bersusun, alas karung plastik dan tali plastik.
3. disinfeksi ruangan
dengan kaporit 5 gr/l air diaduk merata, kemudian disemprotkan
secara merata keseluruh ruangan dengan dosis 1 lt/m2.
4. pengambilan daun
umur pangkas 2.5-3 bulan, pengambilan dilakukan pada pagi dan sore
hari.
5. pemberian pakan
daun harus baik, tidak basah, bersih dan segar. Daun diberikan 3x
sehari.
6. membersihkan tempat ulat
dilakukan sebelum pemberian pakan. Pada instar , dilakukan setelah
ulat ganti kulit, pertengahan instar dan menjelang ulat tidur. Istar 5,
dilakukan setelah ganti kulit setiap 2 hari atau kotoran sudah terlalu
banyak. Terakhir menjelang ulat mengokon.
7. disinfeksi tubuh ulat
diberi kapur dicampur dengan kaporit perbandingan 9:1 kemudian
ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan menggunakan
ayakan plastik atau kain kasa. Dilakukan sebelum pemberian pakan.
8. pengokonan ulat
ulat mulai mengokon pada hari ke 6 atau hari ke 7 (instar 5) dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
- nafsu makan berkurang sampai berhenti sama sekali
- tubuh ulat menjadi kekuni-kuningan
- ulat cenderung menepi dari sasak
- dari mulutnya keluar serat sutera
setelah keluar tanda-tanda di atas maka ulat dikumpulkan ke dalam
alat pengokonan dengan menaburkan secara merata.
9. panen kokon panen kokon adalah pengambilan bahan dari alat
pengokonan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiantan
pengokonan adalah sbb :
- pemanenan kokon dilakukan 5-6 hari setelah mengokon.
- Pemanenan kokon sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau
lambat. Kalau terlalu cepat pupa mudah pecah yang
mengakibatkan kokn kotor di bagian dalam, tetapi kalau terlambat
pupa akan berubah menjadi kupu-kupu.

IV. PROSPEK PENGUSAHAAN ULAT SUTERA ALAM


Usaha tani budidaya ulat sutera pada awalnya memerlukan biaya yang
cukup besar untuk pembuatan kebun murbei dan penyediaan sarana
pemeliharaan ulat. Usaha ini cocok dilakukan oleh masyarakat di
pedesaan karena memerlukan lahan dan tenaga kerja yang cukup
banyak. Jika dikelola dengan baik budidaya persuteraan alam dapat
memberikan keuntungan secara rutin setiap bulannya.
1. Pengeluaran
Biaya yang dikeluarkan untu membangun usahatani persuteraan alam
untuk tahun pertama, kedua dan ketiga berbeda. Pada tahun pertama
terdapat biaya investasi kebun dan peralatan, selanjutnya untuk tahun
kedua dan berikutnya untuk pemeliharaan kebun dan pemeliharaan
ulat dalam jumlah yang sesuai dengan produksi daun murbei.
Tabel 1. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat
Sutera Seluas 1 Hektar pada Tahun Pertama

N Jenis Volu Harga Biaya


o Kegiatan me Satuan (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5
I. Pembuata
n kebun
murbei
1. Sewa 1 ha 1.500.0 1.500.0
lahan 00,- 00,-
2. Pemupuk 10 50.000,- 500.000
an ton ,-
1.250,-
- pupuk 400 500.000
2.250,-
kandang kg ,-
1.750,-
- Urea 200 450.000
kg ,-
- TSP
200 350.000
- KCl
kg ,-
3. Pengolah 200 7.500,- 1.500.0
an lahan, HOK 00,-
penanam
an dan
pemeliha
raan
tanaman
II Pembuata 1 unit 1.000.0 1.000.0
. n 00,- 00,-
bangunan
rumah
ulat
II Pengadaa 15 bh 35.000,- 525.000
I. n sarana ,-
60 bh 5.000,-
pemeliha
300.000
raan ulat 1 set 500.000 ,-
,-
- 120 500.000
pengadaa bh 1.000,- ,-
n rak
1 bh 150.000 120.000
- ,- ,-
2 bh
pengadaa
30.000,- 150.000
n rigen 2 bh
,-
5.000,-
- alat
60.000,-
pengokon
10.000,-
- bagor
plastik
- alat
penyemp
rot
- gunting
pangkas
- ayakan
1 2 3 4 5
I Biaya 8 75.000,- 600.000
V Produksi boks ,-
13.000,-
.
- bibit 10 130.000
10.000,-
ulat kecil liter ,-
250,-
- 15 kg 150.000
formalin 7.500,- ,-
60 kg
- kaporit 15.000,-
120
- kapur HOK 900.000
- ,-
pemeliha
raan ulat
besar
Jumlah I 9.260.0
+ II + III 00,-
+ IV
Tabel 2. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat
Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Kedua

N Jenis Volu Harga Biaya


o Kegiatan me Satuan (Rp)
(Rp)
I. Pembuata
n kebun
murbei
1. Sewa 1 ha 1.500.0 1.500.0
lahan 00,- 00,-
2. Pemupuk 10 50.000,- 500.000
an ton ,-
1.250,-
- pupuk 400 500.000
2.250,-
kandang kg ,-
1.750,-
- Urea 200 450.000
kg ,-
- TSP
200 350.000
- KCl
kg ,-
3. Pengolah 100 7.500,- 750.000
an lahan, HOK ,-
penanam
an dan
pemeliha
raan
tanaman
II Biaya 24 75.000,- 1.800.0
. Produksi boks 00,-
13.000,-
- bibit 10 130.000
10.000,-
ulat kecil liter ,-
250,-
- 15 kg 150.000
formalin 7.500,- ,-
60 kg
- kaporit 15.000,-
360
- kapur HOK 2.700.0
00,-
-
pemeliha
raan ulat
besar
Jumlah I 8.845.0
+ II + III 00,-
+ IV
Tabel 3. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat
Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Ketiga dan
seterusnya.

N Jenis Volu Harga Biaya


o Kegiatan me Satuan (Rp)
(Rp)
I. Pembuata
n kebun
murbei
1. Sewa 1 ha 1.500.0 1.500.0
lahan 00,- 00,-
2. Pemupuk 10 50.000,- 500.000
an ton ,-
1.250,-
- pupuk 400 500.000
2.250,-
kandang kg ,-
1.750,-
- Urea 200 450.000
kg ,-
- TSP
200 350.000
- KCl
kg ,-
3. Pengolah 100 7.500,- 750.000
an lahan, HOK ,-
penanam
an dan
pemeliha
raan
tanaman
II Biaya 30 75.000,- 2.250.0
. Produksi boks 00,-
13.000,-
- bibit 10 130.000
10.000,-
ulat kecil liter ,-
250,-
- 15 kg 150.000
formalin 7.500,- ,-
60 kg
- kaporit 15.000,-
450
- kapur HOK 3.375.0
00,-
-
pemeliha
raan ulat
besar
Jumlah I 9.970.0
+ II + III 00,-
+ IV

2. Penerimaan
Penerimaan diperoleh dari penjulan kokon hasil produksi dari
pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan oleh petani.

Tabel 4. Penerimaan Dari Hasil Penjualan Produksi Kokon Untuk


Luas Tanaman 1 Hektar Selama 5 Tahun

N Ura Tahun ke
o ian
1 2 3 4 5
1 Prod 296 888 1.11 1.11 1.11
. uksi 0 0 0
kok
on
(kg)
2 Har 18.0 18.0 18.0 18.0 18.0
. ga 00,- 00,- 00,- 00,- 00,-
(Rp)
/kg
3 Jum 5.32 15.9 19.9 19.9 19.9
. lah 8.00 84.0 80.0 80.0 80.0
pene 0,- 00,- 00,- 00,- 00,-
rima
an
(Rp)
Tabel 5. Perhitungan Pendapatan Usahatani Persuteraan Alam
Untuk Luas Lahan 1 Hektar Selama 5 Tahun

N Urai Tahun ke
o an
1 2 3 4 5
1 Pene 5.32 15.9 19.9 19.9 19.9
. rima 8.00 84.0 80.0 80.0 80.0
an 0,- 00,- 00,- 00,- 00,-
hasil
penj
uala
n
koko
n
(Rp)
2 Peng 9.26 8.84 9.97 9.97 9.97
. eluar 0.00 5.00 0.00 0.00 0.00
an 0,- 0,- 0,- 0,- 0,-
biay
a
prod
uksi
(Rp)
3 Pend - 7.13 10.0 10.0 10.0
. apat 3.93 9.00 10.0 10.0 10.0
an 2.00 0,- 00,- 00,- 00,-
(Rp) 0,-
3. Peluang Pasar
Pada saat ini peluang pasar produk kokon dalam negeri mencapai
sekitar 3.100 ton /tahun dengan jumlah pasokan produksi yang dapat
dipenuhi hanya sekitar 500 ton. Sedangkan pada pasar dunia dari
kebutuhan aktual sebesar 600.000 – 750.000 ton, hanya mampu
terpenuhi sebesar 80.000 – 110.000 ton, dengan demikian masih
terbuka peluang pasar untuk produk kokon.
KESIMPULAN
1. Biaya investasi usahatani persuteraan alam pada awalnya cukup
besar dan belum menghasilkan keuntungan, namun pada tahun kedua
dan seterusnya dapat memberikan keuntungan yang cukup besar.
2. Masih terbuka peluang pasar bagi produk kokon dalam maupun
luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai